BAB 1 Green Open Space of Malimbu
-
Upload
qudri-saufi -
Category
Documents
-
view
9 -
download
3
description
Transcript of BAB 1 Green Open Space of Malimbu
MALIMBU
Malimbu Green Area
BAB I
GAMBARAN UMUM
1.1 Letak Geografis
Pantai Malimbu adalah sebuah objek wisata pantai yang ada di Pulau Lombok
tepatnya di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Jaraknya
sekitar 30 kilometer dari Kota Mataram dan dapat ditempuh dengan angkutan umum
maupun kendaraan pribadi. Untuk itu dapat dilihat pada batasan-batasan dibawah ini:
Sebelah Utara : desa Nipah
Sebelah Timur : Pusuk
Sebelah Selatan : desa Malaka
Sebelah Barat : selat Lombok
Pantai Malimbu ini memang tidak mempunyai pasir
putih seperti di Pantai Mawun dan juga tidak berbutir merica seperti yang terdapat di
Pantai Kuta, hanya pasir pantai biasa. Namun keindahan Pantai Malimbu bukan dari
pasir pantainya, tetapi dari pemandangan alam disekitar pantainya yang luar biasa
dilihat dari atas bukit jembatan biru sebagai land mark kawasan malimbu.
Masalah yang ada pada kawasan malimbu yakni kurang minatnya para
wisatawan untuk turun ke kawasan sempadan pantai ini di sebabkan selain karena
I-1
Malimbu Green Area
warna dan jenis pasir melainkan kurangnya fasilitas untuk di nikmati oleh para
wisatawan seperti halnya pantai senggigi dan pantai lainnya. Pantai malimbuh maka perlunya suatu analisis eksisting dari kawasan pantai
tersebut yang dilihat dari jenis tanahnya, vegetasi, hidrologi, iklim, topografi, estetika
suatu kawasan, historis, tata guna tanah, dan rintangan fisiografinya.
1.2 Kondisi Tanah
Tanah merupakan lapisan bumi paling luar sebagai tempat tumbuhnya
tanaman. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk dan bahan-bahan dari
tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Bahan yang menyususn tanah terdiri atas
zat padat, cair, gas dan organism. Untuk jenis tanah di kawasan malimbu yakni
terdapat jenis tanah alluvial, argonosol dan lapisan apung. Alluvial (alluvium) atau
tanah endapan adalah yang berbentuk dari material halus hasil pengendapan alairan
sungai di dataran rendah atau lembah. Tanah ini terdapat di beberapa sepanjang aliran
sungai hingga ke hilir sungai. Argonosol atau tanah gambut tanah yang terbentuk dari
sisa tumbuhan rawa yang mengalami pembusukan. Jenis tanah ini berwarnah hitam
hingga kecokelatan. Jenis tanah ini terdapat di sepanjang bukit kawasan malimbu
yang penuh dengan semak dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.
1.3 Vegetasi
Vegetasi pantai
merupakan kelompok
tumbuhan yang menempati
daerah intertidal mulai dari
daerah pasang surut hingga
daerah di bagian dalam pulau
atau daratan dimana masih
terdapat pengaruh laut.
Kawasan malimbu dalam arti
vegetasi kawasan yang pantai Non Mangrove karena pada umumnya daerah pantai ini
dengan substrat yang di dominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh
adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal
ke arah darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon.
Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis
I-2
Malimbu Green Area
vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari : tapak kambing, rumput angin,
santigi, ketapang, cemara laut dan kelapa. Di daerah pasang surut ini, vegetasi
didominasi oleh tumbuhan perintis yang menjalar atau rumput-rumputan tertentu dan
dikenal sebagai “Formasi Pes-Caprae”. Dinamakan demikian karena mengacu pada
tumbuhan menjalar tapak kambing (Ipomoea pes-caprae) yang sangat dominan di
daerah tersebut. Kelompok tumbuhan ini diikuti oleh kelompok tumbuhan semak dan
perdu yang berukuran lebih besar dan berada di belakang vegetasi perintis (ke arah
darat). Kelompok tumbuhan ini disebut “formasi Barringtonia” yang penamaannya
juga mengacu pada salah satu jenis tumbuhan yang umum ditemukan di di daerah ini,
yaitu : Barringtonia asiatica.
