ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOTORAX KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan...
-
Upload
agus-triantoo -
Category
Documents
-
view
119 -
download
5
description
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOTORAX KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOTORAX KATA PENGANTAR Puji
syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME, karena berkat
Rahmat-Nya lah makalah tentang ”ASKEP HEMOTHORAX”, dapat
terselsaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula,
ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang membantu
menyusun makalah ini. Terutama kami ucapkan terima kasih kepada
bapak/ibu dosen yang telah memberikan kami waktu dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Kami dari kelompok 8 menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan dan kemampuan kami masih terbatas. Untuk itu kami
sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun guna melengkapi makalah
ini.Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah yang kami
susun ini berguna dan bermanfaat serta dapat menunjang
kemandirian dalam proses belajar. Mataram, 19 Agustus 2011
Penusun PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Akumulasi darah dalam
dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum , paling
sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada .
hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang
umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab Identifikasi dan
pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari
perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak
berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk
sumber yang mendasari harus dilakukan ketika perawatan terjadi .
Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura .
Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit
setidaknya 50 % diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax
( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak
setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum
adalah hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat
hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi
secara spontan . Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada
yang ada dan pada saat yang sama , menyatakan bahwa jika
perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan
bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika
efek yang diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka
kembali beberapa hari kemudian untuk evakuasi tetap beku darah
atau cairan serosa . Mengukur frekuansi hematothorax dalam
populasi umum sulit . Hematothorax yang sangat kecil dapat
dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi
atau tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait
dengan hematothorax trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka
dapat dikumpulkan dari trauma statistik . B. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum: Untuk memperluas wacana pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada pasiean Hemotorax . 2. Tujuan Khusus: a.
Mampu mengkaji masalah-masalah keperawatan secara
komprehensif. b. Mampu menganalisa dan merumuskan serta
menegakan diagnosa Keperawatan yang muncul. c. Mampu
merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana yang meliputiupaya promotif, preventif, kuratif serta
rehabilitati. d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan. e. Mempunyai pengalaman dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan Hemotorax. C. Rumusan Masalah 1.
Apa yang dimaksud dengan hematothorax ? 2. Apa saja etiologi dari
hematothorax ? 3. Bagaimana patofisiologi dari hematothorax? 4.
Bagaimana manifestasi klinis dari hematothorax ? 5. Apa saja
pemeriksaan dari hematothorax ? 6. Bagaimana perawatan dari
hematothorax ? D. Sistematika Penulisan Sistemetika penulisan
makalah ilmiah tentang materi Hemotorax ini terdiri dari tiga bab.
masing-masing terdiri dari sub-sub bahasan yaitu: BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Rumusan Masalah D.
Sistematika Penulisan BAB II Pembahasan A. Definisi Penyakit B.
Patofisiologi C. Manifestasi Klinik D. Pemeriksaan Penunjang E.
Perawatan F. Asuhan keperawatan BAB III Penutup Kesimpulan Daftar
Pustaka ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEMOTHORAK A.
KONSEP DASAR REVIEW ANATOMI 1. Pengertian Hemothorak adalah
adanya darah yang masuk kearea pleural (antara pleura viseralis dan
pleura parietalis). Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga
pleura . Sumber berasal dari darah yang berada pada dinding dada ,
parenkim paru – paru , jantung atau pembuluh darah besar . kondisi
ini biasanya konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam . Ini juga
merupakan komplikasi dari beberapa penyakit .( Puponegoro , 1995)
Etiologi Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas yang akan menyebabkan ruda paksa tumpul pada rongga
thorak (Hemothorak) dan rongga Abdomen. Trauma tajam dapat
disebabkan oleh tikaman dan tembakan a. Traumatis • Trauma
tumpul . • Penetrasi trauma . b. Non traumatic atau spontan •
Neoplasia ( primer atau metastasis ) . • Diskrasia darah , termasuk
komplikasi antikoagulasi . • Emboli paru dengan infark . • Emfisema .
