ASUHAN KEBIDANAN2

25
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN RETENSIO PLASENTA Dosen Pembimbing : ................., Amd.Keb, S.Pd, M.Kes Disusun Oleh : 1. Anita Widianingsih (P 27824104043) 2. Endang Winarti (P 27824104056) 3. Fitria Jannatul L (P 27824104059) 4. Ima Dewi M (P 27824104062) 5. Pipit Indiani (P 27824104071) SWADANA / SEMESTER IV POLITEKNIK KESEHATAN .............. PRODI KEBIDANAN ................................ 2005/2006

Transcript of ASUHAN KEBIDANAN2

Page 1: ASUHAN KEBIDANAN2

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU POST PARTUM DENGAN RETENSIO PLASENTA

Dosen Pembimbing : ................., Amd.Keb, S.Pd, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Anita Widianingsih (P 27824104043)

2. Endang Winarti (P 27824104056)

3. Fitria Jannatul L (P 27824104059)

4. Ima Dewi M (P 27824104062)

5. Pipit Indiani (P 27824104071)

SWADANA / SEMESTER IV

POLITEKNIK KESEHATAN ..............

PRODI KEBIDANAN ................................

2005/2006

Page 2: ASUHAN KEBIDANAN2

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan

Kebidanan Patologi yang berjudul “RETENSIO PLASENTA” dengan tepat pada

waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada

ibu Netti Herlina, Amd.Keb, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan teman-teman semester IV

Swadana Prodi Kebidanan Sutomo Surabaya yang turut serta membantu terselesaikan

makalah ini.

Selaku penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan laporan ini, untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang bersifat

membangun. Harapan penulis semoga ASKEB IV Patologi yang berjudul “Retensio

Plasenta” dapat bermanfaat bagi semuanya.

..................., 4 April 2006

Penulis

Page 3: ASUHAN KEBIDANAN2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga

atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002:178).

Sebab-sebab dari retensio plasenta :

a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau

b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan

Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas

sebagian terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :

a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva).

b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus

desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta-

perkreta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-657).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inserasio plasenta) (Prawirohardjo,

S. 2002:656-657)

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan

implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta

inkreta dan plasenta perkreta (Manuaba, 1GB. 1998 : 301).

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan,

infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi

polip plasenta, dan dapat terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma.

Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan

tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding

uterus, bahaya infeksi dan dapat terjadi inversio uteri.

Page 4: ASUHAN KEBIDANAN2

Bidan sebagai tenaga terlatih di klinik terdepan sistem pelayanan

kesehatan dapat mengambil sikap dalam menghadapi “retensio plasenta” sebagai

berikut:

1. Sikap Umum Bidan

a. Memperhatikan keadaan umum penderita :

- Apakah anemis

- Bagaimana jumlah perdarahannya

- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu.

- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri

b. Mengetahui keadaan plasenta

- Apakah plasenta dengan perdarahan

- Melakukan tes plasenta lepas

2. Sikap Khusus Bidan

a. Retensio plasenta dengan perdarahan

- langsung melakukan plasenta manual

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan

- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita, segera

memasang infus dan memberikan cairan

- Merujuk penderita ke pusat fasilitas cukup, untuk mendapatkan

penanganan yang lebih baik.

- Memberkan transfusi

- Proteksi dengan antibiotika

- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan

pengaruh narkosa (Manuaba, IGB. 1998 : 300)

1.2 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu post partum

dengan retensio plasenta.

Page 5: ASUHAN KEBIDANAN2

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian untuk memperoleh data

subjektif dan data objektif

- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah secara teliti

berdasarkan data yang benar

- Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin dapat terjadi dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

- Menilai adanya kebutuhan untuk intervensi segera atau tindakan

konsultasi atau kolaborasi berdasarkan kondisi klien

- Mahasiwa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan diagnosa atau

masalah

- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai rencana yang dibuat.

- Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.

Page 6: ASUHAN KEBIDANAN2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Retensio Plasenta

2.1.1 Pengertian

Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah

janin lahir (Ilmu Kebidanan, 2002:656).

Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta tidak dapat lahir

setelah setengah jam kelahiran bayi (Subroto, 1987:346).

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir (pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal, 2002:178).

Jenis-jenis retensio plasenta :

a. Plasenta adhesive adalah : implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan

mekanisme separasi fisiologis

b. Plasenta akreta adalah : Implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium

c. Plasenta inkreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai

lapisan serosa dinding uterus.

d. Plasenta Prekreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai

lapisan serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah : tertahannya plasenta di dalam kavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri

(Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, 2002:178).

Page 7: ASUHAN KEBIDANAN2

Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta dