Pola Perbibitan Untuk Mendukung Pengembangan Klaster Sapi ...
Web viewKemitraan usaha ini dibina dengan pen-dampingan usaha dari Dinas Peternakan dan Perikanan...
Transcript of Web viewKemitraan usaha ini dibina dengan pen-dampingan usaha dari Dinas Peternakan dan Perikanan...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tujuan utama
penyelenggaraan pemerintahan daerah, sesungguhnya adalah pengembangan
semangat demokrasi, peningkatan peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, dan pemerataan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari
pelaksanaan di lapangan, muncul berbagai persoalan yang cenderung
kompleks dan multidimensional. Berbagai kalangan telah memprediksi akan
terjadi kesimpangsiuran pemahaman dan pengkotak-kotakan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan
inefisiensi pengelolaan pemerintahan daerah, kemudian hubungan serasi
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak terpelihara. Akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa
melemah dan menimbulkan disintegrasi bangsa.
Fenomena-fenomena tersebut menjadi isu penting yang pantas
mendapat perhatian serius. Masih banyak isu strategis dalam konteks
kerjasama sektoral dan daerah. Karena itu isu-isu tersebut mesti diletakkan
dalam kerangka kerjasama pembangunan sektoral dan daerah dan dikaji
secara mendalam. Pertimbangannya adalah, pertama, pembangunan di masa
lalu syarat dengan sentralisme, semua otoritas pembangunan berada di
tangan dan diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Kedua, disadari bahwa
kelembagaan kerjasama pembangunan sektoral dan daerah memiliki urgensi
tinggi, tetapi kerjasama tersebut sebenarnya belum memiliki format ideal.
Ketiga, ketidakjelasan arah kerjasama pembangunan sektoral dan daerah
dapat menjadi ancaman nyata tehadap masa depan integrasi nasional dan
prospek otonomi daerah.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 1
UU Nomor 32 Tahun 2004 sesungguhnya telah memberikan peluang
kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan yang diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah. Dalam kaitan dengan upaya tersebut, undang-undang
memfasilitasi dilakukannya kerjasama antar pemerintah daerah dan dengan
pihak ketiga, sejauh kerjasama itu dilakukan dan didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling
menguntungkan yang dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama yang
diatur dengan Keputusan Bersama. Di samping itu pelaksanaan urusan
pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas Daerah dan untuk
menciptakan efisiensi, Daerah wajib mengelola pelayanan publik secara
bersama dengan Daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat.
Kerjasama yang dimaksud bisa berupa kerjasama di Bidang ekonomi,
seperti Perdagangan, kerjasama ekonomi regional/sub-regional, pinjaman
luar negeri, penanaman modal asing, ekspor impor investasi,
ketenagakerjaan, kelautan dan perikanan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan lain-lain. Kerjasama sosial dan budaya kerjasama di bidang pendidikan,
kesehatan, bantuan kemanusiaan, kepemudaan.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 2
1.2 TUJUAN PENULISAN
a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kerjasama antar Daerah dan
Internasional.
b. Mengetahui bentuk dan aturan kerjasama baik antar propinsi, kabupaten
maupun kota.
c. Mengetahui hal apa saja yang dapat dikerjasamakan dengan daerah lain.
d. Dapat mengukur seberapa jauh pemerintah daerah di Indonesia
melakukan kerjasama untuk merealisasikan kesejahtaraan rakyat.
e. Dapat mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama antar
daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Dapat menganalisis permasalahan yang sering terjadi dalam kerjasama
antar daerah dan mencoba mencari jalan keluar sebagai upaya
penyelesaian dari permasalahan tersebut.
1.3 RUMUSAN MASALAH
a. Mengapa kerjasama antar daerah di Indonesia diperlukan ?
b. Bagaimana bentuk kerjasama yang sering dipakai dan dianggap paling
ideal untuk mempercepat proses pencapaian kesejahteraan rakyat, berikan
contoh kerjasamanya ?
