Asuhan Keperawatan Halusinasi Seminar
-
Upload
ersarizkys -
Category
Documents
-
view
53 -
download
2
Transcript of Asuhan Keperawatan Halusinasi Seminar
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Pada Tn. H dengan Skizofrenia Paranoid
Dosen Pembimbing: Tantri WU, M. Kep. SpKepJ
Drs. Nyoman Sudja, M. Kes
Disusun oleh:
Afwini Laily (P17320313038)
Ani Fitryani (P17320313011)
Ersa Rizky (P17320313026)
Firza Anindhita (P17320313021)
Hasna Oktaviani (P17320313074)
Hilda Nurul Apriani (P17320313046)
Rani Suryani (P17320313070)
Rizka Nurul Husna (P17320313036)
Sihmulyaningtyas P (P17320313054)
Siti Fatimah A A (P17320313029)
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penulisan makalah ini diberi judul : “Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan
Skizofernia Paranoid”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisan kata-kata yang
digunakan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan isi makalah ini dikemudian hari.
Penulis berharap semoga penulisan makalah penelitian ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi para peneliti lanjutan yang
diperlukannya sebagai literatur atau bahan referensi dalam penulisan makalahnya
kelak akan mengadakan penelitian dengan judul dan tema yang sama.
Bogor, November 2015
Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia,
2009).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005).
Halusinasi atau menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. keadaan ini mungkin timbul sebagai reaksi pada masa kritis
yang berlangsung sementara, dan dimanifestasikan dengan tingkah laku
yang menandakan adanya usaha pembatasan hubungan dengan dunia luar
dan reaksi terbatas terhadap rangsang luar. timbulnya reaksi ini berbeda-
beda dari jarang hanya sesekali atau menetap. (Jaya, 2013)
Halusinasi merupakan gangguan presepsi dimana pasien
mempresepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan
tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
B. Jenis - jenis Halusinasi
Ada beberapa halusinasi ( yosep, 2007 ) membagi halusinasi menjadi
delapan jenis meliputi :
1. Halusinasi pendengaran ( auditif, akustik) 70 %
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar
sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasannya suara
2
3
tersebut di tunjukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita
bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut. Suara tersebut
dapat dirasakan berasal dari jauh ataupun dekat bahkan mungkin
datang tiap bagian tubuhnya sendiri.
2. Halusinasi penglihatan (visual, optik) 20%
Lebih sering terjadi pada keadaan delerium (penyakit organik)
biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik) 10%
Halusinasi ini biasannya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa salah pada penderita. Bau
dilambangkan sebagai pengalman yang dianggap penderita sebagai
suatu kombinasi moral.
4. Halusinasi pengecapan (gustatorik) 10%
Walaupun jarang terjadi, biasannya bersamaan dengan halusinasi
penciuman penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik
lebih jarang dari halusinasi gustatorik.
5. Halusinasi raba (taktil) 10%
Merasa diraba, disentuh, ditiup seperti ada ulat yang bergerak dibawah
kulit. Terutama pada keadaan delerium toksis dan skizofrenia.
6. Cenestetik 10 %
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik 10 %
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. Proses Terjadinya Halusinasi
4
Proses terjadinya halusinasi pada pasein akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari
faktor predisposisi dan faktor presipitasi :
1. Faktor predisposisi
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :
a. Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat pengguanaan
NAPZA.
b. Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya
kegagalan yang berulang, korban kekerasan, kurang kasih sayang
atau overproktektif.
c. Sosiobudaya dan Lingkungan
Pasien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah,
riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,
tingkat pendidikan rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), factor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :
a. Faktor Biologis
5
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stres Psikologis
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
D. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan
Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah),
asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
Pikiran LogisPersepsi Akurat
Emosi Konsistensi dengan PengalamanPerilaku sesuai
Berhubungan Sosial
Distorsi pikiran ilusiReaksi emosi berlebihan
Perilaku anehMenarik diri
Gangguan pikir/delusi Reaksi emosi berlebihan
Perilaku disorganisasiIsolasi Sosial
6
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang
sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang
lain.
4. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien
sangat membahayakan.
E. Rentang Respon Halusinasi
ADAPTIF MALADAPTIF
7
Pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat, yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
Emosi konsisten, yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
Perilaku sesuai, yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social
dan budaya umum yang berlaku.
Hubungan social harmonis, yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam
bentuk kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi), yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi
gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang, yaitu menifestasi perasaan atau afek
keluar berlebihan atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa, yaitu perilaku individu berupa
tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh
norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.
Perilaku aneh atau tidak biasa, yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
Menarik diri, yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
Isolasi sosial, yaitu menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi.
8
F. Sumber Koping
Sumber koping berupa pilihan atau strategi yang membantu
untuk menetapkan apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah
ditetapkan Lazarus (1985) dalam Rasmun (2004), mengidentifikasi lima sumber
koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu,
ekonomi, ketrampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan
motivasi.
