Case Report 1 Buerger Disease
-
Upload
anggieldri -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
description
Transcript of Case Report 1 Buerger Disease
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Alamat : Jatisari Desa Margaasih RT 4 RW 4 Kab. Bandung
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
No. Rekam Medis : 415890
Tanggal Pemeriksaan : 21 Mei 2014
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Nyeri pada ujung jari kaki ke-2 kiri yang bernanah
Anamnesis Khusus :
Pasien datang ke poliklinik bedah RSUD Soreang dengan keluhan
nyeri pada jari kaki ke-2 kiri yang bernanah sejak 2 minggu SMRS. Pasien
mengatakan luka bernanah pada jari kaki ke-2 kirinya karena mata ikan yang
didapatkan 6 bulan SMRS, dan mata ikan tersebut menjadi luka dan bernanah
saat tertimpa batu bata ditempat ia bekerja.
Keluhan nyeri pada kaki ke-2 kiri dirasakan sejak 6 bulan SMRS. Dan
keluhan yang sama disarakan juga pada jari kaki ke-3 kiri yang saat ini
dirasakan nyeri yang serupa tapi tidak bernanah. Nyeri yang dirasakan makin
lama bertambah nyeri terutama bila dingin saat malam hari dan semakin nyeri
saat berjalan. Nyeri yang dirasakan diujung jari tersebut.
Riwayat merokok diakui pasien sejak duduk dibangku kelas 1 SD,
kebiasaan merokok tersebut dilakukan pasien hingga saat ini. Pasien mengaku
untuk merokok bisa menghabiskan 2 bungkus per hari. Riwayat keluarga
dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat sering kencing, sering merasa haus
dan lapar, berat badan sukar naik ataupun dikatakan menderita kencing manis
baik pada penderita maupun keluarga disangkal. Riwayat penyakit kelainan
kadar lemak darah atau kegemukan disangkal. Riwayat sakit jantung, nyeri
dada, jantung berdebar atau sesak nafas disangkal.
1
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Respi : 20 x/menit
Suhu (per aksila) : 36,2oC
2. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Leher : Tidak teraba pembesaran atau benjolan, JVP tidak meningkat
KGB : Tidak teraba pembesaran
Thoraks : Bentuk dan gerak simetris
Paru-Paru : VBS (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-).
Bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
3. Status Lokalis
a/r digiti II pedis sinistta
- Tampak pus pada digiti II sinistra , basah, tampak adanya jaringan
nekrotik
- NT (+)
2
IV. RESUME
Pasien datang ke poliklinik bedah RSUD Soreang dengan keluhan nyeri pada
jari kaki ke-2 kiri yang bernanah dan pada jari kaki ke-3 kirinya yang makin
lama bertambah nyeri terutama bila dingin atau malam hari. Nyeri dirasakan
pasien pada daerah ujung jari. Pasien mengatakan luka bernanah pada jari kaki
ke-2 kirinya karena mata ikan yang didapatkan 6 bulan SMRS, dan mata ikan
tersebut menjadi luka dan bernanah saat tertimpa batu bata ditempat ia
bekerja. Nyeri yang dirasakan makin lama bertambah nyeri terutama bila
dingin saat malam hari dan semakin nyeri saat berjalan. Riwayat merokok
diakui pasien sejak duduk dibangku kelas 1 SD hingga sekarang. Pasien
mengaku untuk merokok bisa menghabiskan 2 bungkus per hari. Riwayat
keluarga dengan keluhan serupa disangkal. Riwayat sering kencing, sering
merasa haus dan lapar, berat badan sukar naik ataupun dikatakan menderita
kencing manis baik pada penderita maupun keluarga disangkal. Riwayat
penyakit kelainan kadar lemak darah atau kegemukan disangkal. Riwayat sakit
jantung, nyeri dada, jantung berdebar atau sesak nafas disangkal.
3
V. DIAGNOSIS BANDING
Buerger disease
Penyakit oklusi arteri kronik aterosklerotik
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG Doppler
- Angiografi
VII. DIAGNOSIS KERJA
Buerger Disease (Tromboangitis Obliterans)
VIII. TERAPI
- Ciprofloxacin 2x1
- Metronidazole 2x1
- As. Mefenamat 3x1
- Dexamethason 3x1
- CO-Amoxiclav 3x1
- Paracetamol 3x1
- Rencana amputasi
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia at bonam.
Quo ad functionam : dubia at malam.
Quo ad sanactionam : dubia at bonam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
I. ANATOMI PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh
melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1
mm, dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan
anastomosis. Pada arteri tidak terdapat katup.
Arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-cabang
terminalnya tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang arteri yang
memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri fungsional adalah pembuluh
darah yang cabang-cabang terminalnya mengadakan anastomosis dengan
cabang-cabang terminal arteri yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis
tidak cukup untuk mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri
tersumbat.
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung;
banyak vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena
yang lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih
besar, yang seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri
profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-
sisinya, dan dinamakan venae cominantes.
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama
pada ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri
dan vena tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini
dinamakan anastomosis arteriovenosa.
5
Dinding Arteri
Dinding arteri terdiri dari tiga tunika : tunika luar (tunika adventisia), tunika tengah
(tunika media), dan tunika dalam (tunika intima).
Tunika adventisia mengandung serabut saraf dan pembuluh darah yang
menyuplai dinding arteri serta terdiri dari jaringan ikat yang memberikan
kekuatan penuh pada dinding arteri.
Tunika media tersusun dari kolagen, serat otot polos dan elastin, yang
bertanggung jawab penuh dalam mengontrol diameter pembuluh darah saat
dilatasi dan kontriksi.
Tunika intima adalah tunika halus sel-sel endotel yang menyediakan
permukaan nontrombogenik untuk aliran darah.
Tunika intima dan media mendapat makanan dari proses difusi aliran darah
arteri.
Tunika adventisia dan bagian terluar tunika media mendapatkan makanan dari
vasa vasorum, “ pembuluh di dalam pembuluh “ yaitu pembuluh darah kecil
yang masuk ke dalam dinding arteri terluar.
II. HISTOLOGI STRUKTUR PEMBULUH DARAH SECARA UMUM
- Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan
ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
- Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut
juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan
elastic.
- Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikat.
7
Gambar 2. Histologi pembuluh darah
III. BUERGER DISEASE (TROMBOANGITIIS OBLITERANS)
1. Definisi
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah penyakit
oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan
sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan
superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada
anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang
mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki.
Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang
dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan.
Gambar 3. Buerger Disease
8
2. Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial.
Hubungannya dengan penyakit diabetes melitus pun tidak ada. Penderita
penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada
usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok
memberikan perbaikan pada penyakit ini.
3. Morfologi
Penyakit ini menyerang arteri ukuran sedang sampai ukuran kecil, dan sering
yang di ekstremitas bawah walapun mengenai juga pembuluh ekstremitas atas.
Pembuluh mesenterial, serebral, dan koroner agak jarang terkena. Kelainan di
ekstremitas bawah biasanya mulai dari trifurkasio arteri poplitea terus ke arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, arteri fibularis, dan arteri digitalis. Pada
ekstremitas atas, kelainan ini terjadi pada arteri radialis dan arteri ulnaris,
berlanjut ke arteri jari-jari. Biasanya kelainan patologik bersifat segmental,
artinya terdapat daerah normal di antara lesi yang dapat berukuran beberapa
milimeter sampai sentimeter. Namun pada fase lanjut, seluruh pembuluh akan
terkena.
Pada fase awal tampak serbukan sel-sel radang polimorfonuklir di
semua lapisan dinding pembuluh. Bersamaan dengan itu terjadi pembentukan
thrombus. Perubahan sekunder adalah terbentuknya kolateral yang akan
menjamin pasokan darah untuk bagian distal. Pada fase lanjut, sumbatan akan
demikian hebat sehingga kolateral tidak akan memadai lagi.
4. Patogenesis
Mekanisme penyebaran penyakit buerger sebenarnya belum jelas, tetapi
beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena
imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah
sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas
pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang
sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti
endothelial antibody sel, dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh
darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-
B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetik memiliki
penyakit ini.
9
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan
terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis,
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi
destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur
dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f)
ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis tromboangitis obliterans terutama disebabkan oleh iskemia,
yang khas sangat erat dengan kebiasaan merokok.
Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-
macam tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan di sini
karena nyeri terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu
malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang bila ekstremitas dalam
keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat bersifat paroksismal dan sering
mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan lanjut, ketika telah
ada tukak atau gangren, nyeri sangat hebat dan menetap.
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya
kurang nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan, terutama di
ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan
campuran pucat-sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin.
Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia di sini biasanya
unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri
yang hilang merupakan tanda yang penting.
Tromboflebitis migrans superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau
tahun sebelum tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut
menunjukkan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran
yang mengeras sepanjang beberapa milimiter sampai sentimeter di bawah
kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada ekstremitas tersebut
dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah itu tampak bekas yang
berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit arteri oklusif, ini
hampir patognomonik untuk tromboangiitis obliterans.
Gejalan klinis tromboangiitis obliterans sebenarnya cukup beragam.
