BAB 2 LANDASAN TEORI -...

25
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya kesuatu jurusan tertentu (harten, tahun 2002:6). Contoh: Lampu suar 2.000.000 cd Dop lampu sepeda dalam reflektor 250 cd 2. Satuan untuk flux cahaya (Ф) adalah lumen (lm) Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satuan detik (harten, tahun 2002:7). Contoh: Lampu sepeda memberi 10 lm Lampu pijar 150 W memberi 2.100 lm Lampu TL 36 W memberi 3.250 lm 3. Satuan untuk Intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux (lx)

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI -...

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Satuan-satuan

Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara

lain:

1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd)

Intensitas cahaya adalah jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya

kesuatu jurusan tertentu (harten, tahun 2002:6).

Contoh:

Lampu suar 2.000.000 cd

Dop lampu sepeda dalam reflektor 250 cd

2. Satuan untuk flux cahaya (Ф) adalah lumen (lm)

Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah

cahaya yang dipancarkan dalam satuan detik (harten, tahun 2002:7).

Contoh:

Lampu sepeda memberi 10 lm

Lampu pijar 150 W memberi 2.100 lm

Lampu TL 36 W memberi 3.250 lm

3. Satuan untuk Intensitas penerangan atau iluminasi (E) adalah lux (lx)

6 Intensitas penerangan atau iluminansi di suatu bidang ialah flux cahaya yang

jatuh pada 1 m2 pada suatu bidang (harten, tahun 2002:8).

Contoh:

Ruang kantor 800 lx

Tengah musim panas, siang hari 50.000 lx

Pekerjaan sangat halus 3.000 lx

2.2. Diagram dan Grafik

Untuk menghitung proyek-proyek penerangan digunakan diagram polar intensitas

cahaya yang didapat dari buku-buku katalog sesuai dengan jenis lampu dan armatur

dan grafik intensitas penerangan yang didapat dari hasil perhitungan.

2.2.1 Diagram Polar Intensitas Cahaya

Diagram Polaritas intensitas cahaya menggambarkan jumlah energi radiasi yang

dipancarkan kesuatu jurusan tertentu. Gambar 2.1 panjang jari-jari dari 0° ke suatu

titik dari grafik menyatakan intensitas cahayanya ke arah itu dalam satuan candela.

Umumnya diagram-diagram ini diberikan untuk lampu yang memberi 1000 lumen .

Intensitas cahaya sebuah lampu harus sebanding dengan flux cahayanya, oleh

karena itu untuk setiap lampu memiliki flux cahaya yang berbeda dan diagram masih

harus dikalikan dengan jumlah ribuan lumen lampu tersebut.

Jika lampu pada gambar 2.1 mempunyai 6500 lumen, maka pada sudut 0°

intensitas cahayanya akan sama dengan :

6,5 x 150 = 975 cd.

7

2.2.2. Grafik Intensitas Penerangan

Diagram polar intensitas cahaya digunakan untuk menghitung intensitas penerangan di suatu titik menurut rumus (harten, tahun 2002 : 15).:

Intensitas cahaya suatu sumber cahaya (gambar 2.2) L kearah titik P sama dengan

I=900 cd, dan jarak antara L dan P sama dengan r = 3 m, maka intensitas penerangan

di titik P akan sama dengan:

Gambar 2.1 Diagram Polar Intensitas cahaya dan armatur

Ep = r2 I lux

Gambar 2.2 Arah Intensitas Cahaya

Ep = 32 900 = 100 lux

8 Intensitas penerangan E1 di bidang a1 – b1 tegak lurus pada arah I, menurut hukum

kuadrat akan sama dengan :

Intensitas penerangan E di bidang horizontal a-b, ialah proyeksi dari E1 pada garis

tegak lurus pada bidang a-b di titik P. jadi :

a = sudut antara sinar cahaya dan garis tegak lurus pada bidang a – b di titik P.

Rumus ini dikenal dengan hukum cosinus.

Dari dua rumus di atas didapat:

Jika letak titik cahaya di atas bidang horizontal sama dengan h, didapat :

Kita dapat melihat grafik intensitas cahaya pada gambar 2.3 dimana semakin jauh

antara sumber cahaya dan bidang yang dipancarkan cahaya maka intensitas

penerangannya akan semakin kecil.

