Presus Ikk Ayu

46
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA BAB I Nama : Ny. SD Ruang : K.I.A Umur : 38 tahun PUSKESMAS :NGAMPILAN I. IDENTITAS Nama : Ny. SD Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : perempuan Alamat : Ngadiwinatan 66/13 Agama : Islam Pekerjaan : IRT Pendidikan terakhir : D3 Tgl kunjungan ke Puskesmas : 29 Januari 2013 Tgl hpme visit I : 31 Januari 2013 Tgl home visit II : 1 Febuari 2013 II. ANAMNESIS Tanggal : 29 Januari 2013 KELUHAN UTAMA : lemas, pusing berputar KELUHAN TAMBAHAN : - 1. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan bermaksud untuk kontrol rutin kehamilan, 4 hari sebelumnnya pasien sempat pingsan dirumahnya karena merasa sangat lemah, pasien merasa kelelahan setelah membuat kue kering, sejak 1 bulan terakhir ini RM.01.

Transcript of Presus Ikk Ayu

Page 1: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

BAB INama : Ny. SD Ruang : K.I.A

Umur : 38 tahun PUSKESMAS :NGAMPILAN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. SD

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Alamat : Ngadiwinatan 66/13

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan terakhir : D3

Tgl kunjungan ke Puskesmas : 29 Januari 2013

Tgl hpme visit I : 31 Januari 2013

Tgl home visit II : 1 Febuari 2013

II. ANAMNESIS

Tanggal : 29 Januari 2013

KELUHAN UTAMA : lemas, pusing berputar

KELUHAN TAMBAHAN : -

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Ngampilan bermaksud untuk kontrol rutin kehamilan, 4

hari sebelumnnya pasien sempat pingsan dirumahnya karena merasa sangat lemah, pasien

merasa kelelahan setelah membuat kue kering, sejak 1 bulan terakhir ini pasien sering merasa

pusing-pusing dan sedikit mual muntah (-) nyeri kepala (-) demam (-)

2. Riwayat Kehamilan ini

Kontrol pertama (K1) pasien tanggal 31 september 2012, terdapat keluahan mual (+) muntah

(+) saat itu umur kehamilan 5 minggu dengan kadar HB 12,09 gr/dl pasien mendapatkan tablet besi,

vitamin B6 dan B12. Kemudian pasien kontrol lagi untuk (K2) pada tanggal 27 desember 2012 tidak

terdapat keluhan, dengan angka HB 11,4 gr/dl DJJ : 150x/menit. Kemudian pada tanggal 29 januari

RM.01.

Page 2: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

2013 pasien kontrol untuk (K3) pasien mengeluh sejak kontrol terakhir sering merasa pusing dan 4 hari

sebelumnya pasien sempat pingsan dan terjatuh HB saat kontrol 10,4 gr/dl kemudian dilakukan tes urin

didapatkan hasil albumin (-) reduksi (-) dengan Ph : 7.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan serupa disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit DM disangkal

Riwayat penyakit Jantung disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat penyakit asma disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi (+) ayah kandung

Riwayat Penyakit DM disangkal

Riwayat penyakit disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat penyakit asma disangkal

5. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

Pasien belum pernah berobat rutin selain kontrol kehamilannya

6. Riwayat obstetri dan KB

Pasien G5P3A1 anak 1 pasien lahir spontan perempuan di bidan dengan BBL 2700 gr saat ini

berusia 12 tahun, anak 2 pasien lahir spontan laki-laki di bidan dengan BBL 2600 gr saat ini berusia 8

tahun, anak ke 3 pasien lahir spontan perempuan di bidan dengan BBL 2850 gr saat ini berusia 6 tahun.

Sebelum hamil sekarang pasien sempat mengalami keguguran 1 x dan sempat dilakukan kuretase.

Pasien haid teratur setiap bulan, pasien pernah mencoba semua jenis alat kontrasepsi, namun hanya

merasa cocok dengan IUD. Sebelum hamil anak yang terakhir pasien menggunakan KB IUD. 4 tahun

yang lalu pasien sudah tidak memakai IUD lagi dan pasrah saja jika memiliki anak lagi.

RM.02.

Page 3: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

7. Riwayat Pribadi

Pasien merupakan seorang ibu dengan tiga orang anak. Pasien adalah seorang ibu rumah

tangga sebelum hamil anak ke empat ini dia bekerja di apotek sebagai bagian administrasi,

suaminya bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan 1,500,000 rupiah tiap bulannya.

