Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

32
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG AKUT: HALUSINASI PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN JIWA Disusun oleh : KELOMPOK 2 Widya Listianty 220112150002 Lusiyana 220112150015 Ribka Esterina Simbolon 220112150040 Toayah Indah Sari 220112150041 Lathifathul Khoiriah 220112150043 Dini Yulia 220112150044 Mutiara 220112150046 Hertika Apriani Br Sihaloho 220112150048 Asti Nurhalimah 220112150049 Devi Sukmawati 220112150051 Masniah 220112150053 Peronika Sari 220112150054

description

1

Transcript of Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Page 1: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DI

RUANG AKUT: HALUSINASI

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Widya Listianty 220112150002Lusiyana 220112150015Ribka Esterina Simbolon 220112150040Toayah Indah Sari 220112150041Lathifathul Khoiriah 220112150043Dini Yulia 220112150044Mutiara 220112150046Hertika Apriani Br Sihaloho 220112150048Asti Nurhalimah 220112150049Devi Sukmawati 220112150051Masniah 220112150053Peronika Sari 220112150054

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Konsep Umum Gangguan Jiwa Akut

I. Perilaku Kekerasan

Definisi

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam

1993).

Tanda dan Gejala

Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang

mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

Verbal : Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara

dengan nada keras, dan ketus.

Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak

lingkungan, amuk/agresif.

Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,

dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan, dan menuntut.

Intelektual : mendominasi , cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan

tidakjarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak

bermoral, dan kreativitas terhambat.

Sosial : menarik diri, pegasingan, peolakan, kekerasan, ejekan, dan

sandaran.

Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

Faktor Predisposisi

Page 3: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat enjelaskan

tentang faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

Teori Biologik

Berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi seseorag melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai

berikut:

a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen system

neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan

menghambat impuls agresif. Sistem limbic sngat terlibat dalam

menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhann dan respons

agresif.

b. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townstein(1996)

menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin,

norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat

berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.

Peningkatan hormone androgen dan norefineprin serta

penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan

serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang

menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.

c. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat

erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe

XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku

tindak kriminal (narapidana).

d. Gangguan otak sindrom otak organic berhubungan dengan

berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada

limbic dan lobus temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis,

epilepsy (epilepsy lobus temporal) terbukti berpengaruh

terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

Teori Psikologik

Page 4: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

a. Teori psikoanalitik, menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya

kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak

berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi

dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat

meningkatkan citra diri serta memberi arti dalam kehidupannya.

Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresifdan tindakan

kekeasanmerupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa

ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak

kekerasan,

b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilakuyang

dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologic terhadap

perlaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh

peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi

biologik.

c. Teori sosiokultural, kontrol masyarakat yang rendah dan

kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara

penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor

predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor nternal dan eksternal :

- Internal adalah smua faktr yang dapat menimbulkan kelemahan, menurunnya

percaya diri, rasa takut sakit,hilang kontrol, dan lain-lain.

- Eksternal adalah penganiayaaan fisik, kehilangan otrang yang dicintai, krisis,

dan lain-lain.

Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau

penganiayaan antara lain sebagai berikut:

- Kesulitan kondisi sosial ekonomi

- Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu

- Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan

dalam menempatkan diri seagai orang yang dewasa.

Page 5: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

- Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan obat

dan allkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat mengahadapi rasa

frustasi.

- Kematiaan anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan

tahap perkembangan, atau perubahan tahapan perkembangan keluarga.

Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga dapat

membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif

dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping umumnya yang

digunakan adalah menkanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,

proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang

berkepanjangan dari seseorang yang dianggap berpengaruh dalam hidupnya.Bila

kondisi tersebut tidak teratasi , maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri

(harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila

ketidakmampuan bergaul dengan orang lan ini tidak dapat diatasi akan muncul

halusinasi berupa suara-suara tau bayangan yang meminta klien untuk melakukan

tindakan kekerasan. Hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan drinya dan

orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan).

Selain diakibatkan oleh berduka berkepanjangan, dukungan keluarga

yang kurang baik, dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi

perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya akan

menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan

karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

II. Waham

A. Definisi

Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak

sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis

Page 6: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan

kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok

orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).

Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus

internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu

keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.

Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu

keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).

Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons

pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga

muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini

biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan

bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir dan pasien skizofrenia

menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi

oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang

terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi

dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

B. Klasifikasi Waham

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja

(2011) yaitu:

- Waham kebesaran

Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan

khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-

ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. “Saya ini pejabat di kementrian

semarang!” “Saya punya perusahaan paling besar lho“.

- Waham agama

Page 7: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. “ Saya adalah tuhan

yang bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk”.

- Waham curiga

Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan

atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai

dengan kenyataan. “ Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri

dengan kesuksesan saya”.

- Waham somatik

Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang

penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. “

Saya menderita kanker”. Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel kanker

pada tubuhnya.

- Waham nihlistik

Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,

diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. “ ini saya

berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya”

C. Etiologi

Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak

Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :

1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai

dan menilik terganggu.

2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan

berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh)

dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).

3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.

4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,

ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.

5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

D. Rentang Respon Neurobiologi

Page 8: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten

dengan pengalaman

Perilaku sosial

Hubungan sosial

Pikiran kadang

menyimpang

illusi

Reaksi

emosional

berlebihan dan

kurang

Perilaku tidak

sesuai

Menarik diri

Gangguan proses

pikir: Waham

Halusinasi

Kerusakan emosi

Perilaku tidak

sesuai

Ketidakteraturan

isolasi sosial

Page 9: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Skema. 1 Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2009).

E. Tanda dan Gejala

Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :

1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat): Cara berfikir magis dan primitif,

perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme,

sirkumtansial).

2. Fungsi persepsi: Depersonalisasi dan halusinasi.

3. Fungsi emosi: Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak

sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.

4. Fungsi motorik: Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik

gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,

katatonia.

5. Fungsi sosial kesepian: Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.

6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah

gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu : Terbiasa menolak makan,

tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan

tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan,

berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

F. Pengkajian

1) Faktor predisposisi

a. Biologi

Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang

menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini

termasuk hal-hal berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang

luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan

limbik paling berhubungan dengan perilaku psikotik.

Page 10: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat

menunjukkan hal-hal berikut ini :

a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain

c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamine

3) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang

diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan penyebab genetik pada

skizofrenia. Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara

terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia dari pada

pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian genetik terakhir

memfokuskan pada pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka

kejadian skizofrenia yang tinggi.

b. Psikologi

Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif

belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan

keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa

percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).

c. Sosial budaya

Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan

gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebaga penyebab utama gangguan.Seseorang

yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja,

2011).

2) Faktor Presipitasi

a. Biologi

Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif

termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses

informasi

Page 11: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selekti menanggapi

rangsangan.

b. Stres lingkungan

Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi

dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Pemicu gejala

Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan

episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon neurobiologik

yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku

individu (Direja, 2011).

G. Manifestasi klinik

Perilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan Waham antara lain

melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif, gelisah,

tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada gangguan

eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan bahwa lingkungan

sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).

H. Mekanisme Koping

Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri

sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :

1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk

menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal

untuk aktivitas hidup sehari-hari

2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.

3. Menarik diri

Page 12: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

I. Pohon Masalah

Perilaku kekerasan

Menarik diri

Harga diri rendah

Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011).

J. Diagnosa Keperawatan

1. Perilaku kekerasan

2. Waham

3. Menarik Diri

4. Harga Diri Rendah

K. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

(Terlampir)

III. Bunuh Diri

A. Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat

mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan

agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri

mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

yang dihadapi (Captain, 2008).

Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat

mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh

diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang

Page 13: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan

fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari

tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal

apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008)

mengemukakan rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptifmaladaptif.

Adaptif Maladaptif

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptive

merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang

kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon

maladaptif antara lain :

1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis.

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan

masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang

bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan

koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

2. Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan

merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :

kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan

merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan

bunuh diri.

