PRESENTASI KASUS ikk
-
Upload
rizqi-hafidh-sidik -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
Transcript of PRESENTASI KASUS ikk
PRESENTASI KASUS
Asthma Intermiten dalam Derajat Ringan, Hipertensi
Grade I, dan Obesitas pada Laki-laki Paruh Baya dengan
Tingkat Pengetahuan Asthma Rendah dengan Pola
Makan Kurang Baik dan Kekhawatiran tentang
Penyakitnya.
Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Kedokteran Keluarga
Disusun oleh
Taufik Fitriyanto Nugroho
20090310077
Dokter Pembimbing Puskesmas
dr. Achmad Amirudin Al Husain
Dokter Pembimbing Fakultas
dr. M. Khotibudin
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
1
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Disusun oleh:Taufik Fitriyanto Nugroho
20090310077
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:5 Maret 2015
Mengetahui,Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
Dr Khotibudin
Dosen Pembimbing Puskesmas
Dr. Achmad Amirudin Al Husain
Kepala Puskesmas Tegalrejo
Dr. Riska Novriana
SMF BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGAPUSKESMAS TEGALREJO
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………1
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………….2
BAB I………………………………………………………………………………………...4
I. Identitas, Anamnesis Holistik………………………………………………..4II. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………6III. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………..8IV. Diagnosis Sementara………………………………………………………...8V. Family Assessmenttool ……………………………………………………...8VI. Family Life Line ……………………………………………………………10VII. Diagnosis Holistik…………………………………………………………..10
BAB II ANALISIS………………………………………………………………………….11
A. Analisa Kasus ………………………………………………………………………11B. Analisa Kunjungan Rumah ………………………………………………………...12C. Identifikasi Fungsi Keluarga ……………………………………………………….14D. Identifikasi PSP……………………………………………………………………..17E. Pedomam Umum Gizi Seimbang…………………………………………………...18F. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat……………………………………….19G. Indikator Rumah Sehat……………………………………………………………...20H. Pelaksanaan Program ……………………………………………………………….22I. Diagnosis Holistik…………………………………………………………………...22J. Manajemen Komperhensif…………………………………………………………..22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………...26
Asthma ………………………………………………………………………………………26
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….42
DOKUMENTASI …………………………………………………………………………...43
3
BAB IPRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kutu Dukuh, RT 02
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pensiunan PNS/Wiraswasta kos-kosan
Pendidikan : SMK
Tanggal kunjungan Puskesmas : 26 Februari 2015
Tanggal kunjungan rumah I : 27 Februari 2015
Tanggal kunjungan rumah II : 1 Maret 2015
ANAMNESIS HOLISTIK (Autoanamnesis)
ASPEK KLINIS
1. Keluhan utama : sesak nafas, batuk berdahak, pusing
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk berdahak. Pasien mempunyai
riwayat sesak nafas (asthma) sejak 2004.
Pada dahak tidak terdapat dahak bercampur darah, pasien juga tidak mengeluhkan
penurunan berat badan. Pasien merasa cepet lelah jika melakukan aktifitas fisik,
padahal pasien dulunya sering berolahraga.
Paien mempunyai riwayat merokok, tapi hanya sebentar dan tidak sampai
ketagihan. Dari berobat dipuskesmas pasien mendapatkam cefadroxcil, ambroxol,
paracetamol, vit B1, vit C.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit asma : ya sejak 2004
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat oprasi : amandel (1979), usus buntu (2010)
4
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit asma : ya, adik kandung
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : iya.
b. Riwayat minum alkohol : disangkal.
c. Riwayat minum obat bebas (NAPZA): disangkal.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien mempunyai 3 anak : laki-laki, perempuan dan perempuan, yang semuanya
sudah berkeluarga dan sudah memiliki putra. Pasien tinggal dirumah sendiri
bersama anak perempuan nomer tiga bersama suami dan satu orang cucunya.
Pasien merupakan pensiunan PNS di Dinas Transmigrasi. Pasien pada tahun 1976-
2000 bekerja di Dinas Transmigrasi Jambi, kemudian pada tahun 2000-2011
pensiun pindah di Jogjakarta. Untuk menopang kehidupannya pasien mempunyai
hasil dari pensiunan bersama pensiunan istri dan usaha kos-kosan. Hubungan
pasien dengan anak yg tinggal serumah baik. Anak ke dua yang tinggal di jalan
Bener Yogyakarta, bersama suami dan anaknya sering mengunjungi pasien. Pasien
sering pula berkunjung ke anak nomer dua, karena pasien nampak sangat sayang
pada cucu-cucunya. Hubungan Pasien dengan anak yang tidak tinggal di Jambi
baik,sering berkomunikasi lewat telepon.Tidak ada masalah anatara pasien dengan
istri dan anak-anaknya. Pasien mempunyai kos-kosan dan sering berinteraksi
dengan anak-anak kosnya.
Interaksi pasien dengan tetangga sekitar baik, pasien sering mengikuti kegiatan
sosial di sekitar tempat tinggalnya seperti kerjabakti, pengajian, memeberikan
sodaqoh pada tetangga yang membutuhkan .Kediaman pasien dekat dengan fasilitas
pelayanan kesehatan. Pasien sudah memiliki asuransi kesehatan ASKES PNS. Pola
makan pasien kurang baik, pasien makan 1-2 kali sehari dan memakan makanan
seperti sayur, buah,tempe, pasien mengurangi makan ayam dan daging berlemak..
Aktifitas fisik tidak dilakukan rutin,kadang pasien berjalan-jalan pagi dan menyapu,
pasien merasa cepat lelah jika melakuakan aktifitas fisik.
5
ASPEK PERSONAL
a. Alasan kedatangan
Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Tegalrejo untuk periksa sesak nafas,
batuk dan pusing
Selain itu pasien merasakan cepat lelah jika melakukan aktifitas fisik.
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Asthma adalah penyakit sesak nafas yg nafasnya sampai terdengar “ngik” bisa
karena keturunan.
c. Harapan pasien
Pasien berharap penyakitnya dapat sembuh sehingga pasien dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa keluhan. Karena pasien akan
melakuakan Ibadah Haji pada tahun ini.
7. Review anamnesis sistem
a. Keluhan utama : sesak nafas, batuk berdahak,pusing
b. Penglihatan : baik, melihat bintik atau garis hitam (-).
c. Pendengaran : telinga berdenging (-), sekret berbau (-).
d. Pencernaan : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB cair (-),
BAB darah (-).
e. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk (+).
f. Cardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).
g. Endokrin : tangan gemetar (-), berat badan sulit naik (-), banyak
minum (-), banyak makan (-), banyak BAK (-).
h. Perkemihan : BAK darah (-), nyeri saat BAK (-), nyeri pinggang (-).