Aktivitas sehari-hari pasien dirumah hanya mengurusi anak-anak dan mengerjakan pekerjaan

sambilan yaitu bisnis membayar listrik melalui online payment, setiap bulannya dia

mendapatkan 200,000 rupiah. Pasien tinggal dirumah bersama suami dan ketiga orang anaknya,

pasien sering merasa jenuh karena aktivitas sehari-hari hanya dirumah saja. Pasien sering

bertengkar dengan suami masalah ekonomi, namun tidak pernah bertengkar hebat.

8. Riwayat Sosial

Pasien termasuk orang yang pandai bergaul dengan tetangga di sekitar rumahnya

Pasien aktif ikut pengajian dan arisan di lingkungan tempat tinggal

9. Riwayat Ekonomi

Pasien merasa kondisi ekonominya kurang dan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.

Anamnesis Sistem

Neurologi : Pusing (+), kelumpuhan anggota gerak (-), kesadaran menurun (-),

lemas (+)

Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-)

Kardiovaskular : takikardi (-)

Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), BAB cair (-), perut kembung, nyeri perut (-),

nyeri ulu hati (-)

Muskuloskeletal : lemas (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), leher tegang (-)

Urogenital : nyeri BAK (-), frekuensi BAK normal, anyang-anyangan (-)

Integumentum :gatal (-), bintik-bintik merah (-)

RM.03.

Page 4: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

III.PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN UMUM

Tanda Utama

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Vital sign : Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5 C

Status Gizi : BB : 55 kg LILA : 28 cm

TB : 1,56 m

BMI : 22,4 kg/m2

Kenaikan BB : 6kg

Status Generalis

- Kulit : teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik, petekie (-).

- Kelenjar limfe : pembesaran (-)

- Kepala : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata

- Muka : Simetris, tidak ada jejas

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), pupil isokor 3 mm, reflek

cahaya (+/+)

- Hidung : Deviasi sputum (-), discharge (-)

- Mulut/Gigi : Bibir kering (-), lidah tidak kotor, carries (-)

- Telinga : Simetris, serumen (-/-)

- Leher : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe (-)

- Otot : tonus normal.

- Tulang : deformitas (-).

- Sendi : gerakan bebas, anggota gerak lemas (-), nyeri gerak (-).

RM.04.

Page 5: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

PEMERIKSAAN KHUSUS

Thoraks :

Inspeksi : Simetris, gerakan respirasi dalam batas normal, massa (-), retraksi suprasternal (-), retraksi

intercosta (-), hematom (-),deformitas (-).

Jantung :

Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat

Perkusi

Batas-batas Jantung Batas kanan atas : SIC II, LPS dextra ;

Batas kiri atas : SIC II, LMC sinistra

Batas kanan bawah : SIC IV, LPS dextra ;

Batas kiri bawah : SIC IV, LMC sinistra

Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)

Paru-paru :

Depan : Kanan Kiri

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultas

i

Tampak simetris, retraksi suprasternal (-),

retraksi intercosta (-), tidak ada

ketinggalan gerak, hematom (-).

Vokal fremitus kanan sama dengan kiri,

ketinggalan gerak (-)

Sonor pada seluruh lapang paru

Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-),

Ronkhi basah (-), krepitasi (-),

Tampak simetris, retraksi suprasternal (-),

retraksi intercosta (-), tidak ada

ketinggalan gerak, hematom (-).

Vokal fremitus kanan sama dengan kiri,

ketinggalan gerak (-)

Sonor pada seluruh lapang paru

Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-),

Ronkhi basah (-), krepitasi (-),

Belakang Kanan Kiri

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultas

i

Simetris, Ketinggalan gerak (-),

vokal fremitus ka=ki.

Sonor pada seluruh lapang paru

Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-),

Ronkhi basah (-), krepitasi (-).

Simetris, Ketinggalan gerak (-),

vokal fremitus ka=ki.

Sonor pada seluruh lapang paru

Suara dasar vesikular, Ronkhi kering (-),

Ronkhi basah (-), krepitasi (-),

RM.05.

Page 6: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Abdomen

Inspeksi : TFU 24 cm

Auskultasi : DJJ 154x/menit

Palpasi : Presentasi kepala, punggung atas, kepala belum masuk panggul

Ektremitas

Akral hangat, perfusi jaringan baik, kapilari refil < 2 detik, deformitas (-).