Ulkus dan gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut, sering didahului dengan
udem, dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas,
10
yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada
infeksi sekunder mulai dari kemerahan sampai ke tanda selulitis.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat.
Penyakit berkembang secara intermiten, tahap demi tahap, bertambah falang
demi falang, jari demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal
terserang tidak dapat diramalkan. Morbus Buerger ini mungkin mengenai satu
kaki atau tangan, mungkin keduanya. Penderita biasanya kelelahan dan payah
sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri iskemia.
Berhenti merokok merupakan masalah karena pasien biasanya ketagihan
rokok.
6. Diagnosis
Kriteria Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan
kriteria diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara
penulis yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger :
a) Adanya tanda (sign) insufisiensi arteri
b) Umumnya pria dewasa muda
c) Perokok berat
d) Adanya gangren yang sukar sembuh
e) Riwayat tromboflebitis yang berpindah
f) Tidak ada tanda (sign) arterosklerosis di tempat lain
g) Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
h) Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami
nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit,
kaki atau jari-jari kaki.
11
Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada
jari kaki pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini
kelihatan normal, dengan angiographi aliran darah terlihat terhambat pada
kedua kakinya.
Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan
penyakit buerger.
Penyakit Buerger’s juga harus dicurigai pada penderita dengan satu atau lebih
tanda (sign) klinis berikut ini :
a) Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada laki-laki
dewasa muda dengan riwayat merokok yang berat.
b) Klaudikasi kaki
c) Tromboflebitis superfisialis berulang
d) Sindrom Raynaud
7. Diagnosis Banding
Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik
aterosklerotik. Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas.
Penyakit oklusi aterosklerotik diabetes timbul dalam distribusi yang sama
seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati penyerta biasanya
menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
12
8. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut
(seperti angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit
Buerger adalah normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab
terjadinya vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah
lengkap; uji fungsi hati; determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan
kadar gula darah dan angka sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor
rematoid, tanda (sign)-tanda (sign) serologi pada CREST (calcinosis cutis,
Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan
scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi
pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger
sangat dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam
mendiagnosis penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan
gambaran “corkscrew” dari arteri yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular,
bagian kecil arteri tersebut pada bagian pergelangan tangan dan kaki.
Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis
(kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan
merupakan angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan
adanya gambaran khas “corkscrew” pada daerah lengan. Perubahannya terjadi
13
pada bagian kecil dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar
(distribusi arteri ulna).
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada
angiogram. Keadaan ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan
rasa nyeri.
Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan
Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus
terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke
organ lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan
gangren pada jari, organ lain sperti paru-paru, ginjal, otak, dan traktus
gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi belum diketahui.
Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis
penyakit ini, yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh
darah.
Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh
darah oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan
dinding pembuluh darah secara difus. LCsi yang lanjut biasanya
memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT)
dan Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis
14
banding dari penyakit Buerger masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada
pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
9. Terapi
Yang khas dari penyakit ini adalah respons yang baik terhadap penghentian
kebiasaan merokok dan progresivitas yang nyata bila kebiasaan ini diteruskan.
Terapi vasodilator, antikoagulan, analgetik NSAID, dan prednisone
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Rekonstruksi arteri dengan bedah
pintas juga tidak berhasil karena penyakit bersifat difus, segmental, dan
umumnya menyerang bagian distal ekstremitas. Simpatektomi lumbal dan
torakal menyebabkan vasodilatasi perifer dan perbaikan peredaran darah yang
hanya memuaskan untuk waktu terbatas, tetapi biasanya terjadi kekambuhan.
Bagian penting dari terapi penyakit Buerger ini adalah pendidikan
kesehatan pada pasien agar menjaga kebersihan ekstremitas dan mencegahnya
dari bahaya trauma agar tidak terjadi tukak. Progresivitas penyakit dapat
dihentikan semata-mata dengan menghentikan kebiasaan merokok secara
mutlak. Pengurangan mengisap rokok tidak memengaruhi prognosis penyakit.
10. Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren,
angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda
sekali dengan pasien yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang
harus diamputasi selama periode waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan
pada mereka harus dilakukan multiple amputasi. Pada pasien ini selain
umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga terus merasakan
klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynaud’s walaupun sudah
benar-benar berhenti mengkonsumi tembakau.
11. Pencegahan
Merokok merupakan satu-satunya penyebab yang diketahui dan harus
dihindari.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.
Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill. 2006. http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000797 http://emedicine.medscape.com/article http://www.vasculitisfoundation.org/buergersdisease http://www.doctorology.net/blogArchive/buergerdisease/tromboangitis
Obliterans.htm http://medicastore.com/penyakit/638/PenyakitBuerger.html
16