Konsep Teori Lansia

60
1. Konsep Teori Lansia 1.1 Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 1.2 Proses Menua (Aging Process) Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. 1.3 Teori Proses Menua

description

Geriatri Keperawatan

Transcript of Konsep Teori Lansia

Page 1: Konsep Teori Lansia

1. Konsep Teori Lansia

1.1 Batasan Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

1.2 Proses Menua (Aging Process)

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992).

Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti

mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit

yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang

gairah.

1.3  Teori Proses Menua

1.3.1 Teori – Teori Biologi

(1)   Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu.

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah

mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

(2)   Pemakaian Dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).

Page 2: Konsep Teori Lansia

(3)   Reaksi Dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi

lemah dan sakit.

(4)   Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam

tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

(5)   Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan

tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

(6)   Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok

atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.

Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

(7)   Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

(8)   Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel

tersebut mati.

1.3.2 Teori Kejiwaan Sosial

(1)   Aktivitas Atau Kegiatan (Activity Theory)

Page 3: Konsep Teori Lansia

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori

ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak

dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia

pertengahan ke lanjut usia.

(2)   Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan

gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

(3)   Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-

angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi

sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi

kehilangan ganda (triple loss), yakni :

Kehilangan Peran

Hambatan Kontak Sosial

Berkurangnya Kontak Komitmen

1.3.3 Teori Psikologi

(1)    Teori Tugas Perkembangan

Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara lain

adalah:

a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan

Page 4: Konsep Teori Lansia

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang spesifik yang

dapat muncul sebagai akibat tuntutan :

Kematangan fisik

Harapan dan kebudayaan masyarakat

Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang

memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954).

(2)    Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase

kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda, dan masa dewasa muda, usia

pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan

ketidaksadaran bersama.  Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau

ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara

kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi

kesehatan mental.

(3)    Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana

kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah

mengidentifikasi tahap perubahan psikologis (delapan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa

Page 5: Konsep Teori Lansia

pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai keeseimbangan

hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan Erikson dengan

mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah dalam tiga tingkat yaitu : pada

perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi,

dan perubahan ego terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas perkembangan

yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas diri sebagai orang tua dan

mendapatkan dukungan yang adekuat dari lingkungan untuk menghadapi adanya peran baru

sebagai orang tua (preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan hal

yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat menyebabkan perasaan

penurunan harga diri dari orang tua tersebut.

1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang

menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian

diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Hurlock (1979)

seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang

menyertai lansia yaitu:

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau

pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan

Page 6: Konsep Teori Lansia

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan

perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah

perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin

bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang

semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya

cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk

selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan

untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian

yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu khawatir karena pengangguran

5) Kurang ada motivasi

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang

kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,

menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri

dan orang lain.

1.5  Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetic

Page 7: Konsep Teori Lansia

2) Nutrisi atau makanan

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres

1.6  Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1.6.1 Perubahan Fisik

(1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra

dan extra seluler

(2) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu

untuk mereaksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi

membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

(3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan

sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.

(4) Sistem Kardiovaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh

darah, tekanan darah meninggi.

(5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan

menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu

meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

(6) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk, indera

pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap

Page 8: Konsep Teori Lansia

sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan

asin

(7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah

ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal

terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada

pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh

pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir

kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

(8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,

sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun

sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun

seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

(9) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit

kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan

hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh

(10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi

kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,

tendon mengkerut dan atropi serabut – serabut otot, sehingga lansia menjadi lamban

bergerak. otot kram dan tremor.

1.6.2 Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

Kesehatan umum

Page 9: Konsep Teori Lansia

Tingkat pendidikan

Keturunan

Lingkungan

1.6.3 Perubahan Perubahan Psikososial

Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan peranan

dalam pekerjaan

Merasakan atau sadar akan kematian

Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan

konsep diri.

1.6.4 Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia

makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam

sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

2. Konsep Dasar Medis

2.1 Definisi

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi

utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh

organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Page 10: Konsep Teori Lansia

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan

dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan

seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.(www.medicastore.com)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan

persendian.

a.Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari

embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini

dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya

garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.

Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )

Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).

Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:

Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang

dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous

atau trabecular )

Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu

lapisan luar dari tulang yang padat.

Page 11: Konsep Teori Lansia

Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar

adalah tulang cancellous.

Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan

dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap

lutut)

b. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk

menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:

Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk

memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas

Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan

pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah

control keinginan.

Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control

keinginan.

c. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat

kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses

difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi

kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari

suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

Page 12: Konsep Teori Lansia

e. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap

otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,

khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane

synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

f. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung

dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung

yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair

diketahui sebagai fasia dalam.

g. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana

digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon

dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak

sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

h. Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.

Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-

sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang

memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak

Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

Page 13: Konsep Teori Lansia

Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu dimana

individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa

kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya

terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat

bervariasi, diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses

menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan.

Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung,

penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan

kekuatan.

Perubahan fisiologis yang umum adalah:

Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia

tua.

Lebar bahu menurun.

Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

2.3 Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa

menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor

Rematoid

Gangguan Metabolisme

Genetik

Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

2.4 Patofisiologi

Page 14: Konsep Teori Lansia

Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi

paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum

diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium

bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium

edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

a. Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,

edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan

kekakuan.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

gangguan fungsi secara menetap.

2.5 Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

a. Nyeri persendian

b. Bengkak (Rheumatoid nodule)

c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

d. Terbatasnya pergerakan

e. Sendi-sendi terasa panas

f. Demam (pireksia)

Page 15: Konsep Teori Lansia

g. Anemia

h. Berat badan menurun

i. Kekuatan berkurang

j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

l. Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas

b. Adanya nyeri tekan

c. Deformitas bertambah pembengkakan

d. Kelemahan

e. Depresi

Gejala Extraartikular :

a. pada jantung :

Rheumatoid heard diseasure

Valvula lesion (gangguan katub)

Pericarditis

Myocarditis

b. pada mata

Keratokonjungtivitis

Scleritis

c. pada lympa : Lhymphadenopathy

d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

e. pada otot : Mycsitis

Page 16: Konsep Teori Lansia

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.

Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.

Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.

LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu

gejala-gejala meningkat

Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.

SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.

JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.

Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab

AR.

Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang

menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan

osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi

tulang pada sendi

Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk

pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan

komplemen ( C3 dan C4 ).

Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

Page 17: Konsep Teori Lansia

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang

mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6

minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto

rontgen.

Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).

2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.

3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu

sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.

6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.

7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid

8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid

9. Pengendapan cairan musin yang jelek

10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

11. gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya

selama 4 minggu.

2.7 Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

Page 18: Konsep Teori Lansia

a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis

penyakit ini

b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan

untuk mempertahankan fungsi sendi pasien

d) Termoterapi

e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

f) Pemberian Obat-obatan :

Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang

telah ditentukan.

Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

a) Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty

Inflamatory)

b) Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

c) Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

d) Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

e) Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

f) Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

g) Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

2.8 Komplikasi

a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di

bawah kulit yang disebut subcutan nodule

b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot

c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli

Page 19: Konsep Teori Lansia

d) Terjadi splenomegali

3. Konsep Teori Keluarga

3.1 Pengertian Keluarga

1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi

yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena

adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu

dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan

atau adopsi

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran

sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik

Page 20: Konsep Teori Lansia

4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

3.2 Sruktur Keluarga

1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah

2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu

3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu

4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri

3.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga

1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga

2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan

dan fungsinya masing-masing

3.4 Ciri-ciri Keluarga Indonesia

1. Suami sebagai pengambil keputusan

2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

Page 21: Konsep Teori Lansia

5. Pengambil keputusan

6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

7. Ikatan kekeluargaan sangat erat

8. Mempunyai semangat gotong-royong

3.5 Macam-macam Struktur/Tipe/Bentuk Keluarga

1. Tradisional

a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

b. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

bersama dalam satu rumah

c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak

sudah memisahkan diri

d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar

karir/pendidikan yang terjadi pada wanita

e. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga generasi

yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante,

orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)

f. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari satu

orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses

perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)

g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu

kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa

berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)

Page 22: Konsep Teori Lansia

h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur

yang tinggal bersama dalam satu rumah.

i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau

saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang

sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)

j. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah

kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

k. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari orang

dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :

perceraian atau ditinggal mati

2. Non-Tradisional :

a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)

dengan anak dari hubungan tanpa nikah

b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri

c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang

sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /

membesarkan anak bersama

d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama

berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan

e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup

bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)

f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu

Page 23: Konsep Teori Lansia

g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat

rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,

berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya

h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga

bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya

i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara

dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan

bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi

dan atau problem kesehatan mental

k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi

berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3.6 Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,

dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

Page 24: Konsep Teori Lansia

2. Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah

tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya,

baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

3.7 Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :

Page 25: Konsep Teori Lansia

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan

datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk

perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

3.8 Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara

umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1990) :

