BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... ·...

8
Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koentjaraningrat (1990:2) menyebutkan, bahwa dalam kebudayaan Jawa terdapat 7 unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan tersebut ialah:1. sistem religi dan upacara keagamaan; 2. sistem dan organisasi kemasyarakatan; 3. sistem pengetahuan; 4. bahasa; 5. kesenian; 6. sistem mata pencaharian hidup; dan 7. sistem teknologi dan peralatan. Penelitian ini menitikberatkan pada unsur kebudayaan yang pertama yaitu unsur religi dan bersifat antropologi budaya, serta tidak terkait dengan upacara keagamaan. Peneliti berpendapat bahwa yang dimaksud dengan antropologi budaya yaitu ilmu yang membahas tentang budaya dari suatu bangsa. Budaya suatu bangsa dapat terbagi atas tiga aspek, yaitu sistem ide gagasan, sistem perilaku, dan sistem material. Wujud kebudayaan suatu bangsa yang terkait dengan penelitian ini ialah berupa sistem material/wujud fisik. Wujud material merupakan hasil total dari seluruh aktivitas manusia, perbuatan-perbuatan manusia, dan juga berupa karya- karya sastra. Dari ketiga wujud kebudayaan yang telah dijelaskan, wujud kebudayaan material ini mempunyai sifat yang paling konkret atau nyata di antara yang lain, karena hasilnya dapat dilihat, diraba, dan difoto. Menurut Koentjaraningrat ketiga wujud kebudayaan dalam kehidupan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan yang lain, baik pikiran- pikiran, ide-ide gagasan, maupun tindakan manusia menghasilkan benda-benda budaya yang fisik sifatnya (1990:188). Benda-benda budaya tersebut salah satunya yaitu berupa suatu karya-karya sastra. Karya sastra merupakan sebuah karya budaya. Adapun pengertian dari karya sastra yaitu merupakan karya seni yang digambarkan atau diimplementasikan menggunakan kata-kata berupa bahasa, seperti puisi, novel, prosa dan lain sebagainya. Ada beberapa karya sastra khususnya di Jawa yang bahasanya berjenis tembang. Tembang merupakan kata-kata yang terdapat pada karya sastra Jawa, yang cara membacanya ditembangkan atau dilagukan. Hal ini dapat ditemukan pada Wulangreh dan Wedhatama. 1 Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... ·...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koentjaraningrat (1990:2) menyebutkan, bahwa dalam kebudayaan Jawa

terdapat 7 unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan tersebut ialah:1.

sistem religi dan upacara keagamaan; 2. sistem dan organisasi kemasyarakatan; 3.

sistem pengetahuan; 4. bahasa; 5. kesenian; 6. sistem mata pencaharian hidup; dan

7. sistem teknologi dan peralatan. Penelitian ini menitikberatkan pada unsur

kebudayaan yang pertama yaitu unsur religi dan bersifat antropologi budaya, serta

tidak terkait dengan upacara keagamaan. Peneliti berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan antropologi budaya yaitu ilmu yang membahas tentang budaya

dari suatu bangsa. Budaya suatu bangsa dapat terbagi atas tiga aspek, yaitu sistem

ide gagasan, sistem perilaku, dan sistem material.

Wujud kebudayaan suatu bangsa yang terkait dengan penelitian ini ialah

berupa sistem material/wujud fisik. Wujud material merupakan hasil total dari

seluruh aktivitas manusia, perbuatan-perbuatan manusia, dan juga berupa karya-

karya sastra. Dari ketiga wujud kebudayaan yang telah dijelaskan, wujud

kebudayaan material ini mempunyai sifat yang paling konkret atau nyata di antara

yang lain, karena hasilnya dapat dilihat, diraba, dan difoto. Menurut

Koentjaraningrat ketiga wujud kebudayaan dalam kehidupan masyarakat

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan yang lain, baik pikiran-

pikiran, ide-ide gagasan, maupun tindakan manusia menghasilkan benda-benda

budaya yang fisik sifatnya (1990:188). Benda-benda budaya tersebut salah

satunya yaitu berupa suatu karya-karya sastra.

