Irbang 1 Bab 1

download Irbang 1 Bab 1

of 12

Transcript of Irbang 1 Bab 1

Irigasi dan Bangunan Air I

BAB I PENDAHULUANI.1 PENGERTIAN IRIGASI.............................................................................................2 I.2 CARA-CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI..................................................................3I.2.1 Irigasi Genangan.........................................................................................................................................3 I.2.2 Irigasi siraman ( Sprinkler Irrigation )..................................................................................................3 I.2.3 Irigasi tetesan ( Drip/trickle Irrigation )................................................................................................4 I.2.4 Irigasi Bawah Permukaan.........................................................................................................................5

I.3 TINGKATAN JARINGAN IRIGASI............................................................................6I.3.1 Jaringan Irigasi Sederhana.......................................................................................................................6 I.3.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis....................................................................................................................9 I.3.3 Jaringan Irigasi Teknis............................................................................................................................11

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Irigasi dan Bangunan Air I

BAB I PENDAHULUANI.1 PENGERTIAN IRIGASI.Irigasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian air kepada suatu lahan secara tidak alami guna pertumbuhan tanaman. Pemberian air dalam kegiatan irigasi ini harus diiringi dengan drainase yaitu pembuangan air kelebihan pada lahan pertanian agar tidak mengganggu pertanian. Kegiatan irigasi tersebut, dapat dibagi dalam tiga tahap : 1. Tahap pengambilan air dari sumbernya melalui cara membendung sungai atau dengan cara memompa air dari sungai maupun air tanah. 2. Membawa air tersebut serta membagi air yang diambil ke lahan pertanian yang memerlukannya, melalui saluran atau pipa. 3. Membuang air kelebihan dari lahan pertanian kesungai utama atau langsung kelaut melalui saluran-saluran dan bangunan pembuang. Walaupun tujuan utama dari irigasi ini adalah pemberian air dan pembuangan air kelebihan, namun ada beberapa tujuan yang sering menjadi tujuan kegiatan irigasi ini yaitu : a. Pemupukan. Pemupukan menjadi tujuan irigasi teutama pada irigasi yang menggunakan pipa dimana air irigasi dibubuhi pupuk sebelum masuk kedalam pipa. Dapat juga pemupukan ini terjadi secara alami karena air irigasi yang diberikan kepada tanaman memang berasal dari daerah yang ranahnya cukup baik sehingga air yang digunakan untuk irigasi juga mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. b. Pencucian. Seringkali suatu lahan mempunyai produktifitas yang rendah karena tanahnya mengandung zat-zat yang merugikan tanaman seperti pada daerah rawa. Baik pada rawa pantai maupun rawa pedalaman, kemampuan lahan terbatas karena drainase terhambat. Terhambatnya drainase ini menyebabkan tanah mengandung senyawasenyawa yang merugikan tanaman yang umumnya bersifat masam. Walaupun kemampuan lahan dapat ditingkatkan melalui drainase, namun kemampuan lahan ini akan cepat meningkat kalau pada lahan tersebut dapat dialirkan air segar, sehingga senyawa-senyawa yang merugikan tadi dapat dihanyutkan/dicuci. c. Kolmatasi. Kolmatasi adalah usaha meninggikan muka tanah dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur ke permukaan tanah dan apabila lumpur ini mengendap, maka permukaan tanah akan bertambah tinggi. Untuk ini air irigasi ahrus mengandunglumpur dan kecepatan aliran harus cukup tinggi agar mampu membawa lumpur tadi dan sebaliknya pada lahan pertanian kecepatan alirannya harus cukup rendah sehingga sehingga memungkinkan pengendapan. Usaha kolmatasi ini dulu digunakan untuk menutup rawa-rawa di Pulau Jawa seperti di Purworejo dan Rawa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. 2

Irigasi dan Bangunan Air I Besar di lembah Kali Juwana (Prof.Ir. Soetedjo, Diktat Pengairan jilid I ).

