autis

41
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN AUTISME DI SLB ABCD KUNCUP MAS BANYUMAS DiSUSUN OLEH : ARUM RAKHMAWATI P17420213044 II B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

description

autis

Transcript of autis

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN AUTISME

DI SLB ABCD KUNCUP MAS BANYUMAS

DiSUSUN OLEH :

ARUM RAKHMAWATI

P17420213044

II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015

LAPORAN PENDAHULUAN AUTISMEA. Definisi

Autisme adalah ketidakmampuan perkembangan yang biasanya terlihat sebelum usia dua setengah tahun dan ditandai dengan gangguan pada wicara dan bahasa, mobilitas, persepsi, dan hubungan interpersonal.(Speer,KathleenMorgan. 2007).

Autisme adalah gangguan perkembangan yang umumnya menimpa anak-anak.Gangguan ini membuat anak tidak mampu berinteraksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. (Aizid,Rizem.2011).

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang koqnitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi social.B. Etiologi

Penyebab yang pasti dari autisme belum diketahui, yang pasti hal ini bukan disebabkan karena pola asuh yang salah.

Menurut penelitian para ahli menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi factor genetic dan lingkungan seperti pengaruh negative selama masa perkembangan otak.

Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negative selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis,gangguan absorpsi-protein tertentu akibat kelainan di usus.

C. KlasifikasiAutisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Autisme persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena kelainan sudah timbul sebelum lahir.b. Autisme reaktif

Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang

c. Autisme yang timbul kemudian

Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.

Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :

1. Menyendiri

Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya bertambah lanjut. menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat sesuatu,melakukannya berulang-ulang Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari2. Kelompok anak autisme yang pasif

Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan kelompok. Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat biasa berbicarannya. Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang tepat Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.

Kelompok ini bisa diajari dan dilatih 3. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan cepat bisa berbicaramasih bisa ikut berbagi rasa dengan teman Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip kata yang aneh dan kurang dimengerti Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.

D. Tanda dan gejala AutismeGejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun,dan secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2-5 tahun. Namun, pada beberapa kasus anak autis, gejalanya justru terlihat pada usia sekolah. Berdasarkan sebuah penelitian, autisme lebih banyak menimpa anak laki-laki dari pada anak perempuan

Adapun gejala-gejala autisme pada anak, menurut Dr. Suriviana, antara lain:

1. Gangguan pada bidang komunikasi verbal dan nonverbal,meliputi:

a. Terlambat bicara atau tidak dapat bicara

b. Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain,yang sering disebut sebagai bahasa planet.

c. Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai

d. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi

e. Meniru atau membeo; beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian, nada, maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya.

f. Mimik muka datar

g. Seperti anak tuli,tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat.

2. Gangguan pada interaksi sosial, meliputi:

a. Menolak atau menghindar untuk bertatap muka

b. Mengalami kesulitan

c. Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk

d. Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain

e. Menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya,apabila ia sedang menginginkan sesuatu

f. Jika didekati untuk bermain,justru menjauh

g. Terkadang masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar,kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun.

h. Keengganan untuk berinterasi lebih nyata dengan anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya.

3. Gangguan pada bidang perilaku dan bermaina. Seolah tidak mengerti cara bermain, bermainnya sangat monoton, dan melakukan gerakan yang sama berulang-ulang sampai berjam-jam.b. Bila sudah senang terhadap satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh.c. Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil-mobilan secara terus-menerus untuk waktu yang lama) atau sesuatu yang berputar.d. Terdapat kelekatan dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, serta gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana.e. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, dan air yang bergerak.f. Perilaku ritualistik sering terjadig. Dapat terlihat sangat hiperaktif,misalnya tidak dapat diam, lari ke sana-sini, melompat-lompat, berputar-putar, dan memukul benda berulang-ulang.h. Bisa juga menjadi terlalu diam.

4. Gangguan pada bidang perasaan dan emosi, meliputi:a. Tidak ada atau kurangnya rasa empati (misalnya, ketika melihat anak menangis, si anak tidak merasa kasihan ia bahkan merasa terganggu, sehingga anak sedang menangis akan didatangi dan dipukulinya).

b. Tertawa-tawa sendiri serta menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyatac. Sering mengamuk tidak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan destruktif.

