Ikk Hipertensi

40
PRESENTASI KASUS HIPERTENSI GRADE II DAN CHEPALGIA PADA WANITA LANSIA DISERTAI KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNNYA DAN KEKHAWATIRAN TERHADAP MASA DEPAN ANAKNYA DALAM KELUARGA DISFUNGSIONAL SEDANG YANG TIDAK PHBS Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Kota Gede II Disusun oleh Nicky Adi saputra (20090310123) Dokter Pembimbing Puskesmas dr. Sita Dokter Pembimbing Fakultas dr. Oryzati Hilman BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 1

description

ikk

Transcript of Ikk Hipertensi

PRESENTASI KASUS

HIPERTENSI GRADE II DAN CHEPALGIA PADA WANITA LANSIA DISERTAI KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNNYA DAN KEKHAWATIRAN TERHADAP MASA DEPAN ANAKNYA DALAM KELUARGA DISFUNGSIONAL SEDANG YANG TIDAK PHBSDisusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Kota Gede II

Disusun olehNicky Adi saputra(20090310123)Dokter Pembimbing Puskesmasdr. SitaDokter Pembimbing Fakultasdr. Oryzati Hilman

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015

HALAMAN PENGESAHANPRESENTASI KASUS

HIPERTENSI GRADE II DAN CHEPALGIA PADA WANITA LANSIA DISERTAI KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNNYA DAN KEKHAWATIRAN TERHADAP MASA DEPAN ANAKNYA DALAM KELUARGA DISFUNGSIONAL SEDANG YANG TIDAK PHBS

Disusun oleh:

Nicky Adi saputra(20090310123)

Telah dipresentasikan dan disahkan pada19 Maret 2015

Dokter Pembimbing,

dr. Oryzati Hilman, FMCM

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPuskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi PUSKESMAS adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi: kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.Hipertensi merupakan silent killer (pembunuh diam-diam) yang secara luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortilitas.Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya poulasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi. Dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien hipertensi.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.C. Tujuan Penelitian1. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian ilmu kedokteran keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.2. Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya serta menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik dan peran aktif dari pasien dan keluarga.

D. Manfaat Penelitian1. Manfaat untuk puskesmasSebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran. puskesmas.2. Manfaat untuk mahasiswaManfaat untuk mahasiswa sebagai sarana untuk menimba ilmu, keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk keterbatasannya sehingga mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan karakter perilaku masyarakat dalam pandangannya terhadap kesehatan khususnya dalam bidang ilmu kedokteran keluarga.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAHIPERTENSIA. DEFINISIHipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Panggabean, 2010).Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Fauci, 2008).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Tekanan Darah menurut JNC 7Tekanan Darah Sistol (mmHg)dan/ atauTekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal< 120dan< 80

Pra-Hipertensi120-139atau80-89

-< 130dan< 85

-130-139atau85-89

Hipertensi:

Tahap 1140-159atau90-99

Tahap 2 160atau 100

-160-179atau100-109

180atau 110

(Sumber: Sani, 2008)

C. ReninAngiotensin IAngiotensin II Sekresi hormone ADH rasa hausStimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenalUrin sedikit pekat & osmolaritasMengentalkanMenarik cairan intraseluler ekstraselulerVolume darah Tekanan darah Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal Konsentrasi NaCl di pembuluh darah Diencerkan dengan volume ekstraseluler Volume darah Tekanan darahAngiotensin I Converting Enzyme (ACE)PATOFISIOLOGI

D. FAKTOR RESIKOFaktor yang menyebabkan munculnya hipertensi dapat dilihat dari gambar berikut ini

E. PENATALAKSANAAN

Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah : 1. DiuretikDiuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan dengan dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.a. ThiazideThiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular perifer.b. Diuretik Hemat KaliumDiuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.c. Antagonis AldosteronAntagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan spironolakton).2. Beta BlockerMekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dan ginjal.a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor 1 daripada reseptor 2. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non selektif bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi pulmonari kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer. Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan efek akan hilang jika dosis tinggi.b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis reseptor .3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktivitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)Angiotensin II digenerasikan oleh jalur renin-angiotensin (termasuk ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I, reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.5. Antagonis KalsiumCCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.6. Alpha blockerPrasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.7. VASO-dilator langsungHedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.8. Inhibitor Simpatetik PostganglionGuanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari terminal simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan resistensi vaskular perifer .9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral10. VASO-dilator langsung