• Tuberkulosis . • Paru arteriovenosa fistula . Pembagian Hemothorak
a) Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari
15 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX. b) Hemothorak
Sedang : 15 – 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi
pekak sampai iga VI. c) Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto
rontgen, perkusi pekak sampai cranial, iga IV. 2. Pathofisiologi :
Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat terjadi, hampir semua
gangguan dari jaringan dinding dada dan pleura atau struktur
intratoracic yang fisiologis terhadap pengembangan hematothorax
diwujudkan dalam 2 bidang utama hemodinamik dan pernapasan .
Tingkat respons hemodinamik ditentukan oleh jumlah dan kecepatan
kehilangan darah . Gerakan pernapasan normal mungkin terhambat
oleh ruang efek menduduki akumulasi besar darah dalam rongga
pleura . Dalam kasus trauma , kelainan ventilasi dan oksigen dapat
mengakibatkan , terutama jika dikaitkan dengan cedera pada dinding
dada . Dalam beberapa kasus nontraumatic asal usul , terutama yang
berkaitan dengan pneumotorax dan jumlah terbatas perdarahan ,
gejala pernapasan dapat mendominasi. Pathway Nursing Gejala /
tanda klinis Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka
yang berdarah didinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga
tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi,
sianosis, tahipnea berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan
darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah
jantung. 3. Manifestasi Klinis 1. Blunt trauma – hematothorax dengan
dinding dada cedera tumpul . • Jarang hematothorax sendirian
menemukan dalam trauma tumpul . Associated dinding dada atau
cedera paru hampir selalu hadir . • Cedera tulang sederhana terdiri
dari satu atau beberapa patah tulang rusak adalah yang paling umum
dada cedera tumpul . Hematothorax kecil dapat berhubungan dengan
bahkan satu patah tulang rusuk tetapi sering tetap diperhatikan
selama pemeriksaan fisik dan bahkan setelah dada radiography .
Koleksi kecil seperti jarang membutuhkan pengobatan. • Kompleks
dinding dada cedera adalah mereka yang baik 4 / lebih secara
berurutan satu patah tulang rusuk hadir atau memukul dada ada .
Jenis cedera ini terkait dengan tingkat signifikan kerusakan dinding
dada dan sering menghasilkan koleksi besar darah dalam rongga
pleura dan gangguan pernapasan substansial . Paru memar dan
pneumotorax yang umumnya terkait cedera . Mengakibatkan luka –
luka lecet dari internal interkostal / arteri mamae dapat menghasilkan
ukuran hematothorax signifikan dan hemodinamik signifikan
kompromi . Kapal ini adalah yang paling umum perdarahan terus
menerus sumber dari dada setelah trauma . • Delayed hematothorax
can accur at some interval after blunt chest trauma . Dalam kasus
tersebut evaluasi awal , termasuk dada radiography , mengngkapkan
temuan dari patah tulang rusuk yang menyertainya tanpa
intrathoracic patologi , Namun jam untuk hari kemudian , seorang
hematothorax terlihat . Mekanisme diyakini baik pecah terkait trauma
dinding dada hematom ke dalam rongga pleura / perpindahan dari
tulang rusuk patah ujungnya dengan interkostalis akhirnya gangguan
terhadap kapal – kapal selama gerakan pernapasan atau batuk . 2.
Intrathoracic cedera tumpul • Hematothorax besar biasanya
berhubungan struktur vaskular cedera . Gangguan atau robekan
besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat menyebebkan
perdarahan masif / exsanguinating . • Hemodinamik menifestasi
terkait dengan hematothorax besar adalah mereka dari hemorrhagic
shock . Gejala – gejala dapat berkisar dari ringan sampai mendalam ,
tergantung pada jumlah dan laju perdarahan ke dalam rongga dada
dari sifat dan tingkat keparahan cedera terkait . • Karena koleksi
besar darah akan menekan paru – paru ipsilateral , pernapasan
terkait termasuk manifestasi tachypnea dan dlam beberapa kasus
hypoxemia . • Berbagai temuan fisik seperti memar , rasa sakit ,
ketidakstabilan / krepitus pada palpasi atas rusuk retak , cacat
dinding dada / gerakan dinding dada paradoksal dapat
mengakibatkan kemungkinan hematothorax bersamaan dalam kasus
cedera tumpul dinding dada . Ketumpulan pada perkusi diatas bagian
yang terkena sering hemotorax dicatat dan lebih sering ditemukan
selama lebih tergantung daerah torax jika pasien tegak . Berkurang /
tidak hadir pada auskultasi bunyi napas dicatat di atas wilayah
hemotothorax . Pemeriksaan diagnostik a. Sinar X dada : menyatakan
akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung) b. GDA : Variabel
tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2
kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun,
saturasi oksigen biasanya menurun. c. Torasentesis : menyatakan
darah/cairan serosanguinosa (hemothorak). d. Hb : mungkin
menurun, menunjukan kehilangan darah. Komplikasi Adhesi pecah,
bula paru pecah. Penatalaksanaan a) Hemothorak kecil : cukup
diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan tindakan
khusus. b) Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi
transfusi. Dipungsi sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika
ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air. c) Hemothorak besar :
diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi. B.