Kemampuan menyelesaikan masalah termasuk kemampuan untuk
mencari informasi, identifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif
danmelaksanakan rencana. Social skill memudahkan penyelesaian masalah. Aset
materi mengacu pada keuangan, pada kenyataannya sumber keuangan
meningkatkan pilihan koping sesorang dalam banyak situasi stress.
Pengetahuan dan intelegensia adalah sumber koping lainnya yang dimiliki
individu uantuk mengatasi stress. Di samping itu, sumber yang lain dapat
berupa ; kekuatan identitas ego, komitmen untuk jaringan sosial, stabilitas
kultural, suatu sistem yang stabil dari nilai dan keyakinan, orientasi
pencegahan kesehatan dan genetik atau kekuatan konstitusional (Stuart
&Laraisa, 2001).
G. Mekanisme Koping
Menurut Itoh (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
mekanisme koping, yaitu :
1) Harapan akan self- efficacy
Harapan akan self- efficacy berkenaan dengan harapan kita terhadap
kemampuan dirir dalam mengatasi tantangan yang kita hadapi, harapan terhadap
kemampuan diri untuk menampilkan tingkah laku terampil, dan harapan terhadap
kemampuan diri untuk dapat menghasilkan perubahan hidup yang positif
2) Dukungan sosial
9
Menurut Wills & Filer Fegan (dalam itoh, 2009) Peran dukungan sosial
sebagai penahan munculnya stress telah dibuktikan kebenarannya. Para penyelidik
percaya bahwa memiliki kontak sosial yang luas membantu melindungi siste
kekebalan tubuh terhadap stress.
Menurut Taylor (dalam Itoh (2009) individu dengan dukungan sosial tinggi
akan mengalami stress yang rendah ketika mereka mengalami stress, dan mereka
akan mengatasi stress atau melakukan koping lebih baik. Selain itu dukungan
sosial juga menunujukan kemungkinan untuk sakit lebih rendah, mempercepat
proses penyembuhan ketika sakit.
3) Optimisme
Menurut Malthews, ellyn e & cook, paul F (2008) Pikiran yang optimis dapat
menghadapi suatu masalah lebih efektif dibanding pikiran yang pesimis
berdasarkan cara individu melihat suatu ancaman. Pikiran yang optimis dapat
membuat keadaan yang stresful sebagai suatu hal yang harus dihadapi dan
diselesaikan, oleh karena itu, individu lebih akan memilih menyelesaikan dan
menghadpi masalah yang ada dibandingkan dengan individu yang mempunyai
pikiran yang pesimis
4) Usia
Menurut Hamka (2009) Usia berhubungan dengan toleransi seseorang
terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu. Semakin tua umur
seseorang akan terjadi proses penurunan kemampuan fungsi organ tubuh
(regeneratif) akan mempengaruhi dalam mengambil keputusan terutama dalam
menangani penyakit kronis sehingga klien dihadapkan pada masalah yang sangat
kompleks.
10
5) Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara
(mengatasi masalah –masala), dan meningkatkan kesehatannya.Selain itu tingkat
pendidikan individu memberikan kesempatan yang lebih banyak terhadap
diterimanya pengetahuan baru termasuk informasi kesehatan.
Menurut Hamka (2009) bahwa Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang
mudah terkena stres atau tidak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi
dan pengontrolan terhadap stressor lebih baik. Menjelaskan pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
6) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan
sebagainya. Semakin lama seseorang menderita sebuah penyakit dan semakin
lama seseorang mengkonsumsi obat, semakin sering pula orang tersebut bertemu
dengan petugas kesehatan dan mendapatkan informasi seputar penyakit yang
dideritanya, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan pada dirinya. Pengetahuan
merupakan faktor penting terbentuknya perilaku seseorang, semakin tinggi
pengetahuan maka semakin baik pula seseorang dalam memecahkan
permasalahan.
7) Jenis kelamin
11
Menurut Santrock (2006) pendekatan psikologis perkembangan yang
menekankan bawha adaptasi selama perkembangan manusia menghasilkan
kejiwaan berbeda antara pria dan wanita, ini dikarenakan perbedaan peran wanita
dan pria menghadapi perbedaan tekanan dalam lingkungan awal ketika manusia
telah berkembang.
Menurut Hamka (2009) perempuan biasanya mempunyai daya tahan yang
lebih baik terhadap stresor dibanding dengan laki-laki dalam penelitian yang
dilakukannya bahwa jenis kelamin / jender sangat mempengaruhi dalam berespon
terhadap penyakit, stres, serta penggunaan koping dalam menghadapi masalah
kesehatan.
Menurut Yin, Chen & Zang (dalam Affandi,2004)Ada perbedaan
antara anak laki-laki dan perempuan dalam kontrol diri Anak laki-laki
lebih sering menunjukan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit yaitu
gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang
agresif, menantang, menolak otoritas. Perempuan diberi penghargaan atas
sensitivitas, kelebutan, dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong
untuk menonjol emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan
kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Bagi sebagian
anak laki-laki, kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustasi
yang paling bisa diterima secara luas sehingga laki-laki lebih cenderung
memiliki mekanisme koping maladaptif dibandingan dengan perempuan
H. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah:
12
1. Data Subyektif: pasien mengatakan :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
d. Melihat bayangan, bentuk geometris bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
2. Data obyektif
a. Bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab.
c. Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
d. Menutup telinga.