Vegetasi sekitar sungai: sering kita temukan atau kita lihat tumbuhan khas
yang tumbuh di sekitar sungai baik di zona hulu zona tengah maupun zona hilir
sungai, pada umumnya di pinggir sungai malimbu banyak ditemukan tumbuh 'bambu
haur dan cucuk buset' tanaman ini tumbuh secara alami dan berfungsi untuk sebagai
penguat sempadan sungai yang kokoh tumbuhan tersebut mempunyai perakaran yang
amat kuat dari sipat akar tersebut akan mencengkram tanah pada sempadan sungai
sehingga tanah menjadi kokoh terikat akaran tanaman sedangkan pohon kawung salah
satu indikator di wilayah tersebtu mengandung mata air. Hal ini terbukti tepi sungai
yang di tumbuhi pohon kawungmemiliki manfaat buat smua mahluk. Selain dari
cucuk, kawung, sering pula ditemukan pohon yang tumbuh di pinggiran sungai yang
sipatnya tumbuhnya menjorok 'doyong' ke sungai sehingga menutup permukaan
sungai seperti sejenis pohon waru, ini bermanpaat untuk menutup permukaan sungai
dan sebagai habitan berbagai burung pemakan ikan seperti burung 'kahkeh' berwarna
biru berparuh tajam mempunyai sipat cepat tanggap dalam memangsa, kuntul,
bangau, dan jenis burung lainnya, sebenarnya konservasi tepi sungai sudah terbentuk
secara alami.
1.4 Hidrologi
Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai
danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah
atau air atmosfer. Air permukaan secara alami terisi melalui presipitasi dan secara
alami berkurang melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga
menjadi air bawah tanah. Meskipun ada sumber lainnya untuk air bawah tanah, yakni
I-3
Malimbu Green Area
air yang terjebak dan air magma, presipitasi merupakan factor utama dan air bawah
tanah yang berasal dari proses ini disebut air meteor.
Orde sungai adalah nomor urut setiap segmen sungai
terhadap sungai induknya. Metode penentuan orde sungai
yang banyak digunakan adalah Strahler. Sungai orde
pertama menurut Starhler adalah anak-anak
sungai yang letaknya paling ujung dan
dianggap sebagai sumber mata air pertama
dari anak sungai tersebut. Segmen sungai
sebagai hasil pertemuan dari orde yang setingkat
adalah orde kedua, dan segmen sungai sebagai hasil pertemuan
dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde sungai yang lebih tinggi.
Sungai yang ada di kawasan malimbu merupakan sungai orde ketiga karena
letaknya paling ujung atau hilir sungai yang di anggap sebagai gabungan dari
beberapa orde pertama dan kedua. Arah aliran sungai yang terdapat di kawasan
malimbuh dari arah timur ke barat dengan kecepatan aliran tertentu menuju
permukaan air laut. Drainase yang ada di kawasan malimbu merupakan drainase orde
ke kedua yang diperuntukan untuk penananggulan seperti: penananggulangan air yang
berlebihan mengalir dari lereng akibat hujan sehingga tidak terjadinya banjir di daerah
dataran rendah selain itu juga drainase yang di manfaatkan sebagai pengaliran air
sawah atau irigasi yang tepatnya berada di sebelah kanan jalan dari arah selatan ke
utara.
1.5 Iklim
Penetuan iklim suhu, curah hujan, dan angin yang ada di kawasan malimbu
menggunakan acuan dari anomaly iklim di pulau Lombok. Peta curah hujan tahunan
yang dibuat pada awal 1900an menunjukkan bahwa Pulau Lombok berada di
perbatasan antara daerah yang relatif basah dan relatif kering. Artinya Pulau Lombok
termasuk daerah yang sensitif terhadap perubahan iklim. Buktinya, pada januari 2007
pernah terjadi kekeringan parah di Pulau Lombok dan Sumbawa, sehingga
mengakibatkan gagal panen. Padahal pada bulan itu seharusnya masuk musim hujan
karena pada Desember 2006 curah hujan cukup tinggi. Anomali iklim pada bulan
Januari itu tidak pernah terjadi sepanjang periode 1961-1990. Pada masa itu, curah
hujan Januari berkisar 300 milimeter dan terus menurun menjadi 175 milimeter pada
I-4
Orde ke-2
Orde ke-1
Orde ke-3
Malimbu Green Area
periode 1991-2007, kemudian hilang sama sekali saat ini. Selain perubahan curah
hujan, ada peningkatan temperatur rata - rata hampir setiap bulan sebesar 0,5 derajat
celcius, kecuali Agustus dan September. Diperkirakan sepuluh tahun lagi, suhu udara
di Pulau Lombok akan naik 1 derajat celcius dan meningkat 2-3 derajat celcius mulai
tahun 2070. Global Warming menyebabkan kenaikan tinggi permukaan air laut yang
juga berkaitan dengan semakin tingginya frekuensi terjadinya El-Nino dan La-Nina.
