BAB 2 DASAR TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00689 TIAS...
Transcript of BAB 2 DASAR TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00689 TIAS...
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Analisa
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2001:43), pengertian anlisis adalah :
“Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya”
Analisa atau analisis bisa juga diartikan sebagai kajian yang dilaksanakan
terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti
kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat
dalam cuplikan.
2.2 Konsep Sistem Otomasi Produksi
2.2.1 Sistem Produksi Dasar
Gambar 2.1 Sistem produksi terdiri dari fasilitas dan
sistem pendukung manufaktur
Sistem Pundukung Manufactur
Fasilitas : Pabrik dan Peralatannya
Sistem Produksi
11
Sistem Produksi terbagi menjadi dua kategori :
a. Fasilitas produksi terdiri dari diantaranya adalah pabrik, mesin-mesin
produksi dan perkakas, peralatan material handling, peralatan inspeksi
dan komputer yang mengendalikan operasi manufaktur di dalamnya.
Fasilitas juga termasuk tata letak pabrik yang merupakan tata cara
penempatan mesin-mesin dan fasilitas pabrik.
b. Sistem pendukung manufaktur yang merupakan rangkaian aturan atau
prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah
teknis dan logistik yang terkait dengan pemesanan dan pemindahan bahan
di dalam pabrik serta untuk menjamin agar produk memenuhi berbagai
standar kualitas. Perancangan produk dan fungsi-fungsi usaha tertentu
juga dimasukkan ke dalam pendukung manufaktur ini. Pendukung
manufaktur ini melibatkan suatu siklus pemrosesan informasi yang terdiri
dari (1) fungsi bisnis (usaha), (2) perancangan produk, (3) perencanaan
manufaktur, (4) pengendalian manufaktur, seperti gambar 2.2 dibawah ini
Gambar 2.2 Model manufaktur yang menunjukkan operasi dan aktivitas-
aktivitas pengolahan informasi untuk penunjang manufaktur.
Perancangan PerancanganProduk manufaktur
Bahan Baku Produk Jadi
PengendalianManufaktur
Fungsi Bisnis
Operasi Manufaktur
12
2.2.2 Otomasi Dalam Sistem Produksi
a. Sejarah Otomasi
Perkembangan teknologi otomasi dapat ditelusuri dari perkembangan alat-alat
mekanik dasar. Alat mekanik dasar seperti roda berkembang sekitar 3200 SM,
pengunkit mesin derek (600 SM) roda sisir (Th. 1000) scrup (Th1405) dan roda
gigi abad pertengahan. Alat-alat dasar tersebut ditemukan kembali pada taun 1765
yaitu mesin uap yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi dan
mengoperasikan mesin lainnya seperti mesin bor (th.1775) dan kereta lokomotif
(1803). Kemampuan untuk menghasilkan energi dan memindahkan untuk operasi
proses merupakan satu diantara tiga elemen dasar sistem otomasi.
Setelah pemenuan pertama mesin uap, tahun 1765 James Watt dan timnya
mengembangkan teknik kontrol mesin uap dengan menggunakan Flying Ball
Governor, yang dapat mengendalikan on/off mesin secara otomatis. Flying Ball
Governor merupakan tipe yang cukup penting dalam otomasi yaitu sistem kontrol.
b. Definisi Otomasi
Ide dasar otomasi adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan elektrik dan atu untuk menjalankan mesin /alat tertentu
2. Disertai “otak” yang mengendalikan mesin/alat tersebut
3. Agar produkstifitas meningkat dan ongkos menurun
Berdasarkan ide dasar tersebut maka beberapa ahli menyatakan bahwa
otomasi adalah proses yang secara otomatis mengontrol operasi dan perlengkapan
sistem dengan perlengkapan mekanik/elektronika yang dapat mengganti manusia
13
dalam mengamati, dan mengambil keputusan. Dorf meyatakan bahwa otomasi
merupakan sebuah proses tanpa aktivitas langsung manusia dalam proses (R.C
Doft, Robotic and automated Manufacturing
Berdasarkan Grover P.M et al (1986) otomasi merupakan teknologi yang
berkaitan dengan penggunaan operasi dan control produksi secara mekanis,
elektronik, dan system yang berbasis computer (computer-based system)
Menurut Grover P.M (2001) menyatakan bahwa otomasi merupakan teknologi
yang proses maupun prosedurnya diselsaikan tanpa keterlibatan langsung manusia.
Sehingga secara umum sistem otomasi dapat didefinisikan sebagai suatu
teknologi yang berkaitan dengan aplikasi mekanik elektronik dan sistem yang
berbasis komputer (komputer, PLC atau mikro). Semuanya bergabung menjadi
satu untuk memberikan fungsi terhadap manipulator (mekanik) sehingga akan
memiliki fungsi tertentu.
c. Alasan Penggunaan Otomasi
Beberapa alasan penggunaan otomasi :
• Meningkatkan produktifitas perusahaan : ini ditandai dengan lebih
besarnya out-put per jam-orang, apabila diterpakan otomasi pada
operasi manufactur
• Tingginya biaya tenaga kerja : cenderung meningkatnya biaya tenaga
kerja di dunia industri, mendorong untuk menginvestasikan fasilitas
otomasi yang relatif mahal. Dengan otomasi manufactur yang dapat
14
meningkatkan laju produksi menyebabkan harga per produk lebih
rendah.
• Kurangnya tenaga kerja untuk kemampuan tertentu : ini juga
kecenderungan akibat dari indutri pelayanan ( lebih relevan dinegara
maju). Sehingga semakin sulit mendapatkan tanaga kerja dengan skill
tertentu. Dengan otomasi manufactur jumlah dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produik berkualitas lebih rendah.
• Tenaga kerja cenderung berpindah ke sektor pelayanan : ini
kecenderungan di negara maju khususnya amerika Serikat, dimana
tenaga kerja lebih menyukai sektor pelayanan.
• Keamanan : dengan otomasi menufactur pekerjaan lebih aman.
Artinya keamanan atas kecelakaan kerja akibat operasi produksi
maupun kepindahan operator pada lantai produksi lebih terjamin.
