Bab 1 Pendahuluan IKK
-
Upload
elsa-restiana -
Category
Documents
-
view
8 -
download
3
description
Transcript of Bab 1 Pendahuluan IKK
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya
oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang
harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan
personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan
dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah
keluarga.
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung
jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau
jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter
keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan
tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya.
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei.
Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan hampir
pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di
beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan
insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga
dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk,
kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan.3,4
Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung
dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal,
air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih
terdapat tungau sarcoptesnya.
Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien
dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis
pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta
partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
Ilustrasi Kasus
Anak D datang ke KDK Kiara dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal
hamper di seluruh tubuh sejak satu tahun yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada
malam hari di daerah sela-sela jari, lipatan bokong, leher, punggung dan perut. Gatal
sudah pernah diobati di Puskesmas beberapa kali dengan krim antibiotik dan puyer
namun keluhan tidak pernah hilang. Selain pasien, anggota keluarga lainnya yang
tinggal serumah juga memiliki keluhan yang serupa begitu juga para tetangga. Pasien
sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan bekas luka.
Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Pasien
menggunakan handuk bergantian dengan ibunya yang juga memiliki keluhan gatal
serupa.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit
ringan, status generalis dalam batas normal. Status gizi pasien baik: berat badan 23
kg, tinggi badan 112 cm. Status dermatologik: di seluruh tubuh terutama di daerah
lipatan paha dan bokong, sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran
milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat pustul, erosi dan ekskoriasi
yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark). Dari
pemeriksaan parasitologi yang telah dilakukan pada pasien, nenek pasien, dan seorang
tetangga dengan gejala gatal serupa, ditemukan tungau dan telur Sarcoptes scabiei
dari kerokan kulit.
Pasien adalah anak tunggal dari pasangan usia subur yang tinggal di rumah
tidak layak huni, hanya berupa satu kamar kontrakan di lantai dua berukuran 2 m x
1.5 m. Sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah, penerangan tergantung
pada satu lampu pijar 25 watt. Ventilasi kurang, rumah terasa lembab, hanya ada
jendela kecil 30 cm x 50 cm. Kebersihan dan kerapian rumah kurang. Kamar mandi
dan jamban menggunakan fasilitas umum. Fasilitas dapur digunakan bersama-sama
dengan penghuni kontrakan lain. Air minum dan masak didapat dengan membeli air
mineral dalam galon, dan air untuk mandi-cuci-kakus dari pompa tangan. Saluran air
dialirkan ke got di depan rumah yang mengalir. Tidak ada tempat sampah baik di
dalam maupun di luar rumah sehingga banyak terlihat sampah berserakan baik di
dalam maupun di luar rumah.
Kegiatan di rumah hanya terbatas untuk tidur, makan, dan mandi. Sepanjang
harinya pasien dan ibunya lebih sering beraktivitas di rumah nenek pasien yang
berjarak 25 m dari rumah. Rumah nenek berukuran 4 m x 12 m terdiri dari dua lantai,
pada siang hari penghuni mencapai 15 orang. Kebersihan rumah kurang, lantai kotor,
keadaan rumah lembab, banyak pakaian tergantung di dinding dan berserakan di lantai
dan kasur. Sprei, sarung bantal, sarung kursi serta tirai jarang dicuci. Tidak ada tempat
sampah baik di dalam maupun di luar rumah sehingga banyak terlihat sampah
berserakan baik di dalam maupun di luar rumah.
Gaji kepala keluarga (KK) ± Rp 500.000 / bulan dengan biaya mengontrak
rumah Rp 150.000 / bulan. Keluarga pasien tidak mempunyai sumber dana kesehatan
khusus, seperti tabungan kesehatan. Selama ini keluarga berobat ke layanan kesehatan
jika keluhan sudah benar-benar mengganggu dan tidak teratasi dengan obat warung.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaiman pendekatan kedokteran keluarga dalam menyelesaikan dan menganalisis
masalah skabies yang ada pada masyarakat?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pendekatan kedokteran keluarga dalam menganalisis tiap
masalah kesehatan pada masyarakat.
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan menejemen kedokteran keluarga dalam
menyikapi masalah kesehatan di masyarakat.
c. Untuk mengetahui peran dokter keluarga dalam memberikan edukasi kepada
keluarga.