5. Gangguan dalam persepsi sensori, meliputi:a. Mencium-cium, menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa sajab. Bila mendengar suara keras,langsung menutup mata.c. Tidak menyukai rabaan atau pelukan; bila digendong, cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan.d. Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu. (Aizid, Rizem. 2011)

E. Gambaran dan Perilaku Anak Autis 1. Gambaran unik anak autis

a. Selektif yang berlebihan terhadap rangsangan sehingga kemampuan menangkap isyarat yang berasal dari lingkungan sangat terbatas.

b. Kurang motifasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri, tetapi juga cenderung tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka.

c. Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merangsang diri sendiri, misalnya bertepuk tangan, mengepak-ngepakkan tangan, dan memandangi jari-jemari sehingga tidak produktif.

d. Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan langsung, yang jenisnya sangat individual. Namun, respon ini berbeda untuk setiap anak autis.

2. Perilaku Autistik

a. Perilaku berlebihan (excessive)

Perilaku self-abuse (melukai diri sendiri)

Perilaku memukul, menggigit, dan mencakar diri diri sendiri.

Agresif

Perilaku menendang, memukul, menggigit, dan mencubit.

Tantrum

Perilaku menjerit, menangis, dan meloncat-loncat. Masuk atau membuat berantakan

Masuk ke dalam lemari, memberantakkan buku-buku dan mainan, dan bermain-main di air.

Perilaku stimulasi-diri

Menatap jari-jemari, berayun, dan mengepak-ngepakkan tangan.

b. Perilaku Berkekurangan (deficit) Kesiapan belajarKontak mata jika disuruh dan mengikuti perintah sederhana, seperti tutup pintu dan duduk. Keterampilan motorik kasar

Bermain bola dan mengayuh sepeda roda tiga.

Keterampilan motorik halusMenyalin garis, mewarnai, dan menggunakan gunting.

Imitasi non verbalTepuk tangan, menunjuk bagian tubuh, dan mengikuti gerakan atau mimik mulut. Imitasi verbalMengeluarkan suara secara spontan, meniru suku-suku kata, dan meniru penekanan atau tinggi rendah dalam suatu kalimat

Pembicaraan sederhana yang bergunaMenjawab pertanyaan-pertanyaan paling tidak satu kata, meminta sesuatu dengan satu kata atau lebih.

F. Patofisiologi AutismeSel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.

Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.PATHWAY

G. Pemeriksaan Penunjang Autisme1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)2. Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)3. The Autism Screening Questionare4. The Screening Test for Autism in Two-Years OldH. Farmakologi1) Fenfluramine2) Lithium3) Haloperidol4) NaltrexoneI. PenatalaksanaanAutisme merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable) namun bisa diterapi (treatable), maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun ada gejala-gejala yang dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya dapat berbaur dengan anak-anak lain secara normal.

Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :

a. Terapi Medikamentosa

Terapi ini dilakukan dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap lingkungan,menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang.Obat-obat yang ada di Indonesia adalah dari jenis anti-depresan selektive serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan benzodiazepin, seperti fluoxetine prozac,sertralin,zoloft,dan risperidone rispedal.

b. Terapi Biomedis

Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi ini dilakukan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat.

c. Terapi wicaraUmumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.

d. PsikoterapiTerapi khusus bagi anak autisme yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri kepada anak autisme dan mengenal kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak.

e. Terapi okupasiTerapi ini bertujuan membantu anak autisme yang mempunyai perkembangan motorik kurang baik, antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes.Terapi okupasi akan menguatkan, memperbaiki koordinasi, dan keterampilan otot halus anak.

f. TerapiMusicTerapi music untuk anak-anak autisme ialah penggunaan bunyi dan musik dalam memunculkan hubungan antara penderita dengan individu lain, sekaligus terapi untuk mendukung serta menguatkan secara fisik, mental, social dan emosional. Penggunaan bunyi dan musik dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bermain music bersama dengan improvisasi bebas. Hal ini sangat cocok untuk anak-anak autisme yang notabene sulit dalam berkomunikasi. Melalui musik, anak-anak autisme dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan segala cara, baik menggunakan anggota tubuh, suara, maupun alat musik yang disediakan.