• Tingginya harga bahan baku : mahalnya bahan baku sebagai input-
produksi membutuhkan efisiensi pemakaian bahan baku. Dengan
otomasi menufactur dapat mereduksi scrap-rates
• Meningkatkan kualitas produk ; otomasi tidak hanya dapat
menghasilkan produk pada laju yang lebih cepat, tetapi kulitas produk
juga dapat ditingkatkan, dibandingkan dengan metode manual.
• Menurunkan “Manufacturing Lead Time” (MLT) : dengan otomasi
menufactur dapat dieduksi waktu antara pesanan pelanggan sampai
15
delivery produk. Itu dapat ditunjukkan dengan analisa kuantitatif pada
sub-bab model matematis.
• Menurunkan “in-prosess inventory” : ini karena otomasi manufactur
dapat menyelesaikan produk pada lanatai produksi lebih cepat.
• Tingginya harga produk sebelum berotomasi : karena benyaknya
alasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan otomasi
manufactur biaya per satuan produk lebih rendah. Selain karena image
dari industri yang menerapkan otomasi manufactur lebih baik dari
pada denga metode manual, demikian pula dengan pelayanan terhadap
palanggan.
Beberapa alasan penggunaan tenaga kerja manual dalam system industri :
1. Pekerjaan sangat sulit diselesaikan dengan teknologi otomasi
2. Umur siklus produk pendek
3. Customized product
4. Adanya perubahan permintaan
5. Pemeliharaan peralatan
6. Untuk memprogram dan mengoperasikan computer
7. Untuk melakukan pekerjaan proyek
8. Mengolah dan mengatur pabrik
16
2.3 Robotika Industri
Robot industri adalah sebuah mesin serba guna yang dapat diprogram dan
mempunyai karakteristik antropometri tertentu. Karakteristik antropometri yang
paling jelas dari suatu robot industri adalah lengan mekanisnya yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan industri yang bervariasi. Karakteristik lain yang
mirip dengan manusia adalah kemampuan robot untuk merespon input dari sensor,
berkomunikasi dengan mesin dan kemampuan membuat keputusan.
Contoh umum penerapan robot industri dalam produksi meliputi pengelasan titik,
pemindahan material, pemasangan part ke mesin, pengecatan semprot, perakitan.
Alasan digunakanya robot dalam industri :
• robot dapat mengantikan manusia dalam keadaan lingkungan kerja yang
berbahaya dan tidak nyaman
• robot melakukan pekerjaan dengan tingkat konsentrasi dan keterulangan
(repeatability) yang tidak bisa dicapai oleh manusia
• robot dapat diprogram kembali. Jika jalannya produksi sudah selesai, suatu
robot dapat diprogram kembali dan dilengkapi dengan peralatan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang berbeda secara bersamaan
• robot dikendalikan oleh komputer dan oleh karena itu dapat disambungkan ke
sistem komputer yang lain untuk mencapai computer integrated
manufacturing
17
2.4 Kapasitas Produksi
2.4.1 Definisi Kapasitas
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode
tertentu, dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode
waktu tersebut.
Beberapa definisi kapasitas secara umum adalah sebagai berikut:
- Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu pabrik yang
dirancang
- Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per-satuan waktu yang menunjukkan
bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan memproduksinya
- Standard capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang ditetapkan
sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen, supervisi dan para
operator mesin
- Actual/operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan waktu
selama periode-periode waktu yang telah lewat
- Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yang dapat dapat
dicapai melalui maksimasi keluaran, dan mungkin dilakukan dengan kerja
lembur, menambah tenaga kerja, menghapus penundaan-penundaan,
mengurangi jam istirahat, dll
Definisi kapasitas umum menurut beberapa ahli antara lain:
“Capacity is the maximum rate of output for facility” (krajewski dan ritzman,
1999:300)
18
“Kapasitas sendiri diartikan sebagai output maximum dari suatu system dalam
periode tertentu. “ (M.S. Ma’arif dan H. Tandjung, 2003:240)
Namun pada kenyataannya untuk mempermudah perhitungan perencanaan
kapasitas, maka definisi kapasitas dibedakan kedalam design/peak capacity dan
effective capacity dimana oleh beberapa ahli didefinisikan sebagai :
Design/peck capacity, menurut :
“The maximum output that process or facility can achieve under deal condition is
called peak capacity.” (Lee J. Krawajew dan Larry P. Ritzman 1999:302)
“The theoretical maximum output of a system in given periode” (heizer dan
Render, 2001:252)
“Design kapasitas diartikan sebagai output maximum yang dapat dicapai dibawah
kondisi ideal” (M.S. Ma’arif dan H Tandjung, 2003:240)
Effective capacity, menurut :
“The Maximum output tat a process of firm can economically sustain under
normal conditions is effective capacity” (krajewski dan Ritzman,1999:303)
“Capacity a firm can expect to achieve given its product mix, methods of
scheduling, maintenance, and standards of quality” (Heizer dan Render,2001:252)
“Kapasitas efektif diartikan sebagai presentase rancangan kapasitas yang
diharapkan” (M.S. Ma’arif dan H. Tandjung, 2003:240)
Dalam kaitannya dengan definisi diatas maka perencanaan kapasitas berusaha
untuk mengintegrasikan faktor-faktor produksi untuk meminimalisasi ongkos fasilitas
produksi. Dengan kata lain, keputusan-keputusan yang menyangkut kapsitas produksi
19
harus mempertimbangkan factor-faktor ekonomis fasilitas produksi tersebut,
termasuk didalamnya efisiensi dan utilisasinya. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kapasitas efektif ialah rancangan produk, kualitas bahan
yang digunakan, sikap dan motifasi tenaga kerja, perawatan mesin/fasilitas, serta
rancangan pekerjaan.
Dalam jangka pendek , perencanaan kapasitas digunakan untuk pengendalian
produksi, yaitu untuk melihat apakan pelaksanaan produksi telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Perencanaan kapasitas jangka pendek ini dilakukan
dalam jangka waktu harian samapi dengan satu bulan ke muka. (Hendra Kusuma.