BAB IIIPRESENTASI KASUS

A. Identitas PasienNama:Ny. EUmur: 63 tahunJenis Kelamin: Perempuan Agama:IslamAlamat: gang satria II, Gambiran Baru, Kota Gede yogyakarta.Pendidikan terakhir: Sarjana S1Pekerjaan: Pensiunan PNSNo. RM: 00196Tanggal periksa: 14 Maret 2015Asuransi Kesehatan: ASKESKunjungan Rumah I:16 Maret 2015B. Anamnesis ( tanggal 16 Maret 2015)1. Keluhan UtamaKontrol rutin tekanan darah dan cepalgia2. Riwayat Penyakit SekarangPasien perempuan umu 63 tahun datang ke Puskesmas Kota Gede II hendak kontrol rutin tekanan darah. Pasien menderita hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Saat datang ke puskesmas pasien datang dengan keluhan nyeri kepala cekot-cekot sejak 3 hari yang lalu. Nyeri sebelah kepala kiri muncul kumat kumatan 2-3 kali sehari, nyeri kepala bertambah berat jika kelelahan dan berkurang ketika beristirahat, pasien belum pernah minum obat untuk mengurangi nyeri kepalanya. Pasien tidak mengatakan tidak memiliki keluhan lain selain nyeri kepala, pasien rajin kontrol ke puskesmas 2 minggu sekali ketika obatnya habis. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu, paling tinggi 170/90 mmhg sekitar 2 bulan yang lalu. Riwayat Diabetes Mellitus disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat atopic seperti asma, rhinitis alergika, konjungtivitis, urtikaria disangkal Riwayat mondok di RS dsangkal3. Riwayat Penyakit Keluarga Ayah kandung dan kakak memiliki riwayat tekanan darah tinggi (+) . Riwayat diabetes mellitus disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat atopic seperti asma, rhinitis alergika, konjungtivitis, urtikaria, dermatitis disangkal Riwayat stroke disangkal.4. Anamnesis Sistemik Sistem urogenital: tidak ada keluhan Sistem integumentum: tidak ada keluhan Sistem muskuloskeletal: tidak ada keluhan Sistem gastrointestinal: tidak ada keluhan Sistem neurologis: tidak ada keluhan Sistem respirasi: tidak ada keluhan Sistem kardiovaskular: tidak ada keluhanC. Pemeriksaan FisikKesan Umum: BaikKesadaran:Compos mentisTanda-tanda vital:Tekanan darah: 160/80 mmHgNadi:72 x/menit, teratur, isi dan tegangan cukupSuhu badan: 36,6o CPernafasan: 20 x/menitBerat Badan: 47 kgTinggi Badan: 150 cmIMT: 20,8 kg/m2(normal)Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala: Mesosefal Rambut: ikal, beruban, distribusi merataPemeriksaan mata: Palpebra: Edema (-/-) Exoftalmus: Tidak didapatkan Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterik (-/-) Pupil: Reflek cahaya (+/+), isokor Lensa: OS jernih, OD jernih Pemeriksaan oftalmoskopi: tidak dilakukanPemeriksaan Telinga: nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)Pemeriksaan otoskopi : tidak dilakukanTest fungsi pendengaran : tidak dilakukanPemeriksaan Hidung: Sekret (-/-), epistaksis (-)Pemeriksaan Leher Kelenjar tiroid: Tidak membesar Kelenjar lnn: Tidak membesar, nyeri (-) Retraksi suprasternal: (+) JVP: peningkatan JVP (-) Tidak teraba adanya muskulospasme leherPemeriksaan Dada (Paru& Jantung) : DepanKananKiri

Inspeksi: Retraksi (-)Palpasi : Ketinggalan gerak (-).Perkusi : sonor Auskultasi :Suara dasar: vesikulerSuara tambahan:Ronkhi & wheezing (-)

Inspeksi : Retraksi (-)Palpasi:Ketinggalan gerak (-).Perkusi: sonor Auskultasi : Suara dasar: vesikuler Suara tambahan:Ronkhi & wheezing (-)Jantung : S1/S2 reguler, bising (-)