SELANG DADA Pengertian Selang Dada adalah dapat bekerja sebagai
drain untuk udara ataun cairan. Untuk mengatasi masalah-masalah
gangguan pulmonal tersebut, selang dimasukan kedalam rongga
pleura (antara pleura parietalis dan viseralis) agar tekanan negatif
intra pleural kembali normal. Pada bedah jantung selang ditempatkan
kedalam pericardium atau mediastinum dibawa insisi sternotomi
selang dada diletakan sebelum dilakukan sebelum penutupan
sayatan pada pembedahan paru dan jantung atau dilakukan ditempat
tidur sebagai tindakan kedaruratan untuk mengatasi pneumothorak
atau hemothorak. Selang disambungkan pada system drainase water
seal (Atrium, Pleure-vac, Segel sentinel, thora-klex, atau thora-seal
III ). Sistem pembuangan cairan melalui dada terdiri dari system 1
botol, 2 botol atau 3 botol, bila jumlah cairan dan udara yang
dikeluarkan sangat banyak. Apabila terdapat dua tempat
pemasangan selang, maka kemungkinan kedua selang itu
disambungkan pada system drainase bersegel (WSD) dengan
menggunakan Y konektor. Tujuan Pemberian Selang Dada Untuk
mengeluarkan udara, cairan atau keduanya dari rongga thorak.
Macam-macam selang dada yang di gunakan a) Selang lebih kecil (16
–20 French) digunakn untuk buang udara b) Selang lebih besar (20 –
26 French) untuk alirkan darah/drainase pleural yang kental. Sistem
Drainasi Selang Dada a. Sistem 1 botol b. Sistem 2 botol c. Sistem 3
botol d. Unit Water Seal (sekali pakai) e. Flutter Valve f. Screw Valve
g. Calibrated Spring Efek pernapasan pada tekanan intra pleural
Siklus ventilasi Tekanan Intra pleura Istirahat -5 cm H2O Inspirasi - 6 -
- 12 cm H2O Ekspirasi - 4 - - 8 cm H2O Indikasi Pemasangan Selang
Dada a. Hemothorak (penyebab trauma dada, neoplasma, robekan
pleural, kelebihan anti koagulan, pasca bedah thorak) b.
Pneumothorak 1) spontan > 20 % (penyebab ruptur bleb) 2) Desakan
(penyebab ventilasi mekanik, luka tusuk tembus, klem selang dada
terlalu lama, kerusakan segel pada system drainase selang dada. 3)
Fistula Broncko pleural (penyebab kerusakan jaringan, tumor,
aspiorasi bahan kimia toksis). 4) Efusi pleural (penyebab neoplasma).
5) Para Pneumonia terkomplikasi (penyebab penyakit kardio
pulmoner serius - kondisi inflamasi. - Pus > (Empiema) - Glukosa < 40
mg/dl - Pewarnaan gram positif/kultur bakteri - PH < 7,0 - PH 7,0 - 7,2
dan LDH > 1000 IU / L - Chilothoraks (penyebab trauma, malignansi,
abnormalitas congenital). Komplikasi Pemberian Selang Dada a.
Tension pneumo thorak (karena sumbatan pada selang) b. Empisema
sub cutan (karena udara masuk kedalam jaringan sub cutan).
