presus ikk tata.docx

73
PRESENTASI KASUS HIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR DAN OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI KESEDIHAN YANG MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA ANGGOTA KELUARGA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Kota Gede II Disusun oleh: MIFTAKUR ROHMAH SOFYAN 20090310213 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Transcript of presus ikk tata.docx

PRESENTASI KASUSHIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR DAN OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI KESEDIHAN YANG MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA ANGGOTA KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinikdi Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Puskesmas Kota Gede II

Disusun oleh:MIFTAKUR ROHMAH SOFYAN20090310213

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUSHIPERTENSI GRADE II DENGAN KATARAK SENILIS IMATUR ODS DAN OSTEOARTHRITIS PADA JANDA LANJUT USIA DISERTAI KESEDIHAN YANG MENDALAM TERHADAP KEMATIAN BEBERAPA ANGGOTA KELUARGA

Disusun oleh:Miftakur Rohmah Sofyan20090310213Telah dipresentasikan pada Hari/Tanggal: 19 Maret 2015 di Puskesmas Kota Gede II

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM dr. Hj. Sita Andiastuti

Mengetahui,Kepala Puskesmas Kota Gede II

dr. Rina Retnowati

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus ini dengan judul Osteoarthritis, Hipertensi Grade II, Katarak Senilis Imatur pada perempuan lanjut usia dengan Tingkat Pengetahuan Rendah tentang Penyakitnya pada Rumah Tangga Yang Tidak Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat. Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kota Gede II.

Penulis menyadari selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:1. dr. Rina Retnowati, selaku Kepala Puskesmas Kota Gede II2. dr. Oryzati Hilman, MSc.CMFM selaku dosen pembimbing profesi3. dr. Sita Andiastuti selaku dokter pembimbing puskesmas4. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Kota Gede II5. Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan iniDalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini.

Yogyakarta, Maret 2015Penyusun,

Miftakur Rohmah Sofyan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHANiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR TABELviBAB I LAPORAN KASUS7BAB II TINJAUAN PUSTAKA161.HIPERTENSI16A.Definisi17B.Faktor risiko17C.Etiologi dan Klasifikasi19D.Patofisiologi21E.Penatalaksanaan222.KATARAK23A.Definisi23B.Klasifikasi23C.Patofisiologi24D.Diagnosis243.OSTEOARTHRITIS24A.Definisi24B.Faktor risiko25C.Epidemologi25D.Tanda dan Gejala26E.Patofisiologi26F.Diagnosis27G.Penatalaksanaan27BAB IV PEMBAHASAN381.Analisis Kasus382.Analisis Kunjungan Rumah393.Perangkat Penilaian Keluarga434.Diagnostik Holistik515.Manajemen Komprehensif52BAB V571.Kesimpulan572.Saran57DAFTAR PUSTAKA59

BAB ILAPORAN KASUS

1. IdentitasNama: Ny. JTanggal Lahir: 25 juli 1946Usia: 69 tahunJenis Kelamin: Perempuan Alamat : Gambiran baru, gang satria IV/ 45, UHAgama: IslamSuku: JawaPekerjaan: Tidak berkerjaStatus Perkawinan: JandaPendidikan Terakhir: Tamatan SDNo rekam medis : 000049Kunjungan Puskesmas: 13 Maret 2014Kunjungan Rumah: 14 Maret 2014Jaminan Kesehatan: BPJS

