Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

22
Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008). Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996). Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular. B. Etiologi Penyebab-penyebabnya antara lain: 1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak). 2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain). 3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).

Transcript of Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Page 1: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

A. Pengertian

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama

beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008).

Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar

Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang

dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan

gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono, 1996).

Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh

(global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa

ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.

B. Etiologi

Penyebab-penyebabnya antara lain:

1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).

2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).

3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).

C. Faktor resiko pada stroke

1. Hipertensi

2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit

jantung kongestif)

3. Kolesterol tinggi

4. Obesitas

5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

Page 2: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

6. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)

8. Penyalahgunaan obat ( kokain)

9. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).

D. Manifestasi Klinis

Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh

terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang

terganggu.

Gejala-gejala itu antara lain bersifat::

1. Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri

dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa

muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.

2. Sementara,namun lebih dari 24 jam, Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible

ischemic neurologic defisit (RIND).

3. Gejala makin lama makin berat (progresif) Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama

makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.

4. Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67).

E. Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan

arteriolosklerosis. (1,6)

Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:(1)

Menyempatkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.

Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau peredaran darah

aterom.

Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang kemudian

dapat robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:(1)

Page 3: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat

oleh trombus/embolus.

Keadaan darah: viskositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat

(polisetemial) yang menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat: anemia yang berat

menyebabkan oksigenasi otak menurun.

Tekanan darah sistematik memegang peranan tekanan perfusi otak. Perlu diingat apa

yang disebut otoregulasi otak yakni kemampuan intrinsik dari pembuluh darah otak agar

aliran darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan dari tekanan perfusi otak. Batas

normal otoregulasi antara 50-150 mmHg. Pada penderita hipertensi otoregulasi otak

bergeser ke kanan.

Kelainan jantung

o Menyebabkan menurunnya curah jantung a.l. fibrilasi, blok jantung.

o Lepasnya embolus menimbulkan iskemia di otak.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.

2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan

atau obstruksi arteri.

3. Pungsi Lumbal

o Menunjukan adanya tekanan normal.

o Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.

4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE,

Marilynn,2000).

G. Penatalaksanaan

1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.

2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne, 2002,

hal 2131).

Page 4: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

H. Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi edema serebral,

transformasi hemoragik, dan kejang.(21)

Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak jarang (10-

20%)

Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah indikator independen

untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan terapi lain untuk mengurangi tekanan

intrakranial dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam

pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih lanjut belum diketahui. Beberapa pasien

mengalami transformasi hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari

stroke iskemik yang tidak rumit, tanpa adanya trombolitik. Transformasi hemoragik tidak selalu

dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai perdarahan

hematoma yang memerlukan evakuasi.

Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-stroke iskemik

biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami serangan stroke

berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari stroke iskemik harus

dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat

neurologis injury.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stok Non Hemoragic (SNH)

A. Pengkajian

1. Pengkajian Primer

o Airway.

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat

kelemahan reflek batuk.

o Breathing.

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan

/ atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

o Circulation.

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi

jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,

sianosis pada tahap lanjut.

Page 5: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

1. Pengkajian Sekunder

o Aktivitas dan istirahat.

Data Subyektif:

kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.

Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).

Data obyektif:

Perubahan tingkat kesadaran.

Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan

umum.

Gangguan penglihatan.

o Sirkulasi

Data Subyektif:

Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,

endokarditis bacterial), polisitemia.

Data obyektif:

Hipertensi arterial

Disritmia, perubahan EKG

Pulsasi : kemungkinan bervariasi

Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.

Integritas ego

Data Subyektif:

Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.

Data obyektif:

Page 6: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.

Kesulitan berekspresi diri.

Eliminasi

Data Subyektif:

Inkontinensia, anuria

Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus

paralitik)

Makan/ minum

Data Subyektif:

Nafsu makan hilang.

Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.

Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.

Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

Data obyektif:

Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)

Obesitas (faktor resiko).

o Sensori Neural

Data Subyektif:

Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).

Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.

Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati.

Penglihatan berkurang.

Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka

ipsilateral (sisi yang sama).

Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Page 7: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Data obyektif:

Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah

laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.

Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke,

genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam

(kontralateral).

Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).

Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/

kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global /

kombinasi dari keduanya.

Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.

Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.

Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi

lateral.

Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:

Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

Data obyektif:

Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.

Respirasi

Data Subyektif:

Perokok (factor resiko).

Keamanan

Data obyektif:

Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.

Page 8: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit.

Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.

Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh.

Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang

kesadaran diri.