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h. Menutup hidung.
i. Sering meludah.
j. Muntah.
k. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
13
I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengkajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat
isi pengkajian meliputi:
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari –
hari, dependen.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,harapan
orang tua yang tidak realistis,kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu,
Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
14
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien mempunyai
gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti
dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
15
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan aktual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Dalam penyusunan diagnosa keperawatan akan lebih mudah bila kita menggunakan pohon masalah. Dibawah ini adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan sensori presepsi : Halusinasi (Keliat, 2005) antara lain :
1. Risiko perilaku kekerasan 2. gangguan sensori presepsi : Halusinasi3. isolasi sosial
Pohon masalah
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perubahan sensori presepsi : Halusinasi (Keliat, 1998) antara lain :
a. risiko Perilaku Kekerasanb. Gangguan Sensori Presepsi : Halusinasic. Isolasi Sosial
Risiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Sensori Presepsi :Halusinasi
Isolasi Sosial
16
III. Analisa data
Data yang didapatkan sesuai masalah yang ditemukan pada pasien sesuai pohon masalah yang dimiliki.
IV. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan dari pengkajian untuk memenuhi kebutuhan klien yang tidak diketahui. Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan pelaksanaan tindakan. Perencanaan terdiri dari penetapan tujuan, intervensi atau rencana tindakan, dan rasional. Menurut Keliat (2009).1. Penatalaksanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan utama yang ditentukan maka tujuan, intervensi, dan rasionalnya sebagai berikut: tujuan umum klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:a. Tujuan Khusus Pertama : klien dapat membina hubungan saling
percaya.Kriteria Hasil : klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.Rencana Tindakan adalah bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan & tujuan perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi,tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapai klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.Rasional : bila sudah terbina hubungan saling percaya diharapkan klien dapat kooperatif, sehingga pelaksanaan asuha keperawatan dapat berjalan dengan baik.
b. Tujuan Khusus Kedua : klien dapat mengenal halusinasinya.Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi timbulnya halusinasi, klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
17
RencanaTindakan adalah adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, yaitu dengan tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika klien menjawab iya lanjut apa yang dikatakan, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal itu namun perawat sendiri tidak mengalaminya dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi, katakan ada klien lain yang mengalami hal yang sama dan katakan bahwa perawat akan membantu klien, diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi dan waktu serta frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau sering dan kadang-kadang), diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,sedih,senang,cemas dan jengkel) dan diskusikan dengan klien apa yang harus dilakukan dengan klien untuk mengatasi perasaan tersebut.Rasional : kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya, juga dapat memutuskan halusinasi, mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul, memudahkan perawat saat melakukan intervensi, mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan faktor pencetus timbulnya halusinasi. Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pasienm untuk mengetahui koping yang digunakan oleh klien dan agar klien mengetahui akibat dari menikmati halusinasi sehingga klien meminimalisir halusinasinya.
c. Tujuan Khusus Ketiga: klien dapat mengontrol halusinasinya.Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasi, klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi, melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinanasinya dan mengikuti terapi aktivitas kelompo.Rencana Tindakan adalah identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (seperti tidur, marah, menyibukan diri, dll), diskusikan cara yang digunakan klien jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, berikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi seperti katakan pada dir sendiri bahwa ini tidak nyata (saya tidak mau dengar/lihat/menghidu/raba/kecap saat halusinasi terjadi), menemui orang lain ( perawat, teman, anggota keluarga) untuk menceritakan
18
tentang halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah disusun, meminta keluarga/teman/perawat jika sedang berhalusinasi, bantu memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih, beri kesempatan untuk melakukan carayang dipilih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil dan anjurkan klien untuk mengikuti aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi presepsi.Rasional : upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut, peinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien dan memberikan alternatif pilihan bagi klien untuk mengontrol lingkungannya.
d. Tujuan Khusus Keempat : klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusnasinya. Kriteria Evaluasi : keluarga mau untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, dan keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda & gejala, proses terjadinya halusinasi serta tindakan untuk mengendalikan halusinasi.Rencana Tindakan adalah buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuanyang membahas tentang pengertian halusinasi, tanda & gejala, proses terjadinya halusinasi, cara yang dapatdilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah (seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama) dan beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.Rasional : untuk mendapatkan bantuan keluarga mengontrol halusinasi, untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan meningkatkan kemampuan pengetahuan dengan keluarga, agar keluarga dapat merawat klien atau anggota keluarga lain yang berhalusinasi di rumah dan keluarga klien menjadi tahu cara mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.
e. Tujuan Khusus Kelima : klien dapat memanfaatka obat dengan baik.Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak meminum obat, nama, warna, dosis dan efek samping obat, klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.Rencana Tindakan adalah diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, pantau klien saat penggunaan obat, beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
19
dan konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Rasional : dengan menyebutkan dosis, frekuensi, dan manfaat obat, diharapkan klien melaksanakan program pengobatan, menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri, program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana dan dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
V. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya saat ini (here and now).
