BAB II Hipertensi
-
Upload
elsy-selvia-rahma-putri -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of BAB II Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan sama atau melebihi 90mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai the silent
disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darh perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan
dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper
50 juta orang di amerika serikat dan hamper 1 miliar orang diseluruh dunia.
Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah.
Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian
tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 % dari seluruh penderita
hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
7
resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular
renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian
obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin,
fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan
lain-lain.
2.4 Faktor – Faktor Risiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obataan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga
8
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi
darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah
dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
9
asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan
komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi
pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian
menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer
meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya
menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3
2.6 Gejala Klinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memilikigejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi
dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
10
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan
mempunyairisiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular
seperti stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
berikut beberapa gejala hipertensi :
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal.
Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
11
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi
untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki
paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International (ISH),
maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
12
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya
hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah
adalah:1,3,4,5
• mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
• mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
• Mengurangi rokok
2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan
dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua
obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada
pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan lansia.1,2,3,4,5
Diuretik
13
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yangakan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanandarah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan
hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium
atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker,
yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang pernah
mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang cepat-
angina pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini
efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal jantung -
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita impotensi
sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan
ACE-inhibitor.
Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi
parameter Hipertensi urgency Hipertensi emergency
Biasa Mendesak
Tekanan darah >180/110 >180/110 >220/140
Gejala Sakit kepala, kecemasan, sering
Sakit kepala hebat, Sesak nafas, nyeri dada, nokturia,
14
kali tanpa gejala sesak nafas disarthria, kelemahan, kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskuler
Kerusakan organ target, muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabil
Enselopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung
Terapi Awasi 1-3 jam, memulai atau teruskan obat oral, naikkan dosis
Awasi 3-6 jam, obat oral berjangka kerja pendek
Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV
Rencana Periksa ulang dalam 3 hari
Periksa ulang dalam 24 jam
Rawat ruangan ICU
Tabel obat hipertensi parenteral
15
Obat Dosis Efek/ lama
kerja
Perhatian Khusus
Sodium
nittroprusside
0,25-10mg /kg/
menit sebagai
infuse IV
Langsung/2-3
menit setelah
infus
Mula, muntah, penggunaan
jangka panjang dapat
menyebabkan keracunan
tiosianat,methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida
Nitrogliserin 500-1000mg
sebagai infuse
IV
2-5 menit/5-10
menit
Sakit kepala,takikardi,
muntah, methemoglobinuria,
membutuhkan system
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVS
Nicardipine 5-15mg/jam
sebagai infuse
iV
1-5 menit/15-
30 menit
Takikardi, mual, muntah,
sakit kepala, peningkatan
tekanan intra cranial,
hipotensi
Klonidin 150ug, 6 amp
per 250 cc
glukosa 5 %
mikrodrip
30-60 min/24
jam
Enselopati dengan gangguan
koroner
diltiazem 5-15ug/kg/
menit sebagai
infuse IV
1-5 min/15-30
min
Takikardi, mula, mntah, sakit
kepala, peningkatan tekanan
intracranial, hipotensi
2.9 Komplikasi
16
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3
No. Sistem organ Komplikasi
1. Jantung Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung kongestif
2. System saraf pusat Stroke, Ensefalopati hipertensif
3. Ginjal Gagal ginjal kronis
4. Mata Retinopati hipertensif
5. Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian.3
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada
hipertensi maligna.3
17
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.2
BAB III
ANALISIS KASUS
18
PENDEKATAN HOLISTIK
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien Tn Y, 73 tahun datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 1 hari
yang lalu, sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang sering
merasakan keluhan yang sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul
> 3 kali, lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat
kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala,
selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau
kaku dan sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam(-), pandangan kabur (-),
muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pasien
hanya berobat ke Puskesmas bila ada keluhan saja. Pasien tidak tahu nama obat
yang biasa diminumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 190/ 110. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan
diagnosa penyakit yang diderita pasien yaitu Hipertensi grade II
Rumah pasien terletak di dalam jalan kecil yang jarak rumah satu
dengan rumah yang cukup jauh. Bagian depan rumah pasien digunakan untuk
membuka warung. Rumah berlantai semen dan beratap seng. Memiliki 1 ruang
tamu yang sekaligus sebagai warung manisan dan 1 ruang keluarga, 1 kamar
tidur, dan 1 dapur dan 1 kamar mandi. Sumber air dari sumur. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Kondisi pencahayaan cukup Disini tidak terdapat
hubungan antara kondisi rumah dengan penyakit yang diderita pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pasien mempunyai istri dan mempunyai 6 orang anak. Anak pasien yang
sudah menikah ada 5 orang. Sekarang pasien tinggal di rumah anaknya
19
yang ke-4 bersama istri, anak, menantu dan cucunya, Keharmonisan
keluarga pasien biasa-biasa saja. Tidak ada masalah dalam hubungan satu
sama lain.
Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak ada
hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
berhubungan baik dengan anak anaknya
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.
Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering disebut
hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus...
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit :
Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini terdiri
dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor
umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup yang
kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar serta
kurangnya berolahraga, dalam hal ini pasien mempunyai risiko dalam masalah
gaya hidup karena pasien mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung santan dan tidak pernah olah raga.
e. Analisis untuk menghindari factor memperberat dan penularan penyakit :
Untuk menghindari factor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi gaya
hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan
yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari stres, olah
raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah
secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.
Rencana Promosi Dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien Dan Kepada
Keluarga
20
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan bagaimana
mengatasinya.
Rencana Edukasi Penyakit Kepada Pasien Dan Kepada Keluarga
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya.
Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.
- faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup
Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.
Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting Yang Dapat Memberi
Semangat/Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.
Lakukan olah raga secara teratur.
Tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok
Mengkonsumsi obat secara rutin.
Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan clinical
hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.
4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:
Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.
22