BAB 1

4
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi sumber stress dapat mengakibatkan terjadinya gangguan mental emosional yang sering kali berujung pada terjadinya gangguan jiwa. Salah satu jenis gangguan jiwa yang berat adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan kelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi beberapa fungsi berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi, serta berperilaku tidak rasional (Stuart & Laraia, 2005) Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku. Argumentasi yang di pelopori Emil Kraepelin bahwa skizofrenia dikarakteristikan sebagai onset dini yang diikuti dengan perjalanan penyakit dan kemunduran yang kronik. Bleuler menyatakan bahwa perjalanan penyakit dan kemunduran yang kronik tersebut sering terjadi tetapi bukanlah merupakan pegangan bahwa hal tersebut akan selalu menjadi demikian sebagai suatu hasil akhir. Meskipun skizofrenia selalu dianggap sebagai suatu penyakit yang serius, sudah jelas sekarang bahwa pasien skizofrenia kemungkinan mengalami perjalanan penyakit dengan keadaan relative lebih ringan. (Williams & Wilkins, 2005) Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada. Selain dari angka

description

haha

Transcript of BAB 1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi sumber stress dapat mengakibatkan terjadinya gangguan mental emosional yang sering kali berujung pada terjadinya gangguan jiwa. Salah satu jenis gangguan jiwa yang berat adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan kelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi beberapa fungsi berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukan emosi, serta berperilaku tidak rasional (Stuart & Laraia, 2005)

Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi, persepsi, dan tingkah laku. Argumentasi yang di pelopori Emil Kraepelin bahwa skizofrenia dikarakteristikan sebagai onset dini yang diikuti dengan perjalanan penyakit dan kemunduran yang kronik. Bleuler menyatakan bahwa perjalanan penyakit dan kemunduran yang kronik tersebut sering terjadi tetapi bukanlah merupakan pegangan bahwa hal tersebut akan selalu menjadi demikian sebagai suatu hasil akhir. Meskipun skizofrenia selalu dianggap sebagai suatu penyakit yang serius, sudah jelas sekarang bahwa pasien skizofrenia kemungkinan mengalami perjalanan penyakit dengan keadaan relative lebih ringan. (Williams & Wilkins, 2005)

Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada. Selain dari angka insidensinya di dunia yang tinggi yakni satu per seribu, hampir 80% penderita skizofrenia mengalami kekambuhan secara berulang. Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kuarang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. (Arif,2006)Secara klinis skizofrenia dikarakteristikan dengan adanya gejala positif dan gejala negatif. Gejala negatif berhubungan dengan gangguan emosional dan tingkah laku. Gejala ini lebih susah untuk dikenal sebagai penyakit dan bisa saja keliru seperti depresi atau kondisi lainnya. Gejala negatif seperti flat affect, sedikit bicara, menarik diri dari kehidupan sehari-hari, kurangnya motivasi.Salah satu masalah dalam penanganan skizofrenia adalah kekambuhan. Kekambuhan yang terjadi pada satu tahun pertama setelah terdiagnosa skizofrenia dialami 60-70% pada pasien yang tidak mendapat terapi medikasi, 40% pada pasien yang hanya mendapatkan terapi medikasi, 15,7% pada pasien yang mendapatkan kombinasi terapi medikasi, psikoterapi, dan mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat. Hasil study litelatur pengalaman peneliti sebagai praktisi keperawatan jiwa menunjukan fenomena kekambuhan lebih banyak disebabkan karena putus obat. Hasil survei yang dilakukan oleh World Federation of Mental Healt 2006 terhadap 982 keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan jiwa menunjukan 51% pasien kambuh diakibatkan oleh putus obat dan 49% pasien skizofrenia mengalami kekambuhan akibat mengubah dosis obat itu sendiri. (Stuart & Laraia, 2005).

Beberapa faktor dapat berkontribusi dalam membentuk episode psikotik yang baru:1. Ketidak patuhan terhadap pengobatan.

2. Faktor-faktor farmakologi (dosis obat).

3. Faktor-faktor psikososial.

4. Penyalahgunaan alkohol dan obat.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas,dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah Hubungan Gejala Negatif Dengan Relaps Yang Dialami Pasien Skizofrenia Di RSUD Dr.Soebandi Jember?1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum1) Untuk mengetahui adakah hubungan gejala negatif dengan kejadian relaps yang dialami Pasien Skizofrenia Di RSUD Dr.Soebandi Jember 1.3.2 Tujuan Khusus1) Untuk mengetahui gambaran karakteristik gejala negatif pada pasien skizofrenia2) Untuk memperoleh informasi adakah hubungan gejala negatif dengan kejadian relaps 3) Untuk mengetahui faktor faktor penyebab relaps pasien skizofrenia 1.4 Manfaat1) Bagi PenelitiMenambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pengaruh gejala negatif terhadap kejadian relaps serta menambah pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan tentang skizofrenia2) Bagi Keluarga PasienMenambah pengetahuan dan peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dan dapat mengetahui faktor faktor penyebab relaps