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikel, sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Lakukan
kontrak dengan klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua
tindakan yang dikerjakan dan respon klien.
VI. Evaluasi Tindakan Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua yaiyu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir (Keliat, 2005).
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.O : respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.A : analisa ulang atas data subyektif untuk menyimpulkan apakan
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi KeliT dengan masalah yang ada.
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil aalisa pada respon klien.
Hasil akhir yang diharapkan setelah dilakukan implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sensori presepsi : halusinasi pendengaran adalah klien mampu mejelaskan pengertian, tanda & gejala,
20
21
waktu dan lamanya halusinasi, klien mampu mengontrol halusinasinya, keluarga dapat mengenal masalah yang ditemukan dalam merawat klien dirmah.
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Tn.H dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
Di rumah sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
Ruang Gatot Kaca
I. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Tn. H
Umur : 35 Tahun
Tempat tanggal lahir : 6 November 1980
Jenis kelamin : laki- laki
Alamat :Jln. Proklamasi, gg. Melati Rt 02/05 No.10
Karawang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Penjual sembako
Status : Belum menikah
Agama : Islam
No.RM : 24 99 20
Tanggal masuk : 27 September 2015
Tanggal pengkajian : 4 November 2015
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat :Jln. Proklamasi, gg. Melati Rt 02/05 No.10
Karawang
Hubungan keluarga : Bapak kandung
22
23
C. Alasan masuk
Klien datang dibawa oleh keluarga dan petugas IGD ke RS. H.
Marzoeki Mahdi karena klien menunjukkan gejala marah- marah,
mengancam, mengganggu lingkungan, memukul dan berbicara sendiri
yang dialaminya di rumah kurang lebih 3 hari yang lalu.
D. Faktor predisposisi
Klien mulai mengalami gangguan jiwa pada tahun 2007 selama ini
klien pernah berobat ke alternatif namun tidak berhasil dan klien
dirawat di RS. H. Marzoeki Mahdi ketiga kalinya, yang pertama pada
tanggal 29 November 2012, yang kedua 20 Desember 2014,dan yang
ketiga 27 September 2015 sampai sekarang. Pengobatan sebelumnya
kurang berhasil karena putus obat satu minggu. Klien mengatakan
pada saat di ruang Antareja klien memukul perawat. Klien
mengatakan juga pada saat di rumah klien memukul orang lain karena
halusinasi pendengarannya. Berdasarkan status klien tidak ada
anggota keluarga klien yang mengalami ganggan jiwa. Klien
mengatakan tidak ada pengalaman yang tidak menyenangkan.
Masalah keperawatan :
a. regimen terapeutik inefektif
b. risiko perilaku kekerasan
c. koping keluarga tidak efektif
d. halusinasi pendengaran
II. Fisik
1. Tanda vital
TD : 110/ 70 mmHg BB : 70 kg (tidak ada penurunan BB)
N : 76 x/ menit TB : 164 cm
S : 36,5 0c
P : 16x/menit
2. Keluhan fisik
24
Klien mengatakan merasa sakit pada perut bagian kiri dan klien
mengatakan memiliki sakit maag.
Masalah keperawatan : Nyeri kronis
III. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
= laki- laki
= perempuan
= klien
+ = meninggal
= tinggal serumah
Klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, klien memiliki dua
kakak perempuan, satu adik perempuan dan satu adik laki- laki. Kedua orang tua
klien masih, Semua kakak dan adik klien sudah menikah. Maka klien tinggal
hanya bersama kedua orangtuanya.
25
Klien mengatakan kedua orangtua tua klien memiliki pola asuh demokrasi
dan memperlakukan semua anaknya dengan adil.
Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga dilakukan dengan 2 arah
Klien mengatakan pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
Masalah keparawatan : -
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai semua bagian
tubuhnya, dan klien mengatakan suka perutnya.
b. Identitas : klien mampu memberi informasi tentang dirinya
seperti nama, alamat, dan tanggal lahir klien
memberi informasi dengan baik dan sesuai
c. Peran : klien berperan sebagai anak, namun dengan usia
klien yang sudah cukup umur yaitu 35 tahun klien
mengatakan seharusnya dia sudah berkeluarga,
memiliki pekerjaan dan membant orangtuanya.
d. Ideal diri : klien mengatakan ingin sembuh dan bisa pulang
e. Harga diri : klien mengatakan malu karena sakit jiwa, klien
mengatakan malu belum bisa membantu keluarga
dengan usia yang sudah berumur ini. Klien tampak
sedih, menunduk dan tidak bersemangat.
Masalah keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat pasien : klien mengatakan di rumah klien dekat dengan
ayahnya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok : peran serta klien dalam
kegiatan contohnya kegiatan pengajian setiap malam jum’at dan shalat
jum’at berjamaah di mesjid.