g. Peran orang tuaBanyak peran yang bisa dan harus dilakukan orang tua anak autis. Pertama, memastikan diagnosa, sekaligus mengetahui ada- tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati.Carilah dokter yang dapat memahami penyakit anak dan jangan fanatik pada satu dokter karena tidak selamanya seorang dokter benar secara mutlak. Hal yang juga sangat membantu orang tua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orang tua anak autis. Usahakan bergabung dalam parents support group.Selain untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi pengalaman, informasi, dan pengetahuan.Orang tua juga harus bertindak sebagai manager saat terapi dilakukan, misalnya mempersiapkan kamar khusus, mencari dan mewawancara terapis, mengatur jadwal, melakukan evaluasi bersam tim, juga mampu memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, terapisan, dan pengobatan anak.

h. Terapi Lumba-Lumba

Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.

Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.

i. Spesifikasi diet bagi anak autis1. Bahan makanan yang mengandung luten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung terigu, atau maizena, oat, barley, dan lainlain. Produk olahan yang mengandung gluten antara lain kecap, roti, cookies atau biskuit, mie, sereal, donat, pie.2. Bahan makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan. Produk olahan yang mengandung kasein antara lain keju, es krim, yougurt, biskuit, margarin.3. Bahan makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG. Selain itu,sebagian besar anak autisme juga sensitif terhadap bumbu makanan tertentu seperti ketumbar, merica, jahe, cengkeh.4. Bahan pemanis dan pewarna buatan seperti permen, saos tomat, minuman kemasan.5. Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosis, makanan olahan atau makanan yang dijual di supermarket.6. Makanan siap saji7. Minuman berkarbonasi atau sooftdrink8. Buah-buahantertentuseperti anggur, pir, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat, almond, cherry, strawberry, melon, mangga yang terlalu manis, ketimun.9. Jenis air tertentu, seperti air ledeng, air sumur. Oleh karena itu tetap dianjurkan bagi anak autisme untuk mengkonsumsi air mineral10. Kurma, jagung, santan, minyyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapi11. Gelatin, mayones, mustard, cuka12. Ebi, kornet, dendeng, ham, telur asin, ikan asin, daging kambing. Oleh karena itu, ikan dan daging ayam masih menjadi prioritas makanan bagi anak autisme.13. Kentang goreng, rempeyek14. Semua jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yang direkomendasikan dokter atau terapis15. Madu dengan campuran gula

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN AUTISME

1. Pengkajiana. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.

b. Riwayat kesehatan1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.

2. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan ( riwayat kesehatan dahulu)

Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.

Cidera otak

3. Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.

4. Status perkembangan anak.

Anak kurang merespon orang lain.

Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.

Anak mengalami kesulitan dalam belajar.

Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.

Keterbatasan kognitif.

5. Pemeriksaan fisik

Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).

Terdapat ekolalia.

Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.

Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.

Peka terhadap bau. 6. Psikososial Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua

Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem

Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek

Perilaku menstimulasi diri

Pola tidur tidak teratur Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain

Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan

Kemampuan bertutur kata menurun

7. Neurologis Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus Refleks mengisap buruk Tidak mampu menangis ketika lapar2. Diagnosa

Adapun Diagnosa Autis Yang Biasanya Terjadi Adalah :a. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasi, keterlambatan, dan gangguan Intelektualb. Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

c. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain berhubungan lingkungan di sekolahnya

d. Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan

3. Intervensi

a) Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasiTujuan :

Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana,konkret.

NOC : Komunikasi

Kriteria evaluasi :1. Menggunakan bahasa tertulis, lisan, atau nonverbal2. Menggunakan bahasa isyarat

3. Menggunakan gambar dan foto

4. Pengenalan terhadap pesan yang diterima

5. Bertukar pesan secara akurat dengan orang lain

Indikator :1 : Gangguan ekstrem

2 : Berat

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak mengalami gangguan

NIC : Peningkatan Komunikasi : Defisit wicara

Intervensi :

1. Menggunakan penerjemah sesuai kebutuhan

2. Mendorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan

3. Bicara perlahan, jelas, dan menghadap pasien

4. Membimbing komunikasi satu arah dengan tepat

5. Dengarkan dengan penuh perhatian

b) Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

NOC : Keterampilan interaksi social

NIC : Peningkatan sosialisasi

Intervensi :

1. Mengidentifikasi perubahan tertentu

2. Meminta dan harapkan komunikasi verbal

3. Memberikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

c) Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain berhubungan lingkungan di sekolahnya.