E = E1 cos a

E = r2 I Cos a lux

Cos a = r h

E1 =

r2 I

lux

9

2.3. Sistem Penerangan

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber

cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan (harten, tahun 2002 :

23). Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh

a. cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit;

b. cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur;

c. perlindungan sumber cahayanya;

d. penyesuaian bentuknya dengan lingkungan;

e. penyebaran cahayanya.

Gambar 2.3 Diagram polar intensitas cahaya sebuah lampu dengan grafik intensitas penerangannya

10 Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari

sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.

Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dan

sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armatur

harus dipilih demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya

terbagi secara tepat.

Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang

digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini:

Sistem penerangan Langsung ke bidang kerja

a. Penerangan langsung 90-100%

b. Terutama penerangan langsung 60-90%

c. Penerangan Campuran atau penerangan difus 40-60%

d. Terutama penerangan tak langsung 10-40%

e. Penerangan tak langsung 0-10%

2.3.1. Absorpsi

Sebagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh

permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan

tersebut. Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya .

Bagian flux cahaya yang diserap oleh suatu permukaan di tentukan oleh faktor

absorpsi a permukaan itu:

a =

Flux cahaya yang mengenai permukaanFlux cahaya yang diserap

11

2.3.2. Refleksi

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap

sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur (gambar 2.4). Refleksi

demikian terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.

Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka tenjadi refleksi

baur atau refleksi difus (gambar 2.5), seperti yang terjadi pada suatu permukaan

kasar, misalnya pada langit-langit yang dikapur.

Antara dua bentuk ini masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya

refleksi campuran (gambar 2.6). yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat

Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan bahwa

terjadi refleksi terpencar (gambar 2 .7)

Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu

permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadang-

kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya daripada suatu permukaan yang

mengkilat.

Gambar2.4 Refleksi teratur

Gambar2.5 Refleksi baur

12

Bagian flux cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh faktor refleksi r suatu

permukaan:

Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dan flux cahaya yang mengenai per

permukaan dipantulkan.

2.3.3. Transmisi

Bahan-bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, akan memantulkan atau

menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenainya. Sebagian besar dan

cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut.

Gambar 2 .8 memperlihatkan transmisi teratur. Sinar-sinar cahaya yang masuk sejajar

keluar tetap sejajar.

Gambar 2.9 memperlihatkan transmisi difus sempurna. Sinar-sinar yang masuk

sejajar, keluar tersebar, seperti misalnya pada kaca opal.

r = Flux cahaya yang mengenai permukaanFlux cahaya yang dipantulkan

Gambar2.6 Refleksi campuran

Gambar2.7 Refleksi terpencar

13Gambar 2.10 memperlihatkan transmisi campuran yang merupakan gabungan antara

transmisi teratur dan transmisi difus.

2.4. Armatur

Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu (harten, tahun 2002 : 29): 1. berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur untuk penerangan langsung,

sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung,

t = Flux cahaya yang mengenai permukaanFlux cahaya yang dapat menembus

Gambar 2.8 Transmisi teratur

Gambar 2.10 Transmisi campuran

Gambar 2.9 Transmisi difus sempurna

142. berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap

letupan debu dan kedap letupan gas;

3. berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan

luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di

dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam;

4. berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, armatur pancaran lebar dan

pancaran terbatas;

kemudian armatur kandil, palung dan armatur-armatur jenis lain untuk lampu.

lampu bentuk tabung;

5. berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit dinding. gantung,

berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.

Bentuk sumber cahaya dan armatur harus demikian rupa sehingga tidak me-

nyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk

dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak boleh

terlalu tajam.

2.4.1. Penerangan langsung

Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber

cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan; langit-langit

hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang--

bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan sumber--

sumber cahaya bentuk tabung (lampu TL). Pada gambar 2.11 menunjukan armatur

untuk penerangan langsung.

15Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan supaya cahayanya tidak

langsung mengenai mata.

Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan, yang tinggi,

misalnya di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.

2.4.2 Terutama penerangan langsung

Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik.

Dibandingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan

kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas, karena itu kesan

mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik. Pada Gambar 2.12 menunjukan

armatur untuk terutama penerangan langsung dimana diagram polaritas menunjukan

cahaya yang dipancarkan tersebar hingga ke atas.

Gambar 2.11 Armatur palung

16

2.5. Cara menghitung penerangan dalam

Untuk suatu perusahaan produksi, penerangan yang baik antara lain memberi

keuntungan-keuntungan berikut ini(harten, tahun 2002 : 37).:

a. peningkatan produksi;

b. peningkatan kecermatan;

c. kesehatan yang lebih baik;

d. suasana kerja yang lebih nyaman;

e.. keselamatan kerja yang lebih baik

Pilihan mengenai sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain:

a. intensitas penerangannya di bidang kerja;

b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan;

c. biaya instalasinya;

d. biaya pemakaian energinya;

Gambar 2.12. Armatur terutama penerangan langsung

17e.. biaya pemeliharaan instalasinya antara lain biaya untuk penggantian lampu lampu.

Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata.

Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja dan

sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang

terlalu besar sehingga melelahkan.

Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang.

kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus

sekurang-kurangnya 0,3 (harten, tahun 2002 : 37).

2.5.1. Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaannya akan

dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini

mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horisontal khayalan,

80 cm di atas Iantai (harten, tahun 2002 : 37).

Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang

harus dilakukan. Tabel 2.1 menunjukan intensitas penerangan untuk ruang dan jenis

pekerjaan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas

penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu dapur.

Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang di-

perlukan. Pekerjaan yang lama dengan penerangan buatan, juga memerlukan

intensitas penerangan yang lebih besar.

Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah

Im/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m2

18ialah(harten, tahun 2002 : 38).:

Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang

kerja. Sebagian dan flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit.

Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus diperhitungkan

efisiensi atau rendemennya:

Pada gambar 2.13

a. Pembagian flux cahaya dalam ruangan.

Dalam hal ini flux cahayanya sebagian besar menuju langsung ke bidang kerja.

b. Dalam ruangan tinggi ini hanya sebagian kecil dan flux cahayanya menuju

langsung ke bidang kerja.

Ф = E x A lm

Gambar 2.13 Pembagian flux cahaya

a b

19Tabel 2.1

Tabel Intensitas penerangan yang diterbitkan philips (harten, tahun 2002 : 41)

Sifat penerangan Penerangan

sangat baik

Penerangan

baik

1. Kantor

Ruang gambar 2000 lux 1000 lux

Ruang kantor (pekerjaan biasa) 1000 lux 500 lux

Ruang yang jarang dipergunakan (arsip, r.tunggu) 250 lux 150 lux

2. Ruang sekolah

Ruang kelas 500 lux 250 lux

Ruang Gambar 1000 lux 500 lux

3. Industri

Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam tangan) 5000 lux 2500 lux

Pekerjaan halus (bubut halus) 2000 lux 1000 lux

Pekerjaan biasa (pemasangan biasa) 1000 lux 500 lux

4 Toko

Ruang jual dan pamer:

Toko-toko besar 1000 lux 500 lux

Toko-toko lain 500 lux 250 lux

Etalase

Toko-toko besar 2000 lux 1000 lux

Toko-toko lain 1000 lux 500 lux

5. Mesjid, gereja, dsb 250 lux 125 lux

20

6. Rumah Tinggal

Dapur 500 lux 250 lux

Kamar Tidur 500 lux 250 lux

Gudang, garasi 250 lux 125 lux

Penerangan Umum 250 lux 125 lux

2.5.2. Efisiensi Penerangan

Dari

фo = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan;

фg= flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.

dan

didapat rumus flux cahaya

di mana:

A = luas bidang kerja dalam m2.

E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja.

Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dan tabel 2.2 . Setiap tabel

hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu dengan jenis lampu tertentu dalam

ruangan tertentu pula (harten, tahun 2002 : 39).