26
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : ............................
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam, klien meyakini agamanya
dan mengatakan dengan sholat dapat mengurangi sakit jiwanya.
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan suka shalat magrib dan shalat
subuh saat bangun pagi
Masalah keperawatan :-
IV. Status mental
1. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, baju yang dipakai agak kusut dan ada yang
bolong.
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri berdandan
2. Komunikasi
Dalam berkomunikasi klien berbicara dengan lambat dan dengan suara yang
kecil, klien tampak tidak mampu memulai pembicaraan
Masalah keperawatan :-
3. Aktivitas motorik
secara umum klien diam dan lesu, namun klien aktif dalam mengikuti
senam pagi, mengikuti TAK, Mencuci piring, dan kegiatan lainnya.
Masalah keperawatan : -
4. Alam perasaan
Alam perasaan klien yaitu ketakutan dan khawatir karena halusinasi klien
mengatakan bahwa bapaknya mati dan membuat klien takut ayahnya
disakiti.
Masalah keperawatan :
5. Afek
Afek pada klien yaitu tumpul, karena klien harus di beri stimulus sebelum
berkomunkasi
Masalah keperawatan :-
27
6. Interaksi selama wawancara
kontak mata kurang, klien tampak menunduk, berbicara seperlunya, namun
kooperatif saat ditanya.
Masalah keperawatan :
7. Persepsi
klien mengatakan mendengar suara laki- laki yang mengucapkan bahwa
bapaknya mati, dan tidak akan datang. Klien mengatakan suara- suara itu
muncul pada siang dan malam sekitar pukul 13.00 dan 20.00. klien
mengatakan suara-suara itu muncul ketika klien sedang sendiri dan klien
merasa khawatir dan takut dengan suara- suara itu, klien mengatakan hal
yang dilakukan klien biasanya .....
masalah keperawatan :
proses pikir klien
klien tampak dengan pengulangan pembicaraan yaitu klien bertanya terus
tentang bagaimana`mengurangi cemasnya dan bertanya tentang obat
8. isi pikir
klien mengatakan takut , cemas dan terus memikirkan bagaimana keadaan
bapaknya, Apakah baik- baik saja atau tidak
masalah keperawatan : -
9. tingkat kesadaran
klien tampak bingung, ditandai dengan sering mondar- mandir dan tampak
gelisah berkaitan dengan halusinasi yang di alaminya. Orientasi tempat
klien baik, ketika di tanya di mana dia berada klien mengatakan ada di ruang
gatot kaca RS. Marzoeki mahdi, orientasi orang baik ketika ditanya tentang
nama bapak klien menjawab nana bapaknya adalah TN.Bserta orientasi
waktu klien baik, ketika ditanya sekarang pagi apa siang pada pukul 10
klien mengatakan pagi.
Masalah keperawatan :
10. memori
a. jangka panjang : klien mengatakan sebelum masuk RS beberapa bulan
klien ngebut- ngebutan dijalan
28
b. jangka pendek : klien dapat mengatakan bahwa seminggu terakhir klien
telah dirawat di RSMM
c. saat ini : pada saat ditanya klien makan dengan apa pagi ini klien
mengatakan makan dengan ayam, soup, nasi dan tahu
masalah keperawatan :-
11. tingkat konsentrasi dan berhitung
klien tampak dengan konsentrasi yang baik terlihat ketika sedang berdiskusi
klien tanggap dan kooperatif. Kemampuan berhitung klien baik ketika di
tanya 53 + 13 = 66
masalah keperawatan : -
12. kemampuan penilaian
saat ditanya apa yang akan klien pilih ketika bangun tidur apakah mandi
dahulu baru makan atau mandi dahulu baru makan ? klien menjawab mandi
dahulu baru makan dengan alasan biar lebih segar
masalah keperawatan : -
13. Daya tilik diri
Klien mengatakan menyadari dengan keadaannya saat ini bahwa klien ada
gangguan jiwa, dan klien berharap ingin cepat sembuh dan pulang.
Masalah keperawatan :-
V. Kebutuhan pesiapan pulang
a. Makan : klien dapat mengambil makan sendiri, makan 3x sehari dan habis
b. BAB/ BAK: Klien mampu pergi ke kamar mandi untuk BAB dan BAK
serta mampu membersihkan toilet setelah menggunakannya
c. Mandi : klien mampu melakukan mandi dengan cara yang benar, klien tau
alat dan bahan yang digunakan untuk mandi seperti sabun, sikat gigi,
pasta gigi dan shampoo.
d. Berpakaian : klien mampu mengganti pakaiannya sendiri namun harus di
motivasi.
e. Istirahat klien : tidur siang dari jam 13.30 – 14.30, tidur malem.
Tidur malam dari jam 20.00 – 05.00
Aktivitas sebelum tidur klien mengatakan melatih cara menghardik.