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 3
BAB II
PEMBAHASAN
Kesejahteraan Masyarakat Dan Kerjasama Antar Daerah
Desentralisasi (politik, administratif dan fiskal) adalah penyerahan
kekuasaan, kewenangan, sumber daya, keuangan dan tanggungjawab dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah daerah mempunyai “hak”
jika berhadapan dengan pusat, sebaliknya ia mempunyai “tanggungjawab”
mengurus kepentingan publik untuk dan kepada rakyat. Secara teoretis tujuan
desentralisasi adalah menciptakan pemerintahan yang efektif-efisien,
membangun demokrasi lokal dan menghargai keragaman lokal. Tujuan
akhirnya adalah menciptakan kesejahteraan rakyat.
Negara merupakan aktor pertama dan utama yang bertanggungjawab
mencapai janji kesejahteraan. Pemerintah daerah, sebagai representasi negara,
dapat menggandeng swasta (sektor kedua) untuk memacu pertumbuhan
ekonomi sekaligus memfasilitasi elemen-elemen masyarakat lokal dalam
menggerakkan ekonomi rakyat untuk menciptakan pemerataan. Pertumbuhan
dan pemerataan itu merupakan dua skema untuk membangun kemakmuran. Di
sisi lain pemerintah daerah dapat melancarkan reformasi pelayanan publik dan
kebijakan (pembangunan) sosial untuk mencapai kesejahteraan sosial.
Adanya keterbatasan dan ketimpangan baik potensi maupun sumber daya
yang dimiliki oleh pemerintah daerah, mensyaratkan pemerintah daerah
Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menggali potensi daerahnya melalui
pengembangan kerjasama kemitraan strategis baik itu antar daerah maupun
dengan badan usaha daerah (BUMD), swasta dan masyarakat.
Peningkatan potensi dan kapasitas daerah perlu dilakukan melalui
kerjasama kemitraan lintas sector yang bertujuan menciptakan iklim yang
kondusif antar Pemerintah Daerah dengan memanfaatkan peluang nasional,
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 4
regional dan global guna kepentingan daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan amanat konstitusi
Negara Undang-undang Dasar 1945.
Setiap daerah memiliki batas wilayah administratif yang ditentukan
secara formal melalui peraturan perundangan, akan tetapi dalam kenyataan
berbagai masalah dan kepentingan sering muncul sebagai akibat dari hubungan
fungsional di bidang sosial ekonomi yang melewati batas-batas wilayah
administratif tersebut. Dalam konteks ini, alasan utama diperlukan kerjasama
antara pemerintah daerah adalah agar berbagai masalah lintas wilayah
administratif dapat diselesaikan bersama dan sebaliknya agar banyak potensi
yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
Konsekuensinya adalah harus dilakukan pembenahan microorganizationnal
abilities of governments di tingkat daerah – suatu bentuk reformasi manajemen
publik yang harus diperhatikan pemerintah saat ini, dan tidak semata
membenahi macroorganizational capacities di tingkat pusat.
Pengelolaan kerjasama antardaerah tersebut dapat dilaksanakan oleh
badan pengelola yang pengaturan dan pembentukannya dapat diatur dengan
keputusan bersama antar daerah tersebut. Kerjasama akan terjadi ketika pihak
yang bekerjasama mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut (simbiose
mutualisme) atau paling tidak ada pihak yang diuntungkan tetapi tidak ada
pihak yang dirugikan (simbiose komensalisme). Karena itu, bentuk kerjasama
itu juga dipengaruhi keunggulan komparatif (kepemilikan sumber) dan
keunggulan kompetitif (efisiensi).
Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain : Kerjasama
daerah dilakukan dengan prinsip: efesiensi, efektivitas, sinergi, saling
menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan
kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 5
hukum. Sedangkan pasal 4 mengatur tentang Obyek kerja sama daerah
adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Dalam pasal 5 PP
50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk
perjanjian kerja sama :
1. Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan
daerah lain yang dilakukan secara terus-menerus atau diperlukan waktu
paling singkat 5 (lima) tahun, kepala daerah dapat membentuk badan
kerja sama.
2. Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan perangkat
daerah.
Sedangkan dalam pasal 24 diatur mengenai :
1. Pembentukan dan susunan organisasi badan kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
2. Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 mempunyai
tugas :
a. membantu melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kerja sama,
b. memberikan masukan dan saran kepada kepala daerah masing-masing
mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada
permasalahan,
c. melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala daerah masing-masing,
Kerja sama antar daerah dapat terealisasi dengan setidaknya
memperhatikan dua motivasi utama dalam perwujudannya, yaitu:
Pertama, sebagai usaha untuk mengurangi kemungkinan adanya
kemajuan pembangunan yang pesat di satu daerah dengan membawa akibat
distruktif terhadap daerah-daerah sekitarnya, langsung maupun tidak langsung.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 6
Dalam hubungan ini titik berat perhatian ditujukan pada usaha untuk
mewujudkan keserasian perkembangan wilayah dari daerah-daerah yang
berdekatan.
Kedua, sebagai usaha untuk memecahkan masalah bersama dan atau
untuk mewujudkan tujuan-tujuan bersama, terlepas dari kenyataan apakah
daerah-daerah itu secara geografis berdekatan atau tidak. Jadi motivasi yang
pertama dientuk melalui kenyataan tidak seimbangnya kemampuan daerah yang
satu terhadap yang lain, sehingga perlu langkah-langkah penyesuaian. Motivasi
yang kedua dibentuk melalui kesadaran bahwa suatu tujuan tertentu yang
hendak diwujudkan tidak mungkin tercapai secara berdaya guna dan hasil guna
tanpa melalui kerja sama antar daerah.
Dalam PP No.50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Daerah, yang dimaksud dengan kerjasama daerah adalah “...kesepakatan antara
gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/walikota atau antara
bupati/wali kota dengan bupati/wali kota yang lain, dan atau gubernur,
bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban.” (Ps.1).
Terdapat beberapa dasar pertimbangan yang dapat digunakan sebagai
rujukan dalam rangka mengembangkan kerjasama kemitraan strategis antar
daerah, BUMD, swasta dan masyarakat, yaitu antara lain: (a) Efisiensi dan
kualitas; kerjasama kemitraan merupakan sarana dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan (service delivery) publik kepada
masyarakat. Persyaratan ini menjadi sangat penting manakala kemitraan yang
dibangun adalah dengan pihak swasta melalui penyertaan modal ataupun bentuk
kontrak (contracting out); (b) Efektivitas; setiap organisasi dalam rangka
mencapai tujuannya dituntut untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
semaksimal mungkin (efektif) dan dengan menggunakan sumber daya sekecil
mungkin (efisien).
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 7
Dengan sistem kontrak ini, pemilik akan lebih mudah mengontrol hasil
pekerjaan sebagaimana yang diharapkan sehingga hasil yang diinginkan bisa
tercapai secara efektif; (c) Memacu dinamika organisasi; dengan membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi mitra kerjasama pemerintah maka
hal ini akan membuka peluang usaha lebih banyak bagi masyarakat.
Sebagaimana diketahui jumlah pengeluaran pemerintah merupakan bagian yang
sangat besar dalam kehidupan ekonomi nasional. Apabila jumlah uang tersebut
dialirkan ke swasta atau masyarakat maka ini akan memacu pertumbuhan
dinamika kehidupan sosial ekonomi masyarakat; (d) Berbagi resiko dan
keuntungan (risk and benefit sharing); setiap kegiatan selalu membawa resiko.
Dengan Kerjasama yang dibangun dengan pihak lain maka diharapkan resiko
yang akan terjadi dapat dibagi rata (risk sharing) dengan pihak mitranya.