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis.
3. Tanda vital :
Tekanan darah : 140/90 mmHg.
Nadi : 84 x/menit.
Respirasi : 20 x/menit.
6
4. Status Gizi
Berat badan : 93 kg.
Tinggi badan : 169 cm.
BMI = BB (kg) / TB (m)2 = 32,6 (obesitas).
BMI <18 = kurus.
BMI 18-23 = normal.
BMI 23-25 = pre-obesitas.
BMI >25 = obesitas.
5. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
- Mata : alis tampak simetris, palpebra tak tampak kelainan, sekret (-), konjungtiva
anemis (-), sklera ikterik (-), injeksi silier (-), kornea tampak bening (+), lensa mata
tampak putih keruh (-/-).
- Hidung : krepitasi (-), deformitas (-), massa (-), discharge (-/-).
- Telinga : deformitas (-), massa (-), tanda inflamasi (-), discharge (-/-).
- Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-).
b. Pemeriksaan leher
Limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat.
c. Pemeriksaan thorax
- Cor : ictus cordis teraba di SIC V linea mid clavicula sinistra, tidak ada pergeseran
dari batas-batas jantung, bunyi jantung S1 dan S2 reguler, bising (-), gallop (-).
- Pulmo :
Paru-paru kanan Paru-paru kiri
-inspeksi: dinding dada simetris,
retraksi interkostal (-), ketinggalan
gerak (-).
-palpasi: vocal fremitus kanan = kiri
normal.
-perkusi : sonor (+).
-auskultasi: suara dasar
vesikuler(+), ronchi basah kasar (-),
wheezing (+), ronchi basar basal (-).
-inspeksi: dinding dada simetris,
retraksi interkostal (-), ketinggalan
gerak (-).
-palpasi: vocal fremitus kiri =
kanan normal.
-perkusi : sonor (+).
-auskultasi: suara dasar
vesikuler(+), ronchi basah kasar (-),
wheezing (+),ronchi basar basal (-).
d. Pemeriksaan Abdomen
7
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada, benjolan (-),
venektasi (-), spidernevi (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal.
Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-), undulasi (-).
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba.
e. Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat, edema (-/-), waktu pengisian kapiler baik kurang dari 2 detik.
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada saat datang, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA
Asthma Intermitan serangan derajat ringan, Hipertensi Grade I, Obesitas
V. FAMILY ASSESSMENT TOOL
1. Genogram keluarga
35
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal : Pasien
: Perempuan B :Breadwinner (Pencari nafkah)
C : Care giver (Perawat) D :Decision Maker (Pengambil Keputusan)
Tinggal 1 rumah as: Asthma
8
58 C59 as
B/D
30 B283532 33 31
o
9 bln3
14
Ny S
2. Family Map
cucu
3. Nilai APGAR Keluarga
Komponen Indikator Hampir tidak
pernah (0)
Kadang-kadang
(1)
Hampir selalu
(2)Adaptation (Adaptasi)
Saya puas dengan anggota keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga
sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
V
Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi.
V
Growth (Pertumbuhan
)
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
V
Affection (Kasih sayang)
Saya puas dengan kehangatan/kasih sayang yang diberikan keluarga saya.
V
Resolve (Kebersamaan
)
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan.
V
Skor total 10Kesimpulan Fungsi Keluarga cukup
8-10 = fungsi keluarga sehat 4-7 = fungsi keluarga cukup 0-3 = fungsi keluarga sakit
4. Analisis SCREEM
Komponen Sumber daya Patologis
SocialInteraksi social dengan lingkungan sekitar baik.
9
Keterangan :
Fungsional :
Disfungsional:
Terdapat batasan : Menantu IIITn.SAnak III
CulturalPasien bangga dengan kebudayaan daerah asalnya.
ReligiousPasien beragam islam dan taat beribadah
Economic
Pasien mendapatkan penghasilan dari hasil pension dan kos kosan, merasa kebutuhan sehari-hari sudah cukup.
EducationPasien belum memahami tentang penyakitnya
MedicalAkses ke pelayanan kesehatan (Puskesmas) terjangkau.
VI. Family Life Line
Tahun Life Event/Crisis Severity of Illness
2011 Anak pertama menikah dan keluar dari rumah
2009 Anak kedua menikah dan keluar dari rumah
2013 Anak ketiga menikah
2007 Ibu pasien meninggal ++++
2011 Pensiun dari kerja ++
2000 Pindah dari Jambi ke Jogjakarta ++
VII. DIAGNOSIS HOLISTIK
Asthma intermiten serangan derajar ringan, Hipertensi Grade I, Obesitas pada pada
laki-laki paruh baya dengan tingkat pengetahuan asthma rendah dengan pola makan
kurang baik dan kekhawatiran tentang penyakitnya.
10
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak dan pusing. Pasien
mempunyai riwayat sesak nafas (asthma) sejak 2004. Pada dahak tidak terdapat dahak
bercampur darah, pasien juga tidak mengeluhkan penurunan berat badan. Karena keluhan
ini pasien merasa cepet lelah jika melakukan aktifitas fisik, padahal pasien dulunya sering
berolahraga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg. BMI obesitas. Paien
mempunyai riwayat merokok, tapi hanya sebentar dan tidak sampai ketagihan. Dari
berobat dipuskesmas pasien mendapatkam cefadroxcil, ambroxol, paracetamol, vit B1, vit
C. Didalam keluarganya adik pasien mempunyai asthma.
Pasien tinggal di Kutu Dukuh RT 02, RW 28, Sinduadi. Pasien mempunyai 3 anak :
laki-laki, perempuan dan perempuan, yang semuanya sudah berkeluarga dan sudah
memiliki putra. Pasien tinggal dirumah sendiri bersama anak perempuan nomer tiga
bersama suami dan satu orang cucunya. Pasien merupakan pensiunan PNS di Dinas
Transmigrasi. Pasien pada tahun 1976-2000 bekerja di Dinas Transmigrasi Jambi,
kemudian pada tahun 2000-2011 pensiun pindah di Jogjakarta. Untuk menopang
kehidupannya pasien mempunyai hasil dari pensiunan bersama pensiunan istri dan usaha
kos-kosan. Hubungan pasien dengan anak yg tinggal serumah baik. Anak ke dua yang
tinggal di jalan Bener Yogyakarta, bersama suami dan anaknya sering mengunjungi
pasien. Pasien sering pula berkunjung ke anak nomer dua, karena pasien nampak sangat
saying pada cucu-cucunya. Hubungan Pasien dengan anak yang tidak tinggal di Jambi
baik, sering berkomunikasi lewat telepon. Tidak ada masalah anatara pasien dengan istri
dan anak-anaknya. Pasien mempunyai kos-kosan dan sering berinteraksi dengan anak-
anak kosnya.