29
f. Penggunaan obat : klien mngatakan sudah mengerti harus minum obat
secara teratur dan
DATA TAMBAHAN PINI MASUKIN KESINI YA
VI. ANALISA DATA
Hari, Tanggal Data subjektif & objektif Masalah keperawatan
paraf
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
klien mengatakan dirumah tidak mempunyai teman
Do :
-klien tampak sendirian
-Klien tampak tidak berkomunikasi dan menarik diri
-Klien tampak kurang aktivitas fisik dan verbal
Isolasi sosial Afwini
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
-klien mengatakan malu dengan penyakitnya
-Klien mengatakan takut berkenalan dengan orang lain karena seseorang itu ada yang baik dan ada yang tidak
Harga diri rendah Afwini
30
Do :
-Klien tampak dengan kontak mata kurang
-Suara klien kecil
- klien tampak tidak bersemangat
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
- klien mengatakan bahwa sebelum di bawa ke RS klien pernah memukul orang lain
Do :
- di dalam status klien, klien di bawa karena marah –marah dan memukul orang, merusak lingkungan, nada suara tinggi
Risiko perilaku kekerasan
Afwini
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
-klien mengatakan mendengar suara- suara yang tidak ada wujudnya yang isinya mengatakan bahwa ayahnya akan di sakiti
-klien mengatakan suara itu muncul ketika klien sendiri, dengan frekuensi jarang, biasanya muncul pada malam hari
Klien mengatakan klien takut dengan suara itu
Gsp halusinasi pendengaran
Afwini
31
Do :
-Klien tampak melamun
Klien tampak locking
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
-klien mandi sehari 2x
-klien mengatakan mandi namun tidk memakai sabun
Do :
-klien tampak memakai baju yang kusut
Defisit perawatan diri
Afwini
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
- klien mengatakan kambuh lagi karena putus obat selama seminggu
Do :
-
Risiko regimen terpaeutik inefektif
Afwini
Jumat 6- 11- 2015 Ds :
-Klien mengatakan jika sedang stress klien melakukan kebut- kebutan dijalan
Do :-
Koping individu tidak efektif
Afwini
Jumat 6- 11- 2015 Ds : -
Do :
klien masuk ke RS.MM
Koping keluarga tidak efektif
Afwini
33
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. H
Ruang/No. CM : Gatot Kaca/24.99.20
Tgl/No.Dx Implementasi Evaluasi
Rabu, 4-
11-
2015
Dx. 1
10.30
DS :
- Klien mengatakan ada suara
laki-laki
- Klien mengatakan cemas
dengan keadaan ayahnya
DO :
- Klien tampak diam
- Klien tampak menyendiri
Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi pendengaran
Tindakan keperawatan :
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengidentifikasi
halusinasi : isi, frekuensi,
waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
3. Menjelaskan cara
mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik,
obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan
4. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik
5. Membantu memasukkan
pada jadwal kegiatan harian
S :
- Klien mengatakan
mendengar suara laki-laki
yang mengucapkan bahwa
ayahnya sudah meninggal
- Klien mengatakan cemas
dan takut kalau ayahnya
dijahatin
- Klien mengatakan menjadi
cemas karena mendengar
suara halus
- Klien mengatakan senang
mengobrol dengan perawat
O :
- Klien tampak mampu
melakukan kegiatan nafas
dalam dan menghardik
A :
- Halusinasi berkurang
P :
- Latih/anjurkan klien untuk
latihan menghardik 3x
dalam sehari.
34
untuk latihan menghardik.
Rencana Tindak Lanjut :
1. Latih dan jelaskan cara
mengontrol halusinasi
dengan obat. Jelaskan 6
benar : Jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat
2. Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
Tgl/
No.
Dx
Implementasi Evaluasi
Rabu,
4-
11-
201
5
Dx.
DP
D
08.30
DS :
- Klien mengatakan belum ganti
baju dan belum mandi
DO :
- Klien tampak mengenakan baju
yang tidak bersih
- Klien tercium bau badan
Diagnosa Keperawatan :
Defisit Perawatan Diri
Tindakan Keperawatan :
1. Identifikasi masalah
keperawatan diri, berdandan,
makan, minum, BAB/BAK
2. Jelaskan pentingnya kebersihan
diri
3. Jelaskan cara dan alat
S :
- Klien mengatakan sudah
ganti baju
- Klien mengatakan sudah
mandi
- Klien mengatakan sudah
merasa lebih segar
O :
- Klien tampak sudah
mengganti baju
- Klien tampak bisa
mempraktekkan cara mandi
dan menyebutkan alat-
alatnya
A :
- Defisit Perawatan Diri
berkurang
35
kebersihan diri
4. Latih cara menjaga kebersihan
diri; mandi, potong kuku,sikat
gigi, dan cuci rambut
5. Masukkan pada jadwal
kegiatan harian untuk latihan
mandi, sikat gigi dan potong
kuku
Rencana Tindak Lanjut :
- Diskusikan dengan klien
tentang cara untuk berdandan
setelah kebersihan diri
P :
- Latih, anjurkan dan
motivasi klien untuk mandi
2x/hari
- Gosok gigi 2x/hari
- Mengganti pakaian setiap
hari
Tgl/ No.
