Bab 123 Q
-
Upload
lutfi-anggraini -
Category
Documents
-
view
184 -
download
0
Transcript of Bab 123 Q
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes merupakan global killer yang menyebabkan kematian yang
jauh lebih banyak dari pada HIV/AIDS (Apriyanti, 2012). Apabila penyakit
diabetes melitus dibiarkan begitu saja atau penderita tidak menyadari telah
menderita diabetes, keadaan hiperglikeminya yang berlangsung bertahun-
tahun akan menimbulkan berbagai komplikasi dan kematian (Dalimartha,
2012). Penyakit yang di derita dan pengobatan yang di jalani dapat
mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologis dan kesehatan sosial serta
kesejahteraan penderita diabetes yang didefinisikan sebagai kualitas hidup
(Quality of Life) (WHO, 2004). Pada penderita diabetes yang cenderung
mengalami banyak stresor akibat perkembangan penyakit maupun
pengelolaanya akan mengalami perubahan pada kualitas hidupnya dan hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh dukungan keluarga (Sarafino, 2006). Hal ini
sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa dukungan keluarga dapat
mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderita diabetes dengan
melindunginya dari efek negatif yang timbul dari stresor yang dialami
penderita diabetes (Rifki, 2009). Oleh karena itu, menurunnya dukungan
keluarga yang dirasakan penderita diabetes dapat melemahkan kemampuan
individu dalam mengatasi permasalahan hidup sehingga menurunkan kualitas
hidupnya (Sarafino, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 20
1
Juni 2013 melalui wawancara dengan 16 penderita diabetes di Poli Dalam
RSUD Nganjuk ditemukan bahwa 9 orang khawatir akan kemungkinan
komplikasi yang terjadi pada diri mereka seperti borok atau luka yang tidak
sembuh. Sedangkan 7 penderita yang lain mengatakan keluarganya jarang
mengingatkan untuk kontrol kembali.
Diabetes menyerang semua populasi dan jumlah ini terus bertambah.
Lebih dari 240 juta orang di dunia saat ini mengidap diabetes, angka ini terus
bertambah hingga lebih dari 380 juta pada tahun 2025. Dibeberapa negara di
Asia, Timur Tengah, Oceania dan Karibia, diabetes 12 – 20 % dari polulasi
terkena diabetes (Apriyanti, 2012). Menurut survei yang dilakukan oleh
WHO, jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2000
terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di
dunia, sedangkan urutan diatasnya adalah India (17,7 juta), Cina (20,8 juta),
dan Amerilka Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta) (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Nganjuk jumlah kunjungan
diabetes melitus tiap tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010
sebanyak 7665, pada tahun 2012 meningkat menjadi 7757. Dan kembali
meningkat pada tahun 2012 yaitu sebanyak 8385 kunjungan.
Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai
dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relatif kekurangan insulin
(Hasdianah, 2012). Penyebab kematian terbanyak pada penderita diabetes
disebabkan adanya komplikasi, komplikasi yang berbahaya sehingga perlu
2
dihindari adalah akibat gangguan pembuluh darah kecil atau mikrovascular
dan neuropati pada saraf otonom yang menyebabkan penyakit gawat,
diantaranya infark jantung dan gagal ginjal (Sutedjo, 2010). Friedman (2003)
menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan emosional didalam keluarga,
secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anggotanya. Setiadi (2008) juga mengatakan bahwa bentuk dukungan
emosional berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan
penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa
dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan berempati terhadap
persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah
yang dihadap (Sarafino, 2006). Hal ini memberikan efek terhadap kualitas
hidup pasien, penurunan kualitas hidup mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap angka kesakitan dan kematian serta mempengaruhi
harapan hidup pasien diabetes (WHO, 2006).
Sebagai antisipasi adanya komplikasi, diperlukan tindakan pencegahan
dan pengendalian (Dalimartha, 2012). Karena diabetes melitus merupakan
salah satu penyakit kronik, timbul kejenuhan atau kebosanan pada pasien
mengenai jadwal pengobatan terdahulu, oleh karena itu untuk mengatasi ini
perlu tindakan terhadap faktor psikologis dalam penyelesaian masalah
diabetes melitus. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat
memberikan dampak positif terhadap perawatan pada pasien diabetes
3
(Hansarling, 2009). Keikutsertaan anggota keluarga lainya dalam pengobatan,
diet, latihan jasmani dan pengisian waktu luang yang positif bagi kesehatan
merupakan bentuk peran aktif bagi keberhasilan penatalaksanaan diabetes
melitus (Dalimartha, 2012). Pembinaan terhadap anggota keluarga lainnya
untuk bekerja sama meyelesaikan masalah diabetes dalam keluarganya, hanya
dapat dilakukan bila sudah terjalin hubungan yang erat antara pihak pasien
dan keluarganya (Rifki, 2009). Berdasarkan semua uraian diatas, peneliti
tertarik mengambil judul penelitian “Hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk”
B. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita diabetes melitus
di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
4
b. Mengidentifikasi kualitas hidup pada penderita diabetes melitus di
Poli Dalam RSUD Nganjuk.
c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
tentang manfaat dukungan keluarga tentang kualitas hidup penderita
diabetes.
2. Responden.
Memberikan informasi dan wawasan bagi responden tentang pentingnya
dukungan keluarga guna meningkatkan kualitas hidup bagi penderita
diabetes melitus.
3. Instansi Penelitian.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan pelayan
keperawatan pada pasien secara komprehensif dan berkualitas yang
melibatkan dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit diabetes
melitus.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada masyarakat
tentang pentingnya dukungan keluarga pada penderita diabetes melitus
guna meningkatkan kualitas hidup.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep dasar dalam penelitian ini yaitu
konsep diabetes melitus, konsep dukungan keluarga, dan konsep kualitas hidup.
