BAB 2 Lansia Konsep

28
TINJAUAN TEORI 1. Konsep Teori Lansia A. Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun B. Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi

Transcript of BAB 2 Lansia Konsep

Page 1: BAB 2 Lansia Konsep

TINJAUAN TEORI

1. Konsep Teori Lansia

A. Batasan Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

B. Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua

(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.

Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.

Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,

penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai

fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak

harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal

ini diartikan:

1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,

1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan

yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto

(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:

Page 2: BAB 2 Lansia Konsep

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya,

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal

atau pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah

banyak dan

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang

mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri

makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga

minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan

rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi

yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap

sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara

benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa

perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap

perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap

yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari

pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag

diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah

peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu khawatir karena pengangguran,

Page 3: BAB 2 Lansia Konsep

5) Kurang ada motivasi,

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat

yang kuat, Ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja

dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki

kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

C. Teori Proses Menua

1) Teori – teori biologi

a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk

spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan

biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap

sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas

adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel)

b) Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah

(rusak)

c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi

suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap

zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ

tubuh.

e) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan

Page 4: BAB 2 Lansia Konsep

tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel

tubuh lelah terpakai.

f) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini

dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g) Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan

ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan

kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

h) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2) Teori kejiwaan sosial

a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan

sosial.

- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut

usia.

- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

Page 5: BAB 2 Lansia Konsep

c) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga

sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

1. kehilangan peran

2. hambatan kontak sosial

3. berkurangnya kontak komitmen

D. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut

usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)

1) Permasalahan umum

a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan khusus :

a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

Page 6: BAB 2 Lansia Konsep

masyarakat individualistik.

f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia

E.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetik

2) Nutrisi atau makanan

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres

F. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1) Perubahan fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ

tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro

intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

2) Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan (hereditas)

e) Lingkungan

f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili.

i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep dir.

Page 7: BAB 2 Lansia Konsep

3) Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970)

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentner, 1970)

G. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia

Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12

macam penyakit lansia, yaitu :

1) Depresi mental

2) Gangguan pendengaran

3) Bronkhitis kronis

4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.

5) Gangguan pada koksa / sendi pangul

6) Anemia

7) Demensia

2. Konsep Dasar Lansia Dengan Hipertensi

A. Pengertian Hipertensi

Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO

mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,

sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi

merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas

normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90

mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat

senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan

Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi

adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik

Page 8: BAB 2 Lansia Konsep

lebih dari 90 mmHg.

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.

B. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya

WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan

darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem

kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,

tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.

Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan

dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi

adalah :

Kategori Tekanan sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal < 130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi:

Stage I (ringan)

Stage II (sedang)

Stage III (berat)

140-159

160-179

180-209

90-99

100-109

110-120

Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),

mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP =

Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm

Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1

(SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160

dan DBP >= 100. mm Hg.)

Page 9: BAB 2 Lansia Konsep

C. Tanda Dan Gejala

Biasanya tanpa gejala atau tanda tanda peringatan untuk hipertensi dan sering

disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi, gejala yang dialami klien antara lain

(Jaime L & Liz Schaeffer, 2007 : 209) :

a. Tidak ada tanda atau gejala sampai penyakit ditemukan selama evaluasi

masalah yang lainnya.

b. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang berkurang secara

spontan setelah beberapa jam gejala biasanya terkait dengan hipertensi berat.

c. sakit kepala (rasa berat di tengkuk leher)

d. Pusing

e. Kehilangan ingatan

f. Palpitasi

g. Keletihan

h. Impotensi

i. Perdarah hidung

j. Kelemahan

k. Penglihatan kabur

l. Nyeri dada dan dispnea, yang dapat menandakan keterlibatan jantung

m. Tremor lambat

n. Mual

o. Muntah

Peningkatan tekanan darah diastolik ketika orang tersebut mengubah posisi dari

duduk menjadi berdiri (yang menandakan hipertensi essensial).

D. Etiologi

Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya

Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang

Long (1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung

Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut

Page 10: BAB 2 Lansia Konsep

jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi

yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap

angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan

merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang

disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,

peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat

tertentu missal obat kontrasepsi.

Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi

beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air

dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,

peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat

tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,

Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya.

E. Manifestasi Klinik

Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa

manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit

kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,

muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.

Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)

hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi

komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun

terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.

F. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan bagi klien hipertensi adalah mencegah terjadinya

morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan

darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat

hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi

Page 11: BAB 2 Lansia Konsep

( Arif Muttaqin, 2009 ; 266 ).

Secara umum untuk penanganan hipertensi essensial pada lansia masih dengan

obat obatan dan modifikasi diet serta gaya hidup yang dapat mengontrol hipertensi.

Umumnya, terapi non-obat, dicoba terlebih dahulu, khusunya pada kasus dini dan

ringan. Jika terapi ini tidak efektif, penanganan dilanjutkan ke tahap untuk

memasukkan berbagai tipe antihipertensi. Banyak lansia yang menderita hipertensi

dapat diobati dengan diuretik saja. Untuk terapi hipertensi sekunder mencakup

mengkoreksi penyebab yang mendasari dan mengontrol efek efek hipertensi (Jaime L

& Liz Schaeffer, 2007 : 211).