Tujuan :

Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak diri sendiri,yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang,serta peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.

Intervensi :1. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode di sekolah.

2. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering.Dekati anak dengan sikap lembut dan bersahabat,dan jelaskan apa yang akan anda lakukan dengan kalimat yang jelas,dan sederhana.

3. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan anak dan untuk mengalahkan amarah dan frustasinya

4. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif dan menghukum perilaku yang negative

5. Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu untuk dimakan atau diminum atau apakah ia perlu pergi ke kamar mandi.

d) Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan

Tujuan :

Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan.

Intervensi :1. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.

2. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autism setempat dan ke sekolah khusus jika diperlukan.

3. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling

4. Implementasi

1.) Tujuan :

Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan hubungan sosial engan orang lain.

a. Bina hubungan saling percaya

b. Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal dengan alat permainan

c. Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti

d. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan

e. Beri reinforcement bila anak berhasil

2.) Tujuan :

Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan

a. Bina hibungan saling percaya

b. Seringlah berinteraksi dengan anak

c. Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya

d. Beri sentuhan lembut pada anak

3.) Tujuan :

Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang membahayakan dirinya.

a. Bina hubungan saling percaya

b. Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien

c. Observasi perilaku yang membahayakan klien

d. Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan

e. Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat untuk distraksi agar tidak menyendiri

f. Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang berbahaya

5. Evaluasi

a. Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang sekiranya membahayakan dirinya.

b. Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada hambatan.

c. Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah anak sudah merasa senang dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKAAizid,Rizem.2011. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, JakartaBehrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, JakartaRuth.clarissa. 2012. behaviorurldefaultvmlo.html" http://clarisaruthreginakaban.blogspot.com/2014/04/v

behaviorurldefaultvmlo.html (diakses pada tanggal 28 april 2015 pukul 8.13)

Speer,KathleenMorgan. 2007.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGCASUHAN KEPERAWATAN PADA An. NDENGAN AUTISME

DI SLB ABCD KUNCUP MAS BANYUMAS

I. Pengkajian

A. Identitas1. Pengkaji

Nama Pengkaji

: Arum Rakhmawati

Tempat Pengkajian: SLB ABCD Kuncup Mas Banyumas

Tanggal Pengkajian: 27 April 2015 pukul 09.45

Sumber Pengkajian: Orang Tua dan Guru

2. Pasien

Nama

: Nn.N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat tanggal lahir

: Banyumas, 1 Januari 2000

Umur: 15 Tahun/Bulan.

Agama

: Islam

Alamat

: Karanglewas

Anak ke: 1

Diagnosa Medis

: Autisme

Suku/Bangsa

: Jawa/ Indonesia

3. Penanggung Jawab

Nama Ibu: Ny. AN

Umur

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan Ibu : IRT

Pendidikan Ibu : SMA

Agama : Islam

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia

Alamat : Karanglewas

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

An. N senang berjalan-jalan sendiri, teriak-teriak apabila berespon dan memanggil temannya, suka menangis jika sedikit diganggu temannya, sulit diajak berkomunikasi, berbicara kurang jelas, ramah terhadap teman sesama suka tersenyum dan bersalaman.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki penyakit ataupun keterlambatan. Klien mampu beradaptasi dengan lingkungan serta temannya akan tetapi jika dijahili sedikit klien langsung menangis. Dan akhirnya klien masuk SLB Kuncup Mas Banyumas atas saran anngota keluarga lainnya.

