KATA PENGANTAR Akta Notaris - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan...
Transcript of KATA PENGANTAR Akta Notaris - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan...
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan anugerahnya saya dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
yang berjudul “Keabsahan Pengangkatan Anak Yang Hanya Menggunakan
Akta Notaris”.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan skripsi ini ialah sebagai salah satu
tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moral maupun materiil yang
tidak ternilai harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kiranya
saya menghaturkan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.H. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. Gede Made Swardana, S.H.,M.H. Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H.,M.H. Pembantu Dekan II Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Gede Yusa, S.H.,M.H. Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, S.H.,M.H., Ketua Bagian Hukum
Keperdataan.
6. Bapak Ida Bagus Putra Atmadja, S.H.,M.H., Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi
ini.
7. Ibu A.A Sagung Wiratni Darmadi, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi
ini.
8. Bapak Dr. I Ketut Wirawan, S.H.,M.H., Dosen Pembimbing Akademik.
9. Beberapa Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama mengikuti
perkuliahan.
10. Beberapa pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana.
11. Bapak A.A Kompiang Raka, S.H., Ibu A.A Putu Adi, A.A Ayu Manik
Pratiwiningrat, S.H., selaku keluarga dari penulis yang telah mendukung
penulis.
12. Made Ayu Satya Driti, orang terdekat penulis yang selalu memberikan
motivasi dan semangat dalam penulisan tugas akhir ini.
13. Sahabat-sahabat saya I.B Abhimantara dan I.B Suambara Manuaba yang
selalu memberikan motivasi yang besar dalam penulisan tugas akhir ini.
14. Sahabat-sahabat seperjuangan saya di Fakultas Hukum Universitas
Udayana;, Kurnia Uttara, A.A. Gede Adinanta, Manik Askare, Reina
Dwinanda,Hendra Pranata, dan Oka Cendana, terima kasih atas bantuan
rekan-rekan yang tak ternilai harganya.
viii
15. Seluruh rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu khususnya
yang telah turut serta dalam perjuangan saya memperoleh gelar Sarjana
Hukum.
Saya menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan
skripsi ini yang mungkin belum dapat dikatakan sempurna.Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan para pihak yang
merasa berkepentingan.
Denpasar, 7 Desember 2016
A.A Gede Agung Suyoga
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... i
HALAMAN PRASYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................... iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ...................... iv
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Ruang Lingkup Masalah .......................................................................... 6
1.4 Orisinalitas Penelitian ............................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
a. Tujuan Umum ..................................................................................... 8
b. Tujuan Khusus .................................................................................... 9
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
a. Manfaat Teoritis .................................................................................. 9
b. Manfaat Praktis ................................................................................... 10
1.7 Landasan Teoritis ...................................................................................... 10
1.8 Metode Penelitian ..................................................................................... 15
a. Jenis Penelitian .................................................................................... 15
x
b. Sifat Penelitian ..................................................................................... 16
c. Sumber Data ........................................................................................ 16
d. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 18
e. Teknik Analisis Data ............................................................................ 18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, PENGANGKATAN
ANAK, NOTARIS DAN AKTA
2.1 Anak ........................................................................................................... 19
2.1.1 Pengertian Anak ................................................................................ 20
2.1.2 Jenis – Jenis Anak ............................................................................. 20
2.2 Pengangkatan Anak .................................................................................... 24
2.2.1 Pengertian Pengangkatan Anak......................................................... 26
2.2.2 Jenis –Jenis Pengangkatan Anak ....................................................... 27
2.2.3 Tujuan Pengangkatan Anak .............................................................. 37
2.3 Notaris ........................................................................................................ 38
2.3.1 Pengertian Notaris ............................................................................. 39
2.3.2 Kewenangan, Kewajiban, dan Larangan Notaris .............................. 40
2.3.3 Akta Notaris ...................................................................................... 46
BAB III PENGATURAN KEABSAHAN PENGANGKATAN ANAK
YANG HANYA MELALUI AKTA NOTARIS
3.1. Dasar hukum pengangkatan anak.............................................................. 48
3.2. Syarat-syarat pengangkatan anak .............................................................. 49
3.3. Sahnya Pengangkatan Anak ...................................................................... 57
x
BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENGANGKATAN ANAK YANG
HANYA MENGGUNAKAN AKTA NOTARIS
4.1 Pengangkatan anak yang tidak sah menurut Hukum ................................. 60
4.2 Akibat hukum dari pengangkatan anak yang hanya menggunakan
akta notaris ................................................................................................. 64
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 67
5.2 Saran-saran ................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Keabsahan Pengangkatan Anak Yang Hanya Menggunakan
Akta Notaris”. Maka dari itu permasalahan yang diuraikan dalam skripsi ini
adalah bagaimana prosedur pengangkatan anak yang sah ditinjau dari Undang -
Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak dan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 110
Tahun 2009 Tentang Persyaratan Pengangkatan Anak dan bagaimana akibat jika
pengangkatan anak tidak dilakukan sesuai dengan prosedur. Metode penelitian
yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian empiris.