Karya sastra merupakan sebuah karya budaya. Adapun pengertian dari

karya sastra yaitu merupakan karya seni yang digambarkan atau

diimplementasikan menggunakan kata-kata berupa bahasa, seperti puisi, novel,

prosa dan lain sebagainya. Ada beberapa karya sastra khususnya di Jawa yang

bahasanya berjenis tembang. Tembang merupakan kata-kata yang terdapat pada

karya sastra Jawa, yang cara membacanya ditembangkan atau dilagukan. Hal ini

dapat ditemukan pada Wulangreh dan Wedhatama.

1 Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

2

Wulangreh dan Wedhatama merupakan karya sastra Jawa yang

mengandung aspek-aspek religi. Baik Wulangreh maupun Wedhatama

mempunyai keunggulan masing-masing. Tetapi kedua-duanya juga mempunyai

persamaan yaitu sebagai karya satra yang bergenre wulang. Menurut Karsono

bahwa karya yang bergenre wulang memiliki kandungan isi sebagai nasihat atau

petuah (2001: 21). Tidak hanya sastra wulang, tetapi ada beberapa jenis karya

sastra yang mengandung ajaran yaitu suluk dan wirid, tetapi keduanya tidak dapat

dikategorikan ke dalam sastra wulang karena berkaitan dengan ajaran tasawuf

(Ibid, hal.20). Dalam hal ini peneliti memilih aspek-aspek religi dalam serat

Wulangreh, karena sebelumnya belum pernah ada yang meneliti dan juga religi

yang disampaikan secara bersistem, karena sesungguhnya penelitian ini pada

akhirnya akan membuat suatu sistem melalui aspek-aspek religi guna mencapai

kesempurnaan hidup yang digambarkan pada skema di dalam kesimpulan. Pada

umumnya ajaran yang tertulis dalam kesusasteraan berbentuk syair dalam lagu

(tembang) macapat, umumnya sulit untuk dimengerti akan tetapi ajaran yang

terdapat pada serat wulangreh menggunakan bahasa Jawa yang sederhana,

sehingga mudah untuk dimengerti. Dengan demikian, peneliti memilih Serat

Wulangreh sebagai data dalam penelitian ini. Kemudian, alasan lain yang

melatarbelakangi peneliti memilih serat wulangreh daripada serat lain yang

bergenre wulang karena dalam serat ini pengarang/penulis (Pakubuwana IV)

memberikan nasihat-nasihat yang secara eksplisit dan detail dalam pengungkapan

aspek-aspek religi yang dinyatakan di dalam teks, sedangkan di dalam karya lain

yang dicontohkan pada serat wedhatama pengarang menyertakan nasihatnya

secara implisit.

Menurut pujangga Kristen bernama Saint Augustinus, religi berasa dari

kata re dan eligare yang berarti “memilih kembali” dari jalan sesat. Menurut

Lanctantius, religi berasal dari kata re dan ligare yang artinya menghubungkan

kembali tali hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh karena

dosa-dosanya. Sedangkan, Cicero berpendapat bahwa religi berasal dari re dan

ligere yang berarti membaca berulang-ulang bacaan-bacaan suci dengan maksud

agar jiwa si pembaca terpengaruh oleh kesuciannya1. Jadi, dengan ungkapan lain

1 H.M Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, hal 4.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

3

dapat dikatakan bahwa religi adalah penyerahan diri kepada Tuhan, dengan

keyakinan bahwa manusia itu bergantung pada Tuhan dan bahwa Tuhanlah yang

memberikan keselamatan bagi manusia2.

Terkait dengan penelitian ini, selain diberikan pengertian religi, perlu juga

diberikan pengertian religiusitas yang menjadi tema pokok analisis dalam skripsi

ini. Religiusitas menurut Darmoko dalam buku LAKU yaitu suatu hal yang

berhubungan dengan sifat/cara pandang terhadap religi secara lebih luas dan dapat

diartikan sebagai kepercayaan/keyakinan sekelompok orang terhadap Tuhan

(2004:30).

Serat Wulangreh yang menjadi objek dalam penelitian ini, merupakan

sebuah karya sastra bergenre wulang yang diciptakan oleh Sri Susuhunan Paku

Buwana IV (1789-1820) di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Secara

umum, Serat Wulangreh isi ajarannya mengenai “pranatan” atau “hukum”, namun

di dalamnya terkandung nilai-nilai religius (spiritual) yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat Jawa sebagai tuntunan dalam hidupnya.

