BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ......

28
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini abortus merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat, karena angka pengguguran kandungan (abortus) semakin meningkat dari tahun ketahun,dan hal itu tidak hanya menimpa masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat Internasional. Masalah abortus ini masih menjadi kontroversial yaitu ada negara yang mengijinkan dan ada negara yang melarang. Pada Negara-negara yang mengijinkan abortus didasarkan pada pertimbangan bahwa pada negara tersebut sudah cukup terdapat tenaga kesehatan dan memiliki teknologi kesehatan yang cukup baik sehingga resiko untuk terkena komplikasi yang berakibat pada kematian ibu sangat kecil, sedangkan pada negara yang melarang aborsi didasarkan pada pertimbangan bahwa pada negara tersebut petugas pelaksana kesehatan yang menolong persalinan pada umumnya masih bersifat tradisional seperti dukun yang masih menggunakan peralatan yang sangat premitif dan tidak bersih sehingga resiko komplikasi yang berdampak pada kematian ibu lebih besar. 1 Indonesia termasuk salah satu negara yang melarang praktek abortus dan larangan itu dengan jelas dapat dilihat dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang menyebutkan bahwa abortus merupakan tindak pidana dan kepada pelakunya dapat dikenakan hukuman. Dikatakan sebagai salah satu masalah, karena praktek abortus dimasyarakat terus meningkat. Peningkatan praktek abortus yang terjadi di masyarakat dapat dilihat dari hasil browsing Clara Istiwidarum Kriswanto, Psikolog dari Jagadnita Consulting. 1 Aborsi dalam berbagai Aspek Pandangan,URL :artiasofftiyani.blogspot.com/2013/12. diakses tanggal 4 April 2014, jam 20.00 Wita.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ......

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini abortus merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh

masyarakat, karena angka pengguguran kandungan (abortus) semakin meningkat dari

tahun ketahun,dan hal itu tidak hanya menimpa masyarakat Indonesia tetapi juga

masyarakat Internasional. Masalah abortus ini masih menjadi kontroversial yaitu ada

negara yang mengijinkan dan ada negara yang melarang. Pada Negara-negara yang

mengijinkan abortus didasarkan pada pertimbangan bahwa pada negara tersebut

sudah cukup terdapat tenaga kesehatan dan memiliki teknologi kesehatan yang

cukup baik sehingga resiko untuk terkena komplikasi yang berakibat pada kematian

ibu sangat kecil, sedangkan pada negara yang melarang aborsi didasarkan pada

pertimbangan bahwa pada negara tersebut petugas pelaksana kesehatan yang

menolong persalinan pada umumnya masih bersifat tradisional seperti dukun yang

masih menggunakan peralatan yang sangat premitif dan tidak bersih sehingga resiko

komplikasi yang berdampak pada kematian ibu lebih besar.1Indonesia termasuk salah

satu negara yang melarang praktek abortus dan larangan itu dengan jelas dapat dilihat

dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang menyebutkan

bahwa abortus merupakan tindak pidana dan kepada pelakunya dapat dikenakan

hukuman.

Dikatakan sebagai salah satu masalah, karena praktek abortus dimasyarakat

terus meningkat. Peningkatan praktek abortus yang terjadi di masyarakat dapat dilihat

dari hasil browsing Clara Istiwidarum Kriswanto, Psikolog dari Jagadnita Consulting.

1 Aborsi dalam berbagai Aspek Pandangan,URL :artiasofftiyani.blogspot.com/2013/12.diakses tanggal 4

April 2014, jam 20.00 Wita.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

2

Istiwidarum yang menghimpun beberapa survey, dengan hasil yang sangat

mengejutkan, terutama bagi para orang tua, karena dari beberapa survey yang

dilakukan di Jakarta diperoleh hasil bahwa sekitar 6-20 persen anak SMU dan

Mahasiswa di Jakarta pernah melakukan hubungan seks pranikah, kemudian sebanyak

35 persen dari Mahasiswa Kedokteran di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

setuju adanya hubungan seks pranikah, selanjutnya dari 405 kehamilan yang tidak

direncanakan, sebanyak 95 persen dilakukan oleh remaja usia 15-25 tahun dan

terakhir angka kejadian aborsi yang terjadi di Indonesia mencapai 2,5 juta kasus, dari

angka tersebut sebanyak 1,5 juta diantaranya dilakukan oleh remaja.2 Selanjutnya

khusus untuk yang terjadi di Denpasar (Bali), menurut Dr. Mangku Karmaya, Wakil

Ketua Pengurus Harian Daerah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)

Bali menyatakan bahwa setiap bulannya diperkirakan ada sekitar 3.000 (tiga ribu)

kasus abortus.3

Abortus merupakan fenomena sosial yang semakin hari semakin

memprihatinkan. Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku

pengguguran kandungan banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku

maupun pada masyarakat luas. Abortus bukanlah suatu prosedur medis yang

sederhana. Jika dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko kesehatan

yang serius. Bahkan bagi beberapa perempuan, abortus dapat mempengaruhi fisik,

emosional dan spiritualnya4. Oleh karena itu, agama hindu menentang abortus atau

pengguguran kandungan, karena pengguguran kandungan (abortus) dianggap tidak

menghormati hak hidup janin. Aborsi dengan alasan apapun tidak akan direstui karena

pelakunya akan terkena dosa pembunuhan. Konsep perlindungan itu dituangkan

2 Ibid..

3 Priatna, Aborsi Meningkat karena Kelemahan Hukum, URL : http://[email protected] 4Benneten Nakwani, 2013, Dampak buruk aborsi untuk kesehatan, URL :

http//forum.viva.co.id/kesehatan/183395.diakses tanggal 8 Juni 2014, Jam 20.00 Wita.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

3

dalam Lontar Yama Purana Tattwa, yang menegaskan bahwa mereka yang

membunuh janin dalam kandungan dikutuk oleh Bhatara Yama. Disamping lontar

Yama Purana Tattwa dalam theology hinduisme, juga diatur perlindungan anak.