1. Terapi Nonfarmakologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,

meliputi hal – hal di bawah ini.

a. Teknik teknik mengurangi stress

b. Penurunan berat badan

c. Pembatasan alcohol, natrium, dan tembakau.

d. Olahraga/latihan

e. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi

antihipertensi ( Arif Muttaqin, 2009 ; 266 ).

Namun, Apabila tekanan darah diastoliknya di atas 85 atau 95 mmHg serta

tekanan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat

obatan.

2. Terapi Farmakologis

Obat obat antihipertensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur

dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi di bagi menjadi lima kategori berikut

ini.

a. Diuretic

b. Menekan simpatetik ( simpatolik)

c. Vasodilator arteriol langsung

d. Antagonis angiotensin

Page 12: BAB 2 Lansia Konsep

e. Penghambat saluran kalsium

G. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM

POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah

diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient

ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark

miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti

perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas

kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin

yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan

organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa

urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula

darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan

dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH

dan ekordiografi.

Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)

kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum

(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi

pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa

protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)

EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi

hipertensi.

Page 13: BAB 2 Lansia Konsep

3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi

A. Pengkajian Keperawatan (Dongoes,2004)

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Bandman, 1995).

1. Biodata

a. Nama pasien

b. Usia

c. Pendidikan dan Pekerjaan

d. Jenis Kelamin

e. Suku/Bangsa

2. Keluhan Kesehatan

a. Keluhan utama

Fatigue, lemah, dan sulit bernafas.Temuan fisik meliputi peningkatan

frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea.Riwayat hipertensi,

aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner atau

stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak (Wajan, 2010)

b. Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia,

penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal.\

c. Riwayat pola hidup

d. Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam,

dan tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah, perubahan berat

badan, riwayat pemakaian diuretic, dan riwayat perokok

e. Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal jantung,

penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai,

dislipidemia, asma bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakit

nyata yang lain dan informasi obat yang diminum.

f. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah

rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.

g. Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah

termasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid, liquorice, kokain

Page 14: BAB 2 Lansia Konsep

dan amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian eritropoetin, siklosporin atau

steroid untuk penyakit yang bersamaan.

h. Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil

pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja, dan

latar belakang pendidikan.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas/ Istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

b. Sirkulasi

1) Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

2) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,

tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,

sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin

lambat/ bertunda, bunyi jantung : s2 mengeras, s3 (tanda CHF dini),

mur-mur, gallop.

c. Integritas Ego

1) Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress

multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

2) Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue

perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,

peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau

riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).

e. Makanan/cairan

Page 15: BAB 2 Lansia Konsep

1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir

ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic

2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edemaa, glikosuria.

f. Neurosensori

1) Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit

kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara

spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,

penglihatan kabur,epistakis).

2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

g. Nyeri/ ketidaknyaman

1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan

jantung),sakitkepala.

h. Pernafasan

1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja

takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,

riwayat merokok.

2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan

bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i. Keamanan

1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

B. Diagnosa keperawatan (Keperawatan Kardiovaskular, 2010)

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/

vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral

3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan diri

Page 16: BAB 2 Lansia Konsep

C. Intervensi Keperawatan

1. Dx 1: Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/

vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel

Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang

dapat diterima, irama jantung, dan denyut jantung dalam batas normal

Intervensi :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan

tehnik yang tepat

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian

kapiler

e. Catat edema umum

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt

tidur/kursi

h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

j. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2. DX 2 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral

Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang sedikit penerangan

b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c. Batasi aktivitas yang merangsang aktifitas simpatis

d. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres

es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari

konstipasi

e. Kolaborasi pemberian obat

3. DX 3: Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit dan perawatan diri

Page 17: BAB 2 Lansia Konsep

Tujuan : klien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan, mampu

mengidentifikasai efek samping obat, komplikasi, serta mampu

mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal

Intervensi :

a. Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk belajar

b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal. Jelaskan

tentang hipertensi

c. Hindari mengatakan tekanan darah “normal” tetapi gunakan

“terkontrol” saat menggambarkan tekanan darah klien dalam

rentang normal

d. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor resiko kardivaskular

yang dapat diubah

e. Pecahkan masalah bersama klien untuk mengidentifikasi

perubahan gaya hidup tepat yang dapat menurunkan faktor- faktor

tersebut

f. Berikan penguatan tentang pentingnya menaati pengobatan secara

teratur

g. Bantu merumuskan jadwal pengobatan atau follow up

h. Jelaskan alasan, dosis, efek samping dan pentingnya mengikuti

aturan terapi seperti berikut :

Page 18: BAB 2 Lansia Konsep

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting

Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi

8. Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester.

(2001). Jakarta: EGC

Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica

Ester. Jakarta: EGC

Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta;

EGC

Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All,

Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Padjajaran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi, (Online), (http://

depkes.co.id/stroke.html)

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan

Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah

Harapan kita. Jakarta

FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Page 19: BAB 2 Lansia Konsep