Superior kanan : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup

Superior kiri : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup

Inferior kanan : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup

Inferior kiri : Edem (-), sianosis (-), tonus cukup

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kadar Hemoglobin (Hb) : 10,2 gr/dl

Urine : reduksi (-) albumin (-) pH : 7

V. DIAGNOSIS

Anemia pada grande multigravida dengan permasalahan ekonomi dan fungsi keluarga yang

baik

VI. PENATALAKSANAAN

Short management Mid management Long management

Promotive Edukasi tentang penyakit,

faktor resiko dan

komplikasinya

RM.06.

Page 7: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Preventive Mengkonsumsi makanan

tinggi besi dan protein

Konsumsi vit c

Menghindari konsumsi

teh dan kopi saat minum

tablet besi

Evaluasi penerapan gaya

hidup sehat

Evaluasi penerapan gaya

hidup sehat

Curative Farmakoterapi

Hemafort 2x1

Non farmakoterapi

Edukasi

Diet

(merencanakan

asupan makan

sehri-hari)

Farmakoterapi

Hemafort 2x1

Non farmakoterapi

Edukasi

Diet

(merencanakan

asupan makan

sehri-hari)

Farmakoterapi

Hemafort 2x1

Non farmakoterapi

Edukasi

Diet (merencanakan

asupan makan

sehri-hari)

Rehabilitative Edukasi anemia ibu hamil

Konseling pemecahan

masalah kehidupan

keluarga

Kendalikan HB

Pengaturan pola makan

Kontrol dan minum obat

teratur

Edukasi anemia ibu hamil

Konseling pemecahan

masalah kehidupan

keluarga

Kendalikan HB

Pengaturan pola makan

Kontrol dan minum obat

teratur

Edukasi anemia ibu hamil

Konseling pemecahan

masalah kehidupan

keluarga Kendalikan HB

Pengaturan pola makan

Kontrol dan minum obat

teratur

RM.07.

Page 8: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Saran menu harian :

Sarapan :

1 piring nasi

2 potong tempe

1 potong tahu

1 mangkok tumis sayuran

Diantara sarapan dan makan siang :

1 gelas susu

Buah

Makan siang :

1 piring nasi

1 potong ikan

2 potong tempe

1 mangkok tumis sayur

Diantara makan siang dan makan malam :

5 potong biskuit

1 gelas teh/sirup

Makan malam :

1 piring nasi

1 potong ayam/ikan

1 potong tempe

1 mangkuk sayuran

RM.08.

Page 9: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

I. ANALISA HASIL KUNJUNGAN RUMAH

KEADAAN RUMAH

Lokasi : rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman yang padat, saling berimpit

dengan rumah tetangga

Kondisi Rumah : bangunan permanen, dinding tembok, atap dari genting, ada langit-

langit, kamar mandi dengan kondisi cukup bersih

Luas : luas rumah ± 70 m2, terdapat 5 orang di dalam rumah

Lantai rumah : lantai keramik dengan kondisi bersih

Pembagian ruangan : terdapat satu ruang tamu, tiga kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar

mandi

Pencahayaan : cahaya yang masuk ke ruang depan atau ruang tamu cukup, jendela

dibuka, pasien tidak pernah menyalakan lampu pada siang hari

Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan : kebersihan dalam rumah baik, dan tata letak

barang dalam rumah cukup bersih dan rapi

Sanitasi dasar : persediaan air berasal dari PDAM, jamban terletak di dalam rumah

Halaman : tidak memiliki halaman rumah

Kesan kebersihan : cukup bersih

Kepemilikan barang : pasien memiliki meja dan kursi tamu, tempat tidur, lemari pakaian,

perlengkapan dapur, dan perlengkapan elektronik berupa 1 unit televisi 21 inchi

Tabel. Variabel dan Nilai Skor Variabel Rumah Sehat

No Variabel Skor

1 Lokasi a. Tidak rawan 3

b. Rawan banjir 1

2 Kepadatan Hunian a. Tidak padat (> 8 m2 / orang) 3

b. Padat (< 8 m2 / orang) 1

3 Lantai a. Semen, ubin, keramik, kayu 3

b. Tanah 1

4 Pencahayaan a. Cukup 3

b. Tidak cukup 1

5 Ventilasi a. Ada ventilasi 3

RM.09.