Sesungguhnya terdapat pilihan-pilihan yang dapat diambil oleh provinsi
guna mengoptimalkan kinerja pembangunannya, khususnya dalam mencapai
target-target makro pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam dokumen
RPJMD 2007-2012, yaitu:
1. membentuk kerjasama daerah uni-sektoral guna melakukan drilling terhadap
satu atau lebih isu strategis dalam bidang/sektor tertentu. Misalnya isu
strategis rendahnya tingginya buta aksara, ARLS, APK/APM sekolah,
hingga isu sekolah roboh atau bangunan pendidikan rusak di daerah tertentu,
atau isu strategis tingginya kematian bayi/ibu melahirkan di daerah tertentu,
tingginya balita gizi buruk, dll; dapat ditangani melalui kerjasama uni-
sektoral antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Sebagai forum
kerjasama, maka dalam prakteknya diikat oleh kesepakatan tertentu (MoU)
antar kepala daerah, yang diinisiasi dan difasilitasi oleh satuan kerja terkait.
Kemudian mengingat sifat kerjasama yang uni-sektoral, maka kerjasama ini
dilakukan pada sektor tertentu mulai dari tahap perencanaan hingga
pelaksanaan.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 8
Perencanaan dilakukan oleh salah kedua level pemerintahan daerah,
sementara pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan dapat di-share berdasarkan
urusan daerah atau berdasarkan komitmen politik tertentu. Mekanisme
pelaksanaannya dapat saja dilakukan melalui mekanisme hibah untuk tujuan
tertentu (spesific grants), melalui tugas pembantuan (bila domain urusan ada
pada level pemerintahan yang lebih tinggi), atau melalui sharing peran dan
pembiayaan antar pemerintahan daerah. Dengan bentuk kerjasama ini, maka
pengentasan masalah-masalah pada sektor tertentu yang terkait dengan
penurunan atau peningkatan indikator tertentu dapat secara terukur dan
feasible dilakukan secara efisien dan efektif.
2. membentuk forum kerjasama daerah multi-sektoral guna melakukan drilling
terhadap satu atau lebih isu strategis lintas bidang/sektor. Misalnya isu
strategis rendahnya IPM di daerah tertentu. IPM merupakan isu strategis
lintas sektor mengingat indeks pembangunan manusia merupakan hasil dari
indikator pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Realisasi forum kerjasama ini dapat dilakukan secara massal (seluruh
kabupaten/kota dan provinsi) maupun terbatas (sebagian), melalui
kesepakatan kerjasama dalam bentuk forum kerjasama daerah. Wujud nyata
dari kerjasama ini dapat diwujudkan dalam bentuk forum kerjasama tahunan
di luar agenda Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang).
Sebagaimana kerjasama uni-sektoral di atas, output kerjasama multi-sektoral
dapat diwujudkan dalam bentuk spesific grants maupun tugas pembantuan.
Guna memfasilitasi terlaksananya kedua hal di atas, pemerintah daerah perlu
memfasilitasi pengaturannya melalui Peraturan Daerah, yang akan menjadi
payung hukum bagi setiap pelaksanaan kerjasama daerah, khususnya
memfasilitasi terwujudnya spesific grants untuk menangani isu uni-sektoral
maupun multi-sektoral.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 9
Pilihan pada spesific grants, secara obyektif sesungguhnya paling
akuntabel dan rasional, mengingat dengan hibah spesifik tersebut maka target
kinerja pencapaian prioritas daerah provinsi dapat lebih terarah, terukur, dan
terpadu, sejauh beberapa prakondisinya terpenuhi, yaitu:
1. perencanaan pekerjaan/kegiatan pada sektor prioritas dan menjadi isu
strategis di kabupaten/kota, dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang
bersangkutan;
2. hasil perencanaan disampaikan, dimatangkan, dan diputuskan bersama
dalam forum kerjasama daerah yang difasilitasi pemerintah provinsi;
3. pelaksanaan pekerjaan diserahkan/dilaksanakan oleh pemerintah
kabupaten/kota (bila menjadi urusan kabupaten/kota), namun bila kegiatan
tersebut adalah urusan provinsi maka dapat diwujudkan melalui tugas
pembantuan;
Konsekuensi dari beberapa hal di atas adalah, bahwa besaran dan tema
hibah spesifik antar daerah akan berbeda-beda mengingat permasalahan pada
sektor tertentu di tiap daerah memiliki bobot prioritas yang berbeda-beda.