Prosedur pengangkatan anak telah tertuang dalam Pasal 12 ayat (1), Pasal 13,
Pasal 14, dan Pasal 17 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Pasal 37 huruf b, dan Pasal 38
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2009 Tentang
Persyaratan Pengangkatan Anak. Ketentuan yang telah tertuang dalam peraturan
perundang – undangan tersebut belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur, maka
menurut Negara pengangkatan anak tidak dapat dikatakan sah dan akibatnya hak –
hak anak akan terancam.
Kata Kunci: Keabsahan, Pengangkatan Anak, Akta Notaris
xii
ABSTRACT
This thesis entitled "Validity of Adoption Who Only Use Notary Deed". Thus the
problems outlined in this paper is how the procedure of adoption is valid in terms
of the Act - Law of the Republic of Indonesia Number 54 Year 2007 on the
Implementation of Child Adoption and Regulation of Minister of Social Affairs of
the Republic of Indonesia Number 110 Year 2009 About Terms of Adoption and
how the consequences of the appointment children are not conducted in
accordance with the procedure. The method used in this thesis is empirical
research methods. The procedure of adoption has been stipulated in Article 12
paragraph (1), Article 13, Article 14 and Article 17 of Law - Law of the Republic
of Indonesia Number 54 Year 2007 on the Implementation of Child Adoption,
Article 37 subsection b, and Article 38 of the Regulation of the Minister of Social
Affairs of the Republic of Indonesia Number 110 Year 2009 About Terms of
Adoption. Provisions which have been stipulated in the laws have not been
implemented in accordance with the procedures, then by country, that adoption
can not said valid and consequently the rights children will be threatened.
Keywords: Validity, adoption, Notary Deed
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan makhluk hidup untuk saling berpasangan, sama
seperti hal nya manusia, manusia yang merupakan makhluk sosial tentu
membutuhkan manusia lainnya. Manusia ini yang sebagai makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri tentunya harus mencari pasangan hidup, maksud dari
pencarian pasangan hidup ini tentunya untuk membentuk sebuah komunitas kecil
yang biasa kita sebut dengan keluarga.
Untuk membentuk sebuah keluarga maka pria dan wanita harus
melangsungkan perkawinan agar dapat dianggap sebagai pasangan yang sah.
Seperti yang tertuang dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa “ perkawinan adalah
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, jadi menurut perundangan perkawinan
itu ialah ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita, berarti perkawinan
sama dengan perikatan (verbindtenis).1
Dalam membentuk sebuah keluarga, selain sebuah naluri manusia yang
sebagai makhluk sosial untuk hidup berpasangan, pembentukan keluarga yang
1Hilman Hadikusuma, 2007, Hukum Perkawinan Indonesia, Sumber Sari Indah, Bandung, hal.7
2
2
bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan, dimana pemeliharaan dan
pendidikan anak – anak menjadi hak dan kewajiban orang tua. Dengan demikian
yang menjadi tujuan perkawinan menurut perundangan adalah untuk kebahagiaan
suami istri, untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan keagamaan, dalam
kesatuan keluarga yang bersifat parental (ke-orangtua-an).2 Dengan kehadiran
anak sebagai penerus keturunan dalam keluarga tentunya diharapkan akan
memberikan kebahagiaan yang lebih besar dalam sebuah keluarga. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1), dijelaskan bahwa anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Anak yang merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa
adalah keinginan terbesar dari setiap keluarga, namun pada kenyataannya tidak
sedikit pasangan suami istri yang telah lama membina rumah tangga, belum juga
dikaruniai keturunan yang dapat melengkapi keindahan dan kebahagiaan rumah
tangga mereka,3sehingga beberapa keluarga pada akhirnya memilih untuk
melakukan adopsi anak.
