BAB II Hipertensi

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang mengkomsumsi obat antihipertensi. 1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. 1 Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer. 1 Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya). 1,2 2.2Epidemiologi Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper 50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia. Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga 7

description

hipertensi

Transcript of BAB II Hipertensi

Page 1: BAB II Hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg

sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang

mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent

disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi

sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1

Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa

kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi

esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan

dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2

2.2 Epidemiologi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper

50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.

Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.

Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian

tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita

hipertensi.2,3

2.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3

1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus. Banyak faktor

yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan

7

Page 2: BAB II Hipertensi

resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya

diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular

renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma,

koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian

obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin,

fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan

lain-lain.

2.4 Faktor – Faktor Risiko

Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau

dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Genetik.

2. Umur 

3. Jenis Kelamin

4. Etnis

5. Penyakit Ginjal

6. Obat-obataan

7. Preeklampsi pada kehamilan

8. Keracunan timbal akut 

b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

1. Stress

2. Obesitas

3. Nutrisi

4. Merokok 

5. Kurang olahraga

8

Page 3: BAB II Hipertensi

2.5 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II

dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang

peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi

oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.1,3

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat

sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat

dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume

darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1,3

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3

Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat

komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi

jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi

darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah

dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa

faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat

berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3

Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang

kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode

9

Page 4: BAB II Hipertensi

asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan

komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,

retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi

pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian

menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer

meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya

menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih

serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut

sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala

khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit

kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi

dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

10

Page 5: BAB II Hipertensi

Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan

mempunyairisiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular

seperti stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

berikut beberapa gejala hipertensi :

Sakit kepala

Kelelahan

Mual

Muntah

Sesak nafas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak,mata, jantung dan ginjal.

Sering buang air kecil terutama di malam hari

Telinga berdenging.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.7 Diagnosis

Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil

terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil

pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah

dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5

Anamnesis

a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya. 

11

Page 6: BAB II Hipertensi

b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.

d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )

f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,

nyeri dada).

g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

Pemeriksaan fisik 

  Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan,

mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung

kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi

untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki

paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi

ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta

lain seperti penyakit jantung koroner.5

Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The

Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah

disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH),

maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

12

Page 7: BAB II Hipertensi

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula

darah dan elektrolit.

Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.

Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,

ekokardiogram, ultrasonogram.

2.8 Penatalaksanaan

1. Terapi nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan

darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.

Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya

hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah

adalah:1,3,4,5

• mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;

• mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.

• Mengurangi rokok

2.Terapi farmakologi

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat

antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan

obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan

dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi

20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua

obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada

pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4,5

Diuretik

13

Page 8: BAB II Hipertensi

Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yangakan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah.

Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan

hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium

atau obat penahan kalium.

Penghambat adrenergik

Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang

menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf

yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara

meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,

yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah

mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat-

angina pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.

Angiotensin converting enzyme inhibitor 

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini

efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung -

penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit

ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita impotensi

sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan

penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan

ACE-inhibitor.

Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi

parameter Hipertensi urgency Hipertensi emergency

Biasa Mendesak

Tekanan darah >180/110 >180/110 >220/140

Gejala Sakit kepala, kecemasan, sering

Sakit kepala hebat, Sesak nafas, nyeri dada, nokturia,

14

Page 9: BAB II Hipertensi

kali tanpa gejala sesak nafas disarthria, kelemahan, kesadaran menurun

Pemeriksaan Tidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskuler

Kerusakan organ target, muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabil

Enselopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung

Terapi Awasi 1-3 jam, memulai atau teruskan obat oral, naikkan dosis

Awasi 3-6 jam, obat oral berjangka kerja pendek

Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV

Rencana Periksa ulang dalam 3 hari

Periksa ulang dalam 24 jam

Rawat ruangan ICU

Tabel obat hipertensi parenteral

15

Page 10: BAB II Hipertensi

Obat Dosis Efek/ lama

kerja

Perhatian Khusus

Sodium

nittroprusside

0,25-10mg /kg/

menit sebagai

infuse IV

Langsung/2-3

menit setelah

infus

Mula, muntah, penggunaan

jangka panjang dapat

menyebabkan keracunan

tiosianat,methemoglobinemia,

asidosis, keracunan sianida

Nitrogliserin 500-1000mg

sebagai infuse

IV

2-5 menit/5-10

menit

Sakit kepala,takikardi,

muntah, methemoglobinuria,

membutuhkan system

pengiriman khusus karena

obat mengikat pipa PVS

Nicardipine 5-15mg/jam

sebagai infuse

iV

1-5 menit/15-

30 menit

Takikardi, mual, muntah,

sakit kepala, peningkatan

tekanan intra cranial,

hipotensi

Klonidin 150ug, 6 amp

per 250 cc

glukosa 5 %

mikrodrip

30-60 min/24

jam

Enselopati dengan gangguan

koroner

diltiazem 5-15ug/kg/

menit sebagai

infuse IV

1-5 min/15-30

min

Takikardi, mula, mntah, sakit

kepala, peningkatan tekanan

intracranial, hipotensi

2.9 Komplikasi

16

Page 11: BAB II Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,

gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan

darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.

Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya

memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak

terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab

kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai

stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi

yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3

No. Sistem organ Komplikasi

1. Jantung Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung kongestif

2. System saraf pusat Stroke, Ensefalopati hipertensif

3. Ginjal Gagal ginjal kronis

4. Mata Retinopati hipertensif

5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,

ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan

sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan

pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi

perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibakan kematian.3

Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan

iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering

dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada

hipertensi maligna.3

17

Page 12: BAB II Hipertensi

Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya

tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target

serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan

darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,

merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan

darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit

kardiovaskuler sebanyak dua kali.2

BAB III

ANALISIS KASUS

18

Page 13: BAB II Hipertensi

PENDEKATAN HOLISTIK

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK

a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :

Pasien Tn Y, 73 tahun datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 1 hari

yang lalu, sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat melakukan

aktivitas sehari-hari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang sering

merasakan keluhan yang sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul

> 3 kali, lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat

kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala,

selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau

kaku dan sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam(-), pandangan kabur (-),

muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pasien

hanya berobat ke Puskesmas bila ada keluhan saja. Pasien tidak tahu nama obat

yang biasa diminumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 190/ 110. Dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan

diagnosa penyakit yang diderita pasien yaitu Hipertensi grade II

Rumah pasien terletak di dalam jalan kecil yang jarak rumah satu

dengan rumah yang cukup jauh. Bagian depan rumah pasien digunakan untuk

membuka warung. Rumah berlantai semen dan beratap seng. Memiliki 1 ruang

tamu yang sekaligus sebagai warung manisan dan 1 ruang keluarga, 1 kamar

tidur, dan 1 dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari sumur. Kamar mandi

menggunakan wc jongkok. Kondisi pencahayaan cukup Disini tidak terdapat

hubungan antara kondisi rumah dengan penyakit yang diderita pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga

Pasien mempunyai istri dan mempunyai 6 orang anak. Anak pasien yang

sudah menikah ada 5 orang. Sekarang pasien tinggal di rumah anaknya

19

Page 14: BAB II Hipertensi

yang ke-4 bersama istri, anak, menantu dan cucunya, Keharmonisan

keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu

sama lain.

Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada

hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien

berhubungan baik dengan anak anaknya

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.

Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering disebut

hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus...

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :

Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini terdiri

dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat

dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor

umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup yang

kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar serta

kurangnya berolahraga, dalam hal ini pasien mempunyai risiko dalam masalah

gaya hidup karena pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung santan dan tidak pernah olah raga.

e. Analisis untuk menghindari factor memperberat dan penularan penyakit :

Untuk menghindari factor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi gaya

hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan

yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari stres, olah

raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah

secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.

Rencana Promosi Dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien Dan Kepada

Keluarga

20

Page 15: BAB II Hipertensi

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan bagaimana

mengatasinya.

Rencana Edukasi Penyakit Kepada Pasien Dan Kepada Keluarga

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.

Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:

- faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.

- faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup

Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti

olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola

makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet

rendah garam.

Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting Yang Dapat Memberi

Semangat/Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien

Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang

berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh

darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat

menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.

Oleh karena itu pasien dianjurkan :

Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,

diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.

Lakukan olah raga secara teratur.

Tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok

Mengkonsumsi obat secara rutin.

Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan

lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 16: BAB II Hipertensi

1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan clinical

hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.

4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:

Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:

Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.

22