Dalam bab ini disajikan pula kerangka konseptual serta hipotesis dalam penelitian ini.
A. KONSEP DASAR
1. Konsep Diabetes melitus
a. Pengertian Diabetes melitus
Diabetes melitus yang oleh masyarakat umum disebut kencing
manis adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan
tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan
yang tidak efektif dari produksi insulin (Susilo, 2011).
Diabetes melitus adalah suatu kondisi dimana kadar gula di dalam
darah lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan
145 mg/dl), karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
hormon insulin secara cukup (Maulana, 2008).
Penyakit Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan
metabolik terutama metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh
berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel beta pankreas,
atau akibat gangguan fungsi insulin, atau keduanya (Sutedjo, 2010)
6
b. Penyebab Diabetes melitus
Diabetes melitus disebabkan karena berkurangnya produksi dan
ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi
insulin yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin
disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel
pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan
insulin. Beberapa faktor yang menyebabkan diabetes melitus sebagai
berikut :
1) Genetik atau faktor keturunan.
Diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes melitus memiliki
kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita diabetes melitus. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan diabetes melitus merupakan
penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan
kepada anak-anaknya.
2) Virus dan bakteri.
Virus penyebab diabetes melitus adalah rubela, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik
dalam sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
7
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel
beta. Diabetes melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
menyebabkan diabetes melitus.
3) Bahan toksik atau beracun.
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida) dan strepzoctin (produk
dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari
singkong.
4) Nutrisi.
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor
resiko pertama yang diketahui menyebabkan diabetes melitus.
Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang
berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit
diabetes melitus.
5) Kadar kortikosteroid yang tinggi.
6) Kehamilan diabetes gestasional, yang akan hilang setelah
melahirkan.
7) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
8) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
(Maulana, 2008).
8
c. Tipe-Tipe Diabetes melitus
Menurut Sutanto (2013) penyakit Diabetes terdiri dari tiga tipe
utama, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 dikenal juga sebagai juvenile diabetes, diabetes
anak-anak. Penyebutan ini didasarkan karena pada umumnya
penderita berasal dari kelompok anak-anak dan dewasa muda. Tapi
meskipun begitu, Diabetes tipe ini juga bisa menyerang semua
umur. Nama lain dari diabetes tipe 1 adalah insulin-dependent
diabetes, yaitu diabetes yang bergantung pada insulin.
2) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebut juga sebagai noninsulin-dependent
diabetes, diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Ini
merupakan perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2. Pada
diabetes tipe 1 penderita memiliki ketergantungan pada injeksi
insulin, hal ini dikarenakan organ pankreas penderita tidak mampu
memproduksi insulin dengan jumlah yang cukup bahkan tidak
memproduksi sama sekali. Tapi pada diabetes tipe 2, organ
pankreas penderita mampu memproduksi insulin dengan jumlah
yang cukup namun sel-sel tubuh tidak merespon insulin yang ada
dengan benar.
9
d. Gejala Diabetes melitus
Menurut Lanywati (2011) gejala klasik penyakit diabetes melitus,
dikenal dengan istilah trio-P, yaitu meliputi poliuria (banyak kencing),
polidipsi (banyak minum) dan polipagio (banyak makan).
1) Poliuria (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita
Diabetes melitus, banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula
dalam darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk
berusaha mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing,
gejala banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam
hari, yaitu saat kadar gula dalam darah relatif tinggi.
2) Polipagio (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol.
Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya
cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah
tinggi. Sehingga dengan demikian, tubuh berusaha untuk
memperoleh cadangan gula dari makanan yang diterima.
Gejala-gejala yang biasa tampak pada penderita diabetes melitus
adalah sebagai berikut :
1) Adanya perasaan haus yang terus-menerus.
2) Sering buang air kecil (kencing) dan jumlah yang banyak.
3) Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
4) Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun.
10
Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala
atau tanda yang lain, yaitu sebagai berikut :
1) Terjadinya penurunan berat badan.
2) Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau
kaki.
3) Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.
4) Hilangnya kesadaran diri
e. Pencegahan penyakit diabetes melitus
Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
secara umum adalah sebagai berikut :
1) Diet yang baik dan terukur agar berat badan tidak berlebihan.
Usahakan untuk dapat mencapai dan mempertahankan berat badan
normal, atau bahkan berat badan ideal. Jangan makan dalam porsi
yang berlebihan, dan kurangi makan gula atau makanan yang
manis serta berlemak tinggi.
2) Olahraga secara teratur dan terukur, agar kelebihan gula dan lemak
di dalam tubuh dapat berkurang (diubah menjadi energi gerak). Di
samping itu, dengan olahraga secara teratur, otot-otot tubuh akan
menjadi kencang dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan
lebih lancar, baik dan efisien (Lanywati, 2011)
11
Sedangkan menurut (Nabyl, 2012) upaya pencegahan
penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Primer. Ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya
adalah orang-orang yang sehat. Pencegahan primer dilakukan
untuk mencegah agar diabetes melitus tidak terjadi pada orang
atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan
sebelum timbulnya tanda-tanda klinis. Adapun caranya adalah:
a) Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang
dikeluarkan seimbang disesuaikan dengan aktifitas fisik
dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang
mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan
penyusutan konsumsi energi. Mengkonsumsi makanan
dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan
bukan olahan.
b) Meningkatkan olahraga yang berpengaruh pada sensitifitas
insulin dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
c) Kerjasama dan tanggungjawab antara instansi kesehatan,
masyarakat, swasta dan pemerintah, untuk melakukan
penyuluhan kepada masyarakat.