Secara etimologi, adopsi berasal dari kata “adoptie” bahasa Belanda, atau
“adopt” (adoption) bahasa Inggris, yang berarti pengangkatan anak, mengangkat
anak, dalam bahasa arab disebut “tabanni” yang menurut Mahmud Yunus
2Hilman Hadikusuma, Ibid, hal.21 3Ali Affandi, 1986, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian Menurut Kitab Undang –
Undang Hukum Perdata (BW), Bina Aksara, Jakarta, hal.28
3
3
diartikan dengan mengambil anak angkat.4Kata adopsi berarti pengangkatan
seorang anak dijadikan seperti anak kandung atau anak sendiri.5
Pengangkatan anak biasa dilakukan di Indonesia. Pengangkatan anak
tersebut dilakukan dengan motif yang berbeda-beda, antara lain, untuk
mempunyai anak bagi pasangan yang tidak memiliki keturunan atau sebagai
sarana memancing anak bagi pasangan yang belum memiliki anak dengan harapan
akan mendapatkan anak dari darah dagingnya sendiri. Selain itu, pengangkatan
anak dilakukan karena sebagai rasa belas kasihan terhadap anak terlantar, miskin,
yatim piatu, dan sebagainya.6 Dapat pula ditambahkan, bahwa alasan
pengangkatan anak, antara lain karena hanya mempunyai anak laki – laki, maka
diangkatlah seorang anak perempuan atau sebaliknya, dan juga karena adanya
hubungan keluarga, atas permintaan orang tua kandung si anak kepada suatu
keluarga agar supaya anaknya dijadikan anak angkat.7
Anak angkat adalah anak yang diambil oleh seseorang, sebagai anaknya,
dipelihara, diberi makan, diberi pakaian, kalau sakit diberi obat, supaya tumbuh
menjadi dewasa, diperlakukan sebagai anaknya sendiri, dan bila nanti orang tua
angkatnya meninggal dunia dia berhak atas warisan orang yang mengangkatnya.
Lalu pengertian pengangkatan anak dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan
Anak pada Pasal 1 ayat(2) dijelaskan bahwa pengangkatan anak adalah suatu
4Muderis Zaini, 1999, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, hal.4 5Yan Pramadya Puspa, 1977, Kamus Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, hal.37
6Rika Saraswati, 2015, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal.61 7Lulik Djatikumoro, 2011, Hukum Pengangkatan Anak di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal.9
4
4
perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan
orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,
pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga orang
tua angkat.
Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya.Kewajiban yang dimaksud disini adalah bahwa orang tua wajib
memberikan perlindungan terhadap anaknya dan wajib memberikan pendidikan
yang layak kepada anaknya, Kewajiban orang tua yang dimaksud berlaku sampai
anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban berlaku terus meskipun
perkawinan antara kedua orang tua putus.8
Pengangkatan anak merupakan suatu perbuatan hukum karena harus
melalui proses hukum dan adanya penetapan hakim di pengadilan. Anak-anak
yang diangkat oleh para pasangan suami istri, bukan hanya berasal dari anak
yatim piatu saja, namun ada juga yang mengangkat anak dari kalangan yang
berkeluarga.
Selain pengangkatan anak antar warga negara Indonesia, kini
pengangkatan anak dengan perbedaan warga negara pun juga sering
dilakukan.Kini banyak warga negara asing yang mengangat anak warga negara
Indonesia. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2007
Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak Pasal 7 menyebutkan bahwa
pengangkatan anak terdiri atas pengangkatan anak antara warga negara Indonesia
dan pengangkatan anak antara warga negara Indonesia dengan warga negara
8H.R Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, 2016, Hukum Perlindungan Anak, PTIK,
Jakarta, hal.10
5
5
asing. Proses pengangkatan anak oleh warga negara asing tidaklah sama seperti
proses pengangkatan anak antara warga negara Indonesia. Pengangkatan anak
terhadap warga negara Indonesia oleh warga negara asing harus melalui Lembaga
Pengasuhan Anak atau Yayasan Panti Asuhan yang ditunjuk oleh Departemen
Sosial untuk melakukan Intercountry Adoption.
