Asuhan Keperawatan Pada Penderita Buerger Disease

25
ASUHSAN KEPERAWATAN PENDERITA BUERGER DISEASE PADA Tn. X Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB I Disusun oleh kelompok IV : 1. Resty Kusmayati 2. Nuni Septiani 3. Ringgit Pragista 4. Dede Sopian 5. Asep Rosidin 6. Dikdik 7. Rizki Novianti 8. wiyadi Prodi SI Keperawatan STIKES YPIB Majalengka

description

Asuhan Keperawatan Pada Penderita Buerger Disease

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Penderita Buerger Disease

ASUHSAN KEPERAWATANPENDERITA BUERGER DISEASE PADA Tn. X

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB I

Disusun oleh kelompok IV :1. Resty Kusmayati2. Nuni Septiani3. Ringgit Pragista4. Dede Sopian5. Asep Rosidin6. Dikdik7. Rizki Novianti8. wiyadi

Prodi SI KeperawatanSTIKES YPIB MajalengkaJl. Gerakan Koperasi No. 003 Telp. (0233) 284040Tahun 2013/2014Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahim,Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan pertolongan-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini mempunyai judul Asukan Keperawatan pada Penyakit Buerger, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I.

Penyakit buerger (tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok.Berdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun. Sekitar 5% penderita adalah wanita.Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berdasarkan penelitian, beberapa studi melaporkan bahwa korelasi penyakit Buerger lebih banyak menyerang perokok dan keadaan ini akan semakin memburuk jika penderita tidak berhenti merokok.Penyakit ini hanya terjadi pada sejumlah kecil perokok yang lebih peka.Mengapa dan bagaimana merokok sigaret menyebabkan terjadinya penyakit ini, tidak diketahui.Namun, seperti pepatah Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.

Majalengka, 15 Oktober 2013

Penyusun

Daftar Isi

Kata pengantarDaftar isiBAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. Tujuan Dan ManfaatBAB II KONSEP MEDISA. DefinisiB. EtiologiC. KlasifikasiD. PatofisiologiE. Tanda Dan GejalaF. Pemeriksaan PenunjangG. PenatalaksanaanBAB IIIA. PengkajianB. Analisa DataC. Diagnosa KeperawatanD. Rencana Asuhan KeperawatanE. ImplementasiF. EvaluasiBAB IV PENUTUPA. KesimpulanB. SaranDAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah.

Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai presenile spontaneous gangrene.

Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.

Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik. Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104 kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 20% kasus per 100.000 populasi.

Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC publication, dilaporkan di Amerika Serikat berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan etnis putih dan hitam adalah 8:1.

B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan sindrom buerger?2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya sindrom buerger?3. Bagaimana proses terjadinya?4. Apa saja tanda dan gejalanya?5. Bagaimana cara untuk menanganinya?6. Bagaimana konsep keperawatan dari sindrom buerger?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit sindrom buerger.2. Untuk menambah pengetahuan agar lebih peduli terhadap kesehatan.3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB 1.

BAB IIKONSEP MEDIS

A. DefinisiCheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau.

Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun.

Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.

Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan.

B. EtiologiPenyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal.Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada hubungan dengan penyakit Raynauld.

C. Klasifikasi1. Sumbatan arteri trombotik a. Arteri yang sakito ASOo TAOo arteritidesb. Arteri normal1) Keadaan hiperkoagulasi Kelainan mielopro literatif Penyakit usus ulseratif Trombosis arteri sederhana idiopatik2) Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah3) Diseksi aorta2. Sumbatan arteri embolika. Arteri besar, sedang, dan kecil bisa disumbat oleh emboli yang muncul dari :1) Jantung Penyakit jantung reumatik. IMA Payah jantung dari semua sebab. Endokardtis infeksiosa. Miksoma artirum kiri.2) Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau kolesterol)3.Jenis lain dari siumbatan arteri akut:a. Spasme arteri, sekunder terhadap: Ergotisme DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat jalanan Trauma tumpul Suntikan intra arterib. Benda asing Kawat pembimbing dan kateter. Embolisme bullient

D. PatofisiologiMekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasipembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.

Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis :(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis(c) terjadi kontraktur dan atrofi(d) kulit menjadi atrofi(e) fibrosis perineural dan perivaskular(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.

E. Tanda dan Gejala1. Rasa Nyeria) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut biasanya progresif.b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan.c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan hipererestesia.2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari.6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.

