Bab 1 Penalaran
Transcript of Bab 1 Penalaran
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
1/7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang yang
bertofik PENALARAN.
Makalah ini berisikan tentang informasiPengertianPenalaran atau yang lebih khususnya
membahas penerapan penalaran dan lain-lain. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang penalaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan sertadalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Depok, 2012
PENULIS
http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-dakwah-islami.htmlhttp://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-dakwah-islami.htmlhttp://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-dakwah-islami.htmlhttp://aadesanjaya.blogspot.com/2011/07/pengertian-dakwah-islami.html -
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
2/7
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Penalaran
a. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan
yang sejenis juga akan terbentuk proposisi proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah
proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi
baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
b. Metode dalam menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Metode induktif
Metode berpikirinduktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan di fenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir
induktif.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
3/7
1.2Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta
mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud dari kedua-duanya
ini adalah dalam suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar
dan salah sekaligus.
Proposisi dibagi menjadi 4 jenis :
1. Bentuk: Tunggal dan jamak.Contoh:
- Dewi Persik bernyanyi dan menari.- Kakak memancing dan memakan ikan.
2. Sifat: kategorial dan kondisional.Proposisi kategorial adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikatnya
tidak mempunyai syarat apapun.
Contoh:
- Semua bayi menangis di malam hari.- Setiap rumah memiliki atapProposisi kondisional dibagi menjadi 2 yaitu:
Proposisi hipotesis adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat
membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Jika lampu menyala, ruangan terlihat terang.
- Jika air dimasukkan ke kulkas maka akan terasa dingin.Proposisi disjungtif adalah proposisi dimana hubungan antara subjek dan predikat tidak
membutuhkan syarat tertentu.
Contoh:
- Meja itu berwarna coklat atau hitam.- Kakak membaca buku pelajaran atau komik.
3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.Proposisi afirmatif adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau membenarkan
subjeknya.
Contoh:
- Semua helm dipakai di kepala.- Semua ayam betina berkotek.Proposisi negative adalah proposisi dimanan predikatnya menolak atau tidak mendukung
subjeknya.
Contoh:
- Tidak ada satupun pria yang memakai rok.- Tidak ada satupun mahluk hidup yang hidup kekal di dunia ini.
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
4/7
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.Proposisi universal adalah proposisi dimana predikatnya mendukung atau mengingkari
semua.
Contoh:
- Tidak ada satupun kipas angin yang tidak mengeluarkan angin.- Tidak ada satupun hewan herbivora yang memakan daging.
1.3Inferensi dan Implikasi
Inferensi
Merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui.
Inferensi adalah konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam
sistem pakar, proses inferensi dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference engine.
Ketika representasi pengetahaun pada bagian knowledge base telah lengkap, atau paling
tidak telah berada pada level yang cukup akurat, maka representasi pengetahuan tersebut
telah siap digunakan.
Implikasi itu artinya akibat, seandainya dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya
implikasi hukumnya, berarti akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu peristiwa
hukum yang terjadi.
Bahasa hukum sebenarnya tidak rumit, prinsipnya bahasa hukum masih mengikuti kaidah
EYD, bahasa Indonesia baku. Tetapi, untuk konteks tertentu, ada hal-hal yang tidak bisa
mempergunakan bahasa Indonesia baku.
1.4 Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalahevidensi. Pada hakikatnya
evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam
kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan
pernyataan dan penegasan. nd, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar
atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
5/7
1.5 Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus
merupakan fakta. Sebab itu perlu diadakan pengujia-pengujian melalui cara-cara tertentu.
Berikut ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
a. Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang
atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka diperlukan peninjauan atau
observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi tidak harus selalu dilakukan dengan observasi, untuk
itu pengarang atau penulis dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau
keterangan dari orang lain, yang mengalami sendiri tentang persoalan itu.
c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat digunakan untuk menguji fakta ialah meminta pendapat dari suatu
autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta-fakta itu
dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai keahlian mereka dalam bidang itu.
1.6Cara menguji fakta
Untuk mengetahui bahwa apa informasi atau data yang kita peroleh itu benar, maka harus
diadakan penilaian. Cara menilai atau menguji bahwa informasi yang kita dapat merupakan
kenyataan atau fakta ialah dengan dua cara, yaitu konsistensi dan koherensi.
I. Konsistensi
Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi kalau
evidensi-evidensinya bersifat konsisten. Yaitu, dimana tidak ada satu evidensi yang
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
6/7
II. Koheren
Fakta yang digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman manusia
atau sesuai dengan pandangan juga sikap yang berlaku. Penulis harus meyakinkan
pembaca untuk menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya.
1.7Cara menguji autoritas
Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut :
Tidak mengandung prasangka
pendapat itu disusun berdasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa
autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data
eksperimentalnya. Bila faktor-faktor itu tidak mempengaruhi autoritas itu, maka
pendapatnya dapat dianggap sebagai pendapat yang obyektif.
Pengalaman dan pendidikan autoritas :
Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal dan harus dikembangkan lebih
lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui
pendidikannya tadi. Pengalaman yang diperoleh autoritas dengan penelitian yang
dilakukannya dan mempresentasikan hasil-hasil penelitian juga pendapatnya, akan
lebih memperkokoh kedudukannya, dengan catatan bahwa syarat pertama diatas harus
diperhatikan.
Kemashuran dan prestise
Meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu
hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi dibidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu,
dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Selama apa yang dikatakannya hanya
merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tapi sangat menyedihkan bila
pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas, tanpa mengadakan
penelitian sampai dimana kebenaran pendapat itu dan dasar-dasar mana yang dipakai
dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.
-
7/22/2019 Bab 1 Penalaran
7/7
Koherensi dan kemajuan
Pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk
memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah
diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya
pada satu autoritas. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, maka hal itu
memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.