Pengangkatan anak dilakukan oleh Lembaga Pengasuhan Anak dan diatur
dalam ketentuan umum angka 6 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor 40/HUK/KEP/IX/1980 tentang Organisasi Sosial yang menyatakan bahwa
“Organisasi Sosial/Lembaga Sosial adalah lembaga kesejahteraan sosial yang
berbadan hukum yang menangani pengasuhan anak yang ditunjuk oleh Dinas
Sosial melalui Surat Keputusan Menteri Sosial sebagai penyelenggara
pengangkatan anak.
Pengangkatan anak yang terjadi sering diketahui dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, namun ada juga pengangkatan anak yang dilakukan tidak
sesuai prosedur seperti pengangkatan anak yang dilakukan oleh Margaret.
Pengangkatan anak yang dilakukan oleh Margaret terhadap Angeline dapat
dikatakan tidak sah karena tidak memenuhi semua prosedur yang sudah diatur,
pengangkatan Angeline oleh Margaret hanya melewati proses Akta Notaris. Akta
Notaris adalah tahapan awal dalam pengangkatan anak, dalam pengangkatan anak
putusan pengadilan adalah bukti bahwa suatu pengangkatan anak itu sah, dan
dalam kasus Angeline ini, persyaratan pengangkatan anak bahkan bukan hanya
mendapat putusan pengadilan saja, karena seperti diketahui, ayah angkat Angeline
merupakan pria berkewarganegaraan Amerika Serikat sehingga selain
6
6
membutuhkan putusan pengadilan, pihak ayah angkat juga harus mendapatkan
izin dari negara asalnya, maka berdasarkan tata cara pengangkatan anak yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 110 Tahun
2009 Tentang Persyaratan Pengangkatan Anak, proses pengangkatan Angeline
sebagai anak oleh Margaret dan suaminya dapat dikatakan tidak sah atau
menyalahi aturan dan berdasarkan latar belakang diatas maka judul dari karya
tulis skripsi ini adalah “KEABSAHAN PENGANGKATAN ANAK YANG
HANYA MENGGUNAKAN AKTA NOTARIS”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keabsahan pengangkatan anak yang hanya melalui akta
notaris?
2. Bagaimana akibat hukum dari pengangkatan anak yang hanya
menggunakan akta notaris?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah yang dapat dikatakan baik, perlu
kiranya untuk ditentukan batasan – batasan mengenai pokok – pokok bahasan atau
materi yang akan diuraikan sehingga pembahasan atau materi – materi yang
dijabarkan dapat fokus atau tidak menyimpang dari pokok penelitian yang di
bahas. Penelitian karya ilmiah ini memiliki ruang lingkup permasalahan yang di
fokuskan mengenai bagaimana prosedur pengangkatan anak yang benar dan apa
akibat dari pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan prosedur.
7
7
1.4. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini akan memfokuskan penelitian pada bagaimana akibat
pengangkatan anak yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku di Indonesia.
Pada umumnya penelitian mengenai anak mengangkat tema tentang prosedur
pengangkatan anak di Indonesia sedangkan untuk pembahasan secara khusus
mengenai bagaimana akibat dari pengangkatan anak yang tidak sesuai prosedur,
namun ada beberapa penelitian yang memiliki kesamaan objek dengan penelitian
ini, antara lain sebagai berikut:
JUDUL
PENELITIAN
TAHUN
TEMPAT
RUMUSAN
MASALAH
1. Tinjauan
Yuridis
Pengangkat
an Anak
Warga
Negara
Indonesia
Oleh Warga
Negara
Asing
2013
Fakultas Hukum
Universitas Negeri
Semarang
1. Bagaimana
prosedur
pelaksanaan
pengangkatan anak
warga negara
Indonesia oleh
warga negara asing
(intercountry
adoption) di
Indonesia?