F. Pemeriksaan Penunjang1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :a) Tanda tanda osteoporosis tulang tulang.b) Tanda tanda klasifikasi arteri2. ArteriografiCiri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliterans yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.3. Pemeriksaan DopplerDapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.4. Angiografi

G. Penatalaksanaan1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok.2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI LIV).Tindakan ini masih kontroversi.b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri. 4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan.5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara:a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan kaki.b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari.c) Antibiotik.6. Pengobatan spesifik.Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid direkomendasikan. Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete.Iskemia tangan yang berat akibat trombosis akut pada tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter balon. Pada pembuluh darah kecil dan pemberian antikoagulasi.7. Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi9. Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring.10. Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet.

Penderita juga harus menghindari:- Pemaparan terhadap dingin- Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan- Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor- Infeksi jamur- Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.BAB III PEMBAHASANASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. Identitas KlienNama: Tn. XUmur: 40 tahunJenis kelamin: laki-lakiPendidikan: SMA sederajatPekerjaan: WiraswastaAgama: IslamSuku Bangsa: Jawa-IndonesiaTanggal Masuk: 25 Juli 2013No. Medrek: 5678910Ruang: Nusa IndahDiagnosa Medis: Buerger DiseaseTanggal Pengkajian: 25 Juli 2013Keluhan Utama: Nyeri pada tungkai kaki sebelah kiri

2. Riwayat Keperawatana. Riwayat Kesehatan SekarangP: Klien datang dengan keluhan nyeri tanpa diketahui penyebabnya, namun klien mengaku seorang perokok berat.Q: klien mengaku nyeri seperti tertusuk-tusuk.R: klien mengaku merasa nyeri dibangian tungkai dan jari-jari kakinya sebelah kiri.S: setelah dilakukan penghitungan skala nyeri klien dengan skala 1-10, klien mengatakan skala nyerinya mencapai angka 8.T: klien mengaku mulai merasa nyeri pada bagian tungkainya kira-kira 4 bulan yang lalu, klien juga mengatakan bahwa nyeri sering timbul ketika berjalan terlalu lama dan juga sering timbul pada saat malam hari.b. Riwayat Kesehatan DahuluKlien mengatakan bahwa dirinya juga mengidap penyakit paru-paru. Klien juga mengatakan bahwa ia pernah di opname dirumah sakit karena penyakit paru-parunya. Namun klien mengatakan bahwa dirinya belum pernah dioperasi.c. Riwayat Kesehatan KeluargaKlien mengatakan bahwa kelurganya tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama dengannya.

3. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan Tanda-tanda VitalKeadaan Umum: Compos MentisTekanan Darah: 140/90 mmHgRespirasi: 22x/menitNadi: 90x/menitSuhu: 370 c

b. KepalaInspeksi: - bentuk simetris kanan dan kiri- keadaan rambut bersih, tidak beruban dan penyebarannya merata.Palpasi:- tidak ada benjolan- tidak mudah rontokc. MukaInspeksi:- bentuk muka simetris kanan dan kiri-ekspresi wajah meringis karena menahan rasa nyeriPalpasi:-tidak ada nyeri tekan pada muka-tidak ada benjoland. Mata Inspeksi:- tidak terdapat edema pada palpebra- tidak ada ikterus pada sklera- posisi simetris pada kanan dan kiri- konjungtiva tampak anemis- penglihatan baike. HidungInspeksi:- tidak terdapat cairan/secret hidung- fungsi penciuman baik- struktur hidung simetrisf. TelingaInspeksi:- struktur telinga simetris kanan dan kiri- tidak terdapat serumen pada lubang telinga- pendengaran baikPalpasi:- tidak ada nyeri tekan- tidak ada benjolang. MulutInspeksi:-keadaan gigi lengkap- warna gigi agak kehitam-hitaman- tidak memakai gigi palsu- tidak terdapat peradangan pada gusi- warna bibir hitamh. LeherInspeksi:- tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening- tidak ada distensi vena jugularisPalpasi:- tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.i. Thorax dan PernapasanInspeksi:- bentuk dada simetris kanan dan kiri- irama pernapasa mengikuti gerakan dada- frekuensi pernapasan 22x/menitPalpasi:-tidak ada nyeri tekanAuskultasi:-suara napas vesikuler-tidak ada suara tambahanPerkusi: sonorj. AbdomenInspeksi:- tidak ada pembesaran pada abdomen- tidak ada bekas luka pada abdomenPalpasi- tidak ada benjolan yang teraba- tidak ada nyeri tekanAuskultasi: bising usus normalPerkusi: tympanik. GenitaliaKlien tidak mengizin untuk dikaji.l. Ekstremitas AtasInspeksi:- jari-jari lengkap- keadaan jari-jari bersih- keadaan motorik aktif- peka terhadap rangsangan-repleksi normal BawahInspeksi:- terdapat luka kering pada ekstremitas sebelah kiri- warna ekstremitas kiri tampak membiru