Dalam theology hinduisme ada ketentuan yang menyebutkan bahwa abortus tergolong

perbuatan yang disebut “Himsa Karma” yakni salah satu perbuatan dosa yang

disejajarkan dengan membunuh, menyakiti dan menyiksa.Abortus dalam pengertian

yang lebih dalam sama dengan menghilangkan nyawa. Ketentuan tersebut

didasakan pada falsafah “atma” atau “roh” yang menganggap bahwa atma atau roh

sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun jabang bayi tersebut masih

berbentuk gumpalan darah yang belum sempurna seperti tubuh manusia, namun

theology hindu,beranggapan bahwa segera setelah terjadi pembuahan di sel telur

maka atma sudah dianggap ada atas kuasa Hyang Widhi. Oleh karena itulah theology

hindu menentang perbuatan aborsi karena aborsi disetarakan dengan menghilangkan

nyawa.5

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu, abortus

dapat terjadi secara alami (spontan) maupun secara buatan6, Abortus buatan atau

abortus provokatus dapat dibedakan kedalam 2 jenis yaitu Abortus Provokatus

Therapeuticus dan Abortus Provokatus Criminalis. Abortus Provokatus Therapeuticus

merupakan Abortus Provokatus atas dasar pertimbangan medis atau kedokteran dan

dilakukan oleh tenaga yang mendapat pendidikan kusus serta dapat bertindak secara

professional.Sedangkan Abortus Provokatus Criminalis merupakan abortus

provokatus yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan biasanya dilakukan oleh

tenaga yang tidak terdidik secara kusus.Abortus Provokatus Criminalis merupakan

salah satu penyebab kematian wanita hamil pada masa subur yang terjadi di Negara-

5 URL : Http://artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek.html. 6M Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, 2007, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Edisi 4, Buku Kedokteran

EDC, Jakarta, h.107.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

4

negara berkembang. Abortus (pengguguran Kandungan) merupakan masalah yang

sangat pelik, karena menyangkut banyak aspek kehidupan manusia yang berkaitan

dengan etika, moral, agama serta hukum oleh karena itu diperlukan adanya upaya

penanggulangan terhadap persoalan abortus ini untuk mengontrol akibat-akibat

negatif yang ditimbulkan. Sebagai antisipasi terhadap praktek abortus tersebut dapat

dilakukan dengan memfungsikan instrumen hukum (pidana) secara efektif melalui

penegakan hukum (law enforcement)7

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak membedakan antara

Abortus Provokatus Therapeuticus dengan Abortus Provokatus Criminalis, semua

abortus tanpa memandang alasan-alasannya, merupakan tindak pidana dan kepada

pelakunya dapat dikenakan sanksi hukum.Dalam kontek kehidupan sehari-hari

masalah pengguguran kandungan nampak terpendam dan tanpa gejolak. Namun

demikian, praktek pengguguran kandungan yang dilakukan oleh orang-orang yang

tidak bertanggung jawab berjalan terus secara sembunyi-sembunyi. Bahkan akhir-

akhir ini pada media massa secara terang-terangan diulas tentang abortus atau

pengguguran kandungan yang dilakukan oleh tenaga medis.

Praktek abortus bukan merupakan rahasia lagi, sebagai akibat dari semakin

meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin

meningkatnya kasus-kasus kehamilan diluar nikah dan multiplikasi keragaman

motivasi. Hal tersebut pada gilirannya dapat mendorong orang-orang tertentu

cenderung melakukan abortus (mengguguran kandungan) yang tidak di inginkan

sebagai solusi menghilangkan aib.

Seperti disebutkan diatas bahwa ajaran agama Hindu melarang setiap umatnya

untuk melakukan abortus dengan alasan apapun, bagaimanakah dengan hukum

7 Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 2

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

5

pidana atau KUHP dan hukum Kesehatan apakah juga melarang praktek abortus

(pengguguran kandungan). Seperti disebutkan diatas bahwa KUHP tidak

membedakan abortus, setiap abortus digolongkan sebagai tindak kejahatan terhadap

nyawa (Bab XIX Pasal 346 sampai Pasal 349), bagaimanakah dengan hukum

kesehatan. Dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomior 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan memberikan pengecualian yaitu apabila berada dalam keadaan darurat

sebagai upaya dalam menyelamatkan nyawa ibu hamil dan janinnya, dapat dilakukan

tindakan medis tertentu. Artinya hukum Kesehatan mengijinkan dilakukan abortus

atas dasar pertimbangan medis.Keberadaan Praktek Abortus kembali mendapat

perhatian dengan disahkannya Undang-Undang Kesehatan yang baru yaitu UU

Nomor 36 Tahun 2009. Meskipun UU 36 Tahun 2009 menaruh perhatian yang sangat

besar terhadap abortus tetapi dalam pelaksanaannya undang-undang ini menimbulkan

kontraversi karena pasal-pasal yang mengatur tentang abortus tersebut tidak sinkrun