BelakangInspeksi : sikatrik (-)Palpasi: fokal vremitus ka=kiPerkusi : sonorAuskultasi : Suara dasar : vesikuler Suara tambahan : Ronkhi & wheezing (-)Inspeksi : sikatrik (-)Palpasi: fokal vremitus ka=kiPerkusi : sonorAuskultasi : Suara dasar : vesikuler Suara tambahan : Ronkhi & wheezing (-)

Pemeriksaan Perut : Tampak datar, bising usus dalam batas normal, supel, nyeri tekan (-), Timpani (+).D. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Darah (14 Maret 2015 )Kolesterol: 158Trigliserid: 152E. Diagnosis Bandinga. Hipertensi grade 1 :-Primer-Sekunderb. dislipidemia

F. Diagnosis KerjaHipertensi primer grade IIChepalgiaG. Terapi1. Farmakologis R/ Paracetamol mg 500 No. X S 3 dd tab 1 p.cR/ Diltiazem tab mg 30 No. XXXS 3 dd tab IR/ HCT tab mg 25 No. XS 1 dd tab I

BAB IVPEMBAHASAN

A. Analisis KasusHipertensi adalah suatu penyakit vascular yang >90% penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Hipertensi yang demikian ini disebut dengan hipertensi primer/essensial. Beberapa penyakit seperti gangguan pada ginjal, pembuluh darah dll dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yang disebut dengan hipertensi sekunder. Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya kelainan pada organ lain yang bisa menyebabkan terjadinya hipertensi, sehingga digolongkan ke dalam hipertensi primer/essensial. Pasien mengaku tekanan darah sistol berada pada kisaran 140-160 dan tekanan diastole berada pada kisaran 90-100 jika tidak mengkonsumsi obat sehingga dikategorikan sebagai hipertensi grade I. Hipertrigliseridemia ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu pasien mengeluhkan sering kesemutan pada kedua tangan dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium darah berupa hasil trigliserid yang meningkat yaitu 213 dan hasil yang normal pada kolersterol.

B. Analisis Kunjungan Rumah1. Kondisi PasienKunjungan rumah pasien dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015. Keluhan pasien saat kunjungan rumah pertama sudah berkurang dibandingkan dengan keadaan pasien saat diperiksakan ke puskesmas. Rasa nyeri kepala dirasakan mulai berkurang. Pada saat kunjungan pasien baru pulang dari acara keluarga Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg. Saat itu pasien belum meminum obatnya, setelah diperiksa pasien langsung minum obat karena sudah waktunya. Pasien mengatakan kalau dirinya sedang agak capek saat ini karena mengurus acara keluarga. Pasien juga mengatakan sedang khawatir karena anaknya belum mendapatkan pekerjaan.Anamnesis Illnessa. Perasaan pasien Pasien merasa jenuh dengan penyakit hipertensinya, tapi pasien memiliki keinginan untuk tetap mengontrol tekanan darahnya agar tidak tinggi. Pasien juga merasa khawatir jika tekanan darahnya tidak dikontrol akan menyebabkan penyakit jantung seperti teman-temannya.b. Ide/pemikiran Menurut pasien, penyakit hipertensinya disebabkan oleh diri sendiri karena sangat jarang berolahraga dan terkadang fikiran pasien mempengaruhi tekanan darahnya.c. Harapan pasienPasien ingin tensinya selalu normal agar tidak minum obat terus menerus karena pasien bosan bolak balik ke puskesmas.d. Efek terhadap fungsi sosialApabila tekanan darah meningkat pasien sering mengeluhkan nyeri kepala dan harus istirahat, itu membuat aktifitasnya banyak yang tertunda2. Personal Sosiala) Riwayat pendidikan, pasien merupakan lulusan S1 dari Universitas Bengkulub) Riwayat pekerjaan, pasien adalah seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Badan Pertanahan Negara. Pendapatan hanya berasal dari pensiunannya dan istrinya yang berjumlah Rp 4.500.000,- (cukup). Anak pertama bekerja di perusaahn swasta di jakarta dan belum menikah, anak kedua belum mendapat pekerjaan.c) Riwayat perkawinan, pasien menikah pada usia 26 tahun, sampai saat ini sudah dikaruniai 2 orang anak. Pasien menikah atas keinginan dan pilihannya sndiri. Pasien merasa bahagia dengan rumah tangganya.d) Sosialisasi, pasien orang yang ramah dan mudah bergaul. Pasien selalu berpartisipasi dalam kegiatan kampun.e) Gaya hidup, pasien makan 3x/hari dengan menu nasi, lauk pauk seperti tahu, tempa, telur dan sesekali daging ayam atau sapi. Pasien jarang mengkonsumsi buah-buahan. Pasien tidak merokok tetapi jarang berolah raga. Pasien beristriahat 6-7 jam dalam sehari. Pasien kadang merasa kawatir terhadap masa depan anak keduanya karena belum mendapatkan pekerjaan sampai saat ini f) Riwayat pengobatan, pasien rutin mengkonsumsi obat untuk hipertensi yaitu R/ Diltiazem 3x1 mg dan HCT 1x 25mg. Pasien terdaftar dalam asuransi kesehatan ASKES.