Sebagai suatu karya klasik, Serat Wulangreh belum ada yang mengkaji

secara mendalam. Hal yang sering dilakukan biasanya hanya terbatas pada alih

aksara dan alih bahasa. Padahal, isi Serat Wulangreh yang secara kontekstual

telah demikian jauh jaraknya dengan pembaca di masa kini, tentunya memerlukan

“alat bantu” untuk dapat dipahami seperti ia dipahami pada masanya. Penelitian

ini akan diarahkan pada pengungkapan makna aspek-aspek religiusitas yang

terdapat pada Serat Wulangreh.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, penelitian ini berusaha

untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:

1. Aspek-aspek religiusitas apa saja yang terkandung di dalam Serat

Wulangreh?

2. Bagaimanakah makna aspek-aspek religiusitas dalam Serat Wulangreh?

2 Budiono Herusatoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa, hal 24.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

4

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan aspek-aspek religiusitas yang terdapat dalam Serat

Wulangreh.

2. Menganalisis aspek-aspek religiusitas dalam Serat Wulangreh untuk

mendapatkan makna yang utuh.

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan mulai dengan tahap inventarisasi data.

Inventarisasi data merupakan langkah pengumpulan data-data yang berhubungan

dengan aspek-aspek religiusitas dalam Serat Wulangreh. Setelah itu peneliti

mengklasifikasikan data dengan mengelompokkan apa-apa saja yang termasuk ke

dalam aspek-aspek religiusitas. Tahapan selanjutnya yaitu mendeskripsikan data

dalam Serat Wulangreh yang dapat dikategorikan sebagai aspek-aspek

religiusitas. Tahap keempat adalah tahapan interpretasi data yang di dalamnya

terdapat pula analisis data penelitian ini. Tahapan terakhir yakni kesimpulan yang

merupakan hasil akhir dari analisis. Penelitian ini menggunakan kerangka

konseptual sastra, yang dimaksud yaitu dalam melakukan analisis data

dipergunakan konsep-konsep (teori sastra). Dalam penelitian inipun digunakan

metode kepustakaan yaitu suatu metode yang menggunakan buku-buku/referensi

sebagai acuan dalam melakukan analisis.

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek religiusitas

apa saja yang terdapat dalam Serat Wulangreh. Oleh karena itu dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teori interpretasi teks. Jan Van Luxemburg (1987: 25)

menyatakan bahwa interpretasi teks yaitu cara membaca dan menjelaskan teks

yang lebih sistematis dan lengkap. Lebih lanjut, Luxemburg menyatakan bahwa

interpretasi yang lengkap dan tuntas tidak mungkin dan bertentangan dengan sifat

terbuka daripada teks sastra, bahkan juga mustahil pada kebanyakan teks bukan

sastra (1987:47). Selanjutnya Luxemburg menyatakan bahwa:

“sebagian besar pendekatan yang bertujuan interpretasi bersifat hermeneutis dalam arti kata bahwa tujuannya adalah memberi interpretasi yang lengkap dan pasti” (1987:44).

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

5

Dalam penelitian ini peneliti ini digunakan teori Interpretasi teks dari Jan

Van Luxemburg yaitu guna untuk mendapatkan makna aspek-aspek religiusitas

yang terdapat pada Serat Wulangreh.

1.5 Kerangka Konseptual

Dalam pandangan religi Jawa, cita-cita akan kemanunggalan dan

keharmonisan antara manusia dan Tuhan merupakan model bagi hubungan antara

manusia dan masyarakat3. Usaha untuk mencapai kemanunggalan dan

mempertahankan keteraturan merupakan unsur-unsur yang utama. Bagi orang

Jawa, kemanunggalan berarti keteraturan yaitu ketentraman, keseimbangan, hal

dapat diramalkan, kesopanan, dan keharmonisan di antara bagian-bagian baik

secara perseorangan maupun secara sosial (Niels Mulder, 1984: 41). Peneliti dapat

berpendapat bahwa pandangan dunia religi bagi orang Jawa adalah untuk

mencapai ketenangan, ketentraman, dan keseimbangan batin baik antara manusia

dengan manusia lain, manusia dengan alam, maupun manusia dengan Tuhan.