Besaran bantuan pun akan berbeda, tidak flat sama, dan tidak pula proporsional
berdasarkan proporsi kontribusi daerah terhadap pendapatan provinsi
sebagaimana yang selama ini menjadi diskursus antar pemerintahan daerah.
Besaran dana kerjasama pada prakteknya akan sangat bergantung pada hasil
perencanaan dan kebutuhan yang disepakati bersama.
Bentuk dan metode kerjasama antar Pemerintah Daerah meliputi :
1. intergovernmental service contract, dilakukan bila suatu daerah membayar
daerah yang lain untuk melaksanakan jenis pelayanan tertentu seperti
penjara, pembuangan sampah, kontrol hewan atau ternak, penaksiran pajak.
2. joint service agreement, biasanya dilakukan untuk menjalankan fungsi
perencanaan, anggaran dan pemberian pelayanan tertentu kepada masyarakat
daerah yang terlibat, misalnya dalam pengaturan perpustakaan wilayah,
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 10
komunikasi antar polisi dan pemadam kebakaran, kontrol kebakaran,
pembuangan sampah.
3. intergovernmental service transfer, merupakan transfer permanen suatu
tanggung jawab dari satu dearah ke daerah lain seperti bidang pekerjaan
umum, prasarana dan sarana, kesehatan dan kesejahteraan, pemerintahan dan
keuangan publik.
Di negara sedang berkembang, kerjasama antar Pemerintah Daerah sering
nampak dalam kegiatan perencanaan pembangunan, seperti “Integrated Area
Planning” (IAP). Bentuk ini merupakan terobosan untuk mengisi kekosongan
atau kompleksitas dari masalah-masalah yang dihadapi karena tidak dapat
ditangani dengan perencanaan pembangunan berdasarkan batas-batas wilayah
administratif. Memang harus diakui bahwa selama ini kerjasama antar daerah
belum nampak sebagai suatu kebutuhan. Padahal, berbagai permasalahan atau
keputusan internal suatu Kabupaten atau Kota ataupun juga Propinsi sering
berkaitan dengan permasalahan atau keputusan di luar batas wilayahnya.
Pengalaman menunjukan bahwa banyak permasalahan pada suatu Kabupaten
atau Kota atau juga Propinsi justru muncul ke permukaan karena adanya
kebijakan yang berasal dari daerah lain seperti sampah, kriminalitas,
kependudukan, pendidikan, kesehatan. Pendek kata, suatu perencanaan atau
kebijakan yang dibuat oleh suatu Kabupaten atau Kota, atau juga Propinsi,
sering kurang memperhitungkan dampaknya bagi Kabupaten atau Kota, ataupun
Propinsi lain. Dalam kondisi seperti ini, fungsi perencanaan yang bersifat
integratif dan koordinasi horisontal merupakan kunci utama.
Munculnya model “integrated area planning” ini diharapkan dapat
mengurangi berbagai konflik antar wilayah administratif, yaitu dengan
mengefektifkan pembangunan sektor-sektor tertentu dan institusi yang
berhubungan dengan sektor tersebut dalam suatu area (dengan
mengesampingkan batas-batas wilayah administratifnya).
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 11
Hambatan tersebut menyangkut masalah struktur (organisasi) yang
menangani “intergrated area development”. Struktur yang ada adalah struktur
yang formal yang dibentuk sesuai unit-unit politik dan administratif yang ada,
seperti dinas-dinas dan lembaga-lembaga teknis masing-masing Kabupaten /
Kota atau Propinsi. Struktur formal ini tidak dirancang untuk menangani hal
tersebut, akibatnya model ini kurang mendapat dukungan otoritas formal, yang
berarti sulit diimplementasikan dan sulit berhasil.