3. Keadaan Rumaha. Lokasi Rumah pasien terletak di lingkungan perumahan beralamat di Jl.Gang Satria 2, Gambiran baru, kota gede yogyakarta.

Peta rumah pasienb. KepemilikanRumah merupakan milik sendiri dan atas nama pasien.c. Luas Bangunan Luas bangunan rumah pasien 450 m2 (45 m x 10 m)

d. Ruang rumahRumah terdiri dari ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, satu ruang makan, satu dapur, dua kamar mandi, dan tiga kamar tidur.

Denah Lokasi Rumah Pasien

e. PencahayaanTerdapat 2 buah jendela berukuran 1,5 m X 0,5 m pada ruang tamu, 2 buah jendela berukuran 1,5 m X 0,5 m pada kamar tidur 1, satu jendela dengan ukuran yang sama pada kamar tidur 2,3 dan 2 buah jendela di area dapur. Terdapat ventilasi berukuran 0,5 m X 0,2 m yang melekat pada setiap jendela. Pencahayaan baik.f. Kebersihan Hampir seluruh ruangan dalam rumah pasien terjaga kebersihannya.g. KepadatanMelihat jumlah penghuni dan luas bangunan yang tersedia rumah pasien tergolong cukup luas. h. Kepemilikan barang Barang yang dimiliki pasien adalah 1 mobil, 1 sepeda motor, 4 kasur, 1 set peralatan dapur dan 4 buah lemari pakaian, elektronik yang ada di rumah adalah 2 televisi berwarna ukuran 14 inchi, sebuah tape, 2 kipas angin dan sebuah setrika.i. Sanitasi1. Sumber air bersihSumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal dari PAM. Secara fisik air tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Kesimpulanya adalah sumber air bersih cukup baik.2. Jamban keluargaPasien memiliki jamban keluarga dirumahnya (WC jongkok). Kondisi jamban mudah dibersihkan, mudah diglontor, lokasinya menjadi satu dengan rumah, memiliki septic tank yang tahan resapan. 3. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)Pasien tidak memiliki bak kontrol. Air bekas cuci disalurkan menuju selokan dan berakhir di sungai yang letaknya cukup jauh dari rumah. Saluran pembuangan lancar. Septic tank ada di belakang rumah.4. Tempat sampahTempat sampah terletak di luar rumah, terbuat dari ember plastik, tertutup, dengan diameter 30 cm dan tinggi 60 cm dan terdapat petuga sampah yang mengambil setiap hari.

j. HalamanRumah pasien memiliki halaman depan yang digunakan untuk tanaman dan bunga

C. Perangkat penilaian keluarga1. Genogram Tanggal pembuatan : 1 Februari 2014 oleh Ragil Catur Nugroho.

Genogram Keluarga Tn. K

Keterangan :: Laki-laki : Perempuan : Pasien : Meninggal dunia : Tinggal dalam 1 rumah B: BreadwinnerD: Decision MakerHT: Hipertensi

Tabel. Anggota Keluarga Satu RumahNamaKedudukan dalam keluargaL/PUmur (th)PendidikanPekerjaan