2. bagaimana akibat
hukum yang terjadi
terhadap
pengangkatan anak
warga negara
Indonesia oleh
warga negara asing
tersebut?
8
8
2. Pengangkat
an Anak
Sebagai
Upaya
Pemenuhan
Hak Anak
2014
Fakultas Syari’ah
Dan Hukum
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
1. Bagaimanakah
pelaksanaan
pengangkatan anak
di yayasan Sayap
Ibu Yogyakarta dan
bagaimana
kaitannya dengan
usaha pemenuhan
hak anak?
2. Bagaimana
akibat hukum
pengangkatan anak
yang diangkat baik
terhadap orang tua
angkat maupun
orang tua kandung?
Berdasarkan uraian table diatas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini
berbeda dengan penelitian tentang pengangkatan anak yang telah ada, dimana
penelitian ini berjudul “KEABSAHAN PENGANGKATAN ANAK YANG
HANYA MENGGUNAKAN AKTA NOTARIS” dengan menitik beratkan pada
konteks bagaimana jika pengangkatan anak tidak sesuai prosedur.
1.5. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Penulisan suatu karya ilmiah tidak dapat dilepaskan dari tujuan penelitian
itu sendiri sebagai bentuk kemanfaatan dan pertanggung jawaban, adapun tujuan
umum dari penulisan karya ilmiah ini yaitu;
1) Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di bidang
penelitian;
9
9
2) Untuk mengembangkan dan mengekspresikan ilmu yang telah dipelajari
selama masa perkuliahan;
3) Melatih kemampuan dan nalar mahasiswa dalam menuangkan pemikiran –
pemikiran ilmiah secara tertulis;
4) Untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata
1 (satu) pada bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini meliputi;
1) Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis mengenai bagaimana
prosedur pengangkatan anak yang benar di Indonesia dan mengetahui
apakah prosedur ini sudah dijalankan dengan benar di lapangan;
2) Untuk mengetahui akibat – akibat hukum apa saja yang dapat ditimbulkan
akibat dari pengangkatan anak yang tidak sesuai prosedur;
3) Dapat memberikan solusi dari persoalan – persoalan yang dijabarkan
dalam karya ilmiah ini yang dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, serta dapat digunakan sebagai
acuan oleh pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam
10
10
terhadap permasalahan dari keabsahan pengangkatan anak ditinjau dari segi
hukum perdata indonesia (studi kasus margaret-angeline.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
seluruh bagian yang terkait dalam kegiatan pengangkatan anak khususnya dalam
hal ini ketika sepasang suami istri ingin melakukan pengangkatan anak yang
nantinya karya ilmiah ini dapat membantu menerangkan bagaimana prosedur
pengangkatan anak yang benar agar mendapat status sebagai orang tua angkat
yang sah.
1.7. Landasan Teoritis
Dalam penulisan karya ilmiah ini tentu dalam penulisanya haruslah
berdasarkan teori – teori yang berkaitan dari pokok – pokok persoalan yang
dibahas dalam karya ilmiah ini.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari
kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia
membutuhkan manusia lain untuk saling berbagi dan melengkapi. Hal inilah yang
membuat manusia hidup berkelompok dan melakukan suatu hubungan sosial.
Untuk menjaga agar hubungan tersebut berjalan baik, maka manusia yang hidup
dalam kelompoknya membuat aturan hokum yang mengikat setiap orang yang
tinggal dalam kelompoknya,9 manusia yang hidup dalam kelompok ini
dikarenakan ketidakmampuan manusia untuk hidup sendiri, manusia mulai
9C.S.T Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, hal.29
11
11
membentuk sebuah keluarga, keluarga terdiri dari pasangan laki – laki dan
perempuan. Dalam sebuah keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan manusia
sebagai makhluk sosial, setiap keluarga juga mengharapkan adanya penerus dari
keluarga mereka yaitu seorang anak.Anak dalam keluarga adalah hal yang penting
namun tidak semua keluarga bisa memiliki anak dan pada akhirnya memilih
mengangkat anak atau adopsi.