Interaksi pasien dengan tetangga sekitar baik, pasien sering mengikuti kegiatan social
di sekitar tempat tinggalnya seperti kerjabakti, pengajian, memeberikan sodaqoh pada
11
tetangga yang membutuhkan .Kediaman pasien dekat dengan fasilitas pelayanan
kesehatan. Pasien sudah memiliki asuransi kesehatan ASKES PNS. Pola makan pasien
kurang baik, pasien makan 1-2 kali sehari dan memakan makanan seperti sayur,
buah,tempe, pasien mengurang makan ayam dan daging berlemak.. Aktifitas fisik tidak
dilakukan rutin,kadang pasien berjalan-jalan pagi dan menyapu, pasien merasa cepat lelah
jika melakuakan aktifitas fisik.
ANAMNESIS ILLNES
a. Alasan kedatangan
Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Tegalrejo untuk periksa sesak nafas,
batuk dan pusing
Selain itu pasien merasakan cepat lelah jika melakukan aktifitas fisik.
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Asthma adalah penyakit sesak nafas yg nafasnya sampai terdengar “ngik” bisa
karena keturunan. Hipertensi penyakit darah tinggi. Obesitas kelebihan berat
badan.
c. Harapan pasien
Pasien berharap penyakitnya dapat sembuh sehingga pasien dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa keluhan. Karena pasien akan
melakuakan Ibadah Haji pada tahun ini.
d. Efek terhadap fungsi sosial dan ekonomi
Jika Asthmanya kambuh pasien merasa sesak, dan tidak bisa melakukan
aktifitas fisik seperti biasa. Penyakit ini tidak mempengaruhi ekonomi pasien
karena pasien berobat menggunakan jaminan kesehatan
B. Analisis Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dilakukan pada tanggal 27 Februari 2015 dan 1 Maret 2015
a. Keadaan pasien : Pada saat kunjungan pertama pasien masih mengeluhkan tentang
keluhan yang sama namun sudah berkurang dan jauh lebih baik.
b. Lokasi
Pasien tinggal di kutu dukuh RT 02 RW 28
c. Kondisi rumah
12
Rumah terbuat dari batu bata, kokoh, tidak bertingkat, lantai keramik, atap dari
genting, langit-langit bereternit, memiliki kos-kosan dan memiliki teras rumah,pada
teras diikatkan seperti jarring yg diikatkan pada atap dan pagar rumah,untuk
mengurangi debu yang masuk rumah, depan rumah langsung jalan dan selokan
Mataram. Luas rumah +200m2.
d. Pembagian Ruang
Rumah terdiri dari 11 ruangan. Yaitu ruang tamu,ruang keluarga, 4 ruang tidur,
mushola, 2 kamar mandi, dapur, garasi. Masing- masing ruangan dipisahkan oleh
tembok.
e. Ventilasi : pada bagian depan rumah ada jendela dan ventilasi namun pasien menutup
semua, dan hanya pagi-pagi subuh jika membukanya. Karena rumah pasien berada
dipinggir jalan yang padat, sehingga jika dibuka pasien takut debu masuk rumah.
f. Pencahayaan : pencahayaan pada seluruh ruangan dirasa kurang.
g. Kebersihan : kebersihan di dalam rumah cukup, tata letak barang di dalam rumah
kurang rapi
h. Sanitasi dasar :
Sumber air bersih : Sumber air dari sumur
Jamban keluarga : Terdapat 2 buah kamar mandi dengan 2 jamban duduk dan bak
mandi dari beton. Kesan kamar mandi bersih, terawat, dan tidak bau. Kamar mandi
digunakan bersama sekeluarga.
Saluran Pembuangan Air Limbah : Limbah rumah tangga dialirkan ke peresapan,
tidak ditemukan genangan limbah disekitar rumah.
Tempat pembuangan sampah : Sampah dikumpulkan di depan rumah, dan diambil
oleh petugas kebersihan.
Halaman : Terdapat teras rumah, tidak ada tanaman
Kandang : tidak memiliki hewan ternak
13
garasi Kamar mandi
R. tidur
dapurmushola
Fotocopy disewakan
R. tidur
Kamar mandi
R. tidur
R. tidur
Teras
Kos kosan
Kos kosan
Ruang tamu
Ruang Keluarga
C. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Pasien berada dalam masa reproduktif akhir.
2. Fungsi Afektif
- Hubungan antara pasien dengan anak : baik
- Hubungan antara pasien dengan saudara : baik
- Hubungan antar saudara : baik
3. Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien di lingkungan tempat tinggalnya dihormati, pasien sering
berkumpul dengan tetangga sekitar. Pasien tidak percaya dengan mitos-mitos.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien berpendidikan SMK, pendidikan anak pertama,kedua dan ketiga Sarjana
5. Fungsi Ekonomi
Penghasilan pasien didapatkan dari hasil pensiun dan hasil kos kosan.
6. Fungsi Religius
Fungsi religius pasien baik, pasien rajin beribadah dan mengikuti pengajian.
FAMILY ASSESSMENT TOOL
Genogram keluarga- Keluarga BP. S
- Struktur Keluarga: Extended Family (Keluarga besar: Suami, istri, anak-anak kandung menantu dan cucu).
14
58 c59 as
B/D
30 B
283532
o
Keterangan:
: Laki-laki : Meninggal : Pasien
: Perempuan B :Breadwinner (Pencari nafkah)
C : Care giver (Perawat) D :Decision Maker (Pengambil Keputusan)
Tinggal 1 rumah as: Asthma
15
33 31
9 bln3
14
Ny S
Family Map
Cucu
Nilai APGAR Keluarga
Komponen Indikator Hampir tidak
pernah (0)
Kadang-kadang
(1)
Hampir selalu
(2)Adaptation (Adaptasi)
Saya puas dengan anggota keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga
sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
V
Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya hadapi.
V
Growth (Pertumbuhan
)
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
V
Affection (Kasih sayang)
Saya puas dengan kehangatan/kasih sayang yang diberikan keluarga saya.
V
Resolve (Kebersamaan
)
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan.
V
Skor total 10Kesimpulan Fungsi Keluarga cukup
8-10 = fungsi keluarga sehat 4-7 = fungsi keluarga cukup 0-3 = fungsi keluarga sakit
16
Keterangan :
Fungsional :
Disfungsional:
Terdapat batasan : Menantu IIITn.SAnak III
Analisis SCREEM
Komponen Sumber daya Patologis
SocialInteraksi social dengan lingkungan sekitar baik.