Anamnesis1. Keluhan utama : Nyeri lutut kiri 2. Riwayat Penyakit sekarang : Nyeri pada lutut kiri seperti ditusuk-tusuk, terutama nyeri bila berjalan/sedang aktifitas dan saat sujud maupun rukuk sholat, keluhan membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri lutut kiri dikeluhkan 1,5 tahun yang lalu, kumat-kumatan setiap bulan dan berlangsung selama 1-2 mingguan. Keluhan nyeri lutut kiri memburuk sekitar 6 bulan terakhir.Pasien sudah berobat ke puskesmas sejak pertama kali mengeluhkan lutut nyeri dan teratur minum obat yang diberikan dokter namun keluhan nyeri masih hilang timbul. Selain itu pasien mengeluh sulit tidur, sulit tidur sering dirasakan jika teringat kesedihan akan peristiwa yang telah dialami yaitu peristiwa kematian anak, suami dan ibu kandung. Namun keluhan sulit tidur memburuk 3 hari terakhir ini, paisen bisa tidur jika sudah larut malam dan terbangun ditengah malam kemudian tidak bisa tidur kembali. Keluhan lain berupa pandangan kabur yang dirasakan sudah 2,5 tahun terakhir dan sudah di bawa ke dokter kemudian di diagnosis katarak. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi : 6 tahun yang lalu Riwayat katarak immature : 2,5 tahun yang lalu Riwayat alergi obat: disangkal Riwayat stroke: disangkal Riwayat diabetes mellitus: disangkal Riwayat penyakit jantung: disangkal Riwayat dislipidemia : disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat hipertensi : (+) ibu kandung pasien meninggal karena komplikasi hipertensi pada tahun 1994 Riwayat penyakit jantung: (+) suami meninggal karena serangan jantung pada tahun 1998 Riwayat hipotensi : (+) anak kedua meninggal pada tahun 1996 Riwayat Diabetes mellitus: disangkal Riwayat stoke : disangkal