Interaksi social

Data obyektif:

Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

(Doenges E, Marilynn,2000).

Diagnosa keperawatan

1. Perfusi jaringan, perubahan, serebral

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

memp[ertahankan tingkat kesadaran biasanya membaik, fungsi kognitif, dan moropotik /

sensory.

Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak ada tanda peningkatan TIK

Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi.

Tindakan dan intervensi

Tentukan famtor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atau penyebab khusus selama

koma atau penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK

Rasional : mempengaruhi penetapan intervensi

Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan

normalnya

Rasionalnya: mengetahui kecendrungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK

dan mengetahui lokasi, luas dan kemasjuan kerusakan SSP

Pantau tanda-tanda vital, seperti hipertensi atau hypotemsi

Page 9: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan serebral pada daerah vasomotor otak.

Hypertensi atau hypotensi postural dapat terjadi karena syok.

Catat pola dan irama dari pernafasan, seperti adanya periode apnea setelah pernafasan

hyperventilasi, pernafasan chyne stokes.

Ketidak teraturan pernafasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral atau

peningkatan TIK dan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya untuk kemungkinan

perlunya dukungan terhadap pernafasan

Evaluasi pupil, catat ukuran bentuk kesamaan dan reaksinya terhadap cahaya.

Reaksi pupil di atur oleh saraf kranial okulomotor dan berguina dalam menentukan

apakah batang otak itu masih nagus.

Berikan oksigen sesuai indikasi

Dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aliran darah serebral dan

akhirnya dapat mencegah pembekuan saat embolus.

Berikan obat anti koagulasi sesuai indikasi

Rasionalnya : menurunkan hypoksia yang bisa menyebabkan vaso dilatasi serebral dan

rekanan meningkat atau terbentuknya udema.

Berikan obat anti hypertensi sesuai indikasi

Rasionalnya: hypertensi lama memerlukan penanganan yang hati-hati sebab penanganan

yang berlebihan meningkatkan resiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan.

dll

2. Mobilitas fisik, kerusakan

Hasil yang diharapkan atau kriteria evaluasi

Mempertahan posisi optimal dan fungsi yang dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur,

footdrop.

Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau

kompensasi

Mendemonstrasikan tekhnik atau prilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas

tindakan atau intervensi

Kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang

teratur

Rasioanal : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan daoat memberikan informasi

mengenai pemulihan.

Page 10: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Ubah posisi minimal setiap 2 jam(telentang atau miring) dan dan jika memungkinkan

bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi yang terganggu.

Rasionalnya : menurunkan reesiko terjadinya trauma atau iskemia jaringan

Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sehari jika pasien dapat

mentoleransinya.

Rasionalnya: membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional : tetapi

kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien untuk

bernafas

Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi tegak, sesuai indikasi.

Rasionalnya : selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat menurunkan resiko

terjadinya subluksasio lengan dengan “sindrom bahu – lengan”

Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau tanda lain dengan gangguan

sirkulasi.

Rasionalnya : jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan

penyembuhan lambat.

Alasi kursi duduk dengan busa atau balaon ai dan bantu pasien untuk memindahkan

berat badan dengan interval yang teratur.

Rasionalnya: mencegah atau menurunkan terjadinya kesusakan kulit.

Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi pasien.

Rasionalnya: program yg khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan

yang berarti atau menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordiasi dan

kekuatan.

Dll

3. Komunikasi, kerusakan, verbal

Hasil yang diharapkam atau kriteria evaluasi :

Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi, membuat metode

komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan

Menggunakan sumber-sumber dengan tepat.

Intervensi atau tindakan :

Kaji tipe atau derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau

mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.

Rasionalnya: membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral tang terjadi

dan kesulitan pasien dalam nenerapa tahap atau proses komunikasi.

Page 11: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Bedakan antara afasia dengan disartria

Rasionalnya : intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia adalah

gangguan dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol bahasa dan

mungkin melibatkan komponen sensorik atau motorik. Seseorang dengan disartria dapat

memahami, membaca, dan menulis bahasa tapi mengalami kesulitan membentuk atau

mengucapkan kata sehubungan dengan paralisis di daerah otot daerah oral.

Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.

Rasionalnya :Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang

keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.

Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “sh” atau :pus”.

Rasionalnya : mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen motorik dari bicara.

Konsultasikan dengan merujuk kepada ahli terapi wicara

Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif

berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan atau kebutuhan terapi.

4. Perubahan persepsi sensori

Tindakan keperawatan

Lihat kembali proses patologis kondisi individual.