1. Pasangan baru (keluarga baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk

keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :

a) Membina hubungan intim yang memuaskan

b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial

c) Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak

pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :

a) Persiapan menjadi orang tua

Page 26: Konsep Teori Lansia

b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual

dan kegiatan keluarga

c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia

5 tahun :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi

dan rasa aman

b) Membantu anak untuk bersosialisasi

c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain

juga harus terpenuhi

d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga

(keluarga lain dan lingkungan sekitar)

e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)

f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia

12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga

keluarga sangat sibuk :

a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan

b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk

kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

Page 27: Konsep Teori Lansia

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7

tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini

adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar

untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :

a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat

remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya

b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari

perdebatan, kecurigaan dan permusuhan

d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

a) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir

pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari

jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan

tetap tinggal bersama orang tua :

Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b) Mempertahankan keintiman pasangan

c) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua

d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat

pensiun atau salah satu pasangan meninggal :

Page 28: Konsep Teori Lansia

a) Mempertahankan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-

anak

c) Meningkatkan keakraban pasangan

8. Keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan

pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal

a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan

pendapatan

c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

3.9 Perawatan Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang

ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat

sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.

Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :

1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut

kehidupan masyarakat

2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau

memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

Page 29: Konsep Teori Lansia

3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu

angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota

keluarga lainnya

4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga

tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para

anggotanya

5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya

kesehatan masyarakat.

Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

1. Tujuan umum :

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka,

sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya

2. Tujuan khusus :

a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan

yang dihadapi oleh keluarga

b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah

kesehatan dasar dalam keluarga

c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam

mengatasi masalah kesehatan para anggotanya

d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan

anggota keluarganya

e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya

Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Page 30: Konsep Teori Lansia

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga

mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.

Freeman (1981) :

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya yang terlalu muda

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga

kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan

yang ada.

Peran Perawat Keluarga :

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri

b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat

tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau

terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan

3. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah

sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama

Page 31: Konsep Teori Lansia

perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat

mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan

harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang

sakit

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan

rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang

kesehatan keluarga

5. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar

keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus

dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya

6. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota

tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal

7. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat

kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat

komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat,

dll)

8. Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau

wabah

9. Modifikasi lingkungan

Page 32: Konsep Teori Lansia

Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah

maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat

Prinsip-prinsip Perawatan Keluarga :

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan

2. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama

3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan

kesehatan keluarga

4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran

serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya

5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan

tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative

6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya

keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga

7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan

8. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan

9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah

penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah

10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

4. Konsep Asuhan Keperawatan

4.1 Pengkajian

Page 33: Konsep Teori Lansia

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ

lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau

remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

Pengkajian 11 Pola Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan

Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

Riwayat keluarga dengan RA

Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2. Pola Nutrisi Metabolik

Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak

mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)

Riwayat gangguan metabolic

3. Pola Eliminasi

Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit

Jenis aktivitas yang dilakukan

Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas

Tidak mampu melakukan aktifitas berat

5. Pola Istirahat dan Tidur

Apakah ada gangguan tidur?

Kebiasaan tidur sehari

Page 34: Konsep Teori Lansia

Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur

Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur

6. Pola Persepsi Kognitif

Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

Bagaimana hubungan dengan keluarga?

Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas

Adakah gangguan seksualitas?

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan

Agama yang dianut?

Adakah gangguan beribadah?

Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

4.2 Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang,

Page 35: Konsep Teori Lansia

INTERVENSI RASIONAL 1. kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas

(skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang

mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non

verbal

2. berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.

Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan

3. biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman

pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan

istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

4. dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu

pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong

sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari

gerakan yang menyentak

5. anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau

mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan

waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi

yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air

kompres, air mandi

6. berikan masase yang lembut

kolaborasi

7. beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang

direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil

salisilat (aspirin)

1. membantu dalam menentukan kebutuhan

managemen nyeri dan keefektifan program

2. matras yang lembut/empuk, bantal yang besar

akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh

yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang

sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan

tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri

3. pada penyakit berat, tirah baring mungkin

diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera

sendi.

4. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan

kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,

mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi

5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan

mobilitas, menurunkan rasa sakit dan

melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas

pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal

dapat disembuhkan

6. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan

otot

7. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan

otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi

Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau terkontrol

Page 36: Konsep Teori Lansia

DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

INTERVENSI RASIONAL 1. Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika

diperlukan.

2. Bantu bergerak dengan bantuan seminimal

mungkin.

3. Dorong klien mempertahankan postur tegak,

duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

4. Berikan lingkungan yang aman dan

menganjurkan untuk menggunakan alat

bantu. Berikan obat-obatan

1. Untuk mencegah kelelahan dan

mempertahankan kekuatan.

2. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot

dan stamina umum

3. Memaksimalkan fungsi sendi dan

mempertahankan mobilitas

4. Menghindari cedera

DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulangKriteria hasil : klien dapat mempertahankan keselamatan fisik

INTERVENSI RASIONAL 1. Kendalikan lingkungan dengan :

Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,

mengurangi potensial cedera akibat jatuh

ketika tidur misalnya menggunakan

penyanggah tempat tidur, usahakan posisi

tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan

malam siapkan lampu panggil

2. Izinkan kemandirian dan kebebasan

maksimum dengan memberikan kebebasan

dalam lingkungan yang aman, hindari

penggunaan restrain, ketika pasien melamun

alihkan perhatiannya

1. Lingkungan yang bebas bahaya akan

mengurangi resiko cedera dan

membebaskan keluaraga

2. Hal ini akan memberikan pasien merasa

otonomi, restrain dapat meningkatkan

agitasi, mengegetkan pasien

DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri

Page 37: Konsep Teori Lansia

Kriteria hasil : Klien dapat memenuihi kebutuhan istirahat tidurINTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan

perubahan yang terjadi.

2. Berikan tempat tidur yang nyaman

3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukian

dalam pola lama dan lingkungan baru

4. Instruksikan tindakan relaksasi

5. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi:

rendahkan tempat tisdur bila mungkin.

6. Hindari mengganggui bila mungkin, missalnya

membangunkan untuk minum obat atau terapi.

Kolaborasi

7. Berikan sedative, hipotik sesuai indikasi

1. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi

intervensi yang tepat.

2. Meningkatkan kenyaman tidur serta

dukungan fisiologis/psikologis

3. Bila rutinitas baru mengandung aspek

sebanyak kebiasaan lama, stress dan

ansietas yang berhubungan dapat berkurang,

membantu menginduksi tidur

4. Miningkatkan efek relaksasi

5. Dapat merasakan takut jatuh karena dengan

perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur

member keamanan untuk membantu

mengubah posisi.

6. Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan

rasa segar, dan pasien mingkin tidak mampu

kembali tidur bila terbangun.

7. Mungkin diberikan untuk membantu pasien

tidur atau istirahat

DIAGNOSA 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeriKriteria Hasil : klien dapat melaksanakan aktifitas perawatan diri secara mandiri

INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tingkat fungsi fisik

2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri

dan program latihan

3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam

perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi

lingkungan

1. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan

yang diperlukan

2. Mendukung kemandirian fisik/emosional

3. Menyiapkan untuk meningkatkan

kemandirian yang akan meningkatkan harga

diri

Page 38: Konsep Teori Lansia

4. Idendifikasi untuk perawatan yang diperlukan,

misalnya peninggian dudukan toilet, kursi roda

dll

4. Memberikan kesempatan untuk dapat

melakukan aktivitas secara mandiri

DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.Kriteria hasil mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemampuan keterbatasan

INTERVENSI RASIONAL Mandiri

1. Dorong mengungkapkan masalah mengenai

proses penyakit, harapan masa depan.

2. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan

pada pasien/orang dekat. Memastikan

bagaimana pandangan pribadi pasien dalam

memfungsikan gaya hidup sehari-hari

termasuk aspek-aspek seksual.

3. Diskusikan persepsi pasien mengenai

bagaimana orang terdekat menerima

keterbatasan

4. Akui dan terima perasaan berduka,

bermusuhan, ketergantungan.

5. Perhatikan perilaku menarik diri,

1. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi

rasa takut/kesalahan konsep

mengahadapinya secara langsung

2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit

mempengaruihi persepsi diri dan interaksi

dengan orang lain akan menetukan

kebutuhan terhadap intervensi atau

konseling lebih lanjut

3. Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat

dapat mempunyai pengaruh mayor pada

bagaimana pasien memandang dirinya

sendiri

4. Nyeri konstan akan melelahkan dan

perasaan marah, bermuuhan akan umum

terjadi.

5. Dapat menunjukan rasa emosional atau

metode koping maladaptive, membutuhkan

intervensi lebih lanjut atau dukungan

psikilogis.

6. Membantu pasien untuk mempertahankan

Page 39: Konsep Teori Lansia

6. Susun batasan pada perilaku maladaptive.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku

positif yang dapat membantu koping

7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan

perawatan dan jadwal aktifitas.

kolaboratif

8. Rujukan pada konseling psikiatri

9. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk

kontrol diri yang dapat meningkatlan

perasaan harga diri.

7. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga

diri, mendorong kemandirian, dan trapi

8. Pasien/orang terdekat mungkin

membutuhkan dukungan selama proses

jangka panjang

9. Mungkin dibutuhkan pada saat muncul

depresi hebat sampai pasien

mengembangkan kemampuan koping yang

lebih efektif.