Jalan keluar yang pernah ditawarkan adalah (1) membentuk suatu struktur yang
merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah pusat yang ditempatkan di area
yang bersangkutan, atau juga dibuat oleh pemerintah lokal atau perusahaan
swasta yang diberi status khusus; (2) membentuk tim konsultan perencanaan
dari luar area, untuk mempersiapkan perencanaannya; dan (3) melakukan
reformasi struktur organisasi yang ada dan memperbaiki kemampuan para staff
yang ada untuk mempersiapkan dan mengimplementasikan rencana dan
memperkuat hubungan horisontal antar sektor serta memperlemah hubungan
vertikal.
Contoh kerjasama antar kabupaten dengan kabupaten di propinsi yang
berbatasan.
Kabupaten Sragen dikenal sebagai daerah pusat kegiatan agribisnis
peternakan. Pemerintah Kabupaten Sragen memandang bahwa kegiatan
agribisnis peternakan ini mempunyai prospek yang sangat potensial untuk
mengangkat pertumbuhan perekonomian daerah, sehingga Pemerintah
Kabupaten Sragen perlu membangun komitmen yang tinggi untuk menjadikan
Sragen sebagai pusat pengembangan agribisnis peternakan yang terdepan di
Provinsi Jawa Tengah dengan melakukan kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten Ngawi dengan menciptakan Kelompok-kelompok peternak Sapi
potong berikut pemasarannya. Berbagai kegiatan budidaya ternak seperti
perbibitan Sapi potong, penggemukan sapi potong, budidaya ternak kambing
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 12
atau domba, ternak ayam ras potong, ternak ayam ras petelur, ternak itik petelur
dan budidaya ternak jangkrik industri, burung puyuh dan kelinci serta aneka
ternak yang lain. Jati diri Sragen sebagai daerah sumber bibit ternak yang
berkualitas akan selalu diusahakan menjadi semakin kuat untuk dapat berperan
nyata dalam mendukung Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi
(P2SDS) Nasional pada tahun 2010.
Di sisi lain, daerah Sragen ternyata mempunyai potensi daya dukung
ketersediaan pakan ternak herbivora sangat besar, yaitu : 1.085.881,51 ton
Bahan Kering (BK) per tahun (SDA / Sumberdaya Alam), sedangkan kebutuhan
pakan untuk ternak pada tahun 2007 dicatat sebesar 250.006,55 ton Bahan
Kering/tahun. Sehingga terdapat kelebihan ketersediaan pakan herbivora
sebesar 835.874,96 ton BK/tahun, atau setara dengan kebutuhan pakan untuk
286.259 Unit Ternak (UT).
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan sumber daya alam berupa potensi pakan ternak herbivora yang
berlimpah, dan sekaligus untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja
pertanian yang ada, untuk membuka lapangan pekerjaan agribisnis peternakan
pada segment hulu (upstream agribusiness), pada segment usaha budidaya
ternak (on farm agribusiness) dan pada usaha agribisnis di segment hilir (down-
stream agribusiness), maka pengembangan kegiatan pusat perbibitan ternak
pedesaan (Sragen Village Breeding Center), dan Peningkatan Daya tampung
pasar-pasar ternak se Kab. Sragen merupakan jawaban yang paling tepat.
Selanjutnya untuk menciptakan dan menambah luas kesempatan
berusaha, menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja pertanian
pengangguran setempat, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat petani,
menurunkan kemiskinan dan meningkatkan pendapatan regional secara
berkelanjutan perlu diupayakan pemerintah.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 13
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan produsen
peternakan melalui penguatan daya saing pasar (Competition power),
Pemerintah mengarahkan agar para pelaku agribisnis peternakan untuk saling
menjalin kerjasama kemitraan. Karena kemitraan diformulasikan sebagai
kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha
besar, yang disertai adanya pembinaan dan pendampingan oleh usaha menengah
dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memperkuat, saling
menghidupi dan harus saling menguntungkan.