Padahal biasanya El-Nino dan La-Nina terjadi setiap & tahun sekali. Kenaikan tinngi
permukaan air laut terjadi pada periode transisi antara El-Nino dan La-Nina, dengan
kenaikan 15-20 sentimeter di atas rata - rata tahunan. Diperkirakan pada 2030 tinggi
permukaan air laut di pantai utara dan selatan Pulau Lombok mencapai 10,5-20
sentimeter dan akan meningkat menjadi 28.5-50 sentimeter pada 2080. Kenaikan
tinggi permukaan air laut ini, meningkatkan risiko erosi, perubahan garis pantai, dan
mereduksi daerah wetland di sepanjang garis pantai.
1.6 Topografi
Topografi adalah bentuk permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit
alami (bulan dan sebaginya) dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk
permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan
ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang
lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform)
dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah
lereng, panjang lereng dan bentuk lereng.
1.7 Estetika atau Nilai Keindahan
Estetika atau nilai keindahan yang ada di kawasan malimbu dapat diperoleh
melalui empat tahapan yakni penentu spasial utama, promontory benda acuan, vista
pemandangan dan vista orientasi untuk melihat bagaimana keadaan penutup
pepohonan, bentang rumput datar, bentang rumput berbukit dan citra air
laut(permukaan laut). Penentu spasial utama yakni 3 dimensi penyekat yang
membantu dalam menyatakan ruang dari garis pandangan mata pada kawasan
malimbu. Puncak bukit sebagai benda acuan dalam memperoleh suatu keindahan
dalam orientasi kita terhadap suatau kawasan dimana bukit dengan topografi
kelerengan yang bias dijangkau oleh pandangan mata. Vista pemandangan suatu
I-5
Malimbu Green Area
panorama visual ciri khas pemandagan yang menggambarkan kontras antara
pemandangan terbuka dan tertutup
Estetika yang ada di kawasan malimbu bias kita lihat dari beberapa arah
seperti halnya jika melihat ke arah kanan dari jalan sangat terlihat sekali
pemandangan kontur lereng dengan bentang rumput berbukit sedangkan kita melihat
ke arah kiri dari jalan dengan bentang rumput datar serta pemandangan permukaan air
dengan penampang garis pantai yang dangkal serta suasana dan citra air yang sangat
meonjol.
1.8 Tata Guna Tanah
Penggunaan tata guna tanah yang berada di kawasan malimbuh yakni rekreasi,
permukiman pertanian, tata guna komersial, jaringan air bersih dan kotor dan
transportasi. Peruntukan tempat rekreasi pada kawasan malimbu terletak pada
sepanjang sempadan pantai malimbu. Dalam menunjang kegiatan pertanian ada
beberapa tempat hunian untuk menunjang kegiatan perekonomian khususnya di
bidang agraris. Selain di bidang pertanian dalam menunjang perekonomian
masyarakat juga berperan di bidang komersial meskipun dalam skala kecil yang
terdapat di beberapa titik sepanjang jalan lintas kawasan tersebut. Penggunaan pipa air
bersih terletak di sepanjang jalur drainase. Tipe transportasi dengan menyediakan tipe
jalan aspalt denngan fungsi menghubungkan antar kota (arteri).
1.8 Rintangan Fisiografi
Rintangan fisiografi merupakan ancaman secara alami yang menimbulkan
dampak fisik, seperti terjadinya erosi dan abrasi air laut, terhadap lingkungan maupun
habitat yang ada di kawasan malimbu. Dampak fisik juga bisa di timbulkan oleh
masyarakat sekitar, seperti tidak menjaga kelestarian dari kawasan malimbu itu
sendiri.
I-6