Palpasi:- adanya nyeri tekan pada ekstremitas sebelah kiri- skala nyeri 8

3. Pola Kegiatan Sehari-haria. NutrisiKebiasaanSebelum SakitSelama Sakit

Pola makan2-3x/hariTidak berubah

Nafsu makanPorsi makan selalu habisTidak berubah

Pola minumKuang lebih 8 gelas/hariTidak berubah

b. EleminasiKebiasaanSebelum sakitSelama sakit

Frekuensi BABKurang lebih 2x/hariTidak berubah

Frekuensi BAK3-4x/hariTidak berubah

c. Istirahat dan TidurKebiasaanSebelum sakitSelama sakit

Tidur malamJam 21.00-05.00Tidak berubah

Tidur siangJarang tidur siangTidak berubah

d. Personal hygieneKebiasaanSebelum sakitSelama sakit

Mandi2x/hari siang dan sore1-2x/hari

Sikat gigi2-3x/hariTidak berubah

Kebersihan rambut3-4x/mingguTidak berubah

4. PenatalaksanaanTeraphy Obat-obatan:1. Antikoagulan2. Dekstran3. Fenilbutazon4. Piridinolkarbanat5. Inositol niasinat dan Steroid

B. Analisa Data

NoData FokusEtiologiMasalah yang Muncul

1.Ds: Klien mengeluh nyeri pada tungkai dan ekstremitas kiri.Do: wajah klien tampak meringisAdanya sumbatan oleh debris ateromatosa pada arteri

Berkurangnya aliran darah

Berkurangnya pasokan oksigen

Adanya penekanan pada saraf nyeri

Korteks cerebri

NyeriNyeri

2.DS: klien mengatakan lukanya sulit sembuhDO: terdapat luka pada kaki sebelah kiri klienPerubahan sirkulasi darah

Kematian sel-sel

Mengakibatkan ulkus pada daerah tersebut

Kerusakan integritas jaringan

Kerusakan integritas jaringan

3.DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lamaDO: klien tampak kesulitan dalam berjalanAdanya nyeri

Kemampuan aktivitas klien terbatas

Intoleransi aktifitasIntoleransi aktifitas

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya sumbatan debris ateromatosa ditandai denganDS: klien mengeluh nyeri pada kaki bagian kiri dengan skala 8.DO: wajah klien tampak meringis2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi darah ditandai dengan DS: klien mengeluh lukanya sulit sembuhDO: terdapat adanya luka pada kaki bagian kiri dan tampak kebiruan3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan DS: klien mengeluh nyeri jika berjalan terlalu lamaDO: klien tampak kesulitan dalam berjalan

D. Rencana Asuhan KeperawatanNoDXTujuanIntervensiRasional

1.IT: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang.KH: - skala nyeri berkurang menjadi 4-5.- klien tidak lagi tampak meringis

Kaji karakteristik nyeri dan integritas nyeri dengan skala 1-10

Pantau tanda-tand vital

Kolaborasi dengan pemberian obat antipiretik.

Untuk mengidentifikasi dalam pemberian intervensi dan pengawasan keefktifan obat.

Mengidentifikasi keadaan umum klien, jika terjadi perubahan TTV merupakan salah satu indikator nyeri.

Menanggulangi rasa nyeri klien.

2.IIT: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan luka klien bisa lebih membaik.KH: - warna menjadi normal- tidak ada penyebaran luka Kaji karakteristik luka dan penyebarannya.

Bersihkan area luka dan menutup area luka serta mengganti balutan setiap hari.

Tempatkan kaki klien dalam keadaan menggantung

Ajarkan klien merawat luka yang efektif.

Menentukan lokasi kerusakan integritas jaringan.