12
2) Pencegahan sekunder. Pencegahan ini ditujukan pada
pendeteksian dini diabetes serta penanganan segera dan efektif
sehingga bisa mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan:
a) Screening untuk menemukan penderita sedini mungkin
terutama individu ataupun populasi.
b) Kalaupun ada komplikasi masih reversible (kembali seperti
semula).
c) Penyuluhan kesehatan secara professional dengan
memberikan materi penyuluhan seperti: apa yang dimaksud
dengan diabetes melitus, bagaimana penatalaksanaan
diabetes, obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah,
perencanaan makan, dan olahraga.
3) Pencegahan tersier. Upaya ini dilakukan untuk semua penderita
diabetes dengan maksud:
a) Mencegah komplikasi.
b) Mencegah progresi dari komplikasi supaya tidak terjadi
kegagalan organ.
c) Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulakan.
Adapun strategi yang bisa dilakukan untuk pencegahan
diabetes melitus adalah:
13
1) Mengendalikan berat badan, glukosa darah, lipid, tekanan
darah, asam urat.
2) Menghindari gaya hidup berisiko.
3) Mengelola Individual High Risk seperti umur, obesitas,
hipertensi, riwayat keluarga atau keturunan, dislipidemia
atau timbunan lemak dalam darah yang berlebihan, dan
riwayat melahirkan > 4 kg.
f. Komplikasi Diabetes melitus
Kompliksi diabetes melitus dapat muncul secara akut dan kronis,
yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap
diabetes melitus. Komplikasi akut yang paling sering adalah
hipoglikemia dan koma diabetik. Hipoglikesmia adalah gejala yang
timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar,
gemetar, keringat dingin, dan pusing. Koma diabetis adalah kondisi
yang berlawanan dengan hipoglikemia. Koma diabetis ini timbul
Karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, biasanya lebih dari
600 mg/dL. Gejala yang sering timbul adalah nafsu makan menurun,
haus, minum banyak, kencing banyak, kemudian disusul mual, muntah,
nafas penderita menjadi cepat dan dalam serta berbau aseton.
Komplikasi akut disebabkan oleh hiperglikemia parah dan biasanya
disertai dengan pencetus infeksi. Komplikasi kronis ditandai dengan
14
kerusakan, disfungsi, dan akhirnya kegagalan berbagai organ, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan otak (Susilo, 2011).
Menurut Wijoyo (2012) kadar gula darah yang tinggi terus
menerus dalam darah mengakibatkan rusaknya pembuluh darah, saraf,
dan srtuktur internal lainnya. Oleh karena itu, Diabetes melitus
merupakan penyakit yang menyebabkan paling banyak terjadinya
penyakit lain (komplikasi), antara lain:
1) Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh
darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami
kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan
berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.
2) Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung
menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat,
sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak
lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih
sering terjadi pada penderita Diabetes.
3) Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar
(makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki
(makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa
melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat
penyembuhan luka.
15
4) Penderita Diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka
panjang jika Diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi
yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung
dan stroke.
5) Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan
gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata
(retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan
gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah.
6) Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk.
Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka
sebuah lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.
7) Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami
kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan
tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan
kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami
cedera karena penderita tidak dapat meredakan perubahan tekanan
maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan ulkus (borok). Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan
mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama.
g. Pengobatan diabetes melitus
16
Tujuan utama pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang
benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya
komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin
berkurang. Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan,
olahraga, dan diet.
Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe 2 tidak akan
memerlukan pengobatan jika penderita menurunkan berat badannya
dan berolahraga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa
kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olahraga secara
teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pengaturan diet sangat penting. Biasanya
penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus
makan dalam jadwal yang teratur.
Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang
tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh
dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar
kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Semua
penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan
olahraga untuk mengontrol penyakitnya. Penderita harus memahami
bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi.
17
h. Pengobatan farmakologi / pengobatan medis
Menurut Sutanto (2013) secara garis besar, penanganan penyakit
diabetes dilakukan dengan dua cara, yaitu pengobatan dengan
penggunaan obat-obatan dan terapi penurunan gula darah melalui
penerapan pola makan yang disesuaikan dengan kondisi diabetes.
Seorang penderita diabetes (khusus Diabetes tipe 2) akan diberi
obat antidiabetes oleh dokter. Obat antidiabetes yang dimaksud adalah
obat glikemik oral (Oral Hypoglicemic Agents/OHA). Sedangkan
pengobatan diabetes tipe 1 dilakukan dengan pemberian injeksi insulin.
Hal ini karena pada diabetes tipe 1, pankreas tidak menyediakan cukup
insulin atau bahkan tidak memproduksinya sama sekali, sehingga perlu
pemberian insulin dari luar agar tubuh bisa mengontrol kadar gula
dalam darah.
OHA adalah obat penurun kadar glukosa dalam darah. OHA
sendiri bukanlah hormon insulin yang diberikan secara oral. OHA
bekerja melalui beberapa cara untuk menurunkan kadar glukosa
darah.berdasarkan cara kerjanya, OHA terdiri dari 2 kelompok, yaitu:
1) Kelompok OHA yang memicu produksi insulin
a) Sulfonilurea
Cara obat ini dalam mengobati diabetes adalah merangsang
sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak
insulin. Selain itu, obat ini juga membantu sel-sel tubuh
18
menjadi lebih baik dalam merespon insulin. Obat ini paling
baik diberikan pada penderita Diabetes tipe 2 yang produksi
insulinnya berkurang. Obat ini biasanya diperuntukkan bagi
penderita yang usia di bawah 40 tahun dengan kadar gula darah
saat puasa kurang dari 300 mg/dL. Beberapa nama dagang dari
sulfonilurea adalah: Diabinese, Daonil/Euglocon, Diamicron,
Glibenese/Minodia.
b) Meglitinida
Sebagaimana sulfonilurea, obat meglitinida juga memiliki cara
kerja yang sama, yaitu bekerja dengan merangsang sel-sel beta
di pankreas untuk memproduksi insulin. Jenis obat-obatan
yang masuk dalam kelompok meglitinida antara lain:
repaglinida (Prandin), nateglinida (Starlix).