3. Riwayat Masa Lampau

a. Prenatal

Keluarga An. N mengatakan pada saat hamil tidak mengalami gangguan atau keluhan kehamilan yang berlebih. Ibu memeriksakan kandungannya ke bidan bulan.

b. Natal

Keluarga An. N mengatakan bahwa An.N dilahirkan di rumah sakit bersalin pada usia kehamilan 40 minggu secara normal.

c. Postnatal

Keluarga An. N mengatakan bahwa anaknya lahir sehat

d. Penyakit waktu kecil

Keluarga klien mengatakan sewaktu kecil klien tidak mengalami sakit namun klien mengalami keterlambatan perkembangan motoric dan bicara tidak jelas.

e. Pernah dirawat di rumah sakit

Keluarga klien An.N mengatakan bahwa anaknya tidak pernah di rawat di rumah sakit.

f. Alergi

Keluarga klien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi obat dan makanan

g. Immunisasi

Keluarga klien mengatakan anaknya mendapat immunisasi secara lengkap

4. Riwayat KeluargaKeluarga klien mengatakan bahwa ada keluarga sepupu yang menderita kelainan yang sama dengan klien.

Keterangan :

: Perempuan

: Meninggal

: Laki-laki

:Penderita autis

: Garis Perkawinan

: klien

: Garis keturunanC. Pengkajian Pola Fungsional : Menurut Gordon1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

DS: Keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat

DO: -

2. Pola nutrisi dan metabolic

DS: Keluarga klien mengatakan nafsu makan anak berubah rubah. Klien makan 3 kali sehari

DO: Klien tampak sehat dan bugar, akan tetapi saat diberi snack oleh penyuluh tidak langsung dimakan.

3. Pola Eliminasi

DS: Keluarga klien mengatakan klien buang air besar (BAB) 1 kali sehari dan buang air kecil (BAK) sekitar 4 kali sehari, warna kuning dan tidak pernah mengalami gangguan ataupun kesulitan.

DO: Klien melakukan BAB dan BAK sendiri

4. Pola aktivitas dan Latihan

DS: Keluarga klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari

DO: ADL01234

Mandi

Makan/Minum

Toileting

Bergerak/berpindah

Berjalan

5. Pola istirahat dan tidurDS: Keluarga klien mengatakan klien tidur malam 8 jam sehari dan kadang tidur siang

DO: Klien tampak aktif, konjungtiva tidak anemis

6. Pola kognitif dan Persepsi

DS: Keluarga klien mengatakan pendengaran klien baik-baik saja dan hanya mengalami kesulitan berbicara dengan jelas

DO: Klien tampak berbicara tidak jelas

7. Pola persepsi diri dan konsep diri

DS: An. N mengatakan ingin sekolah ke jenjang lebih tinggi

DO: Klien kurang kooperatif saat dilakukan penyuluhan karena sering menangis dijahili temannya

8. Pola peran hubungan

DS: Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga baikDO: An. N ditunggui ibu saat bersekolah9. Pola Seksualitas

DS: Ibu pasien mengatakan An. F sudah menstruasi

DO: An. N berjenis kelamin perempuan

10. Pola koping dan toleransi stress

DS: Ibu pasien mengatakan jika sakit An. N menangis dan berteriak

DO: An. F tampak menangis jika tidak suka dengan teman yang menjahilinya

11. Pola nilai dan keyakinan

DS: Ibu pasien mengatakan selalu bersyukur dan anaknya adalah anak yang istimewa

DO: Ibu terlihat berdoa untuk anaknya

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: Baik

Kesadaran

: CM

2. Tanda vital: N : 100 x/ menit

Suhu: 36,9 0C

RR : 22 X/ menit

TD: 120/70

3. TB/BB

: 155 cm/ 57 kg

4. Mata

: simetris, sclera putih, fungsi penglihatan baik

5. Hidung

: simetris, fungsi pembau baik, tidak ada polip6. Mulut

: mukosa bersih, gigi tidak karies, lidah bersih

7. Telinga

: simetris, tidak ada gangguan pendengaran

8. Dada

: simetris

9. Jantung

: S1 > S2, regular10. Paru-paru

: tidak ada wheezing

11. Abdomen

: datar, timpani

12. Ektremitas

--

--13. Akral

: hangat

E. Ringkasan Keperawatan

An. N umur 15 tahun , KU: CM, Suhu :36,90C, Nadi : 100x/menit, RR : 22 x/menit

Tindakan Keperawatan :

1. Pemeriksaan fisik

2. Personal Hygiene

: Gosok gigi

3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi: Makan dan minum

4. Terapi Aktifitas kelompok: Menyanyi

F. Analisa Data

DataEtiologiProblem

Tanggal : 27 april 2015

DS: Keluarga mengatakan An. N sejak kecil sulit berbicara dengan jelas jika diajak berkomunikasi