Beberapa kegiatan kemitraan usaha yang sudah berlangsung dan
dilakukan oleh para peternak Sragen adalah :
a. Kemitraan usaha ternak ayam ras potong, tidak kurang 200 unit kandang
ternak ayam ras potong telah diinvestasikan peternak Sragen. Kapasitas
tampung kandang ternak ayam tersebut, adalah sebesar kurang lebih
3.000.000 ekor, dengan produksi per hari berkisar 60 ton, yang dipasarkan
untuk konsumen lokal, Solo Raya, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto dan
Jakarta.
b. Kemitraan usaha ternak burung puyuh. Kemitraan ini dibina oleh Poultry
Shop setempat, dengan lokasi usaha berada di wilayah Kecamatan Gemolong,
Sumberlawang, Tanon dan Kedawung, dengan daerah segment pasar : Lokal,
Solo Raya, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta.
c. Kemitraan usaha ternak Itik. Kemitraan usaha ini dibina oleh Dinas
Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Agribisnis peternakan Itik ini,
dilaksanakan secara menyeluruh dari kegiatan di sektor hulu sampai pada
kegiatan hilir. Sentra produksi berlokasi di Kec. Sambirejo, Kedawung dan
Sidoharjo, dengan daerah segment pasar : Lokal, Solo Raya, Yogyakarta,
Semarang dan Jakarta.
d. Kemitraan usaha penggemukan sapi potong. Kemitraan usaha ini dibina oleh
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Kelompok-kelompok
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 14
penggemukan sapi potong berlokasi menyebar di berbagai wilayah
Kecamatan se-Kabupaten Sragen, dengan daerah segment pasar : Lokal, Solo
Raya dan Jakarta.
e. Kemitraan usaha Perbibitan Sapi Potong. Kemitraan usaha ini dibina dengan
pen-dampingan usaha dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Sragen.
f. Kelompok-kelompok peternak perbibitan sapi potong, berlokasi menyebar di
berbagai wilayah Kecamatan se Kab. Sragen, dengan daerah segment pasar :
Lokal, Solo Raya, Temanggung, Wonosobo dan Pekalongan.
g. Kemitraan usaha Jangkrik Industri. Kemitra-an usaha ini dibina oleh
pengusaha dari Semarang,Yogyakarta dan Kediri. Kelompok-kelompok
peternak Jangkrik Industri. Sentra produksi berlokasi menyebar di berbagai
wilayah Kec. Sumberlawang, Tanon, Miri, Karangmalang dan Gondang,
dengan daerah segment pasar : Semarang, Kediri, Surabaya dan Yogyakarta.
Kemitraan Pakan Ternak ” MATERI FEED ”. Kemitraan usaha ini dibina
oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sragen. Kelompok-kelompok
peternak Sapi potong, ternak kambing dan domba plasma berlokasi menyebar di
berbagai Kecamatan se-Kab. Sragen, Ngawi dan Magetan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelak-sanaan kegiatan pengembangan
agribisnis peternakan di Kab. Sragen adalah :
a. MANFAAT BAGI DAERAH :
1. Memacu percepatan laju pertumbuhan ekonomi Daerah, peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan percepatan pencapaian kesejahteraan
penduduk.
2. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui kontribusi kegiatan
agribisnis peternakan melalui semakin meningkatnya volume pemasaran
produk ternak dan pangan olahan asal ternak di pasar-pasar tradisional se-
Kab. Sragen.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 15
3. Penyediaan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja penganggur setempat.
4. Peningkatan dan pengembangan usaha Agribisnis dan Agroindustri
peternakan di bagian hulu dan hilir sebagai multiplayer effects yang positif
terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis peternakan di Kab.
Sragen, yang meliputi :
a. Peningkatan kesejahteraan rakyat melalui meningkatnya serapan tenaga
kerja penganggur, meningkatnya pendapatan para peternak, Pedagang
Ternak, Pedagang Produk Pangan Asal Ternak, pengrajin Industri yang
berbahan baku berasal dari produk peternakan dan pengusaha kecil pakan
ternak yang semakin membaik.
b. Meningkatnya ketahanan pangan asal produk peternakan.
c. Meningkatnya ketersediaan bahan baku industri yang berasal dari produk
peternakan.