CulturalPasien bangga dengan kebudayaan daerah asalnya.
ReligiousPasien beragam islam dan taat beribadah
Economic
Pasien mendapatkan penghasilan dari hasil pension dan kos kosan, merasa kebutuhan sehari-hari sudah cukup.
EducationPasien belum memahami tentang penyakitnya
MedicalAkses ke pelayanan kesehatan (Puskesmas) terjangkau.
Family Life Line
Tahun Life Event/Crisis Severity of Illness
2011 Anak pertama menikah dan keluar dari rumah
2009 Anak kedua menikah dan keluar dari rumah
2013 Anak ketiga menikah
2007 Ibu pasien meninggal ++++
2011 Pensiun dari kerja ++
2000 Pasien pindah dari jambi ke jogja +++
.
D. IDENTIFIKASI PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku)
1. PSP keluarga tentang kesehatan dasar
a. Pencegahan penyakit
Pasien rajin membersihkan rumah, tidak merokok, selalu membawa ke puskesmas bila
anggota keluarga ada yang sakit.
17
b. Gizi keluarga
Untuk pola konsumsi gizi pasien, frekuensi makan rata-rata 2 kali sehari dengan menu
nasi, lauk pauk (telur, tempe, tahu), sayuran. Status gizi pasien obesitas.
c. Higiene dan sanitasi lingkungan
- Halaman depan rumah tampak bersih.
- Lingkungan dalam rumah cukup bersih.
- Kondisi pencahayaan di rumah kurang.
2. PSP keluarga tentang kesehatan lain
a. Penggunaan pelayanan kesehatan
Pasien datang ke puskesmas jika sakit yang dialaminya tidak tertahankan.
b. Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan
Rumah pasien dekat dengan sarana pelayanan kesehatan dan pasien sudah memiliki
jaminan kesehatan
E. PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
NO PUGS Ya Tidak
1 Keluarga makan beraneka ragam makanan V
2 Keluarga makan makanan untuk memenuhi
kecukupan energiV
3 Keluarga makan makanan karbohidrat
setengah dari kebutuhan energi sehariV
4 Keluarga membatasi konsumsi lemak dam
minyak seperempat dari kebutuhan energi
sehari
V
5 Keluarga menggunakan garam beryodium V
6 Keluarga makan makanan sumber zat besi V
7 Ibu memberikan ASI sampai bayi umur 6
bulanV
8 Keluarga membiasakan makan pagi V
9 Keluarga minum air bersih dan aman yang
cukupV
18
10 Keluarga melakukan aktivitas fisik dan
olahraga secara teraturV
11 Keluarga menghindari minum minuman
beralkoholV
12 Keluarga makan makanan yang aman bagi
kesehatanV
13 Keluarga terbiasa membaca label pada
makanan yang dikemasV
Kesimpulan
1. Nilai PUGS keluarga >60%
2. Pasien menerapkan pedoman umum gizi seimbang
F. IDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
No
.
Kriteria yang dinilai Jawaba
n
Skor
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Ya 1
2. Memberi ASI ekslusif. Ya 1
3. Menimbang balita setiap bulan. Ya 1
4. Menggunakan air bersih. Ya 1
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 1
6. Menggunakan jamban sehat. Ya 1
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Ya 1
8. Makan buah dan sayur setiap hari. Ya 1
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Ya 1
10. Tidak merokok di dalam rumah. Ya 1
Total jawaban ya 11
Interpretasi: Total skor adalah 11 yang berarti keluarga ini menerapkan
PHBS dengan baik.
19
G. INDIKATOR RUMAH SEHAT
No. Variabel SkorSkor Rumah
Pasien
1. Lokasia. Tidak rawan banjir 3 √
b. Rawan banjir 1
2. Kepadatan
Rumah
a. Tidak padat (> 8 m2/orang) 3 √
b. Padat (< 8 m2/orang) 1
3. Lantaia. Semen, ubin, keramik, kayu 3 √
b. Tanah 1
4. Pencahayaana. Cukup 3
b. Tidak cukup 1 √
5. Ventilasia. Ada 3 √
b. Tidak ada 1
6. Air bersih
a. Air dari kemasan 3
b. Ledeng/PAM 3
c. Mata air terlindung 2
d. Sumur pompa tangan 2
e. Sumur terlindung 2 √
f. Sumur tidak terlindung 1
g. Mata air tidak terlindung 1
h. Lain-lain 1
7. Pembuangan
kotoran kakus
a. Leher angsa 3 √
b. Plengsengan 2
c. Cemplung/cubuk 2
d. Kolam ikan/sungai/kebun 1
e. Tidak ada 1
8. Septic tanka. Jarak > 10 meter dari sumbu air 3 √
b. Lainnya 1
9. Kepemilikan a. Sendiri 3 √
20
WCb. Bersama 2
c. Tidak ada 1
10. SPAL
a. Saluran tertutup 3 √
b. Saluran terbuka 2
c. Tanpa saluran 1
11. Saluran got
a. Mengalir lancar 3
b. Mengalir lambat 2
c. Tergenang 1
d. Tidak ada got 1 √
12. Pengelolaan
sampah
a. Diangkut petugas 3 √
b. Ditimbun 2
c. Dibuat kompos 3
d. Dibakar 2
e. Dibuang ke kali 1
f. Dibuang sembarangan 1
g. Lainnya 1
13. Polusi udaraa. Tidak ada 3
b. Ada gangguan 1 √
14. Bahan bakar
masak
a. Listrik, gas 3 √
b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/batu bara 1
TOTAL 35
Skor kategori rumah sehat: Baik (35 – 45 atau > 83%)
Penetapan skor kategoti rumah sehat adalah sebagai berikut :
a. Baik: skor 35 – 45 (>83%)
b. Sedang: skor 29 – 34 (69 – 83%)
c. Kurang: skor < 29 (< 69%)
21
H. PELAKSANAAN PROGRAM
NO WAKTU KEGIATAN HASIL
1. 27 Februari 2015 Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Keluhan utama mulai berkurang
dibanding pada saat di
puskesmas
2. 1 Maret 2015 Anamnesis Holistik
Motivasi dan edukasi pasien
Pasien merupakan pensiunan dan
memiliki hasil dari kos-kosan.
Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari dirasa cukup.
Memberikan edukasi tentang
asthma.