Tn. KKepala KeluargaL67Lulusan S1Pensiunan PNS

Ny. IIstriP63Lulusan S1 Pensiunan PNS

Sdr. FAnak Laki laki keduaL37Sarjana S1Belum bekerja

2. Family MAP Sdr.F sdr. B (29th) Keterangan : 27th : Functional: Dysfunctional: Clear but negotiable Ny.E suami boundaries Gambar . Family MAPHubungan pasien dengan suami, anak ke 1 baik. Namun dengan anak ke dua jarang berkomunikasi karena jarang dirumah dan sering pulang malam3. Family Life CycleBentuk keluarga ini adalah keluarga inti atau nuklear family yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Pada keluarga ini termasuk tahapan ke 5 yakni tahapan anak yabg meninggalkan keluarga (family as launching centre) tahap ini anak satu persatu meninggalkan keluarga. Dimulai anak pertama dan diakhir anak terkecil.4. Nilai APGAR KeluargaNilai APGAR adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi sehat atau tidaknya fungsi suatu keluarga. APGAR itu sendiri terbagi dalam:1. Adaptasi (adaptation)Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan.2. Kemitraan (partnership)Dinilai dari tingkat kepuasan anggota keluarga berkomunikasi, bermusyawarah dalam mengambil keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah.3. Pertumbuhan (growth)Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan dari setiap anggota keluarga4. Kasih sayang (affection)Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.5. Kebersamaan (resolve)Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan membagi waktu antar anggota keluarga.

Tabel 14. Kuisioner APGAR KeluargaKRITERIAPERTANYAANRespons

Hampir selaluKadangHampir tidak pernah

AdaptasiSaya puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya

KemitraanSaya puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi

PertumbuhanSaya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki

Kasih SayangSaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga

KebersamaanSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan

TOTAL7

Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0

Total skor8-10 = fungsi keluarga sehat4-7 = fungsi keluarga kurang sehat0-3 = fungsi keluarga sakit

Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7, ini menunjukan disfungsional sedang

5. Analisis SCREEMTabel 15. Analisis SCREEMASPEKSUMBER DAYAPATOLOGI

SosialTerdapat hubungan yang baik dengan anggota keluarga serumah dan anak-anak lain serta dengan masyarakat sekitar

KulturalSeluruh anggota keluarga tidak percaya pada hal-hal mistik.

ReligiSeluruh anggota keluarga beribadah khuysuk dan tertib sesuai dengan tuntunan

EkonomiPasien mengandalkan penghasilan dari uang pensiunannya dan istrinya yang dirasa cukup yaitu Rp. 4.500.000,-

PendidikanPendidikan terakhir Tn. K adalah lulusan S1

KesehatanPasien mempunyai asuransi kesehatan ASKES

6. Family Life Line

Tabel. Family Life LineYearageLife Event/crisisSeverity of illnes

198026Menikah-

198733Lahir anak pertama-

198935Lahir anak ke dua-

199846Bapak meninggal duniaStresor psikologis

200250Ibu meninggal duniaStresor psikologis

200755Terdiagnosis HTIII

201462Anak keluar dari pekerjaan dan baelum mendapat pekerjaan lagiIIIII

7. Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih dan SehatTabel Perilaku Hidup Bersih dan SehatNoKriteria yang dinilaiJawabanSkor

1.Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.--

2.Memberi ASI ekslusif.--

3.Menimbang balita setiap bulan.--

4.Menggunakan air bersih.Ya1

5.Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.Ya1

6.Menggunakan jamban sehat.Ya1

7.Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.Ya1

8.Makan buah dan sayur setiap hari.Tidak1

9.Melakukan aktivitas fisik setiap hari.Tidak1

10.Tidak merokok di dalam rumah.Ya1

Interpretasi: keluarga Tn.K tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

8. Pelaksanaan Program PembinaanTabel 21.Program PembinaanTanggalKegiatan yang dilakukanHasil kegiatan

30 Januari 2014Anamnesis perjalanan penyakit serta pemeriksaan fisik dan menilai kondisi rumah serta lingkungan sekitarnya.Mengetahui proses perjalanan penyakit dan mengetahui kondisi lingkungan rumah

D. Diagnosis Kesehatan keluargaDiagnosis Holistik : Hipertensi Grade II dan Chepalgia pada wanita lansia disertai kekhawatiran terhadap penyakitnya dan kekhawatiran terhadap masa depan anaknya dalam keluarga disfungsional sedang yang tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.