dengan ketentuan KUHP dimana KUHP melarang dengan tegas dilakukannya abortus

sedangkan UU No 36 Tahun 2009 memberikan pengecualian, dan pengecualian

tersebut dapat dilihat dalam Pasal 75 dan Pasal 76 atau dapat dikatakan bahwa aspek

hukum dari pada UU No 36 Tahun 2009 hampir sama dengan UU No 23 Tahun 1992

yaitu sama-sama mengatur pelarangan praktek abortus tetapi tidak bersifat mutlak, hal

ini dapat dilihat dari isi Pasal 75 UU Nomor 36 Tahun 2009 yang memberikan

pengecualian terhadap seseorang untuk dapat melakukan abortus apabila hasil deteksi

awal kehamilan ada indikasi kedaruratan medis seperti kehamilan seseorang

mengancam nyawa dirinya atau janin yang dikandung atau kehamilan yang terjadi

akibat dari perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban

perkosaan, selanjutnya pengecualian abortus tersebut diatur dalam Pasal 76 yaitu

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

6

abortus hanya dapat dilakukan sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung

dari hari pertama haid terakhir.

Kesimpulan dari penjelasan tersebut diatas yakni persoalan abortus provokatus

atau abortus buatan dianggap sebagai tindak pidana oleh KUHP namun menurut

hukum kesehatan, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan

apabila abortus tersebut merupakan abortus provocatus medicinalis yaitu abortus

yang dilakukan berdasarkan indikasi medik dan bersifat legal, sedangkan yang tidak

dapat dibenarkan atau illegal adalah abortus provocatus criminalis yaitu abortus yang

dilakukan berdasarkan indikasi non medik.8 Atau dapat dikatakan bahwa praktek

abortus dapat merupakan tindak kejahatan, tetapi bisa juga merupakan tindakan ilegal

yang dibenarkan oleh undang-undang. Berdasarkan paparan ini maka penulis tertarik

untuk mengangkat permasalahan “Abortus Dalam Perspektif Hukum Pidana dan

Hukum Kesehatan” sebagai judul dari Skripsi ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kebijakan kriminalisasi Abortus Porvokatus Criminalis sebagai tindak

Pidana ?

2. Bagaimana pertangungjawaban pelaku tindak pidana abortus Provocatus Criminalis?

8M Yusuf Hanafian dan Amri Amir, op. cit, h 108.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

7

1.3 Ruang Lingkup Masalah.

Mengingat luasnya permasalahan dan ketentuan hukum yang ada dalam

pengaturan praktek abortus dalam masyarakat maka merupakan hal yang tidak

mungkin semua permasalahan abortus dibahas dalam satu tulisan saja terlebih dalam

bentuk tulisan skripsi ini. Maka dalam penulisan skripsi ini ruang lingkup masalah

akan dibatasi pada pembahasan abortus dalam perspektif hukum pidana dan hukum

kesehatan yang lebih konsen pada pertanggungjawaban kebijakan abortus provokatus

criminalis sebagai tindak pidana dan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana

abortus provokatus criminalis.

1.4 Tujuan Penelitian .

Setiap pembahasan pasti memiliki tujuan tertentu karena dengan adanya

tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula untuk mencapai tujuan

tersebut. Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana abortus dalam perspektif Hukum Pidana dan Hukum

Kesehatan

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah tentang Abortus

Provokatus Criminalis sebagai suatu tindak Pidana ?

2. Untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana pertanggung jawaban dari

pelaku tindak pidana Abortus Provokatus Criminalis.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penulisanPraktekAbortus Dalam Perspektif

Hukum Pidana dan Hukum Kesehatan adalah sebagai berikut :

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

8

a. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk

melahirkan beberapa konsep ilmiah yang pada gilirannya akan memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum.

b. Manfaat Praktis.

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang Abortus di dalam

Hukum Pidana dan Hukum Kesehatan.

1.6 Landasan Teoritis.

Landasan teoritis adalah suatu landasan yang dipakai untuk membahas

permasalahan penelitian. Pada penelitian Abortus Dalam Perspektif Hukum Pidana

dan Hukum Kesehatan penulis akan berpedoman pada landasan teori sebagai berikut :

1. Teori Kebijakan

a. Kebijakan hukum pidana dalam upaya penanggulangan kejahatan atau tindak

pidana dapat diartikan sebagai salah satu usaha penanggulangan kejahatan dengan

menggunakan hukum pidana dan sanksi berupa pidana. Sanksi pidana dalam hukum

pidana berupa pidana merupakan sistem sanksi yang bersifat negatif yang berarti

dipandang sebagai suatu penderitaan.9 Sanksi dalam hukum pidana inilah yang

membedakan dengan sanksi dalam bidang-bidang hukum lain.

Barda Nawawi Arief yang mengambil pendapat Gene Kassebaum menyatakan

bahwa penanggulangan kejahatan dengan menggunakan sanksi pidana merupakan

cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu sendiri.10

Pemberian sanksi ini

9. Soedarto, 1990, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta,h. 106

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

9

memang sangatlah diperlukan akan tetapi juga harus mempertimbangkan seperti apa

yang dikemukakan oteh Herbert L. Pateer yang menyatakan bahwa:

1. Sanksi pidana sangatlah diperlukan; kita tidak dapat hidup, sekarang maupun dimasa

yang akan datang, tanpa pidana.

2. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana yang terbaik yang tersedia, yang kita miliki

untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan segera untuk

menghadapi ancaman-ancaman dari perawatan (treatment) dari pidana.