ASUHAN KEPERAWATAN A. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan klasifikasi Doenges, dkk (2000) riwayat keperawatan
yang perlu dikaji adalah : 1) Aktifitas / istirahat. Gejala : Dispnea
dengan aktifitas ataupun istirahat 2) Sirkulasi Tanda : o Takikardia, o
Frekwensi tidak teratur/disritmia o S3 atau S4 / irama jantung gallop
(gagal jantung sekunder terhadap effusi) o Nadi apical berpindah oleh
adanyapenyimpangan mediastinal (dengan tegangan pneumothorak).
o Tanda Homan (bunyi renyah s/d denyutan jantung, menunjukan
udara dalam mediastinum). o Tekanan Darah : Hipertensi / hipotensi
3) Integritas Ego Tanda : ketakutan, gelisah 4) Makanan / Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan 5) Nyeri /
Kenyamanan Gejala : - Nyeri dada unilateral, meningkat karena
pernapasan, batuk. - Timbul tiba-tiba sementara batuk atau regangan
(pneumothorak spontan). - Tajam dan nyeri menusuk yang diperberat
oleh napas dalam, kemungkinanan menyebar keleher, bahu abdomen
(Effusi Pleural). Tanda : - Berhati-hati pada area yang sakit - Perilaku
distraksi. - Mengkerutkan wajah. 6) Pernapasan Gejala : - kesulitan
bernapas, lapar napas - Batuk (mungkin gejala yang ada) - Riwayat
bedah dada/trauma: Penyakit paru kronik, inflamasi/infeksi paru
(Empiema, Efusi) ; penyakit interstisial menyebar (Sarkoidosis) ;
keganasan (mis: Obstruksi tumor). - Pneumothorak spontan
sebelumnya, ruptur empisematous bula spontan, bleb sub pleural
(PPOM). Tanda : - Pernapasan ; peningkatan frekwensi/takipnea -
Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan
pada dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat. -
Bunyi napas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat) - Fremitus
menurun (sisi yang terlibat). - Perkusi dada : Hiperresonan diatas area
terisi udara (pneumothorak), bunyi pekak diatas area yang terisi
cairan (hemothorak) - Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada
tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan
penmgembangan thorak (are yang sakit). - Kulit : pucat, sianosis,
berkeringat, krepitasi subcutan (udara pada jaringan dengan palpasi).
- Mental : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan - Penggunaan ventilasi
mekanik tekanan positif / terapi PEEP. 7) Keamanan Gejala : - Adanya
trauma dada - Radiasi / kemoterapi untuk keganasan. B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN 1) Tak efektif pola pernapasan b/d penurunan
ekspansi paru. 2) Resiko tinggi penghentian napas b/d penyakit saat
ini/proses cedera, system drainase dada. 3) Nyeri akut berhubungan
dengan pembengkakan atau kerusakan jaringan. 4) Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal. 5) Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage. 6) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
tempat masuknya organisme C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1.
Takefektif pola pernapasan b/d penurunan ekspansi paru HASIL YANG
DIHARAPKAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1hgthshshs f11
1. Identifikasi etiologi /factor pencetus, contoh kolaps spontan,
trauma, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik. 2. Evaluasi fungsi
pernapasan, catat kecepatan/pernapasan serak, dispnea, terjadinya
sianosis, perubahan tanda vital. 3. Awasi kesesuaian pola pernapasan
bila menggunakan ventilasi mekanik dan catat perubahan tekanan
udara. 4. Auskultasi bunyi napas. 5. Catat pengembangan dada dan
posisi trahea. 6. Kaji fremitus. 7. Kaji adanya area nyeri tekan bila
batuk, napas dalam. 8. Pertahankan posisi nyaman (peninggian
kepala tempat tidur). 9. Pertahankan perilaku tenang, Bantu klien
untuk kontrol diri dengan gunakan pernapasan lambat/dalam. 10. Bila
selang dada dipasang : - Periksa pengontrol pengisap untuk jumlah
hisapan yang benar (batas air, pengatur dinding/meja disusun tepat).