2) Kelompok OHA yang memperbaiki atau meningkatkan kerja
insulin
a) Biguanida
Cara kerja obat biguanida adalah dengan mengurangi
penyerapan zat gula dari usus dan mempunyai pengaruh yang
rumit pada hati. Metformin adalah satu-satunya biguanida yang
tersedia saat ini. Metformin berguna untuk penyandang
diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin.
Alasan penggunaan metformin pada penyandang Diabetes
19
gemuk adalah karena obat ini menurunkan nafsu makan dan
menyebabkan penurunan berat badan.
b) Thiazolidinedione
Obat thiazolidinedione bekerja dengan mengaktifkan gen-gen
tertentu yang terlibat dalam sintesis lemak dan metabolisme
karbohidrat. Proses ini berguna untuk meningkatkan kerja
insulin (menurunkan resistensi insulin). Obat ini juga meredam
molekul yang berperan penting pada sindrom metabolik.
2. Konsep Dukungan Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
anak atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2003). Keluarga juga
didefinisikan sebagai kelompok individu yang tidak bersama dengan
atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan, adopsi, dan tidak hanya
terbatas pada keanggotaan dalam suatu rumah tangga (Friedmen,
2010)
20
b. Tugas keluarga di bidang kesehatan
Menurut Suprajitno (2003), sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi anggota keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuiai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, terai keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi lagi.
21
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga.
c. Definisi dukungan keluarga
Menurut Taylor (2003) dukungan keluarga diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan
memberikan kenyamana fisim dan psikologis pada orang yang diharapkan
pada situasi stres. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi
selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada
masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga.
d. Jenis dukungan keluarga
Menurut Friedman (2010), menjelaskan bahwa keluarga
mempunyai empat jenis dukungan yaitu :
1) Dukungan informasi
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator in
bnformasi tentang dunia yang dapt digunakan untuk
mengungkapkan suatu masalah. Mafaat dari dukungan ini adalah
dapat menekankan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk damn pemberian informasi.
22
2) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbinga dan menengahi masalah serta sebagai sumber
validator identitas anggota keluarga, diantaranya memberikan
support, pengakuakn, penghargaan dan perhatian.
3) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya adalah bantuan langsung dari orang yang
diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan
ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat
yang menurun.Selain itu individu merasa bahea masih asa
perhatian dan kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang
sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.
4) Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhasp
emosi. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional
menjamin niai-nilai individu baik wanita maupun laki-laki akan
selalu terjaga kerahasianya dari keingintahuan orang lain.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan
yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.
23
e. Manfaat dukungan keluarga
Menurut Taylor (2003) dukungan keluarga diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan
memberikan kenyamana fisim dan psikologis pada orang yang diharapkan
pada situasi stres. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi
selama masa hidup dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada
masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga.
f. Sumber dukungan keluarga
Menurut Root & Dooley (1995) dalam Kuncoro (2002) ada dua
sumber dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga
yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupanya secara spontan dengan orang-orang yang berasa disekitarnya
misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, kerabat) teman dekat atau
relasi. Dukungan ini bersifat non formal sedangkan dukungan artifisial
adalah dukungan yang dirancang ke dalam kubutuhan primer seseorang
misanya dukungan keluarga akibat bencana alam sebagai sumbangan
sehingga sumber dukungan natural mempunyai berbagai perbedaan jika
dibandingan dengan dukungan keluarga artifisial.
24
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah :
1) Faktot internal
a) Tahap perkembangan
Yaitu dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam
hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan
demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
yang berbeda-beda.
b) Tingkat pendidikan atau pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan
terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan untuk menjada kesehatn
dirinya sendiri dan keluarga.
25
c) Faktor emosi
Seseorang yang mengalami responstres dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap
berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara
mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupanya. Seorang individu yang tidak
mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan meyangkan adanya
gejala penyakit pada dirinya dan akhirnya tidak
menjalani pengaobatan.
d) Faktor spiritual
Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaimana seseorang
menjalinia kehidupanya, mencakup nilai dan keyakinan
yang dilaksanakanya, hubungan dengan keluarga atau
teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam
kehidupan.
2) Faktor eksternal
a) Cara praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderitaan dalam melaksanakan
kesehatanya. Misalnya klien juga kemungkinan besar akan
melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya
26
melakukan hal yang sama, contohnya anak yang selalu
diajak orang tuanya untuk melalukan pemeriksaan
kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan
melakukan hal yang sama.
b) Faktor sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya
hidup, dan lingkungan kerja.
c) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukunngan
termasuk cara pelaksanan kesehatan pribadi.
3. Konsep Kualitas Hidup
a. Definisi kualitas hidup
Menurut Yuwono (2000) mendefinisikan kualitas hidup
sebagai derat kepuasan hati karena terpenuhinya kebutuhan eksternal
maupun persepsinya. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi
individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari
konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan
dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal
27
ini dipadukan secara lengkap mencakup kesehatan fisik psikologis,
tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan segi ketenangan
dari lingkungan mereka (Desita, 2010)
b. Domain kualitas hidup
Menurut WHOQoL (The World Health Organization Quality of Life)
group (Yulia, 2010) kualitas hidup terdiri dari 4 bidang atau domain
meliputi :
1) Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan,
ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan,
mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan
kapasitas kerja.
2) Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan
negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan
konsentrasi,gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan
terhadap diri sendiri.
3) Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual
dan hubungan sosial.
4) Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik,
lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh
informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan
untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang.
28
c. Dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada penderita
diabetes
Menurut Sacco & Yanover (2006), dukungan keluarga yang
memadai akan meningkatkan kesehatan fisik penderita diabetes
dengan menurunkan gejala depresi. Dukungan keluarga dapta
meningkatkan kesehatan fisik terutama terkait dengan kontrol gula
darah yang lebih baik dan meningkatkan kepatuhan dalam perawatan
diri pasien diabetes. Hal ini menurunkan resiko komplikasi pada
penderita dan meningkatkan kualitas hidupnya (Tang et al,2008).
Sesuai dengan sebuah hasil studi oleh Huang et al (2001) yang
menemukan bahwa peningkatan intervensi dukungan keluarga akan
meningkatkan metabolisme glukosa dan mengurangi depresi pada
penderita diabetes. Pengaruh dukungan keluarga pada kesehatan fisik
ini akan memediasi melalui faktor psikologis yaitu penurunan depresi
pada penderita diabetes. Selain itu dukungan keluarga diketahui dapat
meningkatkan kemampuan adaptif dari kognisif termasuk
meningaktkan optimisme penderita diabetes, mengurangi kesepian dan
meningkatkan kemampuan diri yang akhirnya tarjadi peningkatan
kualitas hidup (Soutwick et al, 2005).
29
d. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kualitas hudup pasien
diabetes melitus
1) Usia
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabet yang paling banyak
jumlahnya sekitar 90-95% dari seluruh penyandang diabet dan
banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini
disebabkan resistensi insulin pada diabet tipe 2 cenderung
meningkat pada lansia (40-65 tahun), riwayat obesitas dan
adanya faktor keturunan (Smesltzer & Bare, 2008)
2) Jenis Kelamin
Wanita mempunyai kualitas hidup yang rendah dibandingkan
dengan laki-laki secara bermakna (Gautam et al, 2009).
Sementara Goz et al (2001) menyatakan pasien laki laki yang
sudah pensiun menunjukkan skor kualitas hidup dan dukungan
sosial yang tinggi. Dinyatakan lagi bahwa ketika tingkat
pendidikan meningkat dan adanya dukungan sosial maka
kualitas hidup meningkat.
3) Tingkat pendidikan
Kualitas hidup yang rendah juga signifikan berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kebiasaan aktifitas
fisik yang kurang baik. Tingkat pendidikan umumnya akan
30
berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengolah informasi
(Gautam et al, 2009).
4) Status sosial ekonomi
Menurut Isa (2006) pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan
yang kurang berhubungan secara bermakna dengan kualitas hidup
penderita diabetes.
5) Lama menderita diabetes melitus
Pada penelitian Fisher (2005), responden yang baru menderita
diabetes selama 4 bulan sudah menunjukkan perawatan diri yang
baik sehingga mampu memperthankan kualitas hidup yang lebih
baik. Sedangkan Wu et al (2006) menunjukkan bahwa pasien yang
telah menderita DM ≥ 11 tahun memiliki efikasi diri yang baik dari
pada pasien yang menderita DM <10 tahun. Hal ini di sebabkan
karena pasien telah berpengalaman mengelola penyakitnya dan
memiliki koping yang baik.
6) Komplikasi diabetes
Menurut Isa (2006) komplikasi diabetes seperti halnya
hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang terjadi pada
perjalanan penyakit. Dalam penelitian Baiyewu (2006)
meyimpulkan bahwa pada umumnya pasien diabetes menunjukkan
kualitas hidup yang cukup baik berdasarkan kuesonier WHO
tentang kualitas hidup. Kualitas hidup yang rendah dihubungakan
31
dengan berbagai komplikasi dari diabetes seperti hipertensi,
gangren, katarak, obesitas, penurunan berat badan dan perubahan
fungsi seksual.
32
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Dari uraian diatas dapat digambatkan secara singkat kerangka konseptual sebagai berikut:
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka konseptual hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
33
Pasien Diabetes melitus
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup :1 Usia 2 Jenis kelamin3 Tingkat pendidikan4 Status sosial ekonomi5 Lama menderita diabetes6 Komplikasi diabetes melitus
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga:1 Faktor Internal
a. Tahap perkembanganb. Tingkat Pendidikan/pengetahuanc. Faktor emosid. Faktor spiritual
2 Faktor eksternala. Cara praktek di keluargab. Faktor sosioekonomic. Latar belakang budaya
Domain kualitas hidup:1 Kesehatan fisik2 kesehatan psikologis3 kehidupan sosial4 Lingkungan.
Dukungan keluarga:1 Dimensi informasi2 Dimensi penilaian 3 Dimensi instrumental4 Dimensi emosional
Peningakatan kualitas hidup1. Kesehatan fisik meningkat2. Gejala depresi menurun3. perawatan diri meningkat4. terkontrolnya gula darah5. meningkatkan sikap optimisme
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian adalah kesimpulan sementara penelitian patokan dengan
dugaan atau dalil sementara yang keberadaanya akan dubuktikan dalam penelitian
tersebut (Arikunto, 2010). Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus
di Poli Dalam RSUD Nganjuk
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah cara memecahkan masalah menurut metode
keilmuan. Pada bab ini akan dibahas Desain penelitian, waktu dan tempat penelitian,
kerangka kerja, sampling desain, identifikasi variabel, definisi operasional,
pengumpulan data dan etik penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008).
Berdasarkan tujuan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalakh
korelasional (hubungan / asosiasi), sedangkan desain penelitian yang digunakan
adalah cross sectional yaitu jenis desain penelitian yang menekankan waktu
pengukuran / observasi data variabel independent dan dependent hanya satu kali
pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independent dan dependent dinilai secara
simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua
subyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan
tetapi baik variabel independent maupun variabel dependen dinilai hanya satu
kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena
(variabel dependent) dihubungkan dengan penyebab (variabel independent),
(Nursalam, 2008).