2002:114)
Dalam jangka menengah, perencanaan kapasitas digunakan untuk melihat
apakah fasilitas produksi akan mampu merealisasikan jadwal induk produksi yang
telah ditetapkan. Proses disagregasi telah menghasilkan sesuatu jadwal induk
produksi yang “kasar”. Dengan menggunakan teknik perhitungan kapasitas, maka
jadwal tersebut dievaluasi sehingga diperoleh jadwal induk produksi yang lebih
realistis.
20
2.4.2 Perhitungan Kapasitas
Dalam dunia otomatif khususnya pabrik pembuatan press part diperlukan
perhitungan perbandingan kapasitas dan beban produksi sehingga tidak terjadi
kesalahan yang menyebabkan produktifitas terganggu akbat dari loading yang telalu
besar atau kapasitas yang terlalu tinggi sehingga mesin sering menganggur.
Perhitungan kapasitas produkasi biasa di sebebut dengan GSPH (Gross Stroke
Per Hour) hal ini diartikan sebagai kemampuan mesin press untuk menghasilkan part
dalam jangka waktu 1 jam. Kapasitas produksi/GSPH ini sangat dipengaruhi oleh
a). Kecepatan Produksi (Cycle Time)
b) Kerugaian waktu saan produksi (Down Time)
adapun detail rumus perhitungan GHPH adalah seperti dibawah ini
Keterangan :
- GSPH = Kapasitas Produksi dalam 1 Jam (Stoke/menit)
- Stroke = Jumlah part yang diproduksi (pcs)
- CT = Cycle Time/Kecepatan Prod (menit)
- DT = Down Time/ Kerugian waktu saat produksi (menit)
- DCT = Die Change Time/ Waktu yang digunakan untuk penggantian die
(menit)
GSPH = Stroke(Stroke x CT) + DT + DCT
x 60
21
2.5 Proses Produksi
Proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan
tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna.
Dari definisi diatas maka pada hakekatnya proses produksi adalah mengubah
(transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain yang
mempunyai nilai lebih tinggi (terjadi perubahan nilai), seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah :
Gambar 2.3 Proses Produksi Pabrik
Dalam gambar diatas memperhatikan bahwa semua unsur input yang dibutuhkan
tersedia, maka proses produksi dapat dimulai yang meliputi proses pembuatan dalam
unit-unit prosesing maupun dalam unit-unit perakitan dengan prosedur yang benar
dan dikontrol untuk mendapatkan kesesuaian dengan design yang telah ditetapkan.
Dengan demikian proses produksi terjadi berbagai macam proses, yaitu :
1. Proses Pembuatan
2. Proses Perakitan
3. Proses pengujian
Input Proses Transformasi Output‐ mesin Proses Produksi ‐ Barang/jasa‐ bahan komponen dengan menggunakan ‐ produk sampingan‐ energi berbagai macam ‐ sisa proses‐ design fasilitas produksi
22
2.6 Design Proses Produksi
Design proses produksi mendefinisikan bagaimana suatu produk dibuat atau
diproses. Pada dasarnya design proses produksi dapat di klasifikasikan menjadi 5
yaitu :
a. Line Flow Process dan Product Flow Process
Penyusunan station kerja (work station) berdasarkan urutan operasi
pembuatan produk, dimana produk mengalir mengikuti langkah-langkah
sekuensial yang sama (stadar) dalam proses produksi. Assembly line pada industri
otomotif dan elektronika adalah contoh nyata yang dipakai dalam industri dari
line flow process
b. Jumbled Flow Process atau Job Shop
Produk dibuat dalam aliran terputus-putus (intermitten) atau tidak kantinu.
Peralatan dan tenaga kerja di kelompokkan dalam pusat kerja (work center)
berdasarkan jenis pekerjaan. Dalam proses ini, aliran produk dan pekerjaan hanya
terdapat dalam pusat-pusat kerja dimana mereka dibutuhkan, sehingga
membentuk pola aliran tercampur. Karena sistim ini menggunakan tenaga kerja
berkemampuan tinggi secara terus bersama, maka sistim ini sengat flexible
terhadap perubahan dalam desain atau volume produk
c. Project
Dalam sebuah project biasanya material, peralatan kerja dan tenaga kerja
dibawa ke tempat project. Dalam hal ini tidak ada aliran produk dari suatu proyek,
tetapi setiap aliran proyek memiliki proses operasinya. Bentuk proyek memiliki
23
keunikan karena memiliki kegiatan awal, memiliki kegiatan akhir dan memiliki
batas waktu penyelesaian. Bentuk ini tidak sesuai dengan pelaksanaan dal proses
manufacturing, karena pada umumnya proyek hanya dilaksanakan sekali saja.
d. Flexible Manufacturing System (FMS)
Pada dasarnya sistim ini adalah suatu automated cell yang digunakan untuk
menghasilkan sekelompok komponen atau assemblies. Semua komponen
membutuhkan proses manufacturing serupa tetapi urutan operasi tidak perlu
sama dalam setiap kasus.
e. Agile Manufacturing System
Memungkinkan perusahaan untuk mengolah perubahan sebagai suatu hal
yang rutin dengan cara mengkombinasikan vaisi kompetitif dengan kreatifitas dan
aplikasi teknologi. Perusahaan harus memiliki agility (kegesita) dalam strategi
operasionalnya. Criteria perusahaan yang sukses di era global ini adalah
berkompetisi berdasarkan waktu (time based competenstion), respon cepat atas
perubahan, fleksibilitas tinggi dan efisiensi tinggi.
2.7 Peramalan
Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan
yang effectif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Peramalan pada dasarnya
adalah suatu taksiran, tetapi menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih
dari pada suatu taksiran. Peramalan mempunyi pengaruh langsung pada umunya
24
diluar kendali manajemen, misalkan : ekonomi, pelanggan, pesaing, pemerintah dan
lain-lain.
Peramalan sangat berarti dalam merencanakan dan pengambilan keputusan
terutama dibidang produksi. Peramalan akan menentukan manajemen operasi suatu
perusahaan dalam bidang penjadwalan, kebutuhan bahan, kebutuhan tenaga kerja,
perencanaan kapasitas, perencanaan Layout dan masih banyak lagi.