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Kedokteran Keluarga
2.1.1. Definisi
2.1.2. Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga
2.1.3. Menejemen Kedokteran Keluarga
2.1.4. Sistem Kedokteran Keluarga
2.1.5. Pendekatan Kedokteran Keluarga
2.2. Skabies
2.2.1. Definisi
Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang
disebabkan S. scabiei varietas hominis. Istilah skabies berasal dari bahasa
Latin yang berarti menggaruk (to scratch).Skabies disebut juga dengan the
itch, pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi
tujuh tahunan). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis,
buduk, kerak, penyakit ampere, dan gatal agogo.5
2.2.2. Etiologi
Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini
translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina
berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat
dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan
pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan
penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan,
dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies. Transmisi atau
perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung melalui kontak
langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.5
2.2.3. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras
dan kelompok umur, yang tersering adalah kelompok anak-anak.
Diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia setiap
tahun.Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar
antara 6 - 27% dari populasi umum. Skabies menyerang semua ras dan
kelompok umur dan yang tersering adalah kelompok anak usia sekolah dan
dewasa muda (remaja).
Pada penelitian yang dilakukan Inair I dkk pada tahun 2002 terhadap
785 anak sekolah dasar di Turki, diperoleh 17 anak (2,2%) menderita
skabies. Penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Ogunbiyi AO dkk
pada tahun 2005 terhadap 1066 anak sekolah dasar di Ibadan, Nigeria,
diperoleh 50 anak (4,7%) menderita skabies. Berdasarkan pengumpulan data
KSDAI tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh
sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden tertinggi yaitu pada
kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%.5
2.2.4. Patogenesis
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan
akan mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-4 hari larva akanmenjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.5,6
2.2.5. Gejala Klinis
Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-
bintik kecil sampai besar. Berwarna kemerahan yang disebabkan garukan
keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi.5 Terdapat 4
tanda kardinal pada scabies, diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2
dari 4 tanda kardinal dibawah ini.7
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita),
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
2.2.6. Diagnosis
Kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan disertai papula, vesikula,
urtika, dan lain-lain. Garukan tangan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus scabies terinfeksi
sekunder oleh streptococcus aureus atau staphylococcus pyogenes.8
Diagnosis ditegakkan atas dasar : (1). Adanya terowongan yang sedikit
meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya beberapa
millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau
pustula. (2). Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mamae
(wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa
jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif,
sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit. (3).
Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang efektif.
(4). Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga
menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari
disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu
meningkat.8
Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada
daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena
sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan.
Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil
kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.
Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi pada lesi, dan epidermis
diatasnya dikerok secara perlahan-lahan.8
2.2.7. Tata Laksana
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower
dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT. Pengobatan lain adalah dengan
mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic
maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan
didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun
sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan
antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena
membuat kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara
serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali
penyakit scabies.
Selain itu, obat tradisional juga berkhasiat dalam menangani
pengobatan Skabies. Misalnya, khasiat tanaman obat permot (Passiflora
foeltida) melalui aplikasi secara topical atau dengan menggosok-gosokkan
pada kulit yang terserang skabies, mengakibatkan terjadinya pembesaran pori-
pori kulit, sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot akan
diabsorbsi ke dalam kulit dan beraktivitas terhadap tungau. Diduga khasiat
yang memberikan pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabieiadalah asam
hidrosianat dan alkaloid.9 Semua keluarga yang berkontak dengan penderita
harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat
dipakai pada pengobatan skabies yaitu:
Permetrin
Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah
pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih
kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
2.3. Edukasi pada Keluarga
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui
teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau
kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan diri
(selfdirection), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Edukasi
merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk
mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga
dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.2 Edukasi
pada keluarga pasien skabies1:
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
b. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada
malam hari sebelum tidur.
c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
bila perlu direndam dengan air panas
e. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu walaupun
rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
f. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama dan ikut menjaga kebersihan.
Bab 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
1. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate Med J. 2005.
Januari. p.1(951)/7-11.
2. Setiawati. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan,
Jakarta: TIM. 2008.
3. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,
editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.
4. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC,
editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc.,
1995. p.1347-89.
5. Handoko RP. Skabies. In: Djuanda A, Hamzah A, and Aisyah S. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. p.
122-125.
6. Chosidow O. Scabies. N Engl J Med 2006; 354: 1718-27. 7. Tabri F. Skabies pada Bayi dan Anak. In: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,
and Elandri. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005. p. 62-78.
8. Mawali, H. (2000). Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta : Hipokrates.