35
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 - 16 Juli 2013
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poli Dalam RSUD Nganjuk
36
C. Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan langkah – langkah kerja yang akan dilakukan
dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian, mulai dari desain
hingga analisis datanya (Hidayat, 2009). Kerangka kerja dari penelitian ini
sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
37
PopulasiJumlah rata-rata kunjungan bulanan penderita diabetes di Poli Dalam RSUD
Nganjuk sebanyak 698 kunjungan
SamplingAccidental sampling
SampelPenderita diabetes melitus sebanyak 186 orang di Poli Dalam RSUD
Pengumpulan DataVariabel independen yaitu dukungan keluarga dengan menggunakan koesioner
dan variabel dependen yaitu kualitas hidup dengan menggunakan koesioner
Analisa DataEditing, Coding, Scoring, dan Tabulating, Analisa data dengan Uji stastistik
Spearman Rank dengan signifikan 0,05 ( = 5%)
Hasil Dan KesimpulanAda hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes
melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk
HasilHasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan narasi.
D. Sampling Desain
1. Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia: klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
Populasi pada penelitian ini adalah jumlah rata-rata kunjungan penderita
diabetes selama 1 bulan yaitu 698 kunjungan di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
2. Sampel dan Sampling
a. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Sampel dalam penelitian ini sejumlah 186 responden penderita
diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
b. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2008).
Pada penelitian ini menggunakan teknik accidental samplinng yaitu
teknik pengambilan sample berdasarkan kebetulan siapa saja yang
kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat diambil sampel bila dipandang
orang yang kebetualn ditemui cocok denga sumber data (Sugiyono, 2008)
38
E. Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok
(orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sekelompok
tersebut (Nursalam, 2008).
Jenis variabel, Antara Lain:
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel Independent (bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan
variabel lain yang dimanipulasi, diamati, Dan diukur untuk diketahui
hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Nursalam, 2008).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.
2. Variabel Dependent (Terikat)
Variabel Dependent (terikat) adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
independent (bebas) (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini variabel
dependentnya adalah kualitas hidup pasien diabetes melitus.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini memerlukan suatu definisi operasional agar dapat
direalisasikan dan dapat berpegang pada batasan-batasan yang nyata. Adapun
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
39
Tabel 3.2 Definisi operasional hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien Diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
Variabel Definisi Indikator Alat ukur Skala Skor
Variabel independent dukungan keluarga
Variabel Dependent kualitas hidup
Persepsi atau pandangan subjektif pasien terhadap perlakuaan keluarga terhadap pasien
Persepsi atau pandangan subjektif pasien tentang kondisi kesehatan dan hidupnya selama ini
Indikatoryang meliputi empat dimensi yaitu:1. Dimensi
informasi2. Dimensi
penilaian3. Dimensi
insrumental4. Dimensi
emosional
Indikator kualitas hidup yang dirasakan responden yang terdiri dari empat domain:1 Kesehatan
fisik2 Kesejahtera
an psikologis
3 Hubungan sosial
4 Lingkungan
Kuesioner
Kuisoner
Ordinal
Ordinal
Bila jawaban Ya :1 Tidak: 0 Kriteria penilaianBaik : 76-100%Cukup :56-76%Kurang :< 56 %(Nursalam, 2008)
Bila jawaban Ya :1 Tidak: 0 Kriteria penilaianBaik : 76-100%Cukup :56-76%Kurang :< 56 %(Nursalam, 2008)
40
G. Pengumpulan Dan Analisa Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2008).
1. Prosedur Pengumpulan Data
a. Cara pengumpulan data
1) mengurus Surat ijin pada STIKes Satria Bhakti Nganjuk
2) Mengurus perijinan penelitian pada kantor KESBANGPOLLINMAS
Kabupaten Nganjuk.
3) Mengurus surat perijinan penelitian kepada Kepala Rekam Medik
RSUD Nganjuk
4) Mengurus surat perijinan kepada Kepala Poli Dalam RSUD Nganjuk
5) Pelaksanaan penelitian di Poli Dalam RSUD Nganjuk
6) Memberikan penjelasan tentang penelitian kepada calon responden
dengan menggunakan surat permohonan menjadi responden dan bila
bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menanda tangani
lembar informend consent.
7) Responden diteliti melalui lembar kuisonier, kemudian kuesioner
dukungan keluarga dan kualitas hidup diberikan kepada responden dan
dipersilahkan untuk mengisi dalam waktu 30 menit kemudian
diserahkan kepada peneliti. Setelah kegiatan selesai, baru seluruh data
41
dapat dukumpulkan dan mulai pengolahan data sampai penerapan uji
hipotesis.
b. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian aalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar lebih mudah dan hasilnya lenih
baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah
diolah (Arikunto, 2002).
Instrumen dukunagn keluarga yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah angket atau kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti yang
mengacu pada teori dan konsep.
2. Pengolahan Data
Terdapat empat langkah alam pengolahan data:
a. Pemeriksaan data (Editing)
Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali apakah terdapat kekeliruan
ada data, sehingga diperoleh data yang valit seperti memeriksa kembali
isian kuisonier.
b. Pemberian kode (Coding)
Masing-masing pertanyan pada masing-masing item mempunyai skor
1 untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak.
42
c. Penetapan nilai (Scoring)
Untuk skor data umun dari pasien diabetes melitus akan
dikelompokkan sesuai jawaban yang di isi pada kuisonier. Pada kuisonier
tersebut akan diperoleh data dari responden yang berisi usia, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, komplikasi dari diabetes, berapa lama menderita
penyakit diabet dan juga siapa yang merawat.
