Bab 1 Pendahuluan IKK

17
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit

description

ikk

Transcript of Bab 1 Pendahuluan IKK

Page 1: Bab 1 Pendahuluan IKK

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya

oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh

anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang

harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan

kesehatan. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan

personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan

kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan

dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah

keluarga.

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh

yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung

jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau

jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter

keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang

penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan

tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau

keluarganya.

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei.

Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan hampir

pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di

beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan

insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga

dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk,

kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan.3,4

Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung

dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal,

air, atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih

terdapat tungau sarcoptesnya.

Page 2: Bab 1 Pendahuluan IKK

Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien

dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis

pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta

partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Ilustrasi Kasus

Anak D datang ke KDK Kiara dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal

hamper di seluruh tubuh sejak satu tahun yang lalu. Gatal dirasakan terutama pada

malam hari di daerah sela-sela jari, lipatan bokong, leher, punggung dan perut. Gatal

sudah pernah diobati di Puskesmas beberapa kali dengan krim antibiotik dan puyer

namun keluhan tidak pernah hilang. Selain pasien, anggota keluarga lainnya yang

tinggal serumah juga memiliki keluhan yang serupa begitu juga para tetangga. Pasien

sering menggaruk bagian tubuh yang gatal sehingga timbul koreng dan bekas luka.

Pasien sering menggunakan pakaian yang sama berulang kali sebelum dicuci. Pasien

menggunakan handuk bergantian dengan ibunya yang juga memiliki keluhan gatal

serupa.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit

ringan, status generalis dalam batas normal. Status gizi pasien baik: berat badan 23

kg, tinggi badan 112 cm. Status dermatologik: di seluruh tubuh terutama di daerah

lipatan paha dan bokong, sela jari tangan dan kaki terdapat papul multipel berukuran

milier sewarna kulit sebagian eritematosa. Juga terdapat pustul, erosi dan ekskoriasi

yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tampak bekas garukan (scratch mark). Dari

pemeriksaan parasitologi yang telah dilakukan pada pasien, nenek pasien, dan seorang

tetangga dengan gejala gatal serupa, ditemukan tungau dan telur Sarcoptes scabiei

dari kerokan kulit.

Pasien adalah anak tunggal dari pasangan usia subur yang tinggal di rumah

tidak layak huni, hanya berupa satu kamar kontrakan di lantai dua berukuran 2 m x

1.5 m. Sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah, penerangan tergantung

pada satu lampu pijar 25 watt. Ventilasi kurang, rumah terasa lembab, hanya ada

jendela kecil 30 cm x 50 cm. Kebersihan dan kerapian rumah kurang. Kamar mandi

Page 3: Bab 1 Pendahuluan IKK

dan jamban menggunakan fasilitas umum. Fasilitas dapur digunakan bersama-sama

dengan penghuni kontrakan lain. Air minum dan masak didapat dengan membeli air

mineral dalam galon, dan air untuk mandi-cuci-kakus dari pompa tangan. Saluran air

dialirkan ke got di depan rumah yang mengalir. Tidak ada tempat sampah baik di

dalam maupun di luar rumah sehingga banyak terlihat sampah berserakan baik di

dalam maupun di luar rumah.

Kegiatan di rumah hanya terbatas untuk tidur, makan, dan mandi. Sepanjang

harinya pasien dan ibunya lebih sering beraktivitas di rumah nenek pasien yang

berjarak 25 m dari rumah. Rumah nenek berukuran 4 m x 12 m terdiri dari dua lantai,

pada siang hari penghuni mencapai 15 orang. Kebersihan rumah kurang, lantai kotor,

keadaan rumah lembab, banyak pakaian tergantung di dinding dan berserakan di lantai

dan kasur. Sprei, sarung bantal, sarung kursi serta tirai jarang dicuci. Tidak ada tempat

sampah baik di dalam maupun di luar rumah sehingga banyak terlihat sampah

berserakan baik di dalam maupun di luar rumah.

Gaji kepala keluarga (KK) ± Rp 500.000 / bulan dengan biaya mengontrak

rumah Rp 150.000 / bulan. Keluarga pasien tidak mempunyai sumber dana kesehatan

khusus, seperti tabungan kesehatan. Selama ini keluarga berobat ke layanan kesehatan

jika keluhan sudah benar-benar mengganggu dan tidak teratasi dengan obat warung.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaiman pendekatan kedokteran keluarga dalam menyelesaikan dan menganalisis

masalah skabies yang ada pada masyarakat?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pendekatan kedokteran keluarga dalam menganalisis tiap

masalah kesehatan pada masyarakat.

b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan menejemen kedokteran keluarga dalam

menyikapi masalah kesehatan di masyarakat.

c. Untuk mengetahui peran dokter keluarga dalam memberikan edukasi kepada

keluarga.

Page 4: Bab 1 Pendahuluan IKK

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1. Kedokteran Keluarga

2.1.1. Definisi

2.1.2. Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga

2.1.3. Menejemen Kedokteran Keluarga

2.1.4. Sistem Kedokteran Keluarga

2.1.5. Pendekatan Kedokteran Keluarga

2.2. Skabies

2.2.1. Definisi

Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang

disebabkan S. scabiei varietas hominis. Istilah skabies berasal dari bahasa

Latin yang berarti menggaruk (to scratch).Skabies disebut juga dengan the

itch, pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi

tujuh tahunan). Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis,

buduk, kerak, penyakit ampere, dan gatal agogo.5

2.2.2. Etiologi

Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas

Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut

Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil,

berbentuk oval, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini

translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina

berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan

lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat

Page 5: Bab 1 Pendahuluan IKK

dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan

pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat

berakhir dengan alat perekat.

Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain keadaan sosial-ekonomi yang rendah, kondisi perang, kepadatan

penghuni yang tinggi, tingkat hygiene yang buruk, kurangnya pengetahuan,

dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan skabies. Transmisi atau

perpindahan skabies antara penderita dapat berlangsung melalui kontak

langsung (kontak kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan

hubungan seksual. Selain itu juga dapat melalui kontak tidak langsung

(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.5

2.2.3. Epidemiologi

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat menyerang semua ras

dan kelompok umur, yang tersering adalah kelompok anak-anak.

Diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia setiap

tahun.Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar

antara 6 - 27% dari populasi umum. Skabies menyerang semua ras dan

kelompok umur dan yang tersering adalah kelompok anak usia sekolah dan

dewasa muda (remaja).

Pada penelitian yang dilakukan Inair I dkk pada tahun 2002 terhadap

785 anak sekolah dasar di Turki, diperoleh 17 anak (2,2%) menderita

skabies. Penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Ogunbiyi AO dkk

pada tahun 2005 terhadap 1066 anak sekolah dasar di Ibadan, Nigeria,

diperoleh 50 anak (4,7%) menderita skabies. Berdasarkan pengumpulan data

KSDAI tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh

sebanyak 892 penderita skabies dimana insiden tertinggi yaitu pada

kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%.5

2.2.4. Patogenesis

Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan

akan mati, kadang-kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi

menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3

Page 6: Bab 1 Pendahuluan IKK

milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup

sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan

menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-4 hari larva akanmenjadi nimfa

yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi

juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh

sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-

kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai

dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan

garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.5,6

2.2.5. Gejala Klinis

Ciri-ciri seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-

bintik kecil sampai besar. Berwarna kemerahan yang disebabkan garukan

keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi.5 Terdapat 4

tanda kardinal pada scabies, diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2

dari 4 tanda kardinal dibawah ini.7

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan

karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab

dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota

keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi

tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa

(carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm pada ujung terowongan itu ditemukan papul

atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi

Page 7: Bab 1 Pendahuluan IKK

polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya

biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,

yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku

bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita),

umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.2.6. Diagnosis

Kelainan kulit menyerupai dermatitis, dengan disertai papula, vesikula,

urtika, dan lain-lain. Garukan tangan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan

infeksi sekunder. Di daerah tropis, hampir setiap kasus scabies terinfeksi

sekunder oleh streptococcus aureus atau staphylococcus pyogenes.8

Diagnosis ditegakkan atas dasar : (1). Adanya terowongan yang sedikit

meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-kelok, panjangnya beberapa

millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula, atau

pustula. (2). Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mamae

(wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa

jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif,

sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi diseluruh permukaan kulit. (3).

Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies topikal yang efektif.

(4). Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga

menderita gatal, harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari

disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu

meningkat.8

Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada

daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan

sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena

sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan.

Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil

kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.

Page 8: Bab 1 Pendahuluan IKK

Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immesi pada lesi, dan epidermis

diatasnya dikerok secara perlahan-lahan.8

2.2.7. Tata Laksana

Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower

dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT. Pengobatan lain adalah dengan

mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organic

maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan

didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun

sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan

antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena

membuat kulit menjadi kering. Pengobatan skabies harus dilakukan secara

serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali

penyakit scabies.

Selain itu, obat tradisional juga berkhasiat dalam menangani

pengobatan Skabies. Misalnya, khasiat tanaman obat permot (Passiflora

foeltida) melalui aplikasi secara topical atau dengan menggosok-gosokkan

pada kulit yang terserang skabies, mengakibatkan terjadinya pembesaran pori-

pori kulit, sehingga bahan aktif yang terkandung dalam tanaman permot akan

diabsorbsi ke dalam kulit dan beraktivitas terhadap tungau. Diduga khasiat

yang memberikan pengaruh terhadap kematian sarcoptes scabieiadalah asam

hidrosianat dan alkaloid.9 Semua keluarga yang berkontak dengan penderita

harus diobati termasuk pasangan hidupnya. Beberapa macam obat yang dapat

dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

Permetrin

Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah

pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak

usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih

kurang 8 jam kemudian dicuci bersih

2.3. Edukasi pada Keluarga

Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui

teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau

Page 9: Bab 1 Pendahuluan IKK

kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan diri

(selfdirection), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru. Edukasi

merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk

mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga

dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat.2 Edukasi

pada keluarga pasien skabies1: 

a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan. 

b. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada

malam hari sebelum tidur. 

c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan. 

d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan

bila perlu direndam dengan air panas

e. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu walaupun

rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

f. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang

sama dan ikut menjaga kebersihan.

Bab 3

Penutup

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Page 10: Bab 1 Pendahuluan IKK

Daftar Pustaka

1. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate Med J. 2005.

Januari. p.1(951)/7-11.

2. Setiawati. Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan,

Jakarta: TIM. 2008.

3. Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,

editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.

4. Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC,

editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc.,

1995. p.1347-89.

Page 11: Bab 1 Pendahuluan IKK

5. Handoko RP. Skabies. In: Djuanda A, Hamzah A, and Aisyah S. Ilmu penyakit kulit

dan kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. p.

122-125.

6. Chosidow O. Scabies. N Engl J Med 2006; 354: 1718-27. 7. Tabri F. Skabies pada Bayi dan Anak. In: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD,

and Elandri. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2005. p. 62-78.

8. Mawali, H. (2000). Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta : Hipokrates.