E. Manajemen Komprehensif1. Promotif Edukasi pada pasien dan keluarga ( minimal 1 orang anggota keluarga) tentang :a. Gambaran hipertensi sebagai penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikendalikan, semuanya tergantung pasien pasien itu sendiri.b. Penyakitnya meliputi penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaannya.c. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit hipertensi.d. Minum obat secara teratur sesuai resep yang diberikan dokter dan pentingnya memonitoring tekanan darah ke puskesmas minimal 2 minggu sekali.e. Pentingnya support keluarga terhadap pengelolaan penyakit pasien.f. Pentingnya menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari hari 2. Preventifa. Pengaturan pola makan yaitu menghindari makanan yang mengandung garam tinggi dan makanan berlemak.b. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga teratur minimal 30 menit perhari 4-5kali/ minggu.c. Istirahat yang cukup minimal 6-8 jam /hari.d. Mengontrol rutin tekanan darah 2 minggu sekalie. CEA untuk kekhawatiran penyakitnyaf. Client centre conseling untuk mengatasi komunikasi terhadap anak ke duag. Screeneng anggota keluarga untuk hipertensi

Waktu MakanMenuBahan MakananBerat(gr)K kaloriProtein(gr)Lemak(gr)Karbo-hidrat(gr)

PagiNasisup ayamsusu skim cairsambal teriBerasAyam tanpa kulitKembang kolkolkapri mudagula pasirsusu skim cairteri kering10040

100100100 392004017550

2525251507510047

111

714-2

---

-40-

55536--

SelinganApelkacang rebusKacang tanah8530501501061240

SiangNasioseng kacang tolotelur rebus

BerasTelur ayam (tanpa kuning)Kacang ToloTahu TempeGula pasirMinyak jagung15050

4022010013526250

150150150505067

101010---

666-560-

14141412

SelinganPisangPisang15050--12

MalamNasiIkan

susu skim cairBerasIkan Tempe

Susu skim cairGula pasir1005050

200261755075

75100475

7-23

-40-7

1024

Total 2292,18143,2538.2343,8

Konsumsi air putih 8-10 gelas per hari

3. Kuratif : R/ Paracetamol mg 500 No. X S 3 dd tab 1 p.cR/ Diltiazem tab mg 30 No. XXXS 3 dd tab IR/ HCT tab mg 25 No. XS 1 dd tab I

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik serta kunjungan rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu hipertensi grade II2. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol. Pola makan yang kurang terjaga dan kondisi pasien yang tidak menerapkan pola hidup bersih sehat dan fikiran sangat berhubungan dengan penyakit hipertensi grade II yang dideritanya.3. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu sektor yang berperan dalam menangani kasus hipertensi secara holistik, mulai dari promotif, preventif, kuratif, sampai rehabilitatif4. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan keberhasilan terapi.A. Saran1. Bagi mahasiswa Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat2. Bagi Puskesmas Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. Puskesmas Wirobrajan. YogyakartaAnwar, S. Hardoyo. 2007. Gagal Jantung. Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Bagian Ilmu Kardiologi Universitas Udayana/RSUP Sanglah : Denpasar. Volume 8 Nomer 3Ghanie, A. 2007. Gagal Jantung Kronik. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. IV Jilid III. Editor: Aru W, Bambang S, Idrus A, et.al. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia : Jakarta. Hlm 1511Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: ErlanggaKane, Ouslander, et.al. 1994. Instability and Falls: Essentials of clinical Geriatric dalam Nugroho, Wahjudi. 2012.Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta . EGCLaelian, A. 2011. Dalam Thesis : Perbedaan Tolerabilitas Meloxicam dan Natrium Diclofenac pada Nyeri. Universitas Indonesia : Jakarta diakses pada tanggal 28 November 2013 di lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20271308-T%2028573full%20textMaryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika : JakartaMubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta: Salemba MedikaVorvick, L., 2011. Muscle Aches. Diakses pada tanggal 28 November 2013 di http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003178.htmPanggabean, N. 2007. Gagal Jantung. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. IV Jilid III. Editor: Aru W, Bambang S, Idrus A, et.al. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia : Jakarta. Hlm 1503

25