3. Depresi

Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan

kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu

keluar dari keadaan depresi berat.

3. Bunuh diri

Page 14: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).

B. Etiologi

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri

sendiri.

5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

C. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri antara

lain:

1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh

diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang

dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif,

penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

2. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya

resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

3. Lingkungan psikososial, seseorang yang baru mengalami kehilangan,

perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan

sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4. Riwayat keluargakeluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan

faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

5. Faktor biokimia, data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan

depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku

destrukif diri.

Page 15: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

D. Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri

sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusan.

E. Patopsikologi

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap

membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan,

mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku

bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

1. Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan

untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang

kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai

dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

2. Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang

dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang

yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati

mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada

waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami

Page 16: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya

( Stuart & Sundeen, 2006).

Gambar 2.1 proses perilaku bunuh diri

Peningkatan verbal/ non verbal

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

( Stuart & Sundeen, 2006)

F. Tanda dan Gejala

Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak

membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana

bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal

dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang

menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan

Page 17: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya,

kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan

depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia.

Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup

sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor

kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif,

keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan kepribadian antisosial.

Rencana Tindakan Keperawatan

(Terlampir)

IV. Perubahan Persepsi Sensori : HalusinasiA. Defenisi Menurut Cook dan Fontaine (1987), adalah salah satu gejala gangguan jiwa di

mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perubahan, atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, perubahan sensori persepsi: halusinasi dapat diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua system penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan).

Individu menginterpretasikan stressor yang tidak ada stimulus dari lingkungan (Depkes, 2000).

B. Jenis Halusinasi serta Data Objektif dan Subjektif Jenis DO DSHalusinasi dengar(Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata/lingkungan)

Bicara atau tertawa sendiri

Marah-marah tanpa sebab

Mendekatkan telinga ke arah tertentu

Menutup telinga

Mendengar suara-suara atau kegaduhan

Mendengar suara mengajak bercakap-cakap

Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

Halusinasi Penglihatan (Klien melihat gambaran

Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

Ketakutan pada

Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun,

Page 18: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

yang jelas/samar terhadap adanya stimulus yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya)

sesuatu yang tidak jelas

melihat hantu atau monster

Halusinasi penciuman (klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata)

Mengendus-endus seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

Menutup hidung

Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, dan terkadang bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien

Halusinasi pengecapan (klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak

Sering meludah muntah

merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses

Halusinasi perabaan (klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata)

Menggaruk-garuk permukaan kulit

mengatakan ada serangga di permukaan kulit

merasa seperti tersengat listrik

Halusinasi kinestetik (klien merasaa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerak)

Memegang kakinya yang dianggapnya bergerak sendiri

Mengatakan badannya melayang diudara

Halusinasi visceral (perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya)

Memegang badannya yang dianggapnya berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya

Mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah minum soft drink

C. Faktor Predisposisi-Faktor perkembanganJika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress.

Page 19: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

-Faktor SosiokulturalBerbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.-Faktor BiokimiaJika seseorang mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytransferase (DMP).-Faktor PsikologisHubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas-Faktor GenetikGen berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui tetapi hasil studi menunjukkan bahwaa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

D. Pohon Masalah Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Data yang Perlu DikajiDS:

Klien mengatakan mendengar sesuatu Klien mengatakan melihat bayangan putih Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses Klien mengatakan kepalanya melayang di udara Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya

DO Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

Page 20: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi

Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu Disorientasi Konsentrasi rendah Pikiran cepat berubah-ubah Kekacauan alur pikiran.

Pengkajian RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptasi)Adalah pengkajian keperawatan yang digunakan untuk menetukan kondisi darurat pasien.RUFA untuk setiap Diagnosa Keperawatan

Score 1-10: memerlukan tindakan intensif 1 Score 11-20: memerlukan tindakan intensif 2 Score 21-30: memerlukan tindakan intensif 3

Page 21: Makalah Asuhan Keperawatan Halusinasi