4. Riwayat Personal Sosial Lingkungan Pendidikan Pasien merupakan tamatan SD, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah bermasalah selama menempuh pendidikan sekolahnya, namun tidak melanjutkan sampai selesai sekolah dasar karena menikah pada usia 9 tahun kemudian pindah ke medan mengikuti suami yang kerja disana. PekerjaanPasien adalah seorang single parent dan tidak berkerja saat ini, kemudian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan berobat di dapat dari pemberian kedua anaknya yaitu kurang lebih 1,5-2 juta/bulan, pasien merasa cukup dan tidak kekurangan. Dulu disaat masih muda pasien berkerja jualan baju dan batik dipasar. Perkawinan dan Keluarga Pasien menikah tahun 1955 di usia 9 tahun, Pasien menikah dengan suami yang berkerja sebagai mandor di pabrik. Pasien dikaruniai 3 orang anak dan 4 orang cucu. Anak pertama lahir pada tahun 1969 dan sekarang sudah menikah memiliki 2 orang anak kemudian tinggal jauh di jakarta bekerja sebagai pengusaha taksi. Anak kedua lahir pada tahun 1975, namun meninggal diusia 21 tahun karena sakit darah rendah. Anak ketiga lahir pada tahun 1979 dan sekarang sudah menikah memiliki 2 orang anak dan tinggal di prambanan, bekerja sebagai agen grosir sembako. Hubungan dan komunikasi pasien dengan seluruh anggota baik dan harmonis. SosialisasiPasien menjalin hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat sekitar, bergaul dan tidak menutup diri dari aktivitas masyarakat. Rutin mengikuti pengajian dan perkumpulan yang di adakan di lingkungan rumah. Gaya Hidup Tidak minum alkohol, tidak merokok dan konsumsi obat-obatan terlarang. Pasien tidur malam 6-7 jam, kadang tidur siang jika merasa lelah. Pasien mengaku sedih dan merasa sepi dirumah sendirian karena jauh dari anak-anak, serta sedikit khawatir dengan penyakitnya. Dalam menyelesaikan masalah tersebut pasien selalu terbuka dengan kedua anak dan tidak lupa untuk sholat serta banyak berdoa kepada Allah SWT. Hampir setiap pagi hari pasien berjalan di sekitar rumah sekitar 15 menit bila lutut tidak sakit. Pasien tidak pernah ikut senam lansia karena diadakan cukup jauh dari rumah. Pasien sudah melakukan pembatasan makanan sesuai anjuran dokter, seperti mengurang garam dan perbanyak konsumsi buah serta sayuran. Pasien hamper setiap hari selalu minum susu. PengobatanPasien teratur kontrol ke puskesmas bila lutut nyeri dan ketika obat untuk hipertensi sudah akan habis serta jika ada keluhan lainya. Mengingat jarak rumah dan puskesmas cukup dekat.Anamnesis Illness Perasaan pasienPasien merasa sedih dengan sakit pada sendi lutut nya atau osteoarthritis. Selain itu pasien juga merasa sedih dan sering teringat terhadap kepergian orang2 tercinta seperti ibu, anak perempuan dan suami dalam kurun waktu berdekatan yaitu kisaran 2 tahun. Selain itu pasien merasa kesepian tinggal dirumah sendirian. Ide pasienMenurut pasien sakit yang dialami merupakan penyakit usia tua, pasien berharap dengan control 2 minggu sekali di puskesmas, mengukur tekanan darah dan minum obat secara rutin dapat mengurangi penyakit yang diderita. Untuk katarak pasien bersedia mengikuti saran dokter untuk di operasi jika sudah katarak sudah matang. Harapan pasien Pasien berharap nyeri lutut kiri bisa sembuh sehingga tidak menggangu aktifitas dan bisa sholat dg khusyuk. Kemudian tekanan darah bisa terkontrol normal dan hidup sehat kembali. Kesedihan terhadap ingatan akan kematian beberapa anggota keluarga juga bisa berkurang. Pasien berharap kedua anak dan menantu nya pindah kerumah pasien sehingga bisa tinggal bersama.. Efek terhadap fungsi dan sosialSemenjak mengidap penyakit hipertensi pasien mengaku sering sakit kepala, mudah capk. Semenjak terkena katarak sulit melihat jauh, pasien hanya mampu melihat jarak 2-3 meter saja sehingga pekerjaan atau aktifitas sedikit terganggu, kemudian semenjak nyeri lutut pasien sulit untuk menjalankan olahraga, jalan sehat serta sholat sehingga sulit untuk khusyuk.5. Review Anamnesis Sistem: Sistem indera : pengelihatan seperti berkabut Sistem pernapasan: tidak ada keluhan. Sistem peredaran darah dan jantung: tidak ada keluhan. Sistem pencernaan: tidak ada keluhan. Sistem saluran kencing dan kelamin: tidak ada keluhan Sistem tulang dan otot : lutut kiri nyeri Sistem persarafan: tidak ada keluhan.

Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum: Baik2. Kesadaran: Compos Mentis3. Vital Signs Tekanan Darah: 160/100 mmHg Nadi: 72x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup. Suhu badan: 36,7C Pernapasan: 22x/menit

4. Antropometri Tinggi Badan: 170 kg Berat Badan: 60 cm Indeks Massa Tubuh: 20,7 5. Status Gizi: Baik/Normal6. Kepala Bentuk kepala: Normosefal Rambut: keriting, warna putih, distribusi tidak merata7. Mata Palpebra: Edema (-/-) Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterik (-/-) Kornea: Arcus senilis (+/+) Pupil: Reflek cahaya (+/+), isokor Lensa: keruh + (ODS) Shadow test : (+/+) Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan8. Telinga: Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)Pemeriksaan otoskopi: tidak dilakukanTes fungsi pendengaran: tidak dilakukan9. Hidung: Sekret (-/-), epistaksis (-/-)10. Mulut: Faring hiperemis (-), caries gigi (-), gigi berlubang (-) Stomatitis (-)11. Leher Kelenjar tiroid: Tidak membesar, nyeri (-) Kelenjar lnn: Tidak membesar, nyeri (-) Retraksi suprasternal : (-) JVP: Tidak meningkat12. Pulmo: Anterior Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-) Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Posterior Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-) Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)13. Cor: Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak. Palpasi: Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra, tidak kuat angkat. Perkusi: Batas jantung Kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra. Kiri atas: SIC II linea parasternalis sinistra. Kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra. Auskultasi: S1-S2 reguler, bising jantung (-)10 Pemeriksaan Abdomen: Inspeksi: bentuk datar Auskultasi: bising usus (+) normal Palpasi: supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-) Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut

Tabel 1 Pemeriksaan ekstrimitasTungkaiLengan

KananKiriKananKiri

GerakanTonusTrofiEdemaAkralNyeriPembengkakan sendiKekuatanTremor Luka TofusPalePulsatilNadiKrepitasi BebasNormalEutrofi-Hangat--5----NormalReguler-TerbatasNormalEutrofi-Hangat++5----NormalReguler+BebasNormalEutrofi-Hangat--5----NormalReguler -BebasNormalEutrofi-Hangat--+5----NormalReguler -

Pemeriksaan Penunjang1. Laboratorium 13 Januari 2015 Kolesterol total: 159mg/dl HDL: 59 mg/dl LDL: 127 mg/dl TG: 123 Asam urat: 4,5 mg/dl2. Usulan pemeriksaan penunjang: Ro. Genue sinistra, oftalmoskop, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), EKG (rekam jantung).Riwayat Tekanan DarahData disadur dari rekam medis di puskesmas Kota Gede IITabel 2 Riwayat Tekanan DarahNoTanggal PeriksaTekanan darah

114 Januari 2015150/80 mmHg

201 Februari 2015170/100 mmHg

315 Februari 2015160/90 mmHg

401 Maret 2015150/90 mmHg

514 Maret 2015160/100 mmHg

26

Diagnosis Kerja Hipertensi grade II Osteoartritis Katarak senilis imature ODSPenatalaksanaan1. FarmakologisDiltiazem 3x30 mg HCT tab 1x25 mg Paracetamol 3x500mg2. Non farmakologisEdukasi pasien tentang : Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit pasien

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

0. HIPERTENSI1. DefinisiMenurut Joint National Community on prevention, detection, evaluation and treatment of High Blood Preassure 8 dan WHO, hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensiFaktor risikoMenurut JNC 7, hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol serta yang dapat dikontrol, diantaranya: a. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1) Genetik Individu dengan orangtua yang menderita hipertensi, memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi. Pada 70-80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga. 2) Umur Individu yang berusia >60 tahun memiliki insidensi peningkatan tekanan sistolik darah >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90 mmHg sebesar 50-60%. 3) Jenis kelamin Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko menderita hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita. 4) Penyakit ginjal Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara, yaitu: Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah menjadi normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan mengembalikkan tekanan darah menjadi normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan enzim yaitu renin, yang memicu pembentukkan hormon angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran aldosteron. b. Faktor yang dapat dikontrol 1) Stress Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatik. 2) Obesitas Mengalami kelebihan berat badan memberi beban pada jantung dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Itulah sebabnya diet untuk menurunkan tekanan darah seringkali juga dirancang untuk mengontrol kalori. Biasanya diet untuk mengurangi makanan berlemak dan menambahkan gula, dan meningkatkan asupan buah-buahan sayuran, protein tanpa lemak, dan serat. 3) Intake sodium dan natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136-145 mEq/L. Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na dalam darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali.

4) Merokok Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung meningkat, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.5) Aktifitas fisik rendah

Etiologi dan KlasifikasiBerdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui. Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel 2 Klasifikasi Tekanan darahSistolDiastol

Normal100 Mmhg

Patofisiologi

HIPERTENSI

Bagan 2 Patofisiologi Hipertensi (Fauci, 2008)

PenatalaksanaanTujuan umum pengobatan hipertensi adalah : a. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal). b. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7. Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan dengan: a. Terapi nonfarmakologi Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obese disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Natrium yang direkomendasikan 50 tahun, kekakuan yang berlangsung