Kesadaram akan tipe atau daerah yang terkena membantu dalam mengkaji atau

mengantisipasi defisit spesifik dan perawatan

Ciptakan lingkungan yang sederhana , pindahkan prabot yang membahayakan

Menurunkan atau membatasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat

mnimbulkan kebingungan terhadap interpretasi lingkungan , menurunkan terjadinya

resiko kecelakaan.

Kaji kesadaran sensorik, seperti membedakan panas atau dingin, tajam atau tumpul,

posisi bagian tubuh atau otot, rasa persendian.

Rasionalnya : penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan perasaan kinetik

berpengaruh buruk terhadap keseimbangan posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan

yang menggangu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.

Lindungi pasien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lingkungan yang membahayakan.

Rekomendasikan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal.

Rasional : meningkatnya keamanan pasien yang mnurunkan resioko terjadimya trauma.

Dll.

5. Kurang perawatan diri

Tindakan atau intervensi

Page 12: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk

melakukan kebutuhan sehari-hari.

Rasionalnya ; membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan

kebutuhan secara individual.

Sadari prilaku atau aktifitas impulsif karena gangguan dalam mengambil keputusan.

Rasional : dapat menunjukkan kebutuhan intervensi dan dan pengawasan tambahan untuk

meningkatkan kemampuan pasien.

Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang cukup untuk

mengerjakan tugasnya.

Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang

membantu pasien secara konsisten.

Berikan obat supositoria dan pelunak feses

Rasionalnya : mungkin dibutuhkan pada awal untuk membantu menciptakan fungsi

defekasi teratur.

Konsultasikan dengan ahli fisioterapi.

Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan

mengidentifikasi keb. Alat penyokong khusus,

6. Harga diri, gangguan

Intervensi atau tindakan

Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidak mampuannya.

Rasionalnya : penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam mengembangkan

perencanaan asuhan.

Identifikasi dari arti kehilangan / disfungsi atau perubahan pada pasien.

Kadang – kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif dengan

sedikit penanganan dilain pihak ada jga pihak yang mengalami kesulitan dfalam

menerima dan mengatasi kesulitannya.

Bantu dan dorong untuk berpakaian dan berdandan dengan baik.

Rasionalnya : membantu peningkatan rasa harga diri dan kontrol atas salah satu bagian

kehidupan.

Rujuk pada evaluasi neuropsikologis dan atau onseling sesuai kebutuhan.

Rasionalnya : dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk

perasaan atau merasa menjadi orang yang produktif.

7. Menelan kerusakan resiko tinggi terhadap

Tindakan atau intervensi

Page 13: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Bantu pasien dengan mengontrol kepala

Menetralkan hyperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan kemampuan

untuk menelan.

Letakkan pasien pada posisi duduk atau tegak selama dan setelah makan.

Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan untuk dan menurunkan

resiko terjadinya aspirasi

Anjurkan teman terdekat untuk membawakan amakanan kesukaan pasien

Dapat meningkatkan pelepasan endofrin dalam otak.

Berikan cairan melaui IV dan atau makanan melalui selang.

Diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika pasien tidak

mampu untuk memasukkan sesuatu melalui mulut.

8. Kurang pengetahuan

Intervensi atau tindakan

Evaluasi tipe atau derajat dari gangguan persepsi sensori

Defisit mempengaruhi pilihan metode pengajaran dan isi kompleksitas instruksi

Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu

Membnatu dalam membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahaman

terhadap kebutuhan dan keadaan saat ini.

Sarankan pasienmembatasi atau mnurunkan stimulasi lingkungan terutama selama

kegiatan berfikir.

Stimulasi yang beragam dapat mempengaruhii gangguan proses berfikir.

Page 14: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

PATHWAYSFactor resiko

stroke

ateroskerosis

Bekuan darah

Sebagian

TIA

RIND

PRogresif

Stroke komplete

oklusi

total

CBF

Iskemia neuron

Infark

SNHTergantung

pusat terkena

Kerusakan perfusi jaringan

Gangguan sensori

Gangguan kesadaran

Gangguan motorik Gangguan

otonomiGangguan

bicara

Deficit perawatan

diri

Kerusakan mobilitas

fisik

Resti cidera

Kerusakan komunikasi

verbal

Page 15: Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik

Laporan Pendahuluan

“STROKE NON HEMORAGIK”

Oleh :

ANDI FATIMAH08 01 001

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………..) (Makkasau

Palasay,S.Kep.NS.,M.Kes)

S1 KEPERAWATANSTIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

2011