Dalam kenyataannya banyak hal yang membutuhkan peramalan, tetapi aktifitas
manajemen operasi merupakan salah satu pengguna peramalan sehingga perusahaan
dituntut untuk memiliki ternaga ahli dalam bidang :
1. Identifikasi dan definisi masalah peramalan
2. Aplikasi metode peramalan
3. Pemilihan metode peramalan
Secara umum metode peramalan dibagi dalam dua kategori yaitu metode
kuantitatif (statistik) dan kualitatif (non-statistik). Metode kuantitatif dapat diterapkan
apabila memenuhi syarat berikut :
1. Tersedia informasi masa lalu
2. informasi tersebut dapat dikuantitatifkan ke dalam data numeric
3. Diasumsikan bahwa aspek masa lalu terus berlanjut di masa yang akan
datang
Metode kuantitatif terdiri dari dua teknik runut waktu (time series) dan metode
kasual. Pola data dalam metode time series harus dipertimbangkan untuk menentukan
25
forecasting. Pola data dibagi menjadi empat jenis siklus dan trend (Makriadis dan
Wheelwright, 1983) yaitu :
1. Pola horisontal, terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-
rata yang konstan. Pola data ini cocok dengan metode peramalan Single
Moving Average dan Single Exponensial Smooting.
2. Pola musiman, terjadi bila mana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman. Pola data ini cocok dengan metode peramalan Exponensial
Smoothing.
3. Pola siklus, terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi
jangka panjangseperti siklus bisnis.
4. Pola trand, terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan yang sekuler
jangka panjang dalam data. Pola data ini cocok dengan metode peramalan
Double Moving Average dan Double Exponensial Smoothing.
Pada metode kasual, mengasumsikan bahwa factor yang diramalkan mewujudkan
hubungan sebeb akibat dengan satu lebih variable independent. Tujuannya adalah
menentukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai
mendatang dari dependent variable. Metode ini menyatakan adanya saling
ketergantungan fungsional diantara berbagai variabel.
Metode ini terdiri dari :
- Regrese deret berkala (Time Series regression)
- Regresi yang tidak berkaitan langsung dengan waktu
26
Metode Kualitatif (non-statistik), Peramalan ini didasarkan pada individu-
individu penilaian orang yang dilakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-
data yang akurat (pengolahan dan analisis data historis yang tersedia), dimana tidak
ada model matematik, biasanya dikarenakan data yang ada tidak cukup representatif
untuk meramalkan masa yang akan datang. Peramalan ini menggunakan
pertimbangan pendapat para pakar yang ahli dibidangnya. Teknik model peramalan
kualitatif berusaha untuk menggunakan penilaian (judgement) atau faktor subyektif
individu dalam peramalan. Model ini sangat berguna terutama ketika faktor subyektif
diharapkan sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit didapatkan.
metode ini digunakan untuk peramalan produk baru dimana tidak ada data historis,
Teknik yang digunakan pada metode ini adalah :
- Teknik Delphi
- Kurva pertumbuhan
- Marketing Research, dll
2.8 Terminologi Biaya
2.8.1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya-biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat
kegiatan diatas jangkauan pengoperasian yang layak untuk kapasitas atau kemampuan
yang tersedia. Yang termasuk biaya tetap adalah asuransi dan pajak terhadap fasilitas,
gaji, management umum dan alternatif, bunga terhadap pinjaman modal, dll
27
Biaya variable (Variable Cost) biaya yang dihubungkan dengan pengoperasian
yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyak keluaran atau hasil, ataupun
ukuran-ukuran tingkat kegiatan yang lain.
2.8.2 Biaya Langsung, Tidak Langsung dan Overhead
Biaya langsung (Direct Cost) adalah biaya yang secara beralasan dapat diukur dan
dialokasikan ke suatu keluaran atau kegiatan kerja tertentu. biaya tenaga kerja dan
material yang berhubungan langsung dengan hasil produk barang atau jasa
merupakan biaya langsung.
Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang ulit untuk untuk
dimasukkan atau dialokasikan kesuatu keluaran atau kegiatan kerja tertentu. Biaya
peralatan umum, alat tulis kantor, perawatan peralatan yang lain adalah contoh biaya
tidak langsung.
Overhead terdiri dari biaya diluar biaya pekerja langsung dan biaya material
alangsung. Contoh biaya overhead adalah biaya perbaikan umum, pajak kepemilikan,
supervisi dan yang lainnya.
28
2.9 Depresiasi
Depresiasi dapat didefinisikan sebagai hilangnya nilai barang milik (property)
dari waktu ke waktu barang tersebut digunakan. Untuk menentukan apakah
pengurangan depresiasi diizinkan, maka perlu diperhatikan syarat dasar sebai
berikut :
1. Barang milik harus digunakan dalam usaha bisnis atau membantu
menghasilkan pendapatan.
2. Barang milik harus merupakan barang yang dapat aus, busuk, mengalami
kemunduran, menjadi usang dan kehilangan nilai karena sebab alami.
3. Barang Milik harusmemiliki masa kegunaan yang dapat ditentukan lebih dari
satu tahun.
Depresiasi sebagai elemen laporan akutansi dasar, memperhatikan biaya asset (harga
perolehan asset) sebagai pengeluaran yang dibayar dimuka yang harus dibebaskan ke
laba selama beberapa periode waktu yang masuk akal.
2.10 Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja (work measurement) merupakan penaksiran waktu yang akan
dipergunakan dalam suatu pekerjaan. Terdapat beberapa teknik untuk
memperlakukan pengukuran kerja yaitu:
1. Teknik pendekatan langsung
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung terhadap
para pekerja yang terdiri dari tie study dan sampling activity
29
2. Teknik pendekatan tidak langsung
Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan estimasi terhadap waktu sintesis,
waktu yang diterapkan terlebih dahulu.
Dari kedua metode diatas yang sering dugunakan adalah metode pendekatan
langsung karena lebih praktis dan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk
melakukan estimasi gerakan.