3. Sanksi pidana suatu ketika merupakan “penjamin yang utama atau terbaik” dan suatu

ketika merupakan “pengancam yang utama” dari kebebasan manusia. Ia merupakan

penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara manusiawi; ia

merupakan pengancam, apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa.11

Sehubungan dengan hat tersebut Karl Menninger mengemukakan bahwa sikap

“memidana” (punitive attitude) harus diganti dengan “sikap mengobati” (theraupetic

attitude).12

Penghapusan pidana dalam hukum pidana mendapat tanggapan dari Roeslan

Saleh yang masih memandang perlu untuk memakai pidana dan hukum putena. Ada

beberapa alasan yang dikemukakan yang inti alasannya adalah sebagai berikut.13

kebijakan hukum pidana yang tercakup dalam politik criminal merupakan bagian

integral dari rencana pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan

untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan

10

. BardaNawawi Arief, 2005, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,

Bandung,(selanjutnya disingkat BardaNawawi Arief I)h. 18 11

Barda Nawawi Arief, 1971,“Mencari Asas-asas umum yang sesuai untuk Hukum Pidana Nasional,

Kumpulan bahan upgradinghukum pidana jilid II”, (selanjutnya disingkat BardaNawawi Arief II) h 28.

12

. Ibid, h.20

13

. Ibid, h.15-16.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

10

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tentunya berusaha

untuk mewujudkan ketertiban dan perlindungan masyarakat.Adanya ketertiban dan

perlindungan masyarakat ini harus direncanakan dalam pembangunan nasional.

Kebijakan hukum pidana yang pada dasarnya mempelajari tentang masalah

bagaimana sebaiknya peraturan hukum pidana dibuat untuk menanggulangi kejahatan.

Hal ini didalamnya mengandung aspek kebijakan penanggulangan kejahatan dan

kebijakan perlindungan kesejahteraan masyarakat.

Menurut A.S Alam dan Amir Ilyas, penanggulangan kejahatan terdiri atas tiga bagian

pokok, yaitu sebagai berikut :

a. Pre-Emtif

Upaya Preemtif adalah upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian

untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam

penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai atau

norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasikan dalam diri

seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan

tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan.

b. Preventif

Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya Pre-Emtif yang

masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif

ini yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

11

c. Refresif

Upaya yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan yang

tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcemment) dengan menjatuhkan

hukuman.14

Kebijakan penangulangan kejahatan atau yang biasa disebut dengan istilah

politik kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas. Upaya

penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application)

b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaanlewat media masa (influencing views of society on crime and

punishment/massmedia)

Upaya penanggulangan kejahatan (politik kriminal) secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua, yaitu lewat jalur “penal” (hukum pidana) dan lewat jalur “non-penal”

(bukan/di luar hukum pidana).Dalam pembagian di atas, upaya-upaya yang disebut

dalam butir (a) merupakan upaya “penal, sedangkan upaya-upaya yang disebut dalam

butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya “non penal”, atau dapatlah

dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih

menitikberatkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non

penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif sebelum kejahatan terjadi.Mengingat

upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat akan pencegahan

untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor

kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain

berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau

14

Alam, A.S dan Amir Ilyas, 2010,Pengantar Kriminologi, P.T Pustaka Refleksi, Makasar, h. 69.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

12

tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan.Kedua cara di

atas dapat dijadikan acuan dan diterapkan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum

secara langsung apabila tingkatkriminalitas di masyarakat terus meningkat.15

Politik kriminal pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan

masyarakat (Social Defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (Social

Welfare) dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama

dari dari politik criminal adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat. Hubungan yang demikian diilustrasikan oleh Barda

Nawawi Arief dengan skema demikian16

Kebijakan penanggulangan kejahatan tindak pidana tidak bisa lepas dari tujuan negara

untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.Sebagai warga negara berkewajiban untuk memberikan

perhatian pelayanan pendidikan melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Disisi lain

perhatian pemerintah terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya yang

berdampak dari gangguan dan perbuatan pelaku tindak pidana narkotika. Kebijakan

penanggulangan tindak pidana aborsi merupakan kebijakan hukum positif yang pada

hakikatnya bukanlah semata–mata pelaksanaan undang–undang yang dapat dilakukan

secara yuridis normatif dan sistematik, dogmatik. Di samping pendekatan yuridis

normatif, kebijakan hukum pidana juga memerlukan pendekatan yuridis faktual yang

dapat berupa pendekatan sosiologis, historis, bahkan memerlukan pula pendekatan

komprehensif dari berbagai disiplin ilmu lainnya dan pendekatan integral dengan

15Barda Nawawi AriefI, op. cit, h. 22.

16

IS Heru Permana,2011, Politik Kriminal, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, h. 7.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

13

kebijakan sosial dan pembangunan nasional pada umumnya.17

Secara umum

penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan cara:

1. Cara moralistik, dilaksanakan dengan penyebar luaskan ajaran-ajaran agama

dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat

mengekang nafsu untuk berbuat kejahatan;

2. Cara abolionistik, berusaha memberantas; menanggulangi kejahatan dengan

memberantas sebab-musababnya umpamanya kita ketahui bahwa faktor tekanan

ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu faktor penyebab kejahatan maka usaha

mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor

ekonomi merupakan Cara Abolisionistik.18

Kedua cara di atas dapat dijadikan acuan dan diterapkan oleh pemerintah dan aparat

penegak hukum secara langsung apabila tingkat kriminalitas di masyarakat terus

meningkat.

b Pelaku Dalam Hukum Pidana.