DO : An. N sulit berbicara dengan jelas saat ditanyai dan saat berbicara dengan temanKeterlambatan dan gangguan inteletualHambatan komunikasi verbal

DS : Keluarga An. N mengatakan bahwa klien terkadang sulit berteman dan menghindar dengan teman yang jail

DO : Klien kurang bisa berinteraksi dengan teman yang sedikit jail dan usil hanya karena disenggol temannyaMenarik diriInteraksi sosial

G. Diagnosa Keperawatan

1) Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasi, keterlambatan, dan gangguan Intelektual

2) Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

H. Intervensi

1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulasiTujuan :

Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana,konkret.

NOC : Komunikasi

Kriteria evaluasi :

1. Menggunakan bahasa tertulis, lisan, atau nonverbal2. Menggunakan bahasa isyarat3. Menggunakan gambar dan foto4. Pengenalan terhadap pesan yang diterima5. Bertukar pesan secara akurat dengan orang lainIndikator :

1 : Gangguan ekstrem

2 : Berat

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak mengalami gangguan

NIC : Peningkatan Komunikasi : Defisit wicara

Intervensi :

a. Menggunakan penerjemah sesuai kebutuhan

b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan

c. Bicara perlahan, jelas, dan menghadap pasien

d. Membimbing komunikasi satu arah dengan tepat

e. Dengarkan dengan penuh perhatian

2. Gangguan interaksi sosial b/d menarik diriNOC : Keterampilan interaksi social

NIC : Peningkatan sosialisasi

Intervensi :

1. Mengidentifikasi perubahan tertentu

2. Meminta dan harapkan komunikasi verbal

3. Memberikan umpan balik positif jika pasien dapat berinteraksi dengan orang lain

I. Implementasi

DXTanggalImplementasiResponParaf

I27-04-15

09.00

09.10

09.4510.00

10.10

10.15

10.30

10.45 Membina hubungan saling percaya

Melakukan penkes tentang cara gosok gigi dengan benar

Mengajak anak keluar untuk memperagakan gosok gigi dengan benar

Kembali ke ruangan dan mengobservasi respon anak mengenai penyuluhan gosok gigi

Melakukan evaluasi materi penkes dan memberikan pertanyaan serta hadiah

Menyanyi lagu gosok gigi dan lagu anak Membagikan snack

Melakukan pemeriksaan Kontak mata ada, respon baik

Komunikatif,diam, menangis Respon baik dan melakukan dengan benar

Senang dan bersemangat

Klien telihat terkadang menangis karena dijahili

Klien maju kedepan satu kali dan mendapat hadiah

Klien tampak senang sesekali diam menunduk dan tepuk tangan

Pasien terlihat senang

Istirahat akan tetapi sanck tidak dimakan

TD : 120/70 mmhg

S : 36,9 0C

RR : 22 x/mnt

N : 100 x/mnt

J. EvaluasiDxEvaluasi

1S : Keluarga klien mengatakan sampai saat ini klien terkadang masih sulit untuk berbicara jelas

O : Klien tampak masih sulit berbicara dengan jelas jika sedang diajak berbicara

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Menjelaskan kepada orang tua agar sabar dalam mengerti anak berbicara apa

Memberikan pujian jika anak dapat melakukan kegiatan yang positif

Menghindari anak dari kelelahan dan keletihan berbicara

2S : Keluarga klien mengatakan bahwa An.N bisa berinteraksi dengan teman sebayanya asalkan tidak dijahiliO : Klien terlihat dapat berinteraksi dan berteman dengan teman sebayanya , akan tetapi klien sering menangis jika dijahili

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Dorong orang tua untuk selalu memberikan semangat dan pujian jika anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya

Mendorong anak untuk tidak menangis dan mau memaafkan teman jika ada yang menjahili

Gg komunikasi

Keterlambatan dlm berbahasa

MK: Gg komunikasi verbal dan non verbal

Bicara monoton dan tidak dimengerti orang lain

Gg interaksi sosial

Mengabaikan dan menghindari orang lain

Acuh tak acuh thd lingkungan dan orang lain

Perilaku yang aneh

hiperaktif

Sangat agresif thd orang lain dirinya sendiri

MK : perubahan interaksi sosial