- Periksa batas cairan pada botol pengisap pertahankan pada batas
yang ditentukan. - Observasi gelembung udara botol penampung. -
Evaluasi ketidak normalan/kontuinitas gelembung botol penampung. -
Tentukan lokasi kebocoran udara (berpusat pada pasien atau system)
dengan mengklem kateter torak pada bagian distal sampai keluar
dari dada. - Klem selang pada bagian bawa unit drainase bila
kebocoran udara berlanjut. - Awasi pasang surut air penampung
menetap atau sementara. - Pertahankan posisi normal dari system
drainase selang pada fungsi optimal. - Catat karakteristik/jumlah
drainase selang dada. - Evaluasi kebutuhan untuk memijat selang
(milking). - Pijat selang hati-hati sesuai protocol, yang meminimalkan
tekanan negatif berlebihan. - Bila kateter torak putus/ lepas.Observasi
tanda distress pernapasan - Setelah kateter torak dilepas. Tutup sisi
lubang masuk dengan kasa steril. INTERVENSI KOLABORASI - Kaji seri
foto thorak. - Awasi GDA dan nadi oksimetri, kaji kapasitas
vital/pengukuran volume tidal. - Berikan oksigen tambahan melalui
kanula/masker sesuai indikasi. Pemahaman penyebab kolaps paru
perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat dan memilih
tindakan terapiutik yang tepat. Distres pernapasan dan perubahan
pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologis dan
nyeri menunjukan terjadinya syok b/d hipoksia/perdarahan. Kesulitan
bernapas dengan ventilator atau peningkatan tekanan jalan napas
diduga memburuknya kondisi/terjadi komplikasi (ruptur spontan dari
bleb, terjadi pneumotorak). Bunyi napas dapat menurun atau tidak
ada pada lobus, segmen paru/seluruh area paru (unilateral). Area
Atelektasis tidak ada bunyi napas dan sebagian area kolaps menurun
bunyinya. Pengembangan dada sanma dengan ekspansi paru. Deviasi
trahea dari area sisi yang sakit pada tegangan pneumothoraks. Suara
dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi cairan /
konsolidasi. Sokongan terhadap dada dan otot abdominal buat batuk
lebih efektif/mengurangi trauma. Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yanmg tidak sakit
Membantu pasien alami efek fisiologis hipoksia yang dapat
dimanifestaikan sebagai ansietas/takut Mempertahankan tekanan
negatif intra pleural sesuai yang diberikan, meningkatkan ekspansi
paru optimum atau drainase cairan. Air botol penampung bertindak
sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk kearea
pleural. Gelembung udara selama ekspirasi menunjukan lubang angin
dari pneumothorak (kerja yang diharapkan). Bekerjanya pengisapan,
menunjukan kebocoran udara menetap mungkin berasal dari
pneumotoraks besar pada sisi pemasangan selang dada (berpusat
pada pasien), unit drainase dada berpusat pada system. Bila
gelembung berhenti saat kateter diklem pada sisi pemasangan,
kebocoran terjadi pada pasien (sisi pemasukan / dalam tubuh pasien).
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system. Botol penampung
bertindak sebagai manometer intra pleural (ukuran tekanan
intrapleural), sehingga fluktuasi (pasang surut) tunjukan perbedaan
tekanan antara inspirasi dan ekspirasi. Pasang surut 2-6 selama
inspirasi normal dan sedikit meningkat saat batuk. Fluktuasi
berlebihan menunjukan abstruksi jalan napas atau adanya
pneumothorak besar. Berguna untuk mengevaluasi kondisi/terjadinya
komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.
Pemijatan mungkin perlu untuk meyakinkan/mempertahankan
drainase pada adanya perdarahan segar/bekuan darah besar atau
eksudat purulen (Empiema). Pemijatan biasanya tidak nyaman bagi
pasien karena perubahan tekanan intratorakal, dimana dapat
menimbulkan batuk/ketidaknyamanan dada. Pemijatan yang keras
dapat timbulkan tekanan hisapan intratorakal yang tinggi dapat
mencederai. Pneumothorak dapat terulang dan memerlukan
intervensi cepat untuk cegah pulmonal fatal dan gangguan sirkulasi.
