Bab 2

19
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keperawatan transkultural adalah suatu wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantaranya budaya dengan menghargai asuhan keperawatan, sehat dan sakit di dasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan juga ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Oleh karena itu, perawat harus memahami tentang perbedaan nilai- nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai – nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Jika hal tersebut diabaikan, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh pasien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal 1

Transcript of Bab 2

Page 1: Bab 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keperawatan transkultural adalah suatu wilayah keilmuan budaya

pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang

perbedaan dan kesamaan diantaranya budaya dengan menghargai asuhan

keperawatan, sehat dan sakit di dasarkan pada nilai budaya manusia,

kepercayaan dan tindakan, dan juga ilmu ini digunakan untuk memberikan

asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada

manusia.

Oleh karena itu, perawat harus memahami tentang perbedaan nilai-

nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa

sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai – nilai

dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Jika hal tersebut

diabaikan, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh pasien pada suatu kondisi dimana

perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan

kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, ketidakberdayaan

dan mengalami disorientasi.

Semakin berkembangnya zaman ini, semakin pula kritis pola pikir

seorang pasien yang kita hadapi. Oleh karena itu ilmu keperawatn

transkultural ini sangat diperlukan dalam proses asuhan keperawatan. Hal ini

bertujuan bahwa, seorang perawat bisa menyesuaikan budaya-budaya yang

sangat banyak dan berebeda yang dimiliki setiap pasien, agar pasien merasa

nyaman dan perawat juga tampak terlihat profesional dimata pasien walaupun

dengan banyak perbedaan tersebut.

1

Page 2: Bab 2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Apa definisi dari konsep keperawatan transkultural menurut Leininger?

2) Apa saja tujuan dari transkultural nursing?

3) Bagaimana konsep dalam transkultural nursing?

4) Bagaimana teori sunrise model menurut Leininger?

5) Apa saja yang termasuk dalam komponen-komponen teori sunrise model

menurut Leininger?

6) Bagaimana peran teori Leininger terhadap proses keperawatan?

1.3 TUJUAN

1) Menjelaskan definisi dari konsep keperawatan transkultural menurut

Leininger.

2) Menjelaskan tujuan dari transkultural nursing.

3) Menjelaskan konsep dalam transkultural nursing.

4) Menjelaskan teori sunrise model menurut Leininger.

5) Menjelaskan hal-hal apa saja yang termasuk dalam komponen-komponen

teori sunrise model.

6) Menjelaskan peran teori Leininger terhadap proses keperawatan.

2

Page 3: Bab 2

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KONSEP KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Transcultural Nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuwan

budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus

memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai

asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan

dan tindakan, ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Bidang kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik

dalam keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang

melihat adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawat, kesehatan dan pola

penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya

yang berbeda didunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan

pengaruh budaya yang spesifik dan atau perawatan yang universal pada

masyarakat.

2.2 TUJUAN TRANSKULTURAL NURSING

Tujuannya adalah mengubah nama-nama professional dan praktek

yang bersifat tradisional monokultural ke arah multi budaya dan macam-

macam bentuk yang holistik dan kemanusiaan dalam perawatan kesehatan,

sehingga perawatan diterima pasien sebagai hal yang sama dengan nilai-nilai

budaya pasien sendiri. Pendekatan ini dapat dilihat sebagai bagian dari

perubahan yang terus-menerus yang mengubah praktik yang rutin dalam

keperawatan serta berorientasi tugas kearah penggunaan proses dan model

keperawatan terhadap perawatn pasien. Adapun tujuan yang lebih umum,

antara lain:3

Page 4: Bab 2

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk

mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga

tercipta praktek keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal.

Menyediakan atau memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang

bermutu dan efektif kepada orang lain berdasarkan nilai-nilai

kultural mereka dan konteks sehat-sakit.

Dibangun dari pemikiran bahwa manusia dari tiap kebudayaan tidak

hanya dapat mengetahui dan mendefinisikan tetapi juga dapat

menghubungkan pengalaman dan perasaan itu kepercayaan dan

praktik kesehatan umum mereka.

2.3 KONSEP DALAM TRANSKULTURAL NURSING

a. Budaya

Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan

mengambil keputusan.

b. Nilai budaya

Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih di inginkan atau sesuatu

tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi

tindakan dan keputusan.

c. Perbedaan budaya

Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian

asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan

keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang

menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk

kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang

mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

c. Etnosentris

Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang

dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya yang terbaik.

4

Page 5: Bab 2

e. Etnis

Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang

di golongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

f. Ras

Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada

mendiskreditkan asal muasal manusia.

g. Etnografi

Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada

penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan

kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan

dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan juga

saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

h. Care

Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk

memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan

kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

i. Caring

Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung

dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang

nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan

manusia.

j. Cultural Care

Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan

dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau

memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk

mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang, bertahan hidup dan hidup

dalam keterbatasan mencapai kematian dengan damai.

5

Page 6: Bab 2

k. Culturtal imposition

Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan

kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya

bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari pada kelompok lain.

2.4 TEORI SUNRISE MODEL

Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual

tentang pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan

di berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari

berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik

pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat

psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural.

Sebagai ahli antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai

kultur dan subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan

penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian

asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia. Hal ini

menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan

transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan

(universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini

mengarah pada di kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas

dalam asuhan kultural.

Model “matahari terbit” dari Leininger 1988, adalah satu yang

pertama dikembangkan. Menghubungkan teorinya tentang perbedaan

budaya dalam perawatan kesehatan dan penerimaan manusia sebagai

fenomena yang universal dengan membedakan ekspresi dan arti

transkultural. Leininger yang mempertimbangkan konsep keperawatn

sebagai gambaran yang membedakan keperawatan dan yang menempatkan

sebagai bagian dari profesi yang lain kepada dokter. Dia juga mempercayai

bahwa pendekatan profesional dalam perawatan harus menggabungkan

sistem kekeluargaan dan metode penyembuhan tradisional yang merupakan

6

Page 7: Bab 2

bagian dari budaya pasien. Model matahari terbit adalah digambarkan

sebagai ungkapan.

Memancar keluar dari pusat (seperti sinar terbitnya matahari)

dengan tujuan komponen yang mewakili gambaran sosial dan pandangan

budaya. Komponen tersebut memengaruhi pola dan ekspresi perawatan

melalui bahasa dan lingkungan. Masing-masing komponen selanjutnya

tertimbas pada keputusan tentang perawatan dan tindakan dan pada respons

pasien terhadap kesehatan, sehat-sakit dan permintaan perawatan.

Sebagai bagian dari teori Leininger mengembangkan "Model

Terbit" sebagai panduan untuk perawat lebih mudah mengidentifikasi

faktor-faktor budaya yang mempengaruhi pasien pengalaman perawatan.

Model ini menyumbang tujuh sosial dan budaya komponen yang perawat

7

Page 8: Bab 2

harus mempertimbangkan untuk mengidentifikasi keadaan mempengaruhi

pengalaman pasien perawatan. Komponen meliputi termasuk pandangan

pasien dunia, persepsi perangkat teknologi sebagai berarti untuk

meningkatkan kondisi kesejahteraan, politik dan hukum dari budaya

sendiri yang dapat mempengaruhi kesehatan individu, dan faktor agama

yang mungkin mempengaruhi perawatan pasien. Komponen lebih banyak

keluarga dan peran keluarga dalam perawatan pasien, atau nilai-nilai

budaya lain yang mungkin penting untuk konservasi kesehatan pasien.

Berdasarkan konsep-konsep ini, menurut Leininger, perawat mendapat

gambar keseluruhan dari pasien hidup dunia dan dengan demikian dapat

memberikan perawatan holistik yang lebih baik dan lebih.

2.5 KOMPONEN-KOMPONEN DALAM TEORI SUNRISE

Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari

konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh)

komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :

1. Faktor Teknologi (Technological Factors)

Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk

memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam

pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan,

maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang

penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan

kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit,

kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.

2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical

Factors)

Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan

motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan

motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya

8

Page 9: Bab 2

bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji

perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak

positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus

asa, mempunyai konsep diri yang utuh.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)

Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat: nama

lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan

tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan

dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga,

kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.

4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)

Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai

apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan

dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa

yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan

pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan

dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.

5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)

Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural.

Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,

jumlah anggota keluarga yang menunggu.

6. Faktor ekonomi (Economical Factor)

Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang

dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi

yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya

kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara

lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.

9

Page 10: Bab 2

7. Faktor pendidikan (Educational Factor)

Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam

menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi

pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti

ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai

dengan kondisi kesehatannya.

2.6 PERAN TEORI PERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER

TERHADAP PROSES KEPERAWATAN

Peran perawat pada transkultural nursing theory ini adalah

menjebatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam

dengan sistem perawatam profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh

karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan

keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan

dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan

tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan diberikan kepada klien harus

tetap memerhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan, yaitu:

1. Culture carepreservation atau maintenance

yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena

budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya

hidup yang di inginkan.

2. Culture care accommodation/negotiation

yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memerhatikan fenomena

budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara beradaptasi,

bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup

individu atau klien.

 

10

Page 11: Bab 2

3. Culture care reppaterning (restructuring)

yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu

memperbaiki kondisi kesehatan dan gaya hidup klien ke arah yang lebih

baik.

4.Culture congruent nursing carehelt and well being

yaitu asuhan keperawatan yang kompeten yang berdasarkan budaya dan

pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang

bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi

masyarakat.

11

Page 12: Bab 2

BAB 3

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan

keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk

mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang

budaya. Hal ini dipelajarai mulai dari kehidupan biologis sebelumnya,

kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya. Perencanaan dan pelaksanaan

proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada

klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga

tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri

sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care

dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu: Struktur sosial seperti

teknologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural,

politik dan faktor-faktor legal, faktor–faktor ekonomi dan faktor-faktor

pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan,

bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian

struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-

pola yang ada dalam masyarakat daan praktek-praktek yang merupakan

bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial (Leineinger dan MC Farland

2002). Dalam model sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi hubungan

antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang

dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari

idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari

keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang

mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar

12

Page 13: Bab 2

efektif jika latarbelakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa

perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

3.2 SARAN

Setelah membaca dan memahami isi makalah di harapkan pembaca

bisa memahami teori sunrise menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi

teori tersebut dalam proses keperawatan..

Dengan adanya teori Leininger tersebut maka perbedaan budaya

yang dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh

pada proses asuhan keperawatan pada pasien di karenakan telah mengetahui

dan memahami teori sunrise dari Leininger.

Oleh karena itu, seorang perawat tidak boleh membeda–bedakan

pasien yang satu dengan yang lain. Tetap berlaku profesional dalam

melakukan asuhan keperawatan.

13