2.10.1 Time Study
Time Study merupakan teknik observasi langsung terhadap pekerja dengan
mengamati pekerja, mancatat waktu dari setiap apa yang dikerjakan dan menentukan
nilai perkerjaan tersebut. Waktu observasi (observed time) adalah watu yang
diperoleh dengan mengukur waktu kerja suatu pekerjaan tanpa memperhatikan
kemampuan pekerja dan kelonggaran (allowance). Kemampuan pekerja ditentukan
dengan membandingkan secara mental dengan pekerja ditentukan dengan
membandingkan secara mental dengan pekerja yang memenuhi syarat dan bekerja
dengan prestasi standart. Dasar penilaian pekerja (rating scale) berbeda-beda untuk
pekerjaan yang berbeda. Penilaian tersebut didasarkan pada penilaian rata-rata,
dimana perkerja yang memenuhi syarat bekerja secara wajar, yaitu cukup terdidik dan
diberi motivasi.
Waktu selain waktu dasar diatas, yang perlu diperhatikan adalah waktu untuk
istirahat (relaxation allowance) keperluan pribadi yang sulit dihindari oleh seorang
pekerja. Allowance ditentkan oleh perusahaan yang ditmbahkan dengan waktu dasar.
30
Waktu yang disebabkan oleh adanya gangguan bahan rusak (reject), sehingga
perlu diberikan kelonggaran yang bersifat kebetulan (contingency allowance). Waktu
ini ditentukan oleh perusahaan yang memiliki nilai yang berbeda-beda setiap
kasusnya dengan mempertimbangkan data-data yang terdahulu.
Waktu yang disebabkan oleh adanya gangguan kecil pada saat proses prosuksi.
Sehingga perlu diberikan kelonggaran proses. Waktu ini ditentukan oleh perusahaan
yang memiliki nilai yan berbeda-beda setiap kasusnya dengan mempertimbangkan
data-data yang terdahulu.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor diatas maka untuk menentukan
waktu standart dengan cara:
Waktu standar = waktu dasar + (relaxiation + contingency + process) allowance
Cara lain yang digunakan untuk menentukan waktu standart adalah :
Waktu standart = allowance
lwaktunorma−1
Waktu normal = waktu rata-rata x skala nilai
Waktu siklus rata-rata = vasiiklusobserbanyaknyas
obesrvasiwaktu∑
31
2.10.2 Sampling Kegiatan
Sampling kegiatan (Activity Sampling) adalah suatu teknik dimana sejumlah
obeservasi berturut-turut dilakukan selama periode waktu tertentu atas suatu
pekerjaan atau kelompok mesin atau proses.
2
)100(4L
PPN −=
2.11 Analisis Titik Impas/ Break Event Point (BEP)
Analisis titik impas adalah salah satu analisis dalam ekonomi teknik yang sangat
popular digunakan terutama pada sektor-sektor industri yang padat karya. Analisis ini
akan berguna apabila seseorang akan mengambil keputusan pemilihan alternative
yang cukup sensitive terhadap fariabel atau parameter dan bila variable-variabel
tersebut sulit diestimasi nilainya. Melalui analisis titik impas seseorang akan bisa
mendapatkan nilai dari parameter tersebut yang menyebabkan dua atau lebih
alternatif dianggap sama baiknya, dan oleh karenannya bisa dipilih salah satu
diantaranya. Nilai suatu parameter atau variable yang menyebabkan dua atau lebih
alternative sama baiknya disebut nilai titik impas (break even point, disingkat BEP).
Apabila nantinya pengambilan keputusan bisa mengestimasi besarnya nilai aktual
dari variabel yang bersangkutan (lebih besar atau lebih kecil dari nilai BEP) maka
akan bisa ditentukan alternatif mana yang lebih baik)
Aplikasi analisis titik impas pada permasalahan produksi biasanya digunakan
untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan perusahaan berada pada
32
Volume Produksi Volume Produksi Volume Produksi
Ong
kos
FC
Ong
kos
VC Ong
kos
FC
VC
TC = FC + VC
kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas ini maka harus dicari fungsi-fungsi
biaya maupun pendapatannya. Pada saat kedua fungsi tersebut bertemu maka total
biaya sama dengan total pendapatan. Dalam melakukan analisis titik impas, sering
fungsi biaya maupun fungsi pendapatan diasumsikan linier terhadap volume produksi.
Ada tiga komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisis ini yaitu :
• biaya-biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya-biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh produksi. Beberapa yang termasuk biaya tetap adalah biaya
gedung, biaya tanah, biaya mesin dan peralatan, dan sebagainya.
• Biaya-biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya-biaya yang besarnya
tergantung (biaya secara linier) terhadap volume produksi. Biaya-biaya yang
tergolong biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung
• Biaya tital (total cost) adalah jumlah dari biaya-biaya tetap dan biaya-biaya
variabel.
Grafik 2.1 Ongkos Produksi
Sumber : PengantarTeknik &Manajemen Industri
33
Bila digambar dalam grafik maka biaya-biaya tersebut terlihat seperti Gambar 2.4
Bila dimisalkan X adalah volume produk yang dibuat, dan c adalah onkos variabel
yang terlihat dalam pembuatan satu buah produk maka ongkos variabel untuk
membuat X buah produk adalah :
VC = cX
Karena ongkos total adalah jumalah dari ongkos-ongkos tetap dan ongkos-ongkos
variable maka berlaku hubungan
TC = FC + VC
= FC + cX
Dimana :
TC = ongkos total untuk membuat X produk
FC = ongkos tetap
VC = ongkos variabel untuk membuat X produk
c = onkos variabel untuk membuat suatu produk
Dalam analisis titik impas selalu diasumsikan bahwa total pendapatan (total
revenue) diperoleh dari penjualan semua produk yang diproduksi. Bila harga satu
buah produk adalah p maka harga X buah produk akan menjadi total pendapatan,
atau :
TR = pX
dimana:
TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk
P = harga jual per satuan produk
34
Titik impas akan diperoleh apabila total ongkos-ongkos yang terlibat persis sama
dengan total pendapatan, atau:
TR = TC atau pX = FC + cX
cpFCX−
=
Diamana X dalam hal ini adalah volume produksi yang menyebabkan perusahaan
pada titik impas (BEP). Tentu saja perusahaan akan mendapat untung apabila bisa
berproduksi diatas X (melampaui titik impas) hal ini ditunjukkan seperti pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.2 Titik impas pada permasalahan produksi
Sumber : PengantarTeknik &Manajemen Industri
1 2 3 4 5 6 7 8
Break Event Point
Fix Cost (FC)/Investation
p-c (revenue)
Rp
Tahun ke-
35
2.12 7 Tools
Seven tools adalah alat-alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup
persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk dipahami,
menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan
atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.