Page 10: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

b. Tidak ada ventilasi 1

6 Air bersih a. Air dalam kemasan 3

b. Ledeng / PAM 3

c. Mata air terlindung 2

d. Sumur pompa tangan 2

e. Sumur terlindungi 2

f. Sumur tidak terlindung 1

g. Mata air tidak terlindung 1

h. Lain-lain 1

7 Pembuangan kotoran (kakus) a. Leher angsa 3

b. Plengsengan 2

c. Cemplung / cubluk 2

d. Kolam ikan/ sungai/ kebun 1

e. Tidak ada 1

8 Septi tank a. Dengan jarak >10 m ari sumber air

minum 3

b. Lainnya 1

9 Kepemilikan WC a. Sendiri 3

b. Bersama 2

c. Tidak ada 1

10 SPAL a. Saluran tertutup 3

b. Saluran terbuka 2

c. Tanpa saluran 1

11 Saluran got a. Mengalir lancar 3

b. Mengalir lambat 2

c. Tidak ada got 1

12 Pengelolaan sampah a. Diangkut petugas 3

b. Ditimbun 2

c. Dibuat kompos 3

d. Dibakar 2

e. Dibuang ke sungai 1

f. Dibuang sembarangan 1

RM.010.

Page 11: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

g. Lainnya 1

13 Polusi udara a. Tidak ada gangguan polusi 3

b. Ada gangguan 1

14 Bahan bakar masak a. Listrik dan gas 3

b. Minyak tanah 2

c. Kayu bakar 1

d. Arang/ batu bakar 1

TOTAL 41

Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :

Baik : skor 35-42 (>83 %)

Sedang : skor 29-34 (69-83 %)

Kurang : skor <29 (<69 %)

Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah yang bai k.

- JENIS KELUARGA

Jenis keluarga pasien adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari suami dan istri dan

tiga orang anak

NILAI APGAR

APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat/tidaknya

suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi

pokok keluarga /tingkat kesehatan keluarga.

KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR

SELALU (2)

KADANG-

KADANG (1)

HAMPIR

TIDAK ADA (0)

ADAPTATION Apakah pasien

puas dengan

keluarga karena

masing-masing

anggota keluarga

telah

menjalankan

RM.011.

Page 12: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

kewajiban sesuai

dengan yang

seharusnya?

PARTNERSHIP Apakah pasien

puas dengan

keluarga karena

dapat membantu

memberikan

solusi terhadap

permasalahan

yang dihadapi?

GROWTH Apakah pasien

puas dengan

kebebasan yang

diberikan

keluarga untuk

mengembangkan

kemampuan

yang pasien

miliki?

AFFECTION Apakah pasien

puas dengan

kehangatan yang

diberikan oleh

keluarga?

RESOLVE Apakah pasien

puas dengan

waktu yang

disediakan

keluarga untuk

menjalin

RM.012.

Page 13: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

kebersamaan?

TOTAL 9

Skor klasifikasi APGAR :

8-10 Fungsi keluarga baik

4-7 Disfungsi keluarga sedang

0-3 Disfungsi keluarga berat

Berdasarkan hasil penilaian APGAR fungsi keluarga baik

RM.013.

Page 14: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

GENOGRAM KELUARGA Z.A

Dibuat tanggal 1 Febuari 2013

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

B : Breadwinner

C : Caregiver

A : ashtma bronchial

DM : diabetes mellitus type 2

HT : hipertensi

JT : penyakit jantung

----- : tinggal satu rumah

: Pasien

JT DM

B DM

HT

A C

RM.014.

Page 15: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

FAMILY MAP

Suami pasien anak ke 3

Anak ke 1 anak ke 2

Keterangan :

: hubungan baik

: hubungan kurang/tidak baik

FAMILY LIFE CYCLE

o Family with children in school

FAMILY SCREEM

ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI

SOCIAL Interaksi antar pasien dengan

keluarga dan masyarakat baik

CULTURAL Pasien dan keluarga hidup sesuai

budaya setempat

RELIGIOUS Keluarga pasien beragama muslim,

mengerjakan sholat 5 waktu

ECONOMY Penghasilan hanya dari suami pasien

sebesar 1,5 juta rupiah per bulan.

Dan uang sampingan dari pasien 200

ribu rupiah

EDUCATION Pendidikan terakhir pasien D3

MEDICAL Pasien dapat menjangkau Puskesmas

sebagai pusat pelayanan primer

Pasien grande multigravida dengan

anemia

FUNGSI KELUARGA

RM.015.