Sejalan dengan itu, Niels Mulder mengatakan di dalam Kebatinan dan

Hidup Sehari-hari Orang Jawa bahwa sedemikian tinggi penghayatan dan

pemahaman orang Jawa terhadap alam, maka penghayatan dan pemahaman

mengenai Tuhan pun juga semakin tinggi (Darmoko dalam buku LAKU, 2004:35).

Pemahaman mengenai Agama Jawa memandang bahwa alam semesta (kosmos)

merupakan suatu kesatuan yang serasi dan harmonis, dan selalu berhubungan satu

dengan yang lainnya. Manusia Jawa merupakan manifestasi dari mikro kosmos

dan jagad raya di luar diri manusia dianggap sebagai manifestasi dari makro

kosmos. Agar alam semesta dapat tercipta keadaan yang harmonis dan terhindar

dari bahaya, maka masyarakat Jawa sering menyatukan diri dengan alam yang

dalam bahasa Jawa karyenak tyasing sasama4. Oleh karena itu orang Jawa dalam

menjaga alam semesta agar tidak terjadi kegoncangan dan bahaya dilakukan salah

satu upaya yaitu dengan menjalani laku. Laku yang dalam masyarakat Jawa

3 Niels Mulder.1984. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kulturil. Jakarta: Gramedia. 4 Darmoko dalam buku LAKU.2004. Laku: Dialog Religiusitas Dalam Karya Sastra. Hal 35.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

6

merupakan suatu usaha seseorang untuk menahan atau mengendalikan hawa nafsu

keduniawian5.

Dalam kehidupan masyarakat Jawa ada beberapa tahapan untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan, yang dalam konteks Islam yaitu syari’at (sembah

raga), tarekat (sembah cipta), hakikat (sembah jiwa), dan makrifat (sembah rasa).

Orang yang telah mencapai hadirat Tuhan (mencapai pada tahap sembah rasa), ia

telah melewati tahapan sembah raga, sembah cipta, dan sembah jiwa. Hal itu

dapat dikatakan bahwa manusia tersebut telah menyatu dengan Tuhan

(manunggaling kawula gusti)6. Untuk menuju tahapan yang lebih tinggi, manusia

menjalani laku.

Manusia dalam menjalani kehidupannya menjalani laku agar dapat

memiliki akan tujuan hidup yakni, kasampurnaan (kesempurnaan hidup). Untuk

dapat mencapai hal tersebut manusia memiliki kesadaran akan tujuan kehidupan,

yang secara konseptual disebut Sangkan Paran. Manusia berasal dari Tuhan dan

akan kembali kepadaNya. Seiring dengan pandangan tersebut, dalam Serat

Wulangreh dijelaskan pula mengenai ajaran agar dapat mencapai kesempurnaan

hidup yang memiliki kesadaran dan pemahaman hidup mengenai asal dan tujuan

hidup (sangkan paran). Ajaran tersebut dijelaskan melalui aspek-aspek

religiusitas dalam serat Wulangreh. Aspek-aspek yang terdapat dalam Wulangreh

tersebut yaitu Sasmita, Rasa, Laku dan Tapa. Sasmita merupakan tanda-tanda

yang diberikan oleh Tuhan sebagai petunjuk dalam kehidupan manusia, agar dapat

dimengerti dan dijalankan sebagaimana mestinya7. Rasa menurut Niels Mulder

yaitu sarana pribadi untuk menuju ke wawasan yang sebenarnya, yang merupakan

hakikat seseorang dan bagian seseorang dalam hakikat yang sebenarnya

(1985:23). Rasa dapat dipandang sebagai bersatunya diri pribadi manusia dengan

Tuhan, yang dapat disebut juga sebagai rasa sejati8. Laku bila dijalankan dengan

sungguh-sungguh dapat memberikan kesadaran terhadap asal dan tujuan

kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang

5 Ibid. 6 Ibid. 7 Darmoko dalam Buku Ajar . Kuliah Religi Jawa.Konsep Sasmita dalam Kebudayaan Jawa. Hal 7 8 Ibid. Konsep Rasa Sejati dalam Kebudayaan Jawa. Hal 8.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

7

sempurna (kasampurnaning dumadi)9. Tapa merupakan sarana untuk menggapai

hadirat Tuhan dalam misi memayu hayuning bawana (menjaga alam semesta agar

terhindar dari kerusakan)10. Jadi empat aspek religiusitas dalam serat wulangreh

tersebut dipandang sebagai jalan menuju kehidupan yang sempurna

(kasampurnaning dumadi).