I. DIAGNOSIS HOLISTIK
Asthma intermiten serangan derajar ringan, Hipertensi Grade I, Obesitas pada pada laki-
laki paruh baya dengan tingkat pengetahuan asthma rendah dengan pola makan kurang
baik dan kekhawatiran tentang penyakitnya.
J. MANAJEMEN KOMPREHENSIF
1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan anggota keluarga (melibatkan minimal satu anggota
keluarga) tentang :
a. Penyakit asma,hipertensi dan obesitas meliputi penyebab, gejala, komplikasi dan
pengelolaannya.
b. Pentingnya menghindarkan diri dari faktor pencetus terjadinya serangan asma,.
c. Perlunya dukungan keluarga pada pasien dalam menghadapi penyakitnya.
22
2. Preventif
a. Menjelaskan cara pencegahan kambuhnya asma dengan menghindari faktor-faktor
pencetus kekambuhan asma, seperti menggunakan masker jika keluar rumah,
membersihkan perabot rumah dengan kain basah.
b. Membatasi konsumsi garam, makasimal 1 sendok teh perhari.
c. Mengurangi makanan berlemak dan goring-gorengan
d. Memperbanyak makan buah dan sayur
e. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga teratur yaitu latihan pernafasan, berjalan
kaki, selama minimal 30 menit dalam sehari dan 3-5 kali dalam seminggu.
f. Istirahat yang cukup yaitu 6-8 jam per hari.
g. Konseling CEA untuk mengatasi kekhawatiran terhadap penyakit asma dengan cara
melatih relaksasi diri secara mandiri yaitu selalu berpikiran positif dan segera
beristirahat ketika mulai stress atau kelelahan dan juga untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya yaitu menjelaskan tentang penyakit asma
yang dideritanya dan cara mencegah kekambuhan dengan menghindari faktor
pencetusnya. .
h. Memasang AC didalam rumah, juga mengurangi aktifitas didepan rumah dan lebih
sering dibelakang rumah.
i. Screening anggota keluarga untuk penyakit asma.
23
3. Kuratif
Pemberian obat pengontrol dan pelega asma.( GLOBAL INITIATIVE FOR ASTMA
2012)
- Pengontrol menggunakan kombinasi fluticasone propionate dan salmaterol inhalasi
100/50µg 2 kali sehari.
- Inhalasi β2 antagonis kerja pendek sebagai Pelega
- Amlodipine mg 5 1x1 sebagai antihipertensi
4. Rehabilitatif
- Belum diperlukan terapi rehabilitatif karena tidak ada fungsi yang terganggu.
5. Palliatif care
- Belum diperlukan pada pasien ini.
PENERAPAN PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA
1. Primary Care : Prinsip ini sudah diterapkan pada pasien ini, dimana pasien datang periksa
ke pelayanan primer terlebih dahulu yaitu ke puskesmas.
2. Personal Care : Pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan kepada pasien.
3. Holistik Care : Saat menegakkan diagnosis, pasien pada kasus ini dilihat tidak hanya
dari segi klinisnya saja tetapi juga menanyakan dari segi psikis, adakah masalah atau
beban pikiran yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.
4. Comprehensive Care : Dalam menangani kasus pada pasien ini, dilakukan
penatalaksanaan secara menyeluruh mulai dari promotif yaitu bertujuan memberi edukasi
pasien tentang penyakitnya sehingga pasien mengetahui secara jelas tentang penyakit
asma, hipertensi grade 1 dan obesitas. Pada segi preventif diberikan edukasi untuk
mencegahan kambuhnya asma dengan menghindari faktor-faktor pencetus kekambuhan
asma serta menjelaskan cara menghindari kekhawatiran terhadap penyakitnya dengan
24
cara melatih relaksasi diri secara mandiri yaitu selalu berpikiran positif dan segera
beristirahat ketika mulai stress atau kelelahan.
5. Continuing Care : Dilakukan homevisit pada tanggal 27 Februari 2015 dan 1 Maret
2015 untuk memonitor keadaan pasien di lingkungan rumah dan didapatkan bahwa
pasien tinggal istri, anak kandung, menantu dan cucunya . Salah satu faktor pencetus
asthmanya, pasien tinggal dipinggir jalan padat, ventilasi kurang.kurangnya aktifitas fisik
menyebabkan pasien memiliki berat badan obesitas.
25
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi
Penyakit asma bronkhial adalah penyakit saluran nafas bagian bawah yang ditandai oleh
hiperaktivitas cabang trakhea dan bronkhus terhadap aneka macam rangsangan, sehingga timbul
penyempitan jalan nafas yang luas dan reversible, dan membaik secara spontan maupun dengan
pengobatan. Serangan asma dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang mengancam.(1)
Penyempitan yang berlangsung beberapa hari atau minggu, walaupun telah mendapat
terapi yang biasa dipakai, dikenal sebagai “status asmatikus” .(1) Status asmatikus adalah asma
dengan intensitas serangan yang tinggi dan tidak memberikan reaksi dengan obat-obatan yang
konvensional dan merupakan salah satu kegawatan asma bronkhial (2).
Asma bronkiale dapat didefinisikan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik setara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan.(3)
Bila ditelaah lebih lanjut definisi tadi dapat diuraikan menjadi :
a) Ada peningkatan respon trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas penderta asma
mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai rangsangan dibanding dengan orang
normal.
b) Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan, tetapi oleh
berbagai rangsangan.
c) Kelainan tersebar luas pada kedua paru.
d) Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat pada malam hari
dibanding dengan siang hari.
26
B. Klasifikasi Asma
a) Berdasarkan Etiologi(7)
i. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetusspesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi seranganasma
ekstrinsik.
Asma Ekstrinsik dibagi menjadi :
(i) Asma ekstrinsik atopik
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
- Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat
diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1.
- Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehdupan,85%
kasus timbul sebelum usia 30 tahun.
- Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber,
dengan serangan asma yang berbeda-beda.
- Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannyagejala
yang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai dengan gejala
yang lebih berat, maka prognosis menjadi buruk.Perubahan alamiah terjadi
karena adanya kelainan dari kekebalan tubuh pada IgE yang timbul
terutama pada awal kehidupan dancenderung berkurang di kemudian hari.
- Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif .Dalam darah
menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik.
- Ada riwayat keluarga yang menderita asma.
- Terhadap pengobatan memberikan respon yang cepat
(ii) Asma ekstrinsik non atopik Memiliki sifat-sifat antara lain:
Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergen yang
spesifik .Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan gandaterhadap
27
alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif .Dalam serum didapatkan IgE
dan IgG yang spesifik.Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan
atau dikemudian hari
ii. Intrinsik/idiopatik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitiskronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
Sifat dari asma intrinsik :
- Alergen pencetus sukar ditentukan
- Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulitmemberi hasil negatif
- Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asmadicetuskan oleh
penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda.
- Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas30 tahun dan
disebut juga late onset asma.
- Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama danseringkali
menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertaikortikosteroid.
- Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik,namun tidak dapat
dibuktikan dengan keterlibatan IgE.
- Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauhlebih tinggi
dibandingkan dengan asma ekstrinsik .
- Tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid,misalnya sel LE-
Riwayat keluarga jauh lebih sedikit, sekitar 12-48%.
- Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai
iii. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. (8)
28
Derajat asma Gejala Gejala malam Fungsi paru
Intermitten
mingguan
Persisten ringan
mingguan
Persisten sedang
harian
- Gejala <
1x/minggu
- Tanpa gejala di
luar serangan
- Serangan singkat
- Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar
serangan
- Gejala
> 1x/minggu tapi <
1x/hari
- Serangan dapat
mengganggu
aktivitas dan tidur
- Gejala harian
- Menggunakan obat
setiap hari
- Serangan
mengganggu
aktivitas dan tidur
- Serangan
2x/minggu, bisa
2 kali seminggu
> 2 kali seminggu
> sekali seminggu
VEPI atau APE
80%
VEPI atau APE
80% normal
VEPI atau APE >
60% tetapi 80%
normal
29
Persisten berat
kontinu
berhari-hari
- Gejala terus-
menerus
- Aktivitas fisik
terbatas
- Sering serangan
Sering
VEPI atau APE <
80% normal
C.EPIDEMIOLOGI
Asma dapat ditemukan pada laki – laki dan perempuan di segalausia, terutama
pada usia dini. Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1
dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa.
Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja
dibandingkan dengan perempuan.(9)
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saatini jumlah penderita
asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orangdan diperkirakan angka ini akan
terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025.(9)
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia p r e v a l e n s i
p e n y a k i t a s m a m e n i n g k a t d a r i 4 , 2 % m e n j a d i 5 , 4 % .
D ipe rk i r akan p r eva l ens i a sma d i I ndones i a 5% da r i s e lu ruh
penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.(9)
D. FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko asma dipengaruhi oleh beberapa factor,yaitu:
a) Atopi
Hal yang diturunkan adalah bakat alergi,meskipun belum diketahui cara
penurunannya.Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunya keluarga yang alergi
dan sangat mudah terkena serangan asma bronchial bila terpajan dengan factor pencetus.
30
b) Hiperaktivitas bronkus
Saluran pernafasan sensitive terhadap berbagai rangsangan allergen ataupun iritan.
c) Jenis kelamin
Perbandingan laki-laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 sedang pada usia remaja
menjadi 1:1. Prevalensi asma pada dewasa lebih besar menyerang wanita daripada pria.
d) Ras Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Indeks menyebabkan mediator tertentu seperti
leptin berpengaruh terhadap saluran pernafasan.Obesitas dicurigai meningkatkan resiko
terserang asma tetapi belum jelas bagaimana pathwaynya.
e) Faktor Pencetus
Penelitian yang dilakukan oleh pakar sudah sedemikian jauh,tetapi sampai sekarang
belum dapat dipastikan penyebab pasti dari serangan asma.Penelitian mengatakan bahwa
reaksi asma disebabkan oleh reaksi inflamasi.Faktor pencetus yang dapat muncul antara
lain:
- Faktor Lingkungan (Alergen dalam rumah,allergen di luar rumah)
- Faktor lain(allergen makanan,allergen obat-obatan,ekspresi emosi yang berlebihan,asap
rokok pasik perokok pasif maupun aktiv,polusi udara)
D.PATOFISIOLOGI(10)
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
31
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor- faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme ototpolos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripadaselama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksamenekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asmabiasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kalimelakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibatkesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (10)
E.PATOGENESIS (11)
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang melibatkan beberapa sel.Inflamasi
kronis mengakibatkan dilepaskannya beberapa macam mediator yang dapat mengaktivasi sel
target di saluran nafas dan mengakibatkan bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskuler dan
edema, hipersekresi mukus, dan stimulasi refleks saraf . Pada asma terjadi mekanisme
hiperresponsif bronkus dan inflamasi, kerusakan sel epitel, kebocoran mikrovaskuler, dan
mekanisme saraf.
Hiperresponsif bronkus adalah respon bronkus yang berlebihan akibat berbagai
rangsangan dan menyebabkan penyempitan bronkus. Peningkatan respons bronkus biasanya
mengikuti paparan alergen, infeksi virus pada saluran nafas atas, atau paparan bahan kimia.
Hiperesponsif bronkus dihubungkan dengan proses inflamasi saluran napas. Pemeriksaan
histopatologi pada penderita asma didapatkan infiltrasi sel radang, kerusakan epitel bronkus, dan
produksi secret yang sangat kental. Meskipun ada beberapa bentuk rangsangan, untuk terjadinya
respon inflamasi pada asma mempunyai ciri khas yaitu infiltrasi sel eosinofil dan limfosit T
disertai pelepasan epitel bronkus . Pada saluran napas banyak didapatkan sel mast, terutama di
32
epitel bronkus dan dinding alveolus, sel mast mengandung neutral triptase . Triptase mempunyai
bermacam aktivitas proteolitik antara lain aktivasi komplemen, pemecahan fibrinogen dan
pembentukan kinin. Sel mast mengeluarkan berbagai mediator seperti histamin, prostaglandin-
D2 (PGD2), dan Leukotrien-C4 (LTC4) yang berperan pada bronkokonstriksi. Sel mast juga
mengeluarkan enzim tripase yang dapat memecah peptida yang disebut vasoactive intestinal
peptide(VIP) dan heparin. VIP bersifat sebagai bronkodilator .Heparin berperan dalam
mekanisme anti inflamasi , heparin mengubahbasic protein yang dikeluarkan oleh eosinofil
menjadi tidak aktif. Makrofag terdapat pada lumen saluran nafas dalam jumlah banyak,
diaktivasi olehIg E dependent mechanism sehingga makrofag berperan dalam proses inflamasi
pada penderita asma. Makrofag melepaskan mediator seperti tromboksan A2, prostaglandin,
platelet activating factor, leukotrien-B4 (LTB4), tumor necrosis factor (TNF), interleukin-1 (IL-
1), reaksi komplemen dan radikal bebas oksigen. Berbeda dengan sel mast, pelepasan mediator
oleh makrofag dapat dihambat dengan pemberian steroid tetapi tidak oleh golongan agonis beta-
2. Infiltrasi eosinofil di saluran napas, merupakan gambaran khas untuk penderita asma. Inhalasi
alergen menyebabkan pe-ningkatan eosinofil pada cairan bilasan bronkoalveolar pada saat itu
dan beberapa saat sesudahnya (reaksi lambat). Terdapat hubungan langsung antara jumlah
eosinofil pada darah perifer dan pada bilasan bronkoalveolar dengan hiperresponsif bronkus.