Page 16: Presus Ikk Ayu

Rumah Pasien

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

1. Fungsi Biologis dan reproduksi

Pasien sudah menikah dan merupakan ibu dari tiga orang anak

2. Fungsi Afektif

- Hubungan antara pasien dengan suami : baik

- Hubungan antara pasien dengan ketiga anaknya : baik

3. Fungsi Sosial dan budaya

Pasien bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik. Pasien tidak percaya terhadap

mitos-mitos yang ada di masyarakat.

4. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam keluarga ini baik, pasien lulusan D3 dan suami S1

5. Fungsi Ekonomi

Pasien adalah ibu rumah tangga penghasilan keluarga didapat hanya dari suami sebesar 1,5

juta rupiah dan tambahan dari sampingan pasien 200 ribu rupiah

6. Fungsi Religius

Fungsi religius penderita berjalan dengan baik. Pasien dan suami rajin sholat 5 waktu setiap

hari.

LOKASI RUMAH

Dibuat tanggal 1 febuari 2013

T

B

U S

RM.016.

Page 17: Presus Ikk Ayu

Puskesmas Ngampilan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Jln. K.H. Ahmad Dahlan

DENAH RUMAH

Denah rumah Ny. SD dibuat tanggal 01 febuari 2013

Dapur KM

RM.017.

Page 18: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Ruang keluarga KMR

Ruang Tamu KMR

KMR

Keterangan;

Pintu

Jendela

DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA :

a. Diagnosis :

Anemia pada Grande multigravida dengan permasalahan ekonomi dan fungsi keluarga yang

baik

b. Bentuk keluarga :

Bentuk keluarga inti (nuclear family) ayah ibu dan tiga orang anak

c. Fungsi keluarga yang terganggu :

Tidak ada gangguan fungsi keluarga yang terganggu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Ny. SD Ruang : K.I.A

Umur : 38 tahun PUSKESMAS :NGAMPILAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

RM.018.

Page 19: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada

trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,

sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin

menjadi berkurang.

. Anemia kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehmailan

merupakan masalah nasional mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan

pengaruhnya sangat besar terhadap sumber daya manusia. Anemia hamil disebut “potensial

danger to mother and child’anemia (potensial membahayakan ibu dan anak). Kerena itulah

anemia memerlukan perhatian serius dan semua pihak yang terkaitdlam pelayanan kesehatan

pada masa yang akan datang.

Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang

dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua

Kriteria anemia menurut WHO adalah:

NO KELOMPOK KRITERIA ANEMIA

1. Laki-laki dewasa < 13 g/dl

2. Wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl

3. Wanita hamil < 11 g/dl

B. Macam-macam anemia selama kehamilan

a. Anemia Defisiensi Besi

Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dan

kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran

darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi

pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada

kehamilan berikutnya.

Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi . Pada gestasi

biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya rata-rata

mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin ibu

sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas

RM.019.

Page 20: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

melebihi cadangan besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara

jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan

diatas dikompensasi oleh penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi

besi.

Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua, maka

kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.

Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak terlalu besar,

kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut

dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh

berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat

tidak menderita anemia defisiensi besi ( Arisman, 2007 ).

b. Anemia akibat perdarahan akut

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi

sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan,

anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan

mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan dan

mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah yang diganti

umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum

apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang

tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk wanita dengan anemia sedang yang

hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan

perdarahan serius, dapat berobat jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam,

terapi besi selama setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan

transfusi darah ( Sarwono, 2005 ).

c. Anemia pada penyakit kronik

Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu

dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan

neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan

eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya tuberculosis,

endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi terapi antimikroba telah

secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal

RM.020.

Page 21: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), dan

peradangan kronik merupakan penyebab tersering anemia bentuk ini.

Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia. Beberapa

diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus

(inflammatory bowel disease), lupus eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa,

keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring dengan

meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan

pielonfritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat

meningkatnya destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal.

d. Defisiensi Vitamin B12/Definisi Megaloblastik

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama kehamilan

sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12 karena tidak

adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat jarang pada wanita

dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumapai

pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah penyakit

Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus.

Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadar

nonhamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12 transkobalamin. Wanita

yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg sianokobalamin (vitamin B12)

intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak

memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada

alasan untuk menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran

bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara

bersamaan mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak

diobati).

e. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih

cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :

1) Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel

sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria

RM.021.

Page 22: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

2) Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan dapat

beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.

Gejala utama adalah anemia dengan kelaina-kelainan gambaran darah, kelelahan,

kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan

oleh infeksi maka infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun,

pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang

berulang dapat membantu penderita ini.

f. Anemia Aplastik dan Hipoplastik

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu penyulit yang

parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai trombositopenia,

leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler. Pada sekitar sepertiga kasus,

anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan gangguan

imunologis.