Kemampuan seven tools yang dahsyat dalam mengemukakan fakta/fenomena
inilah yang menyebabkan para pakar dalam setiap proses kegiatan mutu sangat
tergantung pada alat-alat bantu ini. Meskipun demikian, keberhasilan dalam
menggunakan seven tools sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pengetahuan si
pengguna akan alat bantu yang dipakainya. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki,
akan semakin tepat dalam memilih alat bantu yang akan digunakan. Itulah sebabnya,
ada dua hal pokok yang perlu menjadi pedoman, sebelum menggunakan seven tools,
yaitu : Efisien (tepat) dan Efektif (benar). Efisien, maksudnya adalah ketepatan dalam
memilih alat bantu yang sesuai dengan karakteristik persoalan yang akan dibahas.
Efektif, artinya bahwa penggunaan alat bantu tersebut dilakukan dengan “benar”,
sehingga persoalan menjadi lebih jelas, mudah dimengerti dan memberikan peluang
untuk diperbaiki.
Jenis-jenis alat bantu yang tergabung dalam ”Seven Tools” dan cara
penggunaannya, adalah sebagai berikut :
36
2.12.1 Checksheet
Checksheet adalah suatu formulir, dalam bentuk diagram atau tabel yang
digunakan untuk mengumpulkan data dan memeriksa kondisi. Hasil dari checksheet
merupakan alat bantu untuk memahami situasi yang sebenarnya, menganalisa
persoalan, mengendalikan proses, mengambil keputusan dan membuat rencana. Alat
bantu ini sangat tepat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi tidak cukup
memenuhi syarat bila digunakan untuk menganalisa data, karena semua data yang
dikumpulkan adalah data fenomena/fakta yang sedang terjadi (berlangsung). Itulah
sebabnya dikatakan bahwa checksheet adalah alat bantu yang digunakan pada saat
suatu proses/kegiatan berlangsung.
Checksheet ada beberapa jenis, antara lain :
Tabel 2.1 Jenis-jenis checksheet
Dalam pembuatan checksheet harus memperhatikan keefektifanya.
JENIS KEGUNAAN
Defective Item C/S Menentukan detil cacat
Defect Factor C/S Menentukan kejadian cacat perhari, operator, mesin, dsb
Defect Position C/S Menentukan lokasi cacat
Process Distribution C/S Menentukan penyebaran dimensi, kekerasan, berat, dsb
Inspection & validation C/S Inspeksi mesin, alat-alat, atau memeriksa proses
37
Checksheet akan lebih efektif bila :
1. Mengandung informasi yang sama.
Data yang dikumpulkan masing-masing checksheet harus berasal dari
sample yang sama.
2. Secara visual memperlihatkan data dalam formulir.
Pertimbangkan layout secara visual saat mendesain sebuah form
checksheet.
3. Mudah dimengerti dan digunakan.
Langkah-langkah dalam pembuatan checksheet :
1. Identifikasi proses dimana informasi/data akan diambil.
2. Menetapkan tujuan pengambilan data.
3. Menetapkan data apa yang akan diambil.
4. menetapkan jangka waktu pengambilan data.
5. Membuat format checksheet yang mudah dibaca dan dimengerti.
Gambar 2.4 Contoh Checksheet
Date
Tipe
Problem
2 MarA
3 MarB
4 MarA
5 MarB
Tota
l
Kertas 8Macet 7Posisi 5Tebal 7Total 7 7 6 7 27
Check Sheet Problem FotocopyPress Line, Maret 2-5, 2011
1. Judul diletakkan diatas Checksheet
2. Item harus mudah dimengerti. Pikirkan tentang bagaimana mengelompokkannya. Sehingga mudah menyimpulkan data.
3. Gunakan CheckmarkDalam bentuk yang mudah dimengerti
4. Tambahkan kolom rata-rata, persentase, dll yang dibutuhkan untuk mempermudah pengumpulan dan pemeriksaan
5. Yakinkan bahwa checksheet sesuai dengan tujuannya
38
2.12.2 Pareto
Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia,
bernama ”Vilvredo Pareto”, pada tahun 1897 dan kemudian digunakan oleh Dr. M.
Juran dalam bidang pengendalian mutu. Alat bantu ini biasa digunakan untuk
menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari
fenomena tersebut. Maka istilah Pareto biasanya identik dengan Priority.
Pada suatu diagram Pareto akan dapat diketahui, suatu faktor merupakan faktor
yang paling prioritas dibandingkan faktor-faktor (minimal 4 faktor) lainnya, karena
faktor tersebut berada pada urutan terdepan, terbanyak atau pun tertinggi pada deretan
sejumlah faktor yang dianalisa. Melalui dua diagram Pareto yang diperbandingkan,
akan dapat dilihat perubahan seluruh/sebagian faktor-faktor yang sedang diteliti, pada
kondisi yang berbeda.
Diagram Pareto juga biasa digunakan untuk dapat menentukan ”pangkal
persoalan”, berdasarkan analisa yang besar, dengan mempertimbangkan beberapa
sudut pandang.
Tujuan pembuatan Grafik Pareto :
1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang harus dipelajari atau
mempersempit penyebab masalah.
2. Melihat hasil-hasil dari perubahan yang telah dilakukan.
3. Membangun konsensus kelompok dengan memberikan perhatian terhadap
isu-isu utama.
39
Langkah-langkah membuat pareto :
1. Membuat Daftar Masalah
2. Prosentasekan
3. Hitung nilai kumulatif
4. Menggambarkan diagram pareto : sumbu mendatar adalah masalah,
sumbu tegak kiri menyatakan jumlah atau bobot (bisa frekwensi terjadinya
masalah bisa juga nilai kerugian), sumbu tegak sebelah kanan menyatakan
prosentase.