Data tersebut akan dianaliasa berdasarkan rumus berikut :
P = ∑f x 100% n Keterangan :
P : Presentase
∑f : Frekuensi sampel/responden
n : Jumlah populasi
Hasil prosentase dari data di intrepretasikan dengan skor :
Seluruhnya : 100 %
Hampir seluruhnya : 76 – 99 %
Sebagian besar : 50 – 75 %
Setengahnya : 50 %
Hampir setengahnya : 25 – 49 %
Sebagian kecil : 1 – 24 %
Tak ada satupun : 0 % (Sugiono, 2002)
43
Untuk penilaian kuisonier dukungan keluarga dan kualitas hidup
penilaian yang digunakan sama yaitu :
Untuk rumusnya menggunakan:
N =
Keterangan :
N = Nilai yang didapat
SP = Skor yang didapat
Sm = Skor maksimal
Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan
sebagai berikut :
1) Baik : 76% - 100%
2) Cukup : 56% - 75%
3) Kurang : ≤ 55% (Nursalam, 2008)
d. Penyusunan data (Tabulating)
Kegiatan meyusun dan meringkas data yang masuk dalam bentuk
tabel-tabel
e. Entry data
Adalah kegiatan memasukkan data yang dikumpulkan.
44
3. Analisa Data
Untuk menganalisa hubungan dukungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien diabetus melitus menggunakan uji korelasi
spearman rank. uji hopotesis dalam peneli ini dilakukan menggunakan
komputerisasi SPSS 16,0 for windows dengan tingkat signifikan α = 0,05.
Dalam pengambilan keputusan, jika p value ≤ α (0,05), maka Ho ditolak
dan H1 diterima yang berarti ada hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien diabetes melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
Jika p value >α (0,05) maka Ho diterima dan H1 ditolak sehingga tidak
ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes
melitus di Poli Dalam RSUD Nganjuk.
H. Etik Penelitian
Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik adalah bebas dari eksploitasi,
bebas dari penderitaan, menjaga kerahasiaan, dan responden berhak menolak,
penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informed consent (Lembar persetujuan)
Responden yang memenuhi syarat akan diberi penjelasan tentang
maksud dan tujuan penelitian, jika responden bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan yang disediakan oleh peneliti.
45
2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi maupun masalah-masalah dalam pengumpulan data
yang telah diperoleh dari responden di jamin kerahasiaannya oleh peneliti dan
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.
I. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Keterbatasan
atau hambatan penelitian hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
penderita diabetes di Poli Dalam RSUD Nganjuk adalah sebagai berikut :
1. Terbatasnya referensi tentang kualitas hidup penderita diabetes membuat
peneliti mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Kurangnya kemampuan peneliti.
3. Kuesioner dalam penelitian ini belum di uji validitas dan reabilitas sehingga
tidak bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, M. 2012. Meracik Sendiri Obat dan Menu Sehat Bagi Penderita
Diabetes Militus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Arikunto,S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Delimartha, S dan Felix, A. 2012. Makanan dan Herbal Untuk Penderita
Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hidayat, Alimul Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Isa B.A., & Baeyewu,O. 2006. Quality of live patient with diabetes
mellitus in a Nigerian Teaching Hospital. Hongkong Journal
Psychiatry,16,27-33
Koentjoro, W.2002. Pendekatan Dukungan Sosial Keluarga. Diakses Dari
www.e-psikologi.com/index.php. Pada tanggal 18 Juni 2013.
Lanywati. (2011). Diebetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:
Kanisius.
Maulana. (2008). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Kata Hati.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-
prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
63
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Rifki.N.N.2009. Penatalaksanaan Diabetes dengan pendekatan keluarga,
dalam Sidartawan,S, Pradana,S & Imam,S,Penatalaksanaan Diabetes
Terpadu (hal 217-229),5(7), 523-535.
Sacco,P. & Yanover,T.(2006). Diabetes and Depression: Tha Role of
Social Support and Medical Symtoms. Journal of Behavioral Medicine,
Vol. 29, No. 6.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsyhososial Interaction.
Fifth Edision. New York: John Wiley & Sons Inc
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2000). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tang. T.S. et al.(2008). Social Support, Quality of Live, and Self-Care
Behavior Among frican Americans With Type 2 Diabetes. Diabetes
Educations, (http:/tde.sagepub.com/content/34/2/226.shot
64
Lampiran 1
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Di Poli Dalam RSUD Nganjuk
Oleh :
Lutfi Anggraini
Peneliti mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk,
peneliti bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Poli Dalam RSUD
Nganjuk”.
Peneliti mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Peneliti menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan tidak akan dipergunakan
untuk maksud-maksud yang lain.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut atau
tidak tanpa adanya sangsi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian
ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
Peneliti
Lutfi Anggraini
65
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Setelah mendapat penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus
Di Poli Dalam Rsud Nganjuk.”, menyatakan setuju / tidak setuju diikut sertakan
dalam survei awal penelitian dengan catatan bila sewaktu-waktu dirugikan dalam
bentuk apaun berhak membatalkan persetujuan, saya percaya apa yang saya buat ini
dijamin kerahasiaanya.
Nganjuk, Juli 2013
Responden
(....................)
66
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS DI POLI DALAM RSUD NGANJUK
No
Variabel Parameter Jumlah
Soal
Nomer
Soal
Kunci Jawaban
1 Dukungan keluarga
1. Dukungan informasional2. Dukungan penilaian3. Dukungan instrumental4. Dukungan emosional
5555
1-56-1011-1516-20
Ya, ya, ya,ya, yaYa, ya, ya, ya, yaYa, ya, ya, ya, yaYa, ya, ya, ya, ya
2 Kualitas hidup
1. Kesehatan fisik2. Kesejahteraan psikologis3. Hubungan sosial4. Lingkungan
4444
1-45-89-1213-16
Ya, ya, ya, yaYa, ya, ya, yaYa, ya, ya, yaYa, ya, ya, ya
67
Lampiran 4
No Responden
Data Demografi
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS Di POLI DALAM RSUD NGANJUK
A. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda dengan member
tanda (√).