Kelainan fungsional mendasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk yang terikat di

sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini diperantarai oleh proses

imunologis. Pada penyakit yang parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum

tulang yang kurang dari 25 persen, angka kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen

(Suhemi, 2007).

C. Fisiologi

a. Metabolisme Besi

Total besi dalam tubuh manusia dewasa sehat berkisar antara 2 gram (pada wanita) hingga 6

gram (pada pria) yang tersebar pada 3 kompartemen, yakni 1). Besi fungsional, seperti hemoglobin,

mioglobin, enzim sitokrom, dan katalase, merupakan 80 % dari total besi yang terkandung jaringan

tubuh. 2). Besi cadangan, merupakan 15-20% dari total besi dalam tubuh, seperti feritin dan

hemosiderin. 3). Besi transport, yakni besi yang berikatan pada transferin.

Sumber besi dalam makanan terbagi ke dalam 2 bentuk:

1. Besi heme, terdapat dalam daging dan ikan. Tingkat absorpsinya tinggi (25% dari kandungan

besinya dapat diserap) karena tidak terpengaruh oleh faktor penghambat.

2. Besi non-heme, berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tingkat absorpsi rendah (hanya 1-2% dari

kandungan besinya yang dapat diserap). Mekanisme absorpsinya sangat rumit dan belum

RM.022.

Page 23: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

sepenuhnya dimengerti. Absorpsi sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pemacu absorpsi (meat

factors, vitamin C) dan faktor penghambat (serat, phytat, tanat).

Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase:

o Fase Luminal: besi dalam makanan diolah oleh lambung (asam lambung menyebabkan heme

terlepas dari apoproteinnya) hingga siap untuk diserap.

o Fase Mukosal: proses penyerapan besi di mukosa usus. Bagian usus yang berperan penting pada

absorpsi besi ialah duodenum dan jejunum proksimal. Namun sebagian kecil juga terjadi di

gaster, ileum dan kolon. Penyerapan besi dilakukan oleh sel absorptive yang terdapat pada

puncak vili usus. Besi heme yang telah dicerna oleh asam lambung langsung diserap oleh sel

absorptive, sedangkan untuk besi nonheme mekanisme yang terjadi sangat kompleks.

Setidaknya terdapat 3 protein yang terlibat dalam transport besi non heme dari lumen usus ke

sitoplasma sel absorptif. Luminal mucin berperan untuk mengikat besi nonheme agar tetap larut

dan dapat diserap meskipun dalam suasana alkalis duodenum. Agar dapat memasuki sel, pada

brush border sel terjadi perubahan besi feri menjadi fero oleh enzim feri reduktase yang

diperantarai oleh protein duodenal cytochrome b-like (DCYTB). Transpor melalui membrane

difasilitasi oleh divalent metal transporter (DMT-1 atau Nramp-2). Sesampainya di sitoplasma

sel usus, protein sitosol (mobilferrin) menangkap besi feri. Sebagian besar besi akan disimpan

dalam bentuk feritin dalam mukosa sel usus, sebagian kecil diloloskan ke dalam kapiler usus

melalui basolateral transporter (ferroportin atau IREG 1). Besi yang diloloskan akan mengalami

reduksi dari molekul fero menjadi feri oleh enzim ferooksidase, kemudian berikatan dengan

apotransferin dalam kapiler usus.

RM.023.

Page 24: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Gambar 4: proses absorbsi besi

o Fase corporeal: meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel yang

membutuhkan, dan penyimpanan besi di dalam tubuh.

Dalam sirkulasi, besi tidak pernah berada dalam bentuk logam bebas, melainkan berikatan

dengan suatu glikoprotein (β-globulin) pengikat besi yang diproduksi oleh hepar (transferin). Besi

bebas memiliki sifat seperti radikal bebas dan dapat merusak jaringan. Transferin berperan mengangkut

besi kepada sel yang membutuhkan terutama sel progenitor eritrosit (normoblas) pada sumsum tulang.

Permukaan normoblas memiliki reseptor transferin yang afinitasnya sangat tinggi terhadap besi pada

transferin. Kemudian besi akan masuk ke dalam sel melalui proses endositosis menuju mitokondria.

Disini besi digunakan sebagai bahan baku pembentukan hemoglobin.