Eosinofil melepaskan mediator seperti LTC4, platelet activating factor(PAF), radikal bebas
oksigen, mayor basic protein(MBP), dan eosinofil derived neurotoxin (EDN) yang bersifat
sangat toksik untuk saluran napas.
Neutrofil banyak dijumpai pada asma yang diakibatkan oleh kerja. Neutrofil diduga
menyebabkan kerusakan epitel oleh karena pelepasan metabolit oksigen, protease dan bahan
kationik. Neutrofil merupakan sumber mediator seperti prostaglandin, tromboxan, leukotrien-B4
(LTB4), dan PAF. Limfosit T diduga mempunyai peranan penting dalam respon inflamasi asma,
karena masuknya antigen ke dalam tubuh melalui antigen reseptorcomplemen-D3(CD3). Secara
fungsional CD3 dibagi menjadi 2 yaitu CD4 dan CD8. Limfosit T CD4 setelah diaktivasi oleh
antigen, akan melepaskan mediator protein yang disebut limfokin. Limfokin dapat
mengumpulkan dan mengaktifkan sel granulosit. Limfosit T CD4 merupakan sumber terbesar
dari IL-5. Zat IL-5 dapat merangsang maturasi dan produksi sel granulosit dari sel prekursor,
memperpanjang kehidupan sel granulosit dari beberapa hari sampai beberapa minggu, bersifat
33
kemotaksis untuk sel eosinofil, merangsang eosinofil untuk meningkatkan aktivitas respon
efektor, mengaktivasi limfosit B untuk membuat antibodi yang dapat menimbulkan respon imun.
Kerusakan sel epitel saluran napas dapat disebabkan oleh karena basic protein yang
dilepaskan oleh eosinofil atau pelepasan radikal bebas oksigen dari bermacam-macam sel
inflamasi dan mengakibatkan edema mukosa . Sel epitel sendiri juga mengeluarkan mediator.
Kerusakan pada epitel bronkus merupakan kunci terjadinya hiperresponsif bronkus, ini mungkin
dapat menerangkan berbagai mekanisme hiperresponsif bronkus oleh karena paparan ozon,
infeksi virus, dan alergen. Pada manusia, epitel bronkus dan trakea dapat membentuk PGE2 dan
PGF2 alfa erta 12 dan 15 hydroxyicosotetraenoic (12-HETE dan 15-HETE). 15-HETE bersifat
kemotaksis terhadap eosinofil. Kerusakanepitel mempunyai peranan terhadap terjadinya
hiperresponsif bronkus melalui cara pelepasan epitel yang menyebabkan hilangnya pertahanan,
sehingga bila terinhalasi, bahan iritan akan langsung mengenai submukosa yang seharusnya
terlindungi. Pelepasan epitel bronkus meningkatkan kepekaan otot polos bronkus terhadap bahan
spasmogen.Kerusakan epitel bronkus menyebabkan ujung saraf perifer langsung terkena paparan
atau teraktivasi oleh mediator inflamasi sehingga mengakibatkan terjadinya inflamasi melalui
mekanisme akson refleks. Sel epitel mungkin dapat memproduksi enzim yang merusak mediator,
yaitu neutral actoenzym endopeptidase yang dapat merusak bradikinin dan substan-P.
Mekanisme kebocoran mikrovaskuler terjadi pada pembuluh darah venula akhir kapiler.
Beberapa mediator seperti histamin, bradikinin, dan leukotrin dapat menyebabkan kontraksi sel
endotel sehingga terjadi ekstravasasi makromolekul. Kebocoran mikrovaskuler mengakibatkan
edema saluran napas sehingga terjadi pelepasan epitel, diikutipenebalan submukosa. Keadaan ini
menye-babkan peningkatan tahanan saluran napas dan merangsang konstraksi otot polos
bronkus.
Adrenalin dan kortikosteroid dapat meng-urangi kebocoran mikrovaskuler pada saluran
napas. Penurunan adrenalin dan kortikosteroid pada malam hari mengakibatkan terjadinya
pelepasan mediator dan peningkatan kebocoran mikrovaskuler , hal ini berperan dalam terjadinya
asma pada malam hari.
Pengaruh mekanisme saraf otonom pada hiperresponsif bronkus dan patogenesis asma
masih belum jelas, hal ini dikarenakan perubahan pada tonus bronkus terjadi sangat cepat.
34
Peranan saraf otonom kolinergik, adrenergik, dan nonadrenergik terhadap saluran napas telah
diidentifikasi. Beberapa mediator inflamasi mempunyai efek pada pelepasan neurotransmiter dan
mengakibatkan terjadinya reaksi reseptor saraf otonom . Saraf otonom mengatur fungsi saluran
nafas melalui berbagai aspek seperti tonus otot polos saluran napas, sekresi mukosa, aliran darah,
permeabilitas mikrovaskuler, migrasi, dan pelepasan sel inflamasi. Peran saraf kolinergik paling
dominan sebagai penyebab bronkokonstriksi pada saluran napas. Beberapa peneliti melaporkan
bahwa rangsangan yang disebabkan oleh sulfur dioksida, prostaglandin, histamin dan bradikinin
akan merangsang saraf aferen dan menyebabkan bronkokonstriksi .Bronkokonstriksi lebih sering
disebabkan karena rangsangan reseptor sensorik pada saluran napas (reseptor iritan, C-fibre) oleh
mediator inflamasi.
Mekanisme adrenergik meliputi saraf simpatis, katekolamin yang beredar dalam darah,
reseptor alfa adrenergik, dan reseptor beta adrenergik. Pemberian obat agonis adrenergik
memperlihatkan perbaikan gejala pada penderita asma, hal ini menunjukkan adanya defek
mekanisme adrenergik pada penderita asma. Saraf adrenergik tidak mengendalikan otot polos
saluran napas secara langsung, tetapi melalui katekolamin yang beredar dalam darah.