I.2 CARA-CARA PEMBERIAN AIR IRIGASI.I.2.1 Irigasi Genangan.Pemberian air dengan cara irigasi genangan ini dilakukan dengan cara menggenangi lahan pertanian degan air irigasi. Air ini dibawa dari sumbernya dengan ienggunakan saluran tanah. saluran pasangan atau pipa - pipa. Penggunaan saluran tanah atau tanpa perkuatan. dilakukan kalau tanah dasar cukup baik sehingga kehilangan debit akibat rembesnya air pada saluran tidak terlalu besar. Atau juga kalau kecepatan aliran pada saluran cukup rendah sehingga tidak mungkin mengakibatkan erosi pada saluran. Kalau diperkirakan rembesan akan besar, maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan saluran pasangan atau pipa-pipa. Umumnya pemakaian air untuk irigasi genangan ini cukup besar, karena itu pada daerah yang debit tersedianya tidak cukup besar, sitem ini sebaiknya dihindari. Apalagi untuk daerah yang tanah pertaniannya mempunyai permeabilitas yang tinggi. sehingga rembesan dan perkolasinya tinggi. sistem ini sebaikya tidak digunakan. Gambar I.1. Petak sawah pada irigasi genangan. Petak-petak sawah dengan irigasi genangan di Indonesia umumnya mempunyai bentuk seperti gambar disamping ini.

I.2.2 Irigasi siraman ( Sprinkler Irrigation ).Irigasi siraman ada!ah sistem irigasi dimana air diberikan kepada tanaman dengan menyemprotkan air keatas sehingga menyerupai hujan ketika air jatuh ketanah. Suatu keuntungan yang paling utama dalam penggunaan sistem ini ialah : dapat digunakan untuk kondisi dimana irigasi permukaan/genangan tidak dapat diterapkan atau tidak effisien. Sistem ini sangat berguna kalau: a. b. c. d. e. f. Lahan tidak dapat. disiapkan untuk irigasi permukaan/ genangan. Kemiringan medan terialu besar. Keadaan topografi lahan tidak teratur. Lahan mudah tererosi. Tanah mempunyai permeabilitas sangat tinggi atau sangat rendah. Kedalam tanah dangkal diatas kerikil atau pasir.

Irigasi ini memerlukan peralatan dan kelengkapan yang lebih rumit dan mahal seperti: Pompa, pipa-pipa, keran-keran dan sebagainya. Namun ada beberapa hat yang. 3

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

Irigasi dan Bangunan Air I menyebabkan sistem ini lebih menguntungkan : a. b. c. d. Tidak memerlukan biaya penyiapan lahan yang terlalu mahal. Memerlukan debit air yang relatif kecil, sehingga pemakaian air dapat dihemat. Tenaga terlatih untuk melaksanakan/mengelola. irigasi permukaan tidak diperlukan. Areal dapat dihemat karena tidak ada bagian areal yang digunakan untuk saluran-saluran, bangunan-bangunan dan sebagainya. e. Tanah dapat segera dikembangkan untuk produktifitas yang tinggi karena jaringan irigasinya dapat segera terpasang. Irigasi sprinkler ini selain untuk membasahi tanah, dapat juga digunakan untuk keperluan lain seperti : a. Untuk mengatur suhu terutama didaerah yang beriklim dingin. pada waktu musim dingin yang disemprotkan mempunyai suhu normal. b. Untuk menyebarkan pupuk dan obat anti hama, karena pupuk dan obat tadi langsung dicampur dengan air yang akan disemprotkan. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada obat-obatan yang, merusak pipa karena korosifitasnya tinggi. Namun demikian ada beberapa kekurangan/kelemahan dari sistem ini yaitu : a. b. c. d. e. Angin dapat mempengaruhi penyemprotan air. Supaya penggunaan peralatan dapat ekonomis, diperlukan sumber air yang konstan. Diperlukan air yang bersih dan bebas pasir dan sebagainya. Investasi awal cukup tinggi. Penggunaan daya untuk menyemprotkan cukup tinggi.

Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pengabut (nozzle ) yang bentuknya antara lain seperti berikut ini. Pengabut pada gambar tersebut memiliki dua pengabut : a. Pengabut penggeser. b. Pengabut penyebar. Pada waktu air memancar melalui pengabut penggeser, maka air akan mendorong pemukul untuk berputar pada poros tegaknya. Namun dengan adanya pegas, maka pemukul tersebut akan segera kembali dan memukul pengabut penggeser sehingga pengabut secara keseluruhan akan berputar pada poros tegaknya. Akibat dari gerakan ini menyebabkan pengabut dapat menyebarkan air secara berkeliling. Pada waktu air mengenai pemukul, maka pancaran air akan dipantulkan, sehingga penyiraman terjadi pada daerah sekitar pengabut. Sedangkan pada waktu pemukul terdorong, maka pengabut akan menyemprotkan air cukup jauh, sehingga dapat mencapai radius yang besar. Daerah yang tidak tercapai oleh pancaran pengabut penggeser akan diisi oleh pengabut penyebar. Dengan demikian maka penyebaran air cukup merata.

Gbr. I.2. Pengabut pada irigasi siraman

I.2.3 Irigasi tetesan ( Drip/trickle Irrigation ).Irigasi tetesan ini pada prinsipnya mengalirkan air kepemukaan tanah melalui pipa plastik yang berlubang lubang yang diletakkan ditanah pada dasar jajaran tanaman. Untuk menjaga agar banyaknya air yang keluar selalu konstan, maka pada lubang-lubang ini dipasang emiter, yaitu pengatur aliran keluar dengan jarak yang tetap sepanjang pipa pemberi. Air yang keluar dari emiter ini hanya menetes dengan debit kurang darl 5 liter perjam. membentuk jalur sepanjang jajaran tanaman atau keliling basah sekitar tiap-tiap tanaman. Daerah yang dibasahi oleh sebuah emiter. tergantung pada : a. Tekstur tanah. Semakin halus semakin meluas, tapi kalau teksturnya kasar, daerah yang dibasahi akan menyempit dan lebih masuk kedalam tanah. Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. 4

Irigasi dan Bangunan Air I b. Debit yang keluar. Semakin besar debit, semakin luas daerah yang dibasahi. c. Frekwensi pemberian. Frekwensi pemberian yang berarti pula banyak air yang diberikan. Keuntungan dari sistem ini ialah : a. Kecepatan pemberian air dapat diatur sesuai dengan pemakaian konsumtif tanaman. b. Perkolasi dapat dihindari karena air tidak sampai keluar atau kebawah daerah perakaran. c. Penguapan pada permukaan tanah diperkecil, sesuai dengan bagian yang dibasahi. d. Dari kedua hal terakhir berarti pula effisiensi penggunaan air dapat lebih tinggi. e. Pemupukan dapat diberikan langsung dengan melarutkan pupuk dalam air yang diberikan kepada tanaman. f. Mengurangi kebutuhan penyemprotan dan penaburan pestisida. karena pestisida yang disemprot-kan/ditaburkan ke daun tidak tercuci oleh pemberian air seperti pada irigasi sprinkler. g. Tidak mengganggu pembungaan dan pembuahan karena tidak ada titik air yang menjatuhi bunga. h. Kemungkinan naiknya garam keatas permukaan tanah dapat dihindari karena pemberian air tidak sampai mencapai muka air tanah. i. Mengurangi tumbuhnya rumput liar karena yang diairi hanya sekitar tanaman. j. Biaya pemeliharaan relatif lebih murah. Namun demikian digunakannya sistem ini : ada kerugian/kesulitan

a. Biaya investasi yang cukup besar. b. Seringkali terjadi penyumbatan emiter, karena tekanan air yang rendah tidak akan mampu mendorong keluar butir-butir tanah yang menyumbat emiter. Untuk itu air yang dipakai harus disaring dulu. c. Pemeriksaan emiter tidak mudah dan memerlukan banyak waktu. Salah satu bentuk emiter adalah seperti pada gambar di sebelah.

Gambar I.3. Emiter pada irigasi tetesan.

I.2.4 Irigasi Bawah Permukaan.Sistem irigasi bawah permukaan ini pada prinsipnya adalah membasahi langsung daerah perakaran. Sistem irigasi dapat dikombinasikan dengan sistem drainase, katau saluran atau pipa untuk pembasahan dapat digunakan juga untuk membuang air kelebihan. Kondisi yang cocok penerapan sistem ini ialah : untuk

a. Lapisan tanah bawah yang kedap air pada kedalaman yang layak (sekitar 2 sampai 3 meter) atau muka air tanah yang tinggi. b. Tanah agak lulus air (permeabel) seperti geluh atau ge1uh pasiran pada daerah perakaran. c. Kondisi topografi yang uniform/seragam. d. Kemiringan medan yang hampir landai. e. Kualitas air irigasi yang baik. Di Indonesia sistem irigasi ini Gambar I.4. Kenaikan muka air tanah akibat 5 irigasi bawah permukaan.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

