BAB 1 hipertensi WAE
-
Upload
wae-muk-muk -
Category
Documents
-
view
291 -
download
4
description
Transcript of BAB 1 hipertensi WAE
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi, adalah salah satu jenis
penyakit pembunuh paling dahsyat di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu
faktor risiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita hipertensi pada
usia senja (Soeria, 2013). Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat
sesuai dengan umur dan distribusi nilai tekanan darah ini dalam masyarakat
merupakan variable kontinyu di mana rentang normal didefinisikan sebagai nilai
ujung dan nilai yang lebih tinggi atau keadaan hipertensi mulai. Pentingnya
batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas yang berhubungan dengan
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol (Gray dkk. 2009). Prevalensi Hipertensi
atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang
ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi, merupakan
salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit
jantung dan pembuluh darah (Syamsudin, 2011). Penyakit darah tinggi mungkin
bukan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, tapi masyarakat belum mengetahui
bahwa penyakit dengan nama lain hipertensi dan sering tidak disadari
penderitanya juga pemicu penyakit kelas berat seperti jantung bahkan stroke yang
mematikan (Pudiastuti, 2011). Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala,
sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan
fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja
pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain
1
2
(Syamsudin, 2011). Oleh karena nihil keluhan inilah, hipertensi kerap diabaikan.
Asumsi yang masih beredar luas di masyarakat adalah tekanan darah tinggi baru
perlu diturunkan apabila sudah mengganggu, seperti tengkuk menegang dan
kepala pusing. Asumsi yang keliru ini perlu diluruskan. Efek buruk tekanan darah
tinggi memang tidak datang segera, tetapi baru muncul setelah berselang dekade
(Yahya, 2010).
WHO menjelaskan, hipertensi adalah satu penyakit dengan angka kejadian
tertinggi di dunia. Satu dari empat orang di dunia mengidap gangguan tekanan
daarah tinggi, dengan total jumlah penderita lebih dari satu milyar. Seiring dengan
pertambahan usia, persentase kejadian darah tinggi pun semakin meningkat.
Sepertiga dari jumlah penderita itu tinggal di negara maju dan dua pertiga hidup
di negara berkembang. Tekanan darah tinggi diperkirakan menyebabkan 7,1 juta
kematian atau kira-kira 13% dari seluruh kematian di dunia (Yahya, 2010).
Kejadian prevalensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total
penduduk dewasa. Data itu didapat dari survey riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2007-2008. Hanya sekitar 0,4% kasus yang meminum obat hipertensi untuk
pengobatan. Terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang diprediksi belum
terdiagnosis (Syamsudin, 2011). Pada tahun 2010 data jumlah penderita hipertensi
yang diperoleh dari dinas kesehatan provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa
penderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terbanyak di Jawa Timur
terdapat di kota Pasuruan, sedangkan kota Kediri menduduki urutan keempat
setelah kota Pasuruan, Probolinggo dan Madiun dengan jumlah penderita
hipertensi sebanyak 38.626 jiwa (Dinkes Jatim, 2010). Dari data Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang tahun 2012 menunjukkan angka kejadian hipertensi
3
menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita sebanyak 34.399 jiwa (Dinkes
Jombang, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RT 01/RW 05 Desa
Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang dengan tanya jawab dan
evaluasi tensi dari 10 keluarga penderita hipertensi, 8 keluarga yang masih kurang
mengetahui tentang penyakit hipertensi dan juga kurang mengetahui dalam
penanganan awal pada penderita hipertensi.
Hipertensi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu genetik, lingkungan dan
adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah. Gemar makan fastfood yang
kaya lemak, asin dan malas berolahraga merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya hipertensi. Konsumsi garam (natrium) berlebihan diyakini sebagai
penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan (Pudiastuti, 2011). Selain itu
hipertensi bisa juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, umur, dan pekerjaan.
Dimana pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang.
Semakin banyak aspek positif, maka semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, begitu pula sebaliknya (Wawan & Dewi, 2010). Rendahnya penderita
hipertensi untuk berobat dikarenakan hipertensi tidak menunjukkan gejala atau
tanda yang khas (Syamsudin, 2011). Bila seseorang mengalami tekan darah tinggi
dan tidak mendapatkan pengontrolan dan pengobatan secar tertaur (rutin), maka
hal ini dapat membawa penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa
menyebabkan kematian (Pudiastuti, 2011).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
hipertensi yaitu semua masyarakat dan keluarga dengan riwayat hipertensi perlu
di nasehati mengenai perubahan gaya hidup, seperti menurunkan kegemukan,
4
asupan garam (total <5 g/hari), asupan lemak jenuh dan alkohol (pria <21 unit dan
perempuan <14 unit per minggu), banyak makan buah dan sayuran (setidaknya 7
porsi/hari), tidak merokok, dan berolahraga secara teratur. Semua ini terbukti
dapat merendahkan tekanan darah dan dapat menurunkan penggunaan obat-
obatan. Bagi penderita hipertensi ringan atau nilai batas tanpa komplikasi,
pengaruh perubahan ini dapat dievaluasi dangan pengawasan selama 4-6 bulan
pertama (Gray dkk. 2009). Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam
yang berlebihan dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Sebaiknya
hindari pemakaian garam yang berlebihan atau makanan makanan yang di
asinkan. Hal itu tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam
makanan. Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.
Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang
yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan
(Dalimartha, 2008).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengambil
suatu rumusan masalah yaitu, “Adakah pengetahuan dan sikap keluarga tentang
hipertensi dengan penanganan awal pada penderita hipertensi usia 40-55 tahun di
RW 06 Dusun Mojosongo Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang ?”
5
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap keluarga tentang hipertensi dengan
penanganan awal pada hipertensi.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang hipertensi.
b. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang hipertensi.
c. Mengidentifikasi penanganan awal pada penderita hipertensi.
d. Menganalisis pengetahuan dan sikap keluarga tentang hipertensi dengan
penanganan awal pada hipertensi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi ilmu keperawatan, khususnya pada keperawatan medikal bedah yang
berkaitan dengan hipertensi.
1.4.2 Praktis
a. Bagi petugas kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kesehatan pada
masyarakat sehingga angka kejadian hipertensi akan menurun. Dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga tentang hipertensi, merubah
gaya hidup dengan menurunkan kegemukan, asupan garam, asupan lemak
jenuh dan alkohol, banyak makan buah dan sayuran, tidak merokok, dan
berolahraga secara teratur
6
b. Bagi institusi kesehatan
Sebagai tambahan literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada
masyarakat pada kasus hipertensi. Selain itu dapat digunakan sebagai media
pembelajaran penyebab hipertensi dan cara penanganannya.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya. Untuk mengembangkan
penelitian yang sejenis dengan menggunakan parameter lain.