η = ф0 фg

Фg = E x A lm

ф0 = η E x A lm

21 Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:

a. efisiensi atau rendemen armaturnya (v);

b. faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langitnya (rp) dan faktor

refleksi bidang pengukurannya (rm);

c. indeks ruangannya,

Tabel 2.2 Efisiensi penerangan dalam keadaan baru

2.5.3. Faktor-faktor refleksi

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang

dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan

kemudian mencapai bidang kerja.

Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm ditentukan oleh

22refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya

untuk rm ini diambil 0,1.

Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70°, dan yang

berwarna gelap 10-20%.

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih

kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya

yang jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.

Dalam tabel-tabel 2.2 efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga nilai rp yang

berbeda. Pada setiap nilai rp terdapat tiga nilai rw.

Untuk faktor refleksi dinding rw ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh

gorden dan sebagainya sangat besar

Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut

ini:

a. menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja;

b. menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya

rendah;

c. penempatan sumber cahaya yang tepat.

2.5.4. Indeks ruang atau indeks bentuk

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-

ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar:

k =

h (p+l)

p . l

23

di mana:

p = panjang ruangan dalam m,

I = lebar ruangan dalam m;

h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m.

Bidang kerja ialah suatu bidang horisontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas

lantai.

Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya

dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk η diambil

nilai tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k= 5.

Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai η untuk k = 5, sebab untuk k di atas 5,

efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.

2.5.5. Faktor Penyusutan / Depresiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-

rata suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya

telah berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab

lain.Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel 2.2 .

Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi yang dalam keadaan baru memberi

d = E dalam keadaan dipakai E dalam keadaan baru

24150 lux, akan memberi hanya 120 lux saja dalam keadaan sudah dipakai.

Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilai

rendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya.

Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk:

a. pengotoran ringan

b. pengotoran biasa

c. pengotoran berat

Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung

pada masa pemeliharaan lampu-tampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2

atau 3 tahun.

Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah

yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.

Pengotoran berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau

pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan

dan sebagainya.

Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.

Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.

Di samping pengaruh pengotoran, dalam faktor depresiasi telah juga diper-

hitungkan pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini tergantung pada jumlah jam

nyalanya. Untuk tampu-tampu TL diperhitungkan 15000 jam nyala per tahun (harten,

tahun 2002 : 41). Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan-

perusahaan.

252.6. Lampu tabung fluoresen

Saat ini dimasyarakat paling banyak menggunakan lampu fluoresen untuk

penerangan, lampu fluoresen ini tidak menyebabkan panas. Energi listrik diubah

menjadi energi cahaya sebesar 80% dan energi panas 20%. Lampu tabung fluoresen

dipasarkan oleh philips dengan kode TL. Memiliki ukuran diameter 38 mm, dan

panjang tergantung pada daya tabung. Didalam tabung diberi lapisan serbuk

fluoresen.

2.7. Kualitas Pencahayaan

Brightness distribution

Menunjukkan jangkauan luminansi (suatu ukuran untuk terang suatu benda) dalam

daerah penglihatan. Suatu ratio kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan

detail, tetapi penerimaan yang berlebihan dari luminansi dapat menyebabkan

timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama yang sangat terang sehingga mata

menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat obyek-obyek yang lebih gelap dalam

suatu daerah terang (eko,tahun 2004:230).

Glare (Silau)

Cahaya yang berlebihan mencapai mata akan menyebabkan silau, dalam hal ini ada

dua kategori:

a. Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Disamfort Glare).

26Cahaya ini dapat meningkatkan kelelahan dan menyebabkan sakit kepala.

b. Silau yang menggangu (Disabbility Glare)

Cahaya ini menggangu penglihatan dengan adanya penghamburan cahaya

dalam lensa mata (eko,tahun 2004:230).

Shadows (Bayang-bayang)

Bayang bayang yan tajam adalah akibat dari sumber cahaya buatan (artificial) yang

kecil atau dari cahaya langsung matahari. Keduanya dapat mengakibatkan ratio terang

yang berlebihan dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak begitu

jelas (eko,tahun 2004:231).