Irigasi dan Bangunan Air I banyak digunakan pada daerah rawa pasang surut, dimana pemberian air irigasi mengandalkan kenaikan muka air tanah dari saluran yang ada secara kapiler. Pada waktu air pasang air masuk ke saluran, namun tidak sampai menggenangi lahan. Kenaikan muka air disaluran diharapkan dapat menaikkan muka air tanah. Untuk itu pada lahan paertanian dibuat saluran-saluran yang sejajar yang jaraknya sekitar 50 meter sampai 100 meter, dimana dengan jarak ini kenaikan muka air tanah masih diperkirakan cukup. Pada waktu air surut, muka air di saluran juga turun dan penurunan ini juga akan menurunkan muka air tanah. Gambar diatas, adalah irigasi bawah permukaan di Almonte Marismas, Spanyol Selatan yang sistem drainasenya menggunakan pipa tanah liat. Pada gambar nampak kenaikan muka air tanah sesuai dengan muka air pada pipa.

I.3 TINGKATAN JARINGAN IRIGASI.Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi di Indonesia menurut Standar Perencanaan Irigasi dari Dirjen Pengairan Departemen PU, dibagi atas 3 tingkatan : Jaringan Irigasi Sederhana. Jaringan Irigasi Semi Teknis. Jaringan Irigasi Teknis.

I.3.1 Jaringan Irigasi Sederhana.Pada jaringan irigasi sederhana ini pembagian air tidak diukur maupun diatur. Jaringan irigasi sederhana ini umumnya merupakan jaringan irigasi yang dibangun sendiri oleh masyarakat petani tanpa bantuan pemerintah, dengan membendung sungai dengan tumpukan batu atau bendungan dari tanah. Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah : 1. Tidak memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air. 2. Bangunan penyadap air di sungai umumnya mempunyai konstruksi semi permanen dan cenderung setiap kelompok petani atau desa memiliki bangunan penyadapan sendiri-sendiri. 3. Umur bangunan pendek karena rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir. 4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran pembuang. 5. Saluran umumnya memotong garis kontur, sehingga mempunyai kemiringan memanjang yang cukup curam sehingga kecepatan alirannya cukup tinggi. 6. Tingkat penggunaan air cukup boros, sehingga hanya diterapkan pada sungai yang mempunyai debit berlimpah. 7. Luas areal tidak besar akibat effisiensi penggunaan air yang rendah.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

6

Irigasi dan Bangunan Air I Pada gambar I.5 berikut ini adalah gambaran suatu jaringan irigasi sederhana. Pada gambar tersebut nampak bahwa bangunan penyadap sungai dalam bentuk pengambilan bebas ada dua buah sesuai jumlah kampung/desa yang ada. Saluran irigasi yang berfungsi sebagai saluran pembuang, memotong garis kontur.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

7

Irigasi dan Bangunan Air I

Gambar I.5. Jaringan Irigasi Sederhana.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

8

Irigasi dan Bangunan Air I

I.3.2

Jaringan Irigasi Semi Teknis.

Pada jaringan irigasi semi teknis ini pembagian air diatur namun tidak diukur. Pengaturan pembagian air dilakukan dengan melengkapi jaringan dengan bangunan pembagi air, sedangkan bangunan penyadap di sungai sudah menggunakan bangunan yang permanen. Jaringan irigasi semi teknis ini umumnya merupakan peningkatan jaringan irigasi sederhana yang ada. Tuntutan akan peningkatan inin umumnya karena lusa sawah yang terus bertambah, sedangkan sumber air tetap, sehingga langkah yang dapat dilakukan adalah mengeffektifkan penggunaan air dengan mengatur pembagian airnya.