Deteksi dini terjadinya komplikasi penting, contoh berulang
pneumothorak, adanya infeksi. Mengawasi kemajuan perbaikan
hemothorak/pneumothorak dan ekspansi paru. Mengidentifikasi posisi
selang endotraheal mempengaruhi inflasi paru. Mengkaji status
pertukaran gas dan ventilasi. Alat dalam menurunkan kerja napas,
meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis b/d
hipoksemia. 2. Resiko tinggi penghentian napas b/d penyakit saat
ini/proses cedera, system drainase dada, kurang pendidikan
keamanan/pencegahan. HASIL YANG DIHARAPKAN INTERVENSI
KEPERAWATAN RASIONAL - Klien dapat Mengenal kebutuhan/mencari
bantuan untuk mencegah komplikasi - Pemberi perawatan akan
menghindari/perbaikan lingkungan dan bahaya fisik 1. Kaji dengan
pasien tujuan / fungsi drainase dada. 2. Pasangkan kateter torak
kedinding dada dan berikan panjang selang ekstra sebelum
memindahkan/mengubah posisi pasien : - Amankan sisi sambungan
selang. - Beri bantalan pada sisi dengan kasa/plester. 3. Amankan
unit drainase pada tempat tidur pasien 4. Berikan alat transportasi
aman bila pasien dikirim keluar unit untuk tujuan diagnostik. 5. Awasi
sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit. 6. Anjurkan pasien
untuk menghindari berbaring/menarik selang. 7. Identifikasi
perubahan / situasi yang harus dilaporkan pada perawat. Contoh
perubahan bunyi gelembung, lapar udara tiba-tiba, nyeri dada segera
lepaskan alat. Informasi tentang bagaimana system bekerja berikan
keyakinan dan menurunkan kecemasan pasien. Mencegah
terlepasnya kateter dada atau selang terlipat, menurunkan
nyeri/ketidaknyamanan b/d penarikan/penggerakan selang.
Mencegah terlepasnya selang. Melindungi kulit dari iritasi / tekanan.
Mempertahankan posisi duduk tinggi dan menurunkan resiko
kecelakaan jatuh/unit pecah. Meningkatkan kontuinitas evakuasi
optimal cairan / udara selama pemindahan. Memberikan pengenalan
dini dan mengobati adanya erosi /infeksi kulit Menurunkan resiko
obstruksi drainase/terlepasnya selang. Intervensi tepat waktu dapat
mencegah komplikasi serius. Pneumothorak dapat berulang
/memburuk karena mempengaruhi fungsi pernapasan dan
memerlukan intervensi darurat. 3. Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan atau kerusakan jaringan. HASIL YANG DIHARAPKAN
INTERVENSI RASIONAL - Menunjukka nyeri hilang / terkontrol -
Menurunnya ketegangan dan rileks, tidur/istirahat dengan tepat 1.
Berikantindakan aman dan nyaman (pijat pinggang), aktivitas hiburan
(menonton TV) 2. Selidiki perubahan karakteristik nyeri 3. Catat
indicator non-verbal dan respon nyeri dan efek analgesic 4. Jadwalkan
aktifitas perawatan dan istirahat 5. Ajarkan manajemen stress (teknik
relaksasi) 1. Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien
memfokuskan perhatian pada sesuatu. Dapat menurunkan kebutuhan
dosis/frekuensi analgesic 2. Dapat menunjukan terjadinya komplikasi
yg memerlukan intervensi lanjut 3. Alat menentukan adanya nyeri.
Kebutuhan terhadap keefek tifan obat yg diberikan 4. Mencegah
keluhan terlalu lelah dan dapat meningkatkan koping terhadap stress
5. Meningkatkan rasa sehat. Dapat menurunkan kebutuhan analgesic
dan meningkatkan penyembuhan. DAFTAR PUSTAKA Barbara c. long
(1996), Perawatan Medikal Bedah , Suatu pendekatan Proses
Keperawatan, Yayasan Ikatan Alumni Keperawatan Pajajaran,
Bandung. Barbara Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan
Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI Vol.1, EGC, Jakarta Jonh. A Boswick
(1997), Perawatan Gawat Darurat, EGC, Jakarta. LAB/UPF ILMU BEDAH
(1988), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,
Jakarta.
Diposkan oleh Ardyan pradana di 23:26