2.8 Dasar Instalasi listrik.

Prinsip-prinsip dasar instalsi listrik yang harus menjadi pertimbangan agar

instalasi yang dipasang dapat dilakukan secara optimum adalah keandalan,

ketercapaian, ketersediaan, keindahan, faktor keamanan, ekonomis

2.8.1. Keandalan

Andal secara mekanik dan listrik (instalasi bekerja pada nilai nominal tanpa

menimbulkan kerusakan) keandalan juga menyangkut ketepatan. Ketepatan

pengaman untuk menanggapi jika terjadi gangguan. Untuk pemasangan instalasi

penerangan yang pada suhunya diatas suhu normal adalah lebih andal jika digunakan

kabel berisolasi karet silikon dibandingkan dengan isolasi PVC.

2.8.2. Ketercapaian

27 Suatu instalasi yang dipasang harus bisa dioperasikan dengan normal, pemasangan

saklar diletakkan 1,2m dari lantai. Posisi panel tidak terhalagi oleh benda-benda yang

mengganggu di hadapannya.

2.8.3. Ketersediaan

Suatu Instalasi harus siap untuk menghadapi perluasan-perluasan atau

penambahan- penambahan yang sewaktu-waktu diperlukan, maka didalam instalasi

(di dalam panel bagi) harus disediakan ataupun tersedia peralatan pengaman yang

belumterhubung dengan beban.

2.8.4. Keindahan

Kerapian pemasangan instalasi listrik harus disesuaikan dengan peraturan yang

berlaku. Contoh : Pemasangan beberapa pipa pada permukaan tembok tampak lebih

indah jika dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, pemasangan pipa dengan

mengunakan clamp.

2.8.5 Faktor Keamanan

Faktor keamanan adalah aman secara elektrik atau listrik untuk manusia, ternak,

dan barang-barang lainnya. Contoh: Stop kontak yang dipasang yang akan dipakai

anak-anak jika terpaksa dipasang 30n cm diatas lantai harus menggunakan stop

kontak yang aman secara mekanis (tertutup) atau metode pengoperasian ditekan

kedua-duanya dan diputar.

2.8.6 Ekonomis

Biaya untuk pemasangan instalasi harus sehemat mungkin karena biaya besar

tidak menjamin mutu suatu instalasi . Contoh: Jika arus yang akan melalui

28penghantar diperkirakan 15 A, kabel yang akan dipasang adalah nya 2.5 mm2,

instalasi tersebut bisa saja dipasang penghantar NYA 6 mm2. tetapi secara ekonomis

tidak menguntungkan.

2.9 Daya Listrik

Setiap Instalasi harus dihitung kebutuhan beban yang akan dipasang, ini berguna

untuk melihat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pemakaian

beban listrik yang dipakai, perhitungan dapat dihitung dengan rumus:

2.10 Indek Proteksi

Indeks proteksi adalah suatu standar kwalitas suatu barang terhadap perlindungan

dari debu, air , dan benturan. Angka pertama menunjukan tingkat perlindungan

terhadap benda padat:

0 : tidak ada proteksi

1 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 50 mm

2 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 12 mm

3 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 2.5 mm

4 : perlindungan terhadap benda yang lebih besar dari 1 mm

5 : perlindungan terhadap debu

6 : debu sekecil apapun tidak dapat masuk

P = V.I. cos φ. t (KWH)

29Angka kedua menunjukan perlindungan terhadap air /likuid

0 : tidak ada proteksi

1 : terlindung dari air yang jatuh vertikal

2 : terlindung dari air yang jatuh membentuk sudut 15° dengan garis vertikal

3 : terlindung dari air yang jatuh membentuk benda seberat 500g

4 : terlindung dari air yang datang dari segala arah

5 : terlindung dari air yang disemprotkan membentuk benda 5 kg

6 : terlindung dari semprotan air yang menyerupai gelombang air laut

7 : terlindung dari efek tenggelam (kedap air0

8 : terlindung dari efek tenggelam dengan kedalaman yang disertai tekanan air

Angka ketiga proteksi terhadap benturan

0 : tidak ada

1 : tahan terhdap benturan sebesar 0,225 joule

3 : tahan terhdap benturan sebesar 0,5 joule

5 : tahan terhdap benturan sebesar 2 joule garis vertikal

7 : tahan terhdap benturan sebesar 6 joule

9 : tahan terhdap benturan sebesar 20 joule