1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai aspek-aspek religiusitas ataupun penelitian dengan

data Serat Wulangreh pernah diteliti oleh:

1. Soebardjo Pangarsa dengan judul thesis Etika Jawa yang Terkandung

dalam Serat Wulangreh pada tahun 1998 dari Program Studi Filsafat

Universitas Indonesia.

2. Mamlahatun Buduroh dengan judul skripsi Etika Ketuhanan dalam

Konsep Budaya Jawa: Telaah Atas Teks Wedhatama dan Wulangreh pada

tahun 2001 dari Program Studi Jawa Universitas Indonesia.

Melihat penelitian yang telah ada, penelitian pertama yang dilakukan oleh

Soebardjo Pangarsa menitik beratkan pada filsafat moral atau etika yang

terkandung di dalam perkembangan sejarah kehidupan orang Jawa, dan kemudian

Tesis ini juga meninjau dari aspek bahasa, aspek waktu atau zaman, dan aspek

subyektif. Sedangkan dalam penelitian yang kedua dilakukan oleh Mamlahatun

Buduroh lebih menitikberatkan pada penelitian filologis, yang dalam

pembahasannya mengenai pola etika Ketuhanan yaitu ajaran dalam berprilaku

kepada Tuhan yang meliputi aspek-aspeknya dengan mengungkapkan bait-bait

yang mengandung makna Ketuhanan yang terdapat dalam teks Wedhatama dan

Wulangreh. Oleh karena itu, yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

penulis meneliti mengenai aspek-aspek religiusitas dalam Serat Wulangreh, yang

sebelumnya belum pernah dikaji secara mendalam apabila dilihat dari penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya. Jadi dalam penelitian ini, penulis akan melihat

sistem religinya berdasarkan aspek-aspeknya yaitu Samita, Rasa, Laku, dan Tapa.

9 Ibid. Konsep Laku dalam Kebudayaan Jawa. Hal 4. 10 Ibid. Konsep Tapa dalam Kebudayaan Jawa. Hal 5.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/123467-RB02D161a-Aspek-aspek... · kehidupan (sangkan paraning dumadi), sehingga akan tercapai kehidupan yang 5 Ibid.

Universitas Indonesia

8

1.7 Bahan dan Data Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bahan dan data yaitu Serat

Wulangreh karya Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV menurut babon asli dari

Nyai Adipati Sedhahmirah tahun 1792. Serat Wulangreh tersebut dialihaksarakan

oleh R. Tanojo dari aksara Jawa menjadi Latin dengan bahasa Jawa berbentuk

tembang macapat setebal dua puluh tujuh halaman berisi empat belas pupuh.

Penerbit dari karya ini yaitu T.B. Peladjar, tahun 1963.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dibatasi pada aspek-aspek religiusitasnya dalam Serat

Wulangreh yang merupakan karya dari Sinuhun Pakubuwana IV.

1.9 Sistematika Penyajian

Sistematika dalam penelitian ini terbagi atas empat bab, terdiri atas:

Bab I Berisi pendahuluan, memuat latar belakang penelitian, masalah

penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian, kerangka konseptual,

penelitian terdahulu, data penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi penyajian data memuat deskripsi dan simpulan. Di dalam

deskripsi memuat tahapan inventarisasi dan klasifikasi.

Bab III Analisis Aspek-aspek Religiusitas dalam Serat Wulangreh, berisi

pengantar, kerangka konseptual aspek-aspek religiusitas, dan analisis.

Bab IV berisi tentang kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari

penelitian.

Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang Pramudito, FIB UI, 2009