F.MANIFESTASI KLINIK
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang
lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk
yang disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan
tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan
makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat.(7)
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat
atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau
kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama
sekali. Batuk hamper selalu ada,bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu,
makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.(7)
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan
kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Disease(COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah
35
pernapasan cuping hidungyang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat
meningkat(takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase
permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2,tetapi pH normal atau
sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena
menyebabkan penurunan PaO2 dan pH sertameningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi
kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi
katekolamin dalamdarah akibat respons hipoksemia.(10)
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
b.Batuk produktif, sering pada malam hari.
c.Sesak nafas dada seperti tertekan.
d.Gejalanya bersifat proksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam
hari. (5)
G.DIAGNOSA
Diagnosis asma berdasarkan :
a. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asma,
riwayat keluarga dan riwayat alergi, serta gejala klinis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik), sputum
(eosinofil, spiral curshman, kristal chartot-leyden). (3,5)
d. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya
obstruksi jalan nafas.
H.KOMPLIKASI ASMA BRONKIAL( 5)
Pneumotoraks
36
Pneumomediastinum
Emfisema subkutis
Atelektasis
Gagal nafas
Bronchitis
H.TATALAKSANA ASMA BRONKIAL
PENDIDIKAN / EDUKASI KEPADA PENDERITA DAN KELUARGA
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang komprehensif, dimana
melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi daris eorang dokter Puskesmas di satu pihak dan
adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada
penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapaihasil
pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak (8).
Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah :
a. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh
secara sempurna.Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh
karenafaktor tertentu bisa kambuh lagi.Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa
dijarangkan denganpengobatan jangka panjang secara teratur.
b. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan,seperti
Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing,kuda dan spora
jamur.Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.Kontaktan :
zalf kulit, logam perhiasan.Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa
yangl embab.Infeksi saluran pernafasan.Pemakaian narkoba atau napza serta
merokok.Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan seperti stress fisik dan kelelahan.(8)
c. Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu
dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwapada beberapa pasien,
faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah
sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secarapasti maka lebih baik untuk
37
menghindari faktor-faktor si atas. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat
kesembuhan, membantuperbaikan dan mengurangi serangan : Menghindari makanan
yang diketahui menjadi penyebab serangan(bersifat individual).Menghindari minum es
atau makanan yang dicampur dengan es.Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau
napza.Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.Berusaha
menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab.Berusaha
menghindari kelelahan fisik dan psikis.Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi
bila disertai dengan batuk dan pilek.Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran
dokter, baik obatsimptomatis maupun obat profilaksis.Pada waktu serangan berusaha untuk
makan cukup kalori dan banyak minum air hangat guna membantu pengenceran
dahak.Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat
dilingkungan dengan temperatur hangat.
d. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat- obatan yang diberikan oleh
dokter :
Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.
Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan.
Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.
Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran
nafas.(8)
e. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
f. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera
mencari pertolongan dokter.
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah tentang asma,
seperti:
Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan
bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.
Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.
Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat bila
sesak nafas berkurang atau hilang.(8)
38
PENGOBATAN
Tujuan terapi asma yaitu :
a) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b) Mencegah kekambuhan
c) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
e) Menghindari efek samping obat asma
f) Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel. (3,5)
Yang termasuk obat anti asma (3,5) :
Bronkodilator
i. Agonis 2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan fenetrol
memiliki lama kerja 4-6 jam, sedang agonis 2 long action bekerja lebih dari 12 jam,
seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi
memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu
sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal.
ii. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
Antikolinergik : Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas.
Anti inflamasi : Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek
supresi dan profilaksis.
iii. Kortikosteroid
iv. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non steroid.
39
Terapi awal, yaitu :
a) Oksigen 4-6 liter/menit
b) Agonis 2 (salbutomol 5 mg atau feterenol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau
terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.
c) Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d) Kortikosteroid hidrokarbon 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau pasien
sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :
a) Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan.
b) Pemeriksaan fisik normla
c) Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%
d) Jika respon tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat
di Rumah Sakit.
Pengobatan asma jangka panjang berdasarkan dengan serangan akut
Derajat asma Obat pengontrol Obat pelega
Asma persisten Tidak perlu - Bronkodilator aksi singkat
yaitu inhalasi agonis 2
- Intensitas pengobatan
tergantung berat
eksaserbasi
- Inhalasi agonis 2 atau
kromolin dipakai sebelum
aktivitas atau pajanan
alergen.
Asma persisten ringan - Inhalasi kortikosteroid 200-
500
- Inhalasi agonis 2 aksi
singkat bila perlu dan
40
g/kromolin/nedokromil/ata
u teofilin lepas lambat.
- Bila perlu ditingkatkan
sampai 800 g atau
ditambahkan bronkodilator
aksi lama terutama untuk
mengontrol asma malam
dapat diberikan agonis 2
aksi lama inhalasi atau oral
teofilin lepas lambat.
melebihi 3-4 x sehari
Asma persisten sedang - Inhalasi kortikosteroid 800-
2000 g.
- Bronkodilator aksi lama
terutama untuk mengontrol
asma malam, berupa agonis
2 aksi lama inhalasi atau
oral teofilin lepas lambat.
- Inhalasi agonis 2 aksi
singkat bila perlu dan tidak
melebihi 3-4 x sehari
Asma persisten berat - Inhalasi kortikosteroid 800-
2000 g atau lebih.
- Bronkodilator aksi lama,
berupa agonis 2 inhalasi
atau oral teofilin lepas
lambat.
- Kortikosteroid oral jangka
panjang
-
DAFTAR PUSTAKA
41
Barmawi, H., Status Asmatikus, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito, Buku I, Komite Medis RSUP. Dr. Sardjito dan FK UGM, Yogyakarta, 1996, 100-103.
Tabrani, Rab, H., Kegawatan Asma Bronkhial, Prinsip Gawat Paru, edisi II, Jakarta, 1996, 163-165.
Karnen B, Asma Bronkial ,dalam Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, FKUI, Jakarta, 1996, Hal 21-39.
W.M. Lorraine, Penyakit Pernafasan Obstruktif, dalam A.P Sylvia, dkk, Patofisiologi, Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal 689-691.
Mansjoer, A, dkk, Asma Bronkial dalam Kapital Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1999, hal 476-480.
Oemati, Ratih,dkk.Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma di Indonesia.Media Litbang Kesehatan Volume XX No.1.2010
Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale.Diakses 12 Januari 2014 dari Medicafarma:http://medicafarma.blogspot.comMedlinux. (2014, Januari 12).
Muchid,dkk. Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 12 Januari 2014 .Medicine and Linux:http://medlinux.blogspot.com/2014/1/penatalaksanaan-asma-bronkial.html
Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!.Jakarta. 2009 May 4th. http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5
Mulia,Meiyanti.Perkembangan Patogenesis dan Pengobatan Asma Bronkial.Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.September-Desember 2000.Vol 19.No3.hal 125
42
43
44
45