Kelebihan besi di dalam darah disimpan dalam bentuk feritin (kompleks besi-apoferitin) dan

hemosiderin pada semua sel tubuh terutama hepar, lien, sumsum tulang, dan otot skelet. Pada hepar

feritin terutama berasal dari transferin dan tersimpan pada sel parenkimnya, sedangkan pada organ

yang lain, feritin terutama terdapat pada sel fagosit mononuklear (makrofag monosit) dan berasal dari

pembongkaran eritrosit. Bila jumlah total besi melebihi kemampuan apoferitin untuk menampungnya

maka besi disimpan dalam bentuk yang tidak larut (hemosiderin). Bila jumlah besi plasma sangat

rendah, besi sangat mudah dilepaskan dari feritin, tidak demikian pada hemosiderin. Feritin dalam

jumlah yang sangat kecil terdapat dalam plasma, bila kadar ini dapat terdeteksi menunjukkan cukupnya

cadangan besi dalam tubuh.

RM.024.

Page 25: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Gambar 5: distribusi besi dalam tubuh

b. Sintesis Hemoglobin

Sintesis hemoglobin dimulai sejak stadium pronormoblas, namun hanya sedikit sekali rantai

hemoglobin yang terbentuk. Begitu pula pada stadium normoblas basofil. Baru pada stadium

normoblas polikromatofil sitoplasma sel mulai dipenuhi dengan hemoglobin (± 34%). Sintesa ini terus

berlangsung hingga retikulosit dilepaskan ke peredaran darah.

Pada tahap pertama pembentukan hemoglobin, 2 suksinil Ko-A yang berasal dari siklus krebs

berikatan dengan 2 molekul glisin membentuk molekul pirol. Empat pirol bergabung membentuk

protoporfin IX, yang selanjutnya akan bergabung dengan besi membentuk senyawa heme. Akhirnya

setiap senyawa heme akan bergabung dengan rantai polipeptida panjang (globin) sehingga terbentuk

rantai hemoglobin. Rantai hemoglobin memiliki beberapa sub unit tergantung susunan asam amino

pada polipeptidanya. Bentuk hemoglobin yang paling banyak terdapat pada orang dewasa adalah

hemoglobin A (kombinasi 2 rantai α dan 2 rantai β). Tiap sub unit mempunyai molekul heme, oleh

karena itu dalam 1 rantai hemoglobin memerlukan 4 atom besi. Setiap atom besi akan berikatan dengan

1 molekul oksigen (2 atom O2).

RM.025.

Page 26: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Gambar 6: pembentukan hemoglobin

c. zat besi pada wanita hamil

Wanita memerlukan Zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan

pendarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehillangan Zatbesi sebesar 30 sampai

40 mgr. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah

sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta.

Sebagai gambaran banyak kebutuhan zat besi pada kehamilan adalah :

a. Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe

b. Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe

c. Untuk darah janin 100 mgr Fe

Jumlah 900 mgr Fe

Jika persalinan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan mengurus persediaan Fe

tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.

D. Etiologi

a. Kurangnya mengkonsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang berasal dari sumber

hewani yang mudah diserap.

b. Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat saat kehamilan

c. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah dan pertambahan darah tidak

sebanding dengan pertambahan plasma

d. Kehilangan zat besi yang berlebihan pada pendarahan termasuk haid yang berlebihan, sering

melahirkan dengan jarak yang dekat.

RM.026.

Page 27: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

e. Pemecahan eritrosit terlalu cepat (hemolisis)

E. Faktor resiko

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu

berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20

– 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada

kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum

matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait

dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa

diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap

kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan

kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus

memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2004). Jarak

kelahiran mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia ( Amirrudin dan

Wahyuddin, 2004).

F. Patofisiologi

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi

yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan janin. Volume plasma meningkat

45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 rata-rata

peningkatan dari volume awal 4 liter menjadi 6 liter. Kmenurun sedikit menjelang aterem serta

kembali normal 3 bulan setelah partus. Dengan terjadinya peningkatan volume ini akan

menyebabkan pengenceran darah sehingga hemoglobin dibutuhkan lebih banyak, ketika asupa

secera enteral tidak dapat menkompensasi terjadinya fisiologi kehamilan ini maka muncul lah

anemia defisiensi besi.

Gejala klinis

1. Gejala-gejala yang Muncul pada Anemia

a. 5 L (letih, lelah, lemah, lesu dan lunglai)

b. Nafsu makanan penurun atau anoreksia

c. Sakit kepala

RM.027.