Penyebab Jumlah
X1 50X2 30X3 15X4 5
Penyebab Jumlah %X1 50 50X2 30 30X3 15 15X4 5 5
Penyebab Jumlah % % KumX1 50 50 50X2 30 30 80X3 15 15 95X4 5 5 100
40
Gambar 2.5 Contoh Diagram Pareto
Diagram Pareto mempunyai prinsip utama 20:80, yang artinya :
- Berfokus pada 20% sumber persoalan yang berkontribusi terhadap 80%
dari semua persoalan yang muncul.
- Menggunakan tenaga/usaha 20% menyelesaikan 80% persoalan.
2.12.3 Scatter Diagram
Alat bantu ini sangat berguna untuk mendeteksi korelasi (hubungan) antara dua
variable (faktor), sekaligus juga memperlihatkan tingkat hubungan tersebut (kuat atau
lemah). Pada pemanfaatannya, scatter diagram membutuhkan data berpasangan
sebagai bahan baku analisisnya, yaitu sekumpulan nilai x sebagai faktor yang
independen berpasangan dengan sekumpulan nilai y sebagai faktor dependen. Artinya,
bahwa setiap nilai x yang didapatkan memberi dampak pada nilai y. Contohnya :
X1 X3 X2 X4
100 %
41
Diperoleh data bahwa ada hubungan antara banyaknya komplain (x) dengan
jumlah retur barang (y) : x = 5 � y = 50 eks.
x = 10 � y = 120 eks.
x = 12 � y = 150 eks. dst.
Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat dilakukan
analisa lebih lanjut, sejauh mana antara faktor x dan y memiliki korelasi, yang dalam
hal ini direpresentasikan sebagai nilai r (rho), yaitu nilai yang menunjukkan tingkat
keeratan hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua faktor itu berhubungan
sangat erat bila nilai rho mendekati angka + 1. Di samping itu, juga akan dapat
disimpulkan kecenderungan arah korelasi tersebut (positif atau negatif). Korelasi
memiliki kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x menyebab-kan
pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap pertambahan
menyebabkan pengurangan faktor y.
Langkah awal membuat scatter diagram adalah identifikasi dan mengumpulkan
data yang diperlukan seperti :
1. Memilih variabel akibat.
2. Memilih variabel sebab.
3. Menentukan satuan unit.
4. Menyajikan data : untuk alasan praktis, kumpulkan minimum 75 pasang.
42
Tujuan Scatter diagram adalah untuk menyajikan representasi visual dari
informasi sehingga menambah bobot evaluasi dari hubungan antara sebab dan akibat.
1. Buat Sumbu X & Y.
Buatlah sumbu X & Y, tandai sumbu X dengan variabel sebab. Tandai sumbu
Y dengan variabel akibat. Buatlah interval pengukuran yang mengakomodasi
seluruh data.
2. Tentukan Titik yang dimaksud.
Tentukan titik yang dimaksud dengan mencari persilangan data sebab dan
akibat.
Gambar 2.6 Contoh Scatter Diagram
50 100 1500
2
4
6
8
10
Jumlah Kunjungan
Jum
lah
Pen
jual
an
12
3
Skala lebar harus sama, sehingga memperjelas scatter
Lebih dari 1 data pada satu
n=20
Menandakan besaran dataN=banyaknya populasin=banyaknya sample
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17Jumlah
Kunjungan90 130 140 100 123 121 133 96 88 136 117 125 92 132 106 129 102
Penjualan 4 3 8 5 7 6 8 3 2 10 4 5 3 7 11 4 3
43
Scatter diagram tidak membuktikan bahwa satu item akan menyebabkan yang
lainnya. Saat melakukan evaluasi, lihat pola yang ditimbulkan.
Jenis-jenis korelasi :
1. Korelasi Positif
Ditunjukkan dengan kenaikan nilai variable sebab menyebabkan kenaikan
nilai variabel akibat.
2. Korelasi Negatif
Ditunjukkan dengan kenaikan nilai variabel sebab menyebabkan penurunan
nilai variabel akibat.
3. Tidak ada Korelasi
Ditunjukkan dengan perubahan nilai variabel sebab tidak berdampak terhadap
variabel akibat
Gambar 2.7 Korelasi Scatter Diagram
Kemungkinan ada penyebab lainnya
Mengindikasikan perubahan efek dalam satu arah
44
2.12.4 Histogram
Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang
yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi),
dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau
penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama,
tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat
dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu,
sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil
produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spect yang telah
ditetapkan. Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil
produksi, perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari
pengumpulan data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat
memenuhi populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi
sangat penting, terutama dalam menentu-kan besaran nilai tengah (standar) dan
seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang
tercipta. Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal
sebagai berikut :
1. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi
berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten,
artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.
45
2. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah
ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga
berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas.
3. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan
bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu.
Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas
spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang
ditetapkan.
Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan
produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi
kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain
sebagainya.
Langkah-langkah membuat Histogram :
1. Kumpulkan Data
Identifikasi produk atau proses yang ingin di periksa. Kumpulkan data
numerik (misalnya, jumlah waktu, ukuran, atau berat). Sebagai aturan praktis,
kumpulkan minimal 45 nilai data. Sebuah Checksheet adalah salah satu cara
mengumpulkan data.
2. Tentukan Jumlah Kelas
Tentukan jumlah kelas menggunakan jumlah data yang dihasilkan.
Sebagai panduan :
1. Data < 50; bentuk 5 – 7 kelas
46
2. Data 50 – 99; bentuk 6 – 10 kelas
3. Data 100 – 129; bentuk 7 – 12 kelas
4. Data > 250; bentuk 10 – 20 kelas
3. Tentukan Lebar Kelas
Hitunglah rentangnya dengan mengurangi nilai terkecil dengan nilai terbesar.
Hitung lebar tiap kelas dengan membagi rentang dengan jumlah kelas. Untuk
90 nilai data, jumlah kelas dapat berkisar dari enam sampai 10.
Catatan: Jika semua angka sulit untuk digunakan, mungkin lebih
mudah untuk mengumpulkan lebar kelas ke desimal terdekat. Misalnya, jika
lebar kelas sama dengan 0,057, mungkin dibulatkan ke 0,06.