Gambar I.6. Gambar bangunan air pada irigasi semi teknis Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi semi teknis ini adalah : 1. Sudah memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air, namun tidak dilengkapi dengan alat ukur. 2. Bangunan penyadap air di sungai umumnya mempunyai konstruksi permanen serta melayani suatu areal yang cukup luas. 3. Umur bangunan panjang karena tidak rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir. 4. Saluran yang ada mempunyai fungsi ganda : sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran pembuang. 5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur. 6. Tingkat penggunaan air sudah mulai hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian air. 7. Luas areal dapat lebih besar akibat effisiensi penggunaan air yang memadai. 8. Petak tersier belum dikembangkan sepenuhnya dan bangunan tersier masih jarang digunakan. Pada gambar I.7 berikut ini adalah gambaran suatu jaringan irigasi semi teknis yang merupakan peningkatan dari jaringan irigasi sederhana pada gambar I.5. Pada gambar tersebut nampak bahwa dengan dibangunnya bendung permanen, bangunan 9

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

Irigasi dan Bangunan Air I penyadap sungai yang sebelah hilir tidak lagi difungsikan sebagai bangunan penyadap. Pada jaringan irigasi semi teknis ini petani yang memanfaatkan jaringan irigasi sudah harus membentuk perkumpulan untuk mengatur pembagian air, terutama kalau sudah memerlukan penggiliran pembagian air.

Gambar I.7. Jaringan Irigasi Semi Teknis.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

10

Irigasi dan Bangunan Air I

I.3.3 Jaringan Irigasi Teknis.Pada jaringan irigasi teknis ini pembagian air sudah diupayakan optimal dengan mengatur maupun mengukur banyaknya air yang diperlukan pada setiap petak sawah. Pengaturan pembagian air dilakukan dengan melengkapi jaringan dengan bangunan pembagi air, sedangkan pengukuran dilakukan dengan bangunan pengukur yang terpisah dengan bangunan pembagi atau dengan menggunakan pintu ukur yang dapat mengukur dan sekaligus mengukur banyaknya air seperti pintu Romijn. Jaringan irigasi teknis ini umumnya merupakan peningkatan dari jaringan irigasi semi teknis yang ada. Tututan akan peningkatan jaringan irigasi semi teknis menjadi jaringan irigasi teknis adalah bertambah luasnya sawah yang perlu diairi sejalan pertambahan penduduk di desa yang bersangkutan, sedangkan debit sungai yang ada tetap atau bahkan semakin berkurang. Dengan demikian, maka ciri-ciri jaringan irigasi sederhana ini adalah : 1. Sudah memiliki bangunan-bangunan pengatur untuk membagi air, yang telah dilengkapi dengan alat ukur. 2. Bangunan penyadap air di sungai maupun bangunan pembagi airnya mempunyai konstruksi permanen serta melayani suatu areal yang cukup luas. 3. Umur bangunan panjang karena tidak rawan mengalami kerusakan pada waktu banjir. 4. Sudah terjadi pemisahan fungsi saluran yang ada, antara sebagai saluran pemberi dan sebagai saluran pembuang. 5. Saluran ada yang memotong garis kontur dan ada pula yang mengikuti garis kontur. 6. Tingkat penggunaan air sudah hemat, karena sudah dapat melakukan penggiliran pembagian air maupun banyaknya air yang diberikan sudah diukur. 7. Luas areal cukup besar akibat effisiensi penggunaan air yang baik. 8. Petak tersier sudah dikembangkan sepenuhnya, dimana setiap petak tersier mempunyai satu titik pengambilan dan satu titik pembuangan. 9. Bangunan tersier sudah ada di setiap petak terseir. Pada gambar I.9 berikut ini adalah gambaran suatu jaringan irigasi teknis yang merupakan peningkatan ddari jaringan irigasi semiteknis pada gambar I.6 terdahulu. Pada gambar tersebut nampak bahwa pembagian petak terseir telah dilakukan sepenuhnya dan saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang. Pada jaringan irigasi teknis ini petani yang memanfaatkan jaringan irigasi sudah harus membentuk perkumpulan untuk mengatur pembagian air, terutama pada petak tersier. Untuk pembagian air tingkat jaringan utama dilakukan oleh petugas pengairan yang bekerja Gambar I.8. Bendung Tebudak pada DI Teknis Sanggau sama dengan perkumpulan Ledo Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. 11

Irigasi dan Bangunan Air I petani.

Gambar I.9 . Jaringan Irigasi Teknis.

Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

12