Dari segi terminologi, adopsi diartikan dalam Kamus Besar Bahasa
Indoesia dijumpai arti anak angkat yaitu “anak orang lain yang diambil dan
disamakan dengan anaknya sendiri”. Menurut Soerjono Soekanto adopsi adalah
suatu perbuatan mengangkat anak untuk dijadikan anak sendiri atau mengangkat
seseorang dalam kedudukan terntentu yang menyebabkan timbulnya hubungan
yang seolah-olah didasarkan pada faktor hubungan darah.10
Di dalam KUHPerdata tidak ditemukan definisi seorang anak, tetapi
berdasarkan pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menegaskan bahwa
anak yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21
(dua puluh satu) tahun dan belum menikah menikmati hak dan memenuhi
kewajibannya masih memerlukan bantuan orang tuanya, walinya, ataupun orang
lain, karena dianggap belum cukup bertindak terhadap hukum. Ketidakcakapan
seorang anak dianggap menjadikannya dianggap belum dewasa. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hal ini
10Soerjono Soekanto, 1980, Intisari Hukum Keluarga, Alumni, Bandung, hal. 52
12
12
menjelaskan bahwa seseorang diakui sebagai subyek hukum sejak awal
kehidupannya dan jika kepentingannya menghendaki walaupun belum dilahirkan
tetap tetap diakui sebagai subyek hukum.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (9) anak angkat adalah anak yang
haknya dialihkan dari lingkungan kekusasaan orang tua, wali yang sah, atau orang
lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan
atau penetapan pengadilan. Pengaturan pengangkatan ini diatur dalam pasal 39,
pasal 40, dan pasal 41. Hal-hal penting mengenai pengaturan pengangkatan anak
yaitu :
a) Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik
bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b) Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang
diangkat dan orang tua kandungnya.
c) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh
calon anak angkat. Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama
anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.
d) Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan
sebagai upaya akhir
13
13
e) Orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai
asal usulnya dan orang tua kandungnya, dengan memperhatikan kesiapan
anak yang bersangkutan
f) Pemerintah dan masyarakat melakukan bimbingan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan pengangkatan anak
Dalam pengangkatan anak adapun prinsip – prinsip yang harus kita
ketahui untuk melindungi anak yaitu :
a) Anak tidak dapat berjuang sendiri
Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah : anak itu
modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga, untuk itu
hak – haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak –
haknya, banyak pihak yang memengaruhi kehidupannya.Negara dan
masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak – hak
anak.
b) Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child)
Agar perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip
yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai of
paramount importence (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap
keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk
melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan. Prinsip the best
interest of the child digunakan karena dalam banyak hal anak “korban”,
disebabkan ketidaktahuan (ignorance) karena usia perkembangannya. Jika
14
14
prinsip ini diabaikan, maka masyarakat menciptakan monster – monster yang
lebih buruk di kemudian hari.
c) Ancangan daur kehidupan (life – circle approach)
Perlindungan anak mengacu pada pemahaman bahwa perlindungan harus
dimulai sejak dini dan terus menerus.Janin yang berada dalam kandungan
perlu dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui
ibunya. Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu dan pelayanan
kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain – lain,
sehingga anak terbebas dari berbagai kemungkinan cacat dan penyakit.
Masa – masa prasekolah dan sekolah, diperlukan keluarga, lembaga
pendidikan, dan lembaga sosial/keagamaan yang bermutu.Anak memperoleh
kesempatan belajar yang baik, waktu istirahat dan bermain yang cukup, dan
ikut menentukan nasibnya sendiri. Pada saat anak sudah berumur 15 – 18
tahun, ia memasuki masa transisi ke dalam dunia dewasa. Periode ini penuh
resiko karena secara kultural, seseorang akan dianggap dewasa dan secara
fisik memang telah cukup sempurna untuk menjalankan fungsi reproduksinya.