Page 28: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

d. Konsentrasi menurun

e. Pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk

f. Nafas pendek (pada anemia yang parah)

Pada pemeriksaan didapat gejala anemia

a. Kulit pucat

b. Kuku-kuku jari pucat

c. Rambut rapuh (pada anemia yang parah)

Menurut Sarwono, (2005) Pengaruh Anemia terhadap kehamilan

a. Penyakit yang timbul akibat anemia anemia :

1) Abortus

2) Partus prematurus

3) Partus lama karena inerlia uteri

4) Perdarahan post partum karena atonia uteri

5) Syok

6) Infeksi baik intra partum maupun post partum

7) Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 gr/100ml dapat mneyebabkan

dekompensasi kordis.

b. Bagi hasil konsepsi anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti :

1) Kematian mudigah

2) Kematian perinatal

3) Prematuritas

4) Dapat terjadi cacat bawan

5) Cadangan besi kurang

G. Penatalaksanaan

Perbaikan diet/pola makan

Penyebab anemia terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan

kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan

asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurani kondisi anemia.

a. Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan Asam folat

Bahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur

adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi,

RM.028.

Page 29: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada

kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati

dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk

dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan

tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.

b. Batasi penggunaan antasida

Antasida atau obat maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini umumnya

mengandung mineral, atau logam lain yang dapat menganggu penyerapan zat besi dalam

tubuh. Oleh karena itu batasi penggunaannya dan gunakan sesuai aturan pemakaian.

c. Hindari teh dan kopi

Menghindari konsumsi teh dan kopi saat mengkonsumsi tablet besi dan kurangi

konsumsinya selama kehamilan karena akan mengganggu penyerapan zat besi di saluran

penernaan.

Medikamentosa

Terapi oral merupakan pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman, terutama sulfas ferosus.

Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral) atau dapat secara

suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat,

atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per

bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20

ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu

2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi

pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Untuk

meningkatkan penyerapan dapat diberikan bersama vitamin C 3x100 mg/hari.

H. Pencegahan

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi

daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna

hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi

pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

RM.029.

Page 30: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada

trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia

defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang

disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis

pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari .

Mengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta keluarga berencana (KB)

RM.030.

Page 31: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

BAB III

PEMBAHASAN

Nama : Ny. SD Ruang : K.I.A

Umur : 38 tahun PUSKESMAS :NGAMPILAN

ANALISA KASUS

Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 31 januari 2013 pukul 12.30 s/d 13.30 dan

tanggal 01 febuari 2013 pukul 11.00-12.00. Saat kunjungan dilakukan pasien sedang duduk-

duduk diteras. Pasien mengeluhkan masih sedikit pusing.

Dari anamnesis yang dilakukan ternyata yang diduga mempengaruhi terjadinya anemia

pada penderita ini selain karena dia berada pada trimester ketiga dimana kebutuhan besi dari

bayi meningkat juga didapatkan kurangnya asupan makanan, pasien sering merasa tidak nafsu

makan, sehingga dalam sehari pasien bisa hanya makan 2 kali saja dengan porsi yang kecil.

Selain karena tidak nafsu makan himpitan ekonomi yang dialaminya juga membuat pasien

memilih untuk memberikan makanannya untuk anak-anaknya yang masih dalam masa

pertumbuhan. Pasien juga termasuk malas dalam mengkonsumsi tablet besi yang dia dapatkan

setelah kontrol pasien juga sering lupa untuk meminum tablet tersebut. Pasien hanya

mengkonsumsi beberapa tablet saja kemudian tidak minum lagi.

Pendekatan yang dilakukan adalah penatalaksaan dengan merencanakan asupan

makanan sehari-harinya, menyarankan untuk rutin meminum tablet besi yang didapatkanya

dari puskesmas. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat

mengancam ibu dan bayi.

RM.031.

Page 32: Presus Ikk Ayu

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

DAFTAR PUSTAKA

Andonotopo W, Arifin MT. 2005. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada janin.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2000. Gerakan Partipasif Penyelamatan Ibu Hamil, Menyusui dan Bayi. Jakarta :

Depkes RI

Manuaba, I.B.G, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta

Manuaba, I. B. G. 2001. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta.

EGC

Niver, G. 2002. Anemia Ibu Hamil. Jakarta : Djambatan

World Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993-2005. World Health

Organization global database on anaemia. Atlanta, 2006.h. 1-39

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-391-62850896-tesis.pdf

RM.032.