Pasal 55 s/d Pasal 62 KUHP yang sudah tentu system pemidanaannya, baik untuk

pelaku yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan maupun yang

membantu melakukan sudah diatur dengan jelas. Artinya dalam ajaran yang kedua ini

selalu akan timbul pertanyaan-pertanyaan apakah hanya pelaku, atau pesertanya juga

akan ikut dipidana.

Pengertian turut serta dalam melakukan peristiwa pidana (delik), sering pembuat

(dader) dibantu oleh seorang lain dan justru karena turut sertanya orang lain itu, yang

menurut kata POMPE “bijdragebaan het sraftbare feit, voorzover zij niet bestaan in

het plegen.” Memberi bantuan tapi tidak membuat, maka peristiwa pidana itu

mungkin dilakukan sebagai contoh : A hendak mencuri barang yang disimpan dalam

suatu ruangan yang tertutup (misalnya gudang yang sedang tertutup) tetapi baru saja

17

Barda Nawawi Arief, op.cit, h. 22.

18

Soedjono Dirdjosiswono, 1976, Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Alumni, Bandung,

(selanjutnya disingkat Soedjono Dirdjosiswono I), h. 35.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

14

dapat dimasuki ruangan tertutup itu dan mengambil barang tersebut, sesudah B

penjaga ruangan tertutup itu membuka pintunya bagi si A. Jadi jelas bahwa, tanpa

turut sertanya si B itu maka peristiwa pidana yang kita kenal dengan “Pencurian”

tidak dapat terjadi yaitu tidak dapat dilakukan oleh A.

Pelajaran umum turut serta ini adalah buah pikiran Von Feurbach sarjana hukum

bangsa Jerman yang terkenal, yang menyatakan bahwa adanya dua jenis peserta, yaitu

:

a. Mereka yang langsung berusaha terjadinya peristiwa pidana.

b. Mereka yang hanya membantu usaha yang dilakukan oleh mereka yang

disebut pada a, yaitu mereka yang tidak langsung berusaha.

Mereka yang termasuk golongan pertama disebutVon FeurbachAuctores atau

Urheber, sedangkan yang termasuk golongan yang kedua disebutnya : Gehilfe.

Urheber adalah yang melakukan inisiatif atau Gehilfe adalah yang membantu saja.

Dengan pembagian dalam dua golongan inilah yang juga diterima oleh KUHP kita

yang diatur dalam Pasal 55 disebut sebagai mereka yang termasuk golongan Urheber :

yang melakukan (pleger), yang menyuruh untuk melakukan (Doen pleger), yang turut

melakukan (Medepleger) dan yang membujuk melakukan (uitlokker) sedangkan

dalam Pasal 56 disebut mereka yang menjadi Gehilfe yaitu yang membantu

melakukan (Medeplechtige).

Perlu ditegaskan disini bahwaa KUHP tidak mengenal pembagian turut serta dalam

dua golongan itu, seperti yang telah saja dikemukakan diatas tadi.KUHP pidana

membagi antar “Pembuat” dan “Pembantu”.

Sehubungan dengan ini, Utrecht20

mengatakan bahwa “Pelajaran umum turut serta ini

dibuat untuk menghukum mereka yang bukan melakukan atau bukan

pembuat.”Pelajaran umum turut serta ini justru tidak dibuat untuk menghukum orang-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

15

orang yang perbuatannya memuat semua anasir-anasir peristiwa pidana yang

bersangkutan.Pelajaran ini justru dibuat untuk menuntut pertanggungjawaban atas

dilakukannya peristiwa pidana itu. Karena tanpa turut sertanya mereka sudah tentu

peristiwa pidana itu tidak pernah terjadi.Inilah rasio Pasal 55 KUHP pidana. Memang

dalam prakteknya tindak pidana yang diselesaikan oleh bergabunggnya beberapa atau

banyak orang, yang setiap orang melakukan wujud-wujud tingkah laku tertentu, dari

tingkah laku mereka inilah melahirkan suatu tindak pidana. Pada persitiwa senyatanya

kadang sulit dan kadang juga mudah untuk menentukan siapa diantara mereka

perbuatannya benar-benar telah memenuhi rumusan tindak pidana, artinya dari

perbuatannya yang melahirkan tindak pidana itu.

Dengan segala keterangan diatas telah dapat diperoleh tentang apa

sesungguhnya yang dimaksud dengan penyertaan. Penyertaan (Deelneming) adalah

pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta / terlibatnya orang atau orang-

orang baik secara fisik maupun psikis dengan melakukan masing-masing perbuatan

sehingga melahirkan suatu tindak pidana. Orang-orang yang terlibat dalam kerjasama

yang mewujudkan tindak pidana, perbuatan masing-masing dari mereka yang berbeda

satu dengan yang lain, demikian juga bias tidak sama apa yang ada di dalam sikap

batin mereka terhadap tindak pidana maupun terhadap peserta yang lain. Tetapi dari

perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing itulah terjalin hubungan yang

sedemikian erat, dimana perbuata yang satu menunjang perbuatan oleh lainnya yang

semuanya mengarah pada satu yaitu terwujudnya tindak pidana.