Membantu mengurangi resiko infeksi

Memperrmudah aliran darah ke ekstremitas.

Memberi pengetahuan kepada klien tentang pentingnya perawatan luka.

3.IIIT: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien dapat beraktifitas seperti biasaKH: - klien tidak tampak kesulitan berjalan.- klien sudah tidak mengeluh nyeri saat berjalan.Ajarkan klien teknik relaksasi.

Ajarkan klien cara mengantisipasi timbulnya nyeri.

Berikan obat antipiretik yang efektif dengan kolaborasi dengan tim medis lainnya

Meningkatkan suplai oksigen ke jaringan sehingga nyeri berkurang.

Mencegah tterjadinya nyeri yang menghalangi aktifitas.

Mengurangi rasa nyeri ketika melakukan aktifitas

E. Implementasi

No.Hari/TanggalTindakan KeperawatanTanda Tangan

1.25-07-2013Pkl. 08.00

Pkl. 11.00

Pkl. 15.00

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah: 140/90 mmHg Suhu : 370C Nadi : 90x/menitRespirasi : 22x/menit- Mengkaji karakteristik nyeri Skala nyeri klien 8 dengan skala integritas nyeri 1-10- Mengkaji karakteristik luka klien-membersihkan luka klien dan memberi balutan pada luka klien- Memberikan obat antipiretik

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 91x/menit Suhu : 36,70C Respirasi : 21x/menit Skala Nyeri : 8

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/85 mmHg Nadi : 87x/menit Suhu : 36, 50C Respirasi : 21x/menit Skala nyeri : 8- Mengajarkan klien teknik relaksasi

2.26-07-2013Pkl. 08.00

Pkl. 15.00

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/85 mmHg Nadi : 87x/menit Suhu : 36, 50C Respirasi : 21x/menit Skala nyeri : 7- Mengganti balutan luka- Memberikan obat antipiretik

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 145/80 mmHg Nadi : 85x/menit Suhu : 36, 50C Respirasi : 22x/menit Skala nyeri : 6- Mengajarkan klien untuk menempatkan posisi tubuhnya lebih tinggi dari kakinya.

3.27-072013Pkl. 08.00

Pkl. 15.00- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 140/80 mmHg Nadi : 90x/menit Suhu : 36, 50C Respirasi : 22x/menit Skala nyeri : 5- Mengganti balutan luka kllien- mengajarkan klien untuk mengganti balutan luka dan merawat luka.

- Mengobservasi tanda-tanda vital Tekanan darah : 135/85 mmHg Nadi : 89x/menit Suhu : 36, 50C Respirasi : 20x/menit Skala nyeri : 4- Mengajarkan klien untuk mengantisipasi timbulnya nyeri.

F. Evaluasi

No.TanggalDiagnosaCatatan PerkembanganTanda Tangan

1.25/10/13Nyeri

S: klien masih mengeluh nyeriO: klien masih tampak meringisA: masalah belum teratasiP: intervensi terus dilanjutkan

2.26/07/13Nyeri

S: klien mengatakan nyeri mulai berkurangO: klien mulai tampak tenangA: masalah sedikit teratasiP: intervensi tetap dilanjutkan

3.27/07/13Nyeri

Kerusakan integritas jaringan

Intoleransi aktifitasS: klien mengatakan skala nyerinya berkurang dari sebelumnyaO: klien tampak tenangA: masalah teratasiP: intervensi dihentikan

S: klien mengaku sudah bisa mengganti balutan sendiriO: ekstremitas klien tampak normalA: masalah teratasiP: intervensi dihentikan

S: klien mengatakan nyeri sudah tidak begitu terasa ketika berjalanO: klien sudah bisa berjalan tanpa kesulitan.A: masalah teratasiP: intervensi dihentikan

BAB IV PENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit sindrom buerger merupakan penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang,terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.B. saranSebagai seorang mahasiswa terutama dalam bidang kesehatan, sebaiknya kita menghindari yang namanya merokok. Karena merokok ini dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit sindrom buerger yang akan berakibat fatal bagi kita, utamanya juga untuk yang perokok berat. Selain itu sebaiknya kita memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan buruk mereka yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKABaughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC.

Judith M.Wilkinson.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC.

Jennifer P.Kowalak,William Welsh, Brenna Mayer.2001.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC.

Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.