4. Tentukan Batas Kelas
Tentukan batas-batas untuk setiap kelas (yaitu, nilai terkecil dan terbesar
untuk kelas masing-masing). Kelas-kelas tersebut tidak boleh berisi nilai yang
sama, karena itu, batas harus sangat jelas
5. Tentukan Jumlah (Frekuensi) Masing-Masing Kelas
Gambar 2.8 Contoh Histogram
47
Kegunaan utama Histogram adalah Histogram dapat mengidentifikasi spesifikasi
yang diinginkan.
Gambar 2.9 Contoh Kegunaan Histogram
Bentuk Histogram :
Gambar 2.10 Bentuk-bentuk Histogram
2.12.5 Fishbone
Ini adalah satu-satunya alat bantu yang menggunakan data verbal (nonnumerical)
atau data kualitatif dalam penyajiannya. Alat bantu ini menggambarkan tentang suatu
kondisi ”penyimpangan mutu” yang dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab
2,0 2,1 2,4 2,7 3,0 3,3 3,6 3,9 4,2
Variasi Pengumpulan Data
Spesifikasi Yang Diinginkan
48
yang saling berhubungan. Berbeda dengan alat-alat bantu lainnya, karena
penggunaannya akan lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok. Sehingga alat
bantu ini seringkali identik dengan kegiatan kelompok. Di samping itu, manfaat
optimum diperoleh bila diagram tulang ikan mampu menampilkan akar-akar
penyebab yang sesungguhnya dari suatu penyimpangan (ketidakbermutuan). Diagram
tulang ikan mengidentifikasi banyak kemungkinan penyebab atau masalah. Bisa juga
digunakan untuk menstrukturisasi hasil dari sesi brainstrorming, dan juga mensortir
dengan segera ide-ide menjadi beberapa kategori yang lebih berguna
Fishbone digunakan pada saat mengidentifikasi kemungkinan penyebab atau
masalah, dan terutama digunakan bila pemikiran team cenderung rutinitas
Prosedur Pembuatan Diagram Fishbone :
Bahan yang dibutuhkan: flipchart atau papan tulis, pena penanda.
1. Menentukan pernyataan masalah (efek).
Tulislah di tengah sisi kanan flipchart atau whiteboard. Gambarkan kotak
disekitarnya dan panah menuju kotak tersebut.
2. Brainstorming kategori utama dari penyebab suatu problem. Bila sulit
gunakan pendekatan 4M + 1E.
3. Tulis kategori dari penyebab sebagai cabang dari panah utama.
4. Brainstorming semua kemungkinan penyebab masalah dengan menanyakan
“kenapa”. Tulislah jawaban tersebut pada kategori yang sesuai.
5. Tanyakan lagi “kenapa” (5 WHY).
6. Jawaban terakhir adalah sumber penyebabnya.
49
Gambar 2.11 Contoh Diagram Tulang Ikan
2.12.6 Stratifikasi
Stratifikasi adalah teknik yang digunakan dalam kombinasi dengan alat analisis
data lain. Ketika data dari berbagai sumber atau kategori disatukan, arti dari data
menjadi mustahil untuk dilihat. Teknik ini memisahkan data sehingga pola dapat kita
lihat.
Stratifikasi dapat digunakan bila data berasal dari beberapa sumber atau kondisi,
seperti shift, hari dalam seminggu, pemasok atau kelompok penduduk. Dan ketika
data analisis memerlukan pemisahan sumber atau kondisi yang berbeda
Prosedur melakukan Stratifikasi :
1. Sebelum pengumpulan data, mempertimbangkan informasi mana dari
sumber-sumber data yang mungkin berpengaruh pada hasil. Atur
pengumpulan data sehingga kita mengumpulkan informasi itu juga.
2. Ketika menggambarkan data yang dikumpulkan pada diagram pencar, peta
kendali, histogram atau alat analisis lainnya, gunakan tanda yang berbeda
Ymasalah
Sebab Akibat
X
X
X
X
Manusia Mesin
Material Metode Akibat
Akibat Akibat
Akibat Akibat
Akibat Akibat
Akibat Akibat
50
atau warna untuk membedakan data dari berbagai sumber. Data yang
dibedakan dengan cara ini dikatakan "bertingkat.“
3. Analisa subset data berlapis secara terpisah. Sebagai contoh, pada diagram
pencar di mana data dikelompokkan menjadi data dari sumber 1 dan data
dari sumber 2, gambar kuadran, hitung nilai dan tentukan nilai kritis hanya
untuk data dari sumber 1, kemudian hanya untuk data dari sumber 2.
2.12.7 Grafik
Grafik biasa digunakan sebagai alat bantu untuk menerangkan suatu kondisi,
menggambarkan trend, memprediksi situasi secara lebih jelas, melalui sejumlah data
yang digambarkan, baik dalam bentuk balok (block), lingkaran (Pie Chart), garis
(Line chart) dan lain sebagainya. Penggambaran grafik yang tepat akan memberikan
kemudahan dalam membaca data yang ditampilkan, sehingga memungkinkan untuk
penelitian atau analisa lebih lanjut.
Tabel 2.2 Jenis-jenis Grafik
Penerapan Grafik Karakteristik
Membandingkan ukuran dua kuantitas Bar Graph Untuk menyajikan balok identik (lebar sama)tetapi beda ketinggian, menyatakan duakuantitas yang berbeda
Melihat perubahan sepanjang waktu Line Graph Menyajikan kecenderungan (TREND) data dari waktu ke waktu
Membagi bagian masing-masingkuantitas
Pie Chart Memperlihatkan bagian/komponen masing-masing komponen pada periode tertentu mudahterlihat
Memperlihatkan detail data Band Graph Memperlihatkan bagian/komponen masing-masing komponen
Menjelaskan kesetimbangan antaritem yang ada
Radar Chart Untuk mengamati karakteristik dankecenderungan kesetimbangan antara beberapaitem
Memperlihatkan kemajuan suaturencana
Gantt Chart Mempermudah pemahaman rencana secararinci dan kemajuannya apakah sesuai denganskedulnya
Menjelaskan urutan data sampaitercapai
Z Diagram Untuk melacak perubahan pencapaian suaturencana atau kemajuan sejauh mana pencapaian objektif
51
Gambar 2.12 Contoh Grafik Balok
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
Bengkok
Penyok
Tergores
Salah Pasang
Jumlah Kerusakan Tahun 2009 (Qty)
(Bulan)