d. Kegiatan agribisnis peternakan menjadi salah satu sarana untuk
membangun sikap untuk meningkatkan partisipasi serta kepedulian
masyarakat peternak dalam rangka untuk lebih memacu kegiatan
pembangunan daerah yang menyebar secara merata di seluruh wilayah
Sragen.
e. Kegiatan agribisnis peternakan merupakan salah satu sarana membangun
karakteristik sikap mental dan jiwa Enterpreneur Peternakan yang
professional, yang mempunyai semangat kerja keras, jujur, ulet, disiplin,
mandiri serta menguasai teknologi modern pendukung kegiatan agribisnis
peter-nakan.
b. MANFAAT SECARA NASIONAL :
1. Terciptanya berbagai jenis kegiatan agribisnis peternakan di bagian hulu
sampai hilir di Kabupaten Sragen, sebagai dampak positif dari
pengembangan agribisnis peternakan yang ada.
2. Bersifat padat karya, karena kegiatan pengembangan kegiatan agribisnis
peternakan ini, telah melibatkan cukup banyak sumberdaya tenaga kerja
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 16
peternakan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
kegiatan, yang berasal dari berbagai desa dan Kecamatan se-Kab. Sragen.
3. Banyak memanfaatkan limbah pertanian, limbah industri pertanian, limbah
perkebunan, limbah industri perkebunan, limbah pakan dan kotoran ternak
maupun sampah-sampah yang dihasilkan di lingkungan pekarangan
peternak, untuk diproses menjadi pupuk kompos organik.
4. Investasi yang dilaksanakan pemerintah ini, akan membantu usaha dalam
rangka penyediaan berbagai jenis kesempatan lapangan pekerjaan usaha
agribisnis Peternakan di bagian hulu sampai hilir di Kabupaten Sragen,
sebab investasi akan membuka lapangan kerja baru (Investment for creating
a job opportunity).
5. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan, hasil ikutan produk limbah pertanian,
limbah industri pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri
pengolahan produk perkebunan.
6. Menambah devisa Negara karena produk peternakan ini seluruhnya
berorientasi kepada permintaan pasar Dalam Negeri untuk memproduksi
persediaan bibit Ternak di tingkat lokal, regional maupun Stok bibit
Nasional, mendukung sistem ketahanan pangan asal ternak, sehingga mampu
menurunkan atau menghapus devisa impor ternak atau bibit ternak dari Luar
Negeri.
7. Mendukung percepatan Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi
Nasional pada tahun 2010.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN DAN SARAN
Otonomi Daerah dapat menjadi salah satu instrumen peningkatan laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di Indonesia apabila pembangunan di daerah mengacu pada potensi daerah atau geografis, tata pemerintahan, terutama yang berkaitan dengan birokrasi pemerintahan itu sendiri, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antara Daerah dengan Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Format ideal kerjasama pembangunan antar daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan, dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama tanpa membebani masyarakat. Setiap daerah berani bertukar pengalaman dengan daerah lain tanpa memandang rasa primodial yang berlebihan. Sehingga, aturan yang ideal haruslah mengacu pada budaya, subtansi, struktur, dengan tidak menghilangkan ruh kebangsaan.
Urgensi kerjasama antar daerah terutama karena beberapa alasan, diantaranya :
o Bahwa kerjasama merupakan urusan pemerintahan yang bersifat concurrent. Maksudnya, kerjasama adalah urusan bersama yang dilaksanakan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
o Perkembangan daerah atau perkotaan belakangan ini sudah melampaui batas-batas wilayah administratif (provinsi, kabupaten/kota) termasuk pelayanan dan pembangunan, seperti tata ruang, jalan, transportasi, perdagangan, air, kesehatan, pendidikan, ketentraman ketertiban dan lain sebagainya.
o Percepatan pembangunan antardaerah dan dengan negara tetangga serta daerah tertinggal.
o Demi prinsip efesiensi dan efektifitas pelayanan publik.
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 18
DAFTAR PUSTAKA
www.sragen.go.id/.../agribisnis%20peternakan%20part%201%20-%205.doc
www.google.com
Dokumen Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Kerjasama antar Daerah dan Internasional 19