Oleh karena itu berbeda perbuatan antara masing-masing peserta yang terlibat, sudah

barang tentu peranan atau andil yang timbul dari setiap atau beberapa perbuatan oleh

masing-masing orang itu juga berbeda.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

16

c. Tindak Pidana

Kehidupan mnusia tidak pernah lepas dari persinggungan atau interaksi antar sesama

manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia

lainnya.Sudah merupakan sifat dasar manusia untuk bertindak egois, apabila sifat

tersebut terus menerus dibiarkan maka yang terjadi adalah ketidak beraturan yang

merupakan salah satu sebab terjadinya kehancuran. Oleh karenanya manusia

membutuhkan aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban antar manusia satu

dengan yang lainnya.Untuk mencegah kehancuran sangat penting menentukan

perbuatan-perbuatan yang pantang atau yang tidak boleh dilakukan, dan perbuatan

tersebut sering disebut perbuatan pidana.

Istilah tindak pidana, sering dipergunakan oleh Kementrian Kehakiman RI dan

dipakai dalam Peraturan Perundang-Undangan.Kata tindak lebih pendek dari kata

perbuatan, karena kata tindak tidak menunjukan hal yang abstrak seperti perbuatan

melainkan menunjukan hal yang kongkrit.19

Perbuatan Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum dan

larangan mana disertai dengan sanksi (ancaman) berupa pidana tertentu bagi siapa

yang melanggar larangan tersebut.20

Sedangkan menurut Wirjono, mengatakan

bahwa tindak pidana atau dalam bahasa belandanya disebut strafbaar feit atau delict

adalah istilah resmi dalam Strafwetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,

yang sekarang berlaku di Indonesia. Tindak Pidana atau Strafbaar Fiet atau Delict

berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum pidana dan pelaku ini

dapat dikatakan sebagai subyek tindak pidana.21

19

Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Rieneka Cipta Jakarta, h. 54

20 Ibid, h.55

21

Wirjono Prodjodikoro, 2008, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama Bandung, h.58

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

17

d. Pertanggung jawaban Pidana

Melawan hukum sebagai terjemahan onrechtmatige atau wederrechtelijk, atau dari

bahasa Inggris unlawful.Terminologi wederrechtelijk digunakan dalam bidang hukum

pidana, sedangkan onrechtmetige digunakan dalam bidang hukum

perdata3.Penggunaan terminologi wederrechtelijk dalam hukum pidana, berimplikasi

bahwa tindak pidana (strafbaar feit) dalam hukum pidana pada intinya adalah feit

yang wederrechtelijk atau perbuatan yang melawan hukum.

Mengenai pengertian wederrechtelijk, para ahli hukum pidana telah memberikan arti

yang berbeda-beda, sehingga oleh Van Hamel, dari pengertian yang berbeda-beda itu

kemudian dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok pendapat, yaitu kelompok

dengan paham positif dan kelompok dengan paham negatif.

1. Kelompok dengan paham positif dianut oleh Simons dan Noyon.

Simons mengartikan wederrechtelijk sebagai in strijd met het recht (bertentangan

dengan hukum), sedangkan Noyon mengartikan wederrechtelijk sebagai met krenking

van eens anders recht (dengan melanggar hak orang lain)4.

2. Kelompok dengan paham negatif dianut oleh Hoge Raad.

Hoge Raad dengan paham negatifnya mengartikan wederrechtelijk sebagai niet

steunend op het recht (tidak berdasarkan hukum) ataupun sebagai zonder bevoegdheid

(tanpa hak)5.

Dari pendapat Simons yang mengartikan wederrechtelijk sebagai in strijd met het

recht di atas, menurut Pompe hal itu mempunyai pengertian yang luas, artinya tidak

saja sebagai in strijd met het wet (bertentangan dengan undang-undang) tetapi juga

termasuk ke dalam pengertian bertentangan dengan peraturan-peraturan yang tidak

tertulis. Pemberian pengertian menurut Pompe diatas sama halnya dengan pemberian

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

18

pengertian terhadap onrechtmatig dalam Pasal 1365 BW berdasarkan arrest Hoge

Raad tanggal 31 Januari 1919 yang mengartikan onrechtmatig tidak saja bertentangan

dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis

berupa perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan

Pertanggungjawaban atau yang di kenal dengan konsep “liability” dalam segi falsafah

hukum, seorang filosof besar abad ke 20, Roscoe Pound menyatakan bahwa

I…Use simple word “liability” for the situation whereby one may exact legally and

other is legally subjeced to the exaction.”22

Pertangungjawaban pidana di artikan

Pound adalahsebagai suatu kewajiban untuk membayar pembalasan yang akan di

terima pelaku dari seseorang yang telah di rugikan,23

menurutnya juga bahwa

pertanggungjawaban yang dilakukan tersebut tidak hanya menyangkut masalah

hukum semata akan tetapi menyangkut pula masalah nilai-nilai moral ataupun

kesusilaan yang ada dalam suatu masyarakat

Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing di sebut sebagai “toereken-

baarheid,” “criminal reponsibilty,” “criminal liability,” pertanggungjawaban pidana

disini di maksudkan untuk menentukan apakah seseorang tersebut dapat di

pertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak terhadap tindakan yang di lakukanya

itu.24

Pertanggungjawaban pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

22

Roscoe Pound 2000. “Introduction to the Phlisophy of Law”Mandar Maju Bandung, h.65

23

Ibid.