B. DATA DEMOLOGI
1. Berapakah usia anda sekarang?
35 – 39 tahun
40 – 44 tahun
45 – 49 tahun
50 – 54 tahun
55 – 59 tahun
60 – 64 tahun
65 – 69 tahun
70 – 74 tahun
75 – 79 tahun
> 80 tahun
2. Jenis Kelamin
Laki – laki Perempuan
3. Apakah pendidikan terakhir anda?
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
68
Perguruan tinggi
69
4. Apakah pekerjaan anda sekarang?
PNS
Swasta
Ibu rumah tangga/tidak bekerja
Buruh tani
Pensiunan
5. Berapa penghasilan anda?
< 500.000
500.000 – 1.000.000
1.000.000 – 1.500.000
> 1.500.000
6. Apakah anda mengalami komplikasi diabetes mellitus?
Ya, Sebutkan .......
Tidak
7. Berapa lama anda menderita diabetes mellitus?
Jawaban : .......................... tahun
8. Siapa keluarga yang selama ini merawat ?
71
Suami
Istri
Anak
Ayah/Ibu
Keluarga lain,
Sebutkan ................
72
Lampiran 5
A. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS
HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS.
Jawablah pertanyaan sesuai pilihan anda dengan memberi tanda chek list (√)
pada salah satu jawaban !
Variabel Independen Pertanyaan Ya Tidak
Dukungan
keluarga
1. Apakak keluarga anda memberi tahu pada
anda tentang pantangan atau makanan apa
saja yang tidak boleh atau dihindari untuk
anda?
2. Apakah keluarga anda mencari tahu
informasi dari luar (seperti buku, majalah,
dan lain-lain) tentang penyakit anda?
3. Apakah keluarga anda memberikan bahan
bacaan seperti majalah, buku dan lain-lain
tentang penyakit anda?
4. Apakah keluarga anda ikut mendampingi
anda konsultasi ke petugas kesehatan untuk
memperoleh informasi tentang penyakit
anda?
5. Apakah keluarga anda memberikan saran
kepada anda tentang pengobatan terbaru
tentang diabetes?
6. Apakah keluarga anda mengingatkan anda
tentang waktu minum obat atau pun terapi
untuk penyakit anda?
7. Apakah keluarga anda menanyakan kepada
anda bila ada masalah dengan penyakit
anda?
73
8. Apakah keluarga anda menemani ketika
minum obat?
9. Apakah keluarga membimbing anda dalam
penanganan penyakit anda?
10. Apakah keluarga anda mendorong anda
untuk mengikuti diet atau pengobatan yang
anda lakukan?
11. Apakah keluarga anda menyediakan
makanan yang sesuai dengan diet anda?
(tidak makanan yang manis-
manis,berlemak dan instans?)
12. Apakah keluarga anda membantu merawat
anda selama anda sakit selama ini?
13. Apakah keluarga anda saat ini menemani
anda pada saat berobat atau kontrol ke
pelayanan kesehatan?
14. Apakah keluarga anda membantu
membelikan obat jika obat anda habis?
15. Apakah keluarga anda membantu atau
meminjami uang bila anda sedang
kesusahan dalam membeli obat ataupun
untuk pengobatan anda?
16. Apakah keluarga anda mendengarkan
keluhan anda selama ini?
17. Apakah keluarga anda mencoba untuk
menghibur anda di saat anda sedang sedih?
18. Apakah keluarga anda memakan makanan
yang termasuk pantangan buat
anda(makanan manis-manis) didepan anda?
74
19. Apakah keluarga anda menyarankan anda
untuk secara teratur kontrol ke dokter?
20. Apakah keluarga anda menjaga agar
suasana rumah anda tidak ribut/berisik
selama anda istirahat?
75
Lampiran 6
E. KUESIONER KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS Di POLI
DALAM RSUD NGANJUK.
Jawablah pertanyaan sesuai pilihan anda dengan memberi tanda chek list (√)
pada salah satu jawaban !
Variabel
IndependenPertanyaan Ya Tidak
Kualitas
Hidup
1. Apakah rasa sakit anda mempengaruhi
kehidupan sehari-hari anda?
2. Apakah anda merasa cepat merasa lelah jika
beraktifitas?
3. Apakah anda dapat tidur dengan pulas atau
nyenyak?
4. Apakah anda selalu membutuhkan obat untuk
selalu melakukan aktifitas anda?
5. Apakah anda mempunyai masalah dengan daya
ingat anda (sering lupa) ?
6. Apakah anda puas dengan penampilan diri
anda?
7. Apakah anda bisa berkonsentrasi dengan baik?
8. Apakah penyakit anda menggangu anda dalam
beribadah?
9. Apakah anda nyaman dengan tempat tinggal
anda sekarang?
10. Apakah anda merasa sarana dan prasarana
kesehatan yang anda jalani sekarang
memuaskan?
11. Apakah anda pernah berpikiran negatif
(misalnya putus asa, kesepian, depresi)?
76
12. Apakah anda jalan-jalan jika ada waktu
luang?
13. Apakah kemampuan bergaul anda dengan
orang lain (misalnya keluarga/tetangga) baik?
14. Apakah jika dirumah anda selalu mengikuti
kegiatan yang di adakan di tempat anda
tinggal?
15. Apakah anda mendapatkan perhatian
tentang penyakit anda dari lingkungan sekitar
(tetangga)?
16. Apakah penyakit anda menggangu anda
untuk berhubungan dengan sahabat atau
dengan orang lain?
77
Lampiran 7
78
79
80
81
82
83
84