DxImplementasi Evaluasi
5 Nov
2015
10.00
2.
Ds:
klien mengatakan susah
mencari teman yang baik
Do:
Klien tampak sendirian
Klien tampak murung
Klien tampak jarang
berinteraksi dengan
temannya
Dx: Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan:
1. Identifikasi penyebab
S:
klien mengatakan dirumah
dekat dengan ayah, disini klien
dekat dengan Tn. H
Klien mengatakan sering
berkenalan
O:
Klien tampak berkenalan
Klien tampak mau berinteraksi
Klien tampak mengobrol
dengan Tn. H dan Tn. D
A: isolasi social masih ada
Klien dapat berkenalan dengan
36
isolasi social, siapa yang
serumah, siapa yag dekat,
yang tidak dekat, dan apa
penyebabnya
2. Keuntungan punya teman
dan bercakap-cakap
3. Kerugian tidak punya
teman dan tidak bercakap-
cakap
4. Latih cara berkenalan
dengan pasien dan
perawat atau tamu
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan
Rencana Tindak Lanjut
1. Evaluasi kegiatan
berkenalan. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk berkenalan
2-3 orang pasien, perawat,
tamu, berbicara saat
melakukan kegiatan
temannya
P:
Anjurkan klien untuk
berinteraksi dengan temannya
Anjurkan klien latihan
berkenalan 2x/ hari
37
Tgl/No.DX
IMPLEMENTASI EVALUASI
5 nove 2015
12.00
1.
DS :
- Klien mengatakan hari ini tidak mendengar suara-suara
- Klien mengatakan masih cemas takut suara-suara itu datang kemnbali
DO :
- klien tampak diam dan lebih tenang dibandingkan dengan kemarin
Dx. GSP Halusinasi Pendengaran
Tindakan Keperawatan :
1. mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum oba. veri pujian
2. latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat (jelaskan 6 benar, jenis, guna, warna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum obat)
3. memasukan ke jadwal
S :
- Klien mengatakan tadi pagi sudah melakukan cara menghardik
- klien mengatakan tadi pagi sudah minum obat dan itu harus diminum
- klien menyebutkan kembali obat-obat yang diberikan
Heximer (/kuning terang) : untuk membuat rileks 3x1 Resperidone : untuk mengusir suara-suaraMerlopan :Tirfluperzime :
O :
- klien tamoak tenang
- klien tampak mampu menyebutkan kembali obat-obatnya
- klien tampak berusaha mengingat kembali obat-obatan nya
A : Halusinasi pendengaran masih ada
P : Anjurkan klien untuk minum obat sesuai indikasi yang diberikan.
38
kegiatan harian untuk menghardik dengan minum obat
RTL :
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan masukan ke jadwal kegiatan harian
39
Tgl/No.DX
IMPLEMENTASI EVALUASI
6 Nov 2015
10.00
1.
DS :
- klien mengatakan bagaimana cara cerdas menghilangkan halusinasi
- klien mengatakan takut jika halusinasinya dateng lagi
DO :
- Klien tampak cemas
- Klien tampak mondar mandir
- Klien tampak berbicara sendiri
Dx. GSP Halusinasi Pendengaran
Tindakan Keperawatan :
4. mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum oba. veri pujian
5. melatih cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
6. memasukan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap
RTL :
Diskusikan cara mengontrol hausinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
S :
- Klien mengatakan senang bertemu dan mengobrol dengan suster
- klien mengatakan lebih enak jadi bisa nambah teman dengan bercakap-cakap
- klien mengatakan halusinasinya terakhir pada hari minggu
O :
- Klien tampak melakukan tekhnik menghilangkan halusinasi, dengan bercakap-cakap dengan perawat
- l;ien tampak mencoba bercakap-cakap dengan teman di dekat nya
A : Halusinasi pendengaran berkurang
P : Anjurkan klien untuk bercakap-cakap boleh dengan teman-teman atau perawatnya
40
Tgl/No.DX
Implementasi Evaluasi
6-11-2015
Jam : 10.10 WIB
Dx. 1
DS :
Klien mengatakan ada teman yang susah, ada teman yang baik
DO :
Klien kurang bergaul dengan yang lain
Dx : Isolasi Sosial
Tindakan keperawatan
Mengevaluasi berkenalan (dengan orang lain) Beri pujian
Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian ( latih 2 kegiatan)
Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang pasien,perawat dan tamu berbicara saat melakukan kegiatan harian.
Rencana Tindak Lanjut
Latih berkenalan 4-5 orang berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
S :
Klien mengatakan mau berkenalan
Klien mengatakan senang jika mengobrol
Klien mengatakan temannya Tn. H dan Tn. D
Klien mengatakan lahirnya tanggal 6 november
O :
Klien tampak senang mengobrol dengan teman-teman
Klien tampak senang dinyanyikan lagu ulang tahun oleh Tn.H, Tn. D dan perawat.