24

S.R Sianturi 1996, .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya,Cet IV, Jakarta. :Alumni

Ahaem-Peteheam, h. 245

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

19

1. Kemampuan bertanggung jawab

Didalam hal kemampuan bertanggungjawab bila dilihat dari keadaan batin orang yang

melakukan perbuatan pidana merupakan masalah kemampuan bertanggungjawab dan

menjadi dasar yang penting untuk menentukan adanya kesalahan, yang mana keadaan

jiwa orang yang melakukan perbuatan pidana haruslah sedemikian rupa sehingga

dapat dikatakan normal, sebab karena orang yang normal, sehat inilah yang dapat

mengatur tingkah lakunya sesuai dengan ukuran – ukuran yang di anggap baik oleh

masyarakat.25

Moeljatno menyimpulkan bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung jawab harus

ada hal-hal sebagai berikut:

a. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk;

sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum; (faktor akal)

b. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan

buruknya perbuatan tadi. (faktor perasaan/kehendak)

Sementara bagi orang yang jiwanya tidak sehat dan normal, maka ukuran – ukuran

tersebut tidak berlaku baginya tidak ada gunanya untuk di adakan

pertanggungjawaban, sebagaimana di tegaskan dalam ketentuan Bab III Pasal 4

KUHP yang berbunyi sebagai berikut :

1. Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan, yang tidak dapat di

pertanggungjawabkan kepadanya karena kurang sempurna akalnya atau karena sakit

berubah akal tidak boleh di hukum

25

Andi Hamzah, 1986,Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia Indonesia, h.

78

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

20

2. Jika nyata perbuatan itu tidak dapat di pertanggungjawabkan kepadanya karena

kurang sempurna akalnya karena sakit berubah akal maka hakim boleh

memerintahkan menempatkan di di rumah sakit gila selama-lamanya satu tahun untuk

di periksa.

3. Yang di tentukanya dalam ayat di atas ini, hanya berlaku bagi Mahkamah Agung,

Pengadilan Tingi dan pengadilan negeri.

Keterangan-keterangan Alf Ross yang dikutip Roeslan Saleh lebih jauh menegaskan

tentang pertanggungjawaban itu dinyatakan adanya hubungan antara kenyataan-

kenyataan yang menjadi syarat dan akibat-akibat hukum yang disyaratkan.

Perlu diingat kembali perbedaan mendasar dari tindak pidana dan

pertanggungjawaban pidana :“Dasar Adanya Tindak Pidana Adalah Asas Legalitas,

Sedangkan Dasar Dapat Dipidananya Pembuat Tindak Pidana Adalah Asas

Kesalahan.”

Perlu diingat kembali tentang Unsur-unsur tindak pidana, yaitu :

1) Perbuatan

2) Melawan hukum

3) Dilakukan dengan kesalahan (asas kesalahan : kesengajaan (dolus) & kealpaan

(culpa))

4) Patut dipidana

Menurut Roeslan Saleh yang mengikuti pendapat Moelijatno bahwa

pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan, sedangkan unsur-unsur kesalahan

adalah :

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

21

1) Mampu bertanggung hawab

2) Mempunyai kesengajaan atau kealpaan

3) Tidak adanya alasan pemaaf

Menurut Sudarto, ada dua aliran yang selama ini dianut, terkait dengan tindak pidana,

yaitu :

1. Kaum indeterminis (penganut indeterminisme), yang pada dasarnya berpendapat,

bahwa manusia mempunyai kehendak bebas dan ini merupakan sebab dari segala

keputusan kehendak. Tanpa ada kebebasan kehendak maka tidak ada kesalahan;

apabila tidak ada kesalahan, maka tidak ada pencelaan, sehingga tidak ada

pemidanaan.

2. Kaum determinis(penganut determinisme) mengatakan, bahwa manusia tidak

mempunyai kehendak bebas. Keputusan kehendak ditentukan sepenuhnya oleh watak

(dalam arti nafsu-nafsu manusia dalam hubungan kekuatan satu sama lain) dan motif-

motif, ialah perangsang-perangsang datang dari dalam atau dari luar yang

mengakibatkan watak tersebut. ini berarti bahwa seseorang tidak dapat dicela atas

perbuatannya atau dinyatakan mempunyai kesalahan, sebab ia tidak punya kehendak

bebas. Namun meskipun diakui bahwa tidak punya kehendak bebas, itu tak berarti

bahwa orang yang melakukan tindak pidana tidak dapat dipertanggungjawabkan atas

perbuatannya.26

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, tekhnologi serta seni.Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu

26

Sudarto, op.cit. h. 16

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

22

kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan

jalan menganalisisnya. Oleh karena itulah penelitian hukum merupakan suatu

penelitian didalam kerangka know-how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah

memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan.27

Agar

suatu penelitian dapat bersifat obyektif maka dalam mengambil kesimpulan harus

berpedoman pada metode penelitian.Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang

berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodelogis.28

a. Jenis Penelitian

Pengkajian mengenai Abortus dalam perspektif Hukum Pidana dan Hukum Kesehatan

dengan menggunakan penelitian Hukum Normatif. Penelitian Hukum Normatif juga

disebut Penelitian Hukum Doktrin atau juga disebut Penelitian Perpustakaan atau

Studi Dokumen. Disebut sebagai penelitian Hukum Doktriner karena penelitian ini

dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-

bahan hukum lainnya.Dikatakan sebagai Penelitian Perpustakaan ataupun Studi

Dokumen karena penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat

skunder yang ada di perpustakaan.29

b. Jenis Pendekatan.