Pengetahuan yang benar tentang reproduksi dan perlindungan dari berbagai
diskriminasi dan perlakuan salah dapat memasuki perannya sebagai orang
dewasa yang berbudi dan bertanggung jawab.Perlindungan hak – hak
mendasar bagi pra dewasa juga diperlukan agar generasi penerus mereka tetap
bermutu.Orang tua yang terdidik mementingkan sekolah anak – anak
mereka.Orang tua yang sehat jasmani dan rohaninya selalu menjaga tingkah
laku kebutuhan fisik maupun emosional anak – anak mereka.
15
15
d) Lintas sektoral
Nasib anak tergantung dari berbagai faktor yang makro maupun mikro yang
langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala
penggusuran, sistem pendidikan yang menekankan hapalan dan bahan – bahan
yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidakadilan, dan
sebgainya tidak dapat ditangani oleh sektor, terlebih keluarga atau anak itu
sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan
sumbangan semua orang disemua tingkatan.
1.8. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan jenis penelitian
hokum yang bersifat empiris, yaitu pada penelitian hokum sosiologis atau empiris,
maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian
dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap
masyarakat.11
Metode penelitian hukum empiris ialah suatu metode penelitian hukum
yang berfungsi untuk dapat melihat hukum dalam artian nyata serta meneliti
bagaimana bekerjanya hukum di suatu lingkungan masyarakat..12
11Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan 2012, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, Hal.52 12Parta Setiawan, 2015, “macam – macam metode penelitian hukum”,
http://www.gurupendidikan.com/macam-macam-metode-penelitian-hukum/, diakses pada tanggal
8 November 2016, Pukul 17.02
16
16
b. Sifat Penelitian
Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum, termasuk pula di
dalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat –
sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam
penelitian ini, teori – teori, ketentuan peraturan, norma – norma hukum, karya
tulis yang dimuat baik dalam literature maupun jurnal, doktrin, serta laporan
penelitian terdahulu sudah mulai ada dan bahkan jumlahnya cukup memadai,
sehingga dalam penelitian ini hipotesis boleh ada atau boleh juga tidak.
c. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini
menggunakan sumber data sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama.Maksudnya adalah data yang diperoleh dalam penelitian
ini langsung dari informan melalui wawancara.Salah satu metode
pengumpulan data dengan cara komunikasi, yakni melalui kontak antara
peneliti (pewawancara) dengan sumber data (responden).Wawancara
dilakukan secara langsung, artinya peneliti (pewawancara) berhadapan
langsung dengan Informan untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang
diinginkan, dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara.13
13Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, hal. 72
17
17
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang berfungsi sebagai
pendamping atau pendukung data sekunder yang tidak secara langsung
memberikan data atau informasi. Sumber data sekunder adalah sumber
data yang diperoleh dari bahan–bahan kepustakaan, arsip–arsip, dokumen–
dokumen yang terdiri dari :14
a. Bahan hukum primer yang meliputi peraturan perundang –
undangan dan dokumen resmi dan data tertulis yang terkait
dengan penelitian ini, seperti Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Keputusan Menteri
Sosial Republik Indonesia Nomor 40/HUK/KEP/IX/1980
tentang Organisasi Sosial, Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2009 Tentang
Persyaratan Pengangkatan Anak, dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Surat Edaran Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983,
StaatsblaadNomor 129 Tahun 1917.
14Soerjono Soekanto II, Loc.Cit
18
18
b. Bahan hukum sekunder sebagai penunjang bahan hukum
primer yang meliputi karya ilmiah hasil – hasil penelitian,
hasil karya dari kalangan hukum dan seterusnya.
d. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan
data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan
wawancara atau interview.Ketiga alat tersebut dapat digunakan masing-masing
atau bersama-sama.15
Dalam karya ilmiah ini, menggunakan teknik pengumpulan data berupa
studi dokumen atau bahan pustaka, dan wawancara atau interview.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengolahan data ke dalam bentuk yang lebih
mudahdimengerti dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, digunakan
metodekualitatif.Tujuan penggunaan metodekualitatif adalah untuk memperoleh
pemahamanpengembangan teori, dimana analisis ini dilakukan secara terus
menerus sejak awalsampai akhir dengan melakukan pendekatan secara umum dari
tujuan penelitian.Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.16
15Soerjono Soekanto II, Op.Cit. hal. 21
16Soerjono Soekanto II, Op.Cit. hal. 32