A :
Isolasi sosial berkurang
P :
Latih dan anjurkan klien untuk berbincang-bincang dengan teman.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan dan data yang di dapat pada
Tn.H, terdapat tanda dan gejala halusinasi yang ditunjukkan oleh Tn.H
diantaranya klien berbicara sendiri yang dialaminya di rumah kurang lebih
3 hari yang lalu, klien tampak mengatakan mendengar sesuatu, klien
mengatakan juga pada saat di rumah klien memukul orang lain karena
halusinasi pendengarannya, klien mengatakan mendengar suara laki- laki
yang mengucapkan bahwa bapaknya mati, dan tidak akan datang. Klien
mengatakan suara- suara itu muncul pada siang dan malam sekitar pukul
13.00 dan 20.00. klien mengatakan suara-suara itu muncul ketika klien
sedang sendiri dan klien merasa gelisah dan cemas karena suara- suara
yang didengarnya.
Data tersebut menunjukkan dan mengarah pada keadaan klien dengan
halusinasi pendengaran, dimana halusinasi merupakan gangguan atau
perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu (Maramis,
2005). Adapun etiologi yang menyebabkan Tn.H mengalami halusinasi
faktor predisposisi yaitu klien pernah mengalami gangguan jiwa kurang
lebih 8 tahun yang lalu. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena
klien kurang teratur dalam pengobatan dan minum obat, pernah putus obat
selama 1 minggu, dalam anggota klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang klien alami. Pola komunikasi dalam keluarga
baik,klien mengatakan komunikasi dengan keluarga dilakukan dengan 2
arah, Klien mengatakan pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah.
Karena pengobatan klien tidak dilakukan secara maksimal,klien
pernah putus obat selama 1 minggu, sehingga pasien mengalami
kekambuhan atau halusinasinya muncul kembali, untuk mencapai kondisi
41
42
seperti semula akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, hal ini dapat
menjadi faktor predisposisi klien mengalami halusinasi. Karena respon
persepsi yang ditunjukkan oleh Tn.H maladaptif sehingga klien cenderung
mendengarkan suara-suara aneh yang termasuk ke dalam gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang di dapatkan saat pengkjian ditemukan
daftar masalah keperawatan diantaranya :
1) GSP : Halusinasi pendengaran
2) Isolasi Sosial
3) Risiko Perilaku Kekerasan
4) Regimen Terapeutik Inefektif
5) Koping Keluarga Tidak Efektif
6) Defisit Perawatan Diri
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan teori dan diagnose
keperawatan yang diangkat.
D. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn.H yang dilakukan
oleh kelompok dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan,sesuai
kebutuhan,dan situasi klien yang aktual.
Implementasi keperawatan dilakukan selama 6 hari dari tanggal
4 November – 10 November 2015 pada diagnose
E. Evaluasi
Adapun hasil evaluasi dari beberapa diagnosis yang diangkat
diantaranya untuk diagnose GSP Halusinasi pendengaran Tn.H mampu
43
membina hubungan saling percaya dengan kelompok, Tn.H mampu
mengenal jenis halusinasi(klien mampu menyebutkan
isi,frekuensi,waktu terjadi,situasi pencetus,perasaan,dan respon klien),
klien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara klien mampu
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik,patuh
obat,bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan.
Sedangkan untuk diagnose Isolasi Sosial Tn.H mampu membina
hubungan saling percaya dengan kelompok, Tn.H mampu
mengidentifikasi penyebab isolasi social,keuntungan dan kerugian
menarik diri, Tn,H mampu berinteraksi atau berkenalan dengan pasien
lain,perawat,klien menunjukan perkembangan dalam berinteraksi.
klien mampu melakukan perawatan diri baik secara mandiri dan
bantuan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah presepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005; Laraia,
2009). Halusinasi merupakan gangguan presepsi dimana pasien
mempresepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Berdasarkan
hasil pengkajian pada Tn. H alasan Tn. H masuk ke RS karena klien
datang dibawa oleh keluarga dan petugas IGD ke RS. H. Marzoeki
Mahdi karena klien menunjukkan gejala marah- marah, mengancam,
mengganggu lingkungan, memukul dan berbicara sendiri yang
dialaminya di rumah kurang lebih 3 hari yang lalu. Hasil diagnose GSP
Halusinasi pendengaran Tn.H mampu membina hubungan saling
percaya dengan kelompok, Tn.H mampu mengenal jenis
halusinasi(klien mampu menyebutkan isi,frekuensi,waktu
terjadi,situasi pencetus,perasaan,dan respon klien), klien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara klien mampu mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik,patuh obat,bercakap-cakap
dengan orang lain dan melakukan kegiatan.
Sedangkan untuk diagnose Isolasi Sosial Tn.H mampu membina
hubungan saling percaya dengan kelompok, Tn.H mampu
mengidentifikasi penyebab isolasi social,keuntungan dan kerugian
menarik diri, Tn,H mampu berinteraksi atau berkenalan dengan pasien
lain,perawat,klien menunjukan perkembangan dalam berinteraksi.
klien mampu melakukan perawatan diri baik secara mandiri dan
bantuan.
44