Dalam penelitian pendekatan merupakan fokus dan sudut pandang peneliti dalam

menjawab masalah atau isu yang dikemukakan. Nilai ilmiah suatu pembahasan dan

pemecahan masalah terhadap legal issu yang akan diteliti sangat tergantung pada cara

pendekatan yang digunakan. Jika cara pendekatan tidak tepat, maka bobot penelitian

27

Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Cet ke VI, Kencana Prenata Media Group, Jakarta,

h. 8

28 Soejono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Pres, Jakarta, h. 42

29

Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika Jakarta, h. 13-14.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

23

tidak akurat dan kebenarannyapun dapat digugurkan.30

Suatu penelitian normatif tentu

harus menggunakan pendekatan. Johnny Ibrahim membagi pendekatan dalam

penelitian hukum menjadi 7 (tujuh) yaitu:31

- Pendekatan perundang-undangan (Statue Approach)

- Pendekatan konsep (Conseptual Approach)

- Pendekatan Analitis (Analytical Approsch)

- Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

- Pendekatan Historis (Historical Approsch)

- Pendekatan Filsafat (Philosofical Approach)

- Pendekatan Kasus (Case Approach)

Dari beberapa pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian

hukum ini adalah pendekatan undang-undang (Statue Approach) dan pendekatan

Analisis (Analytical Approach). Pendekatan perundang-undangan (Statue Approach)

digunakan, karena yang akan diteliti adalah beberapa aturan hukum yang menjadi

fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.32

Dalam penelitian ini aturan hukum

yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3495), yang telah diperbaharui dengan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5053) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Melalui pendekatan ini akan dilihat fakta-fakta yang ada dilapangan atas masalah

yang dikaji dan selanjutnya dikaitkan dengan Undang-Undang Kesehatan dan KUHP.

30

Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Cet ke II, CV Bayumedia

Publishing, Malang, h.299 31

Ibid, h. 300 32

Ibid, h.302

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

24

Dari pengkajian tersebut dapat dilihat apakah ada benturan norma (norma

bertentangan), norma kabur atau norma kosong.

Pendekatan selanjutnya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

analisis. Pendekatan analisis, dipergunakan secara terbatas yaitu hanya terhadap

peraturan perundang-undangan (tertulis) yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992

jo Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan KUHP yang terkait

dengan masalah yang akan diteliti, selanjutnya akan diuraikan secara deskriptif

dengan menelaah, menjelaskan, memaparkan, menggambarkan serta menganalisis

permasalahan atau isu hukum yang diangkat, seperti apa yang telah dirumuskan dalam

perumusan masalah.

c. Sumber Bahan Hukum.

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, mengatakan bahwa suatu penelitian hukum

normatif mengandalkan pada penggunaan bahan hukum primer (bahan-bahan hukum

yang bersifat mengikat), bahan hukum sekunder (bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan humum primer) dan bahan hukum tertier (bahan hukum

yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder)33

Dalam penelitian hukum, dari ketiga bahan hukum tersebut hanya data sekunder

yang memiliki kekuatan mengikat kedalam.34

Sedangkan bahan hukum primer yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan rumusan masalah yaitu :

- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan.

33

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.13

34

Bambang Sunggono, 2006, Metodelogi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.113

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

25

- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP).

Bahan Hukum Sekunder, yang dimaksudkan disini adalah data yang diambil sebagai

penunjang atau bahan banding guna memahami data primer ataubahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.35

Data Sekunder yang

penulis gunakan dalam penelitian ini ditemukan dalam berbagai sumber yaitu bahan-

bahan kepustakaan yang erat hubungannya dengan bahan primer seperti rancangan

undang-undang, skrepsi yang erat kaitannya dengan obyek yang diteliti, hasil

penelitian dan karya ilmiah dari kalangan akhli hukum, pendapat para pakar atau

semua buku-buku atau data tersurat yang penulis anggap dapat menunjang proses

penelitian.

Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum berupa kamus Bahasa Indonesia, Kamus

hukum, dan Internet yang berhubungan dengan penulisan Skrepsi ini. Dalam

penelitian ini karena terbatasnya buku-buku karya ilmiah tentang aborsi dari para

pakar maka penulis akan lebih banyak mempergunakan bahan hukum tersier dari

situs internet

d. Tekhnik Pengumpulan Bahan Hukum.

Tekhnik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

studi pustaka. Kegiatan studi pustaka dilakukan dengan mengikuti tahan penentuan

sumber data sekunder (sumber primer dan sumber sekunder), lalu mengidentifikasi

data sekunder yang diperlukan, kemudian data yang relevan dengan rumusan

masalah diinventariskan dengan cara pengutipan atau pencatatan, terakhir data yang

sudah terkumpul dikaji guna menentukan relevansinya dengan kebutuhan dan

35

Amirudin dan Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Jakarta,

h.119

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

26

rumusan masalah.36

Setelah dilakukan studi pustaka, kemudian dilanjutkan dengan

kualifikasi fakta dan kualifikasi hukum. Kualifikasi fakta dan kualifikasi hukum ini

dilakukan dengan cara mengutup kepustakaan yang berhubungan dengan praktek

aborsi atau pengguguran kandungan.

e. Tekhnik Analisis Bahan Hukum.

Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehenshif dan lengkap. Analisis

kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang

teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. Komprehenshif artinya analisis data

secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian, lengkap

artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semua sudah termasuk dalam analis.37

36 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya, Bandung, h.125

37

Ibid, h.127

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

27

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · ... //artiasoffitiyani.blogspot.com/2013/12/makalah aborsi dalam berbagai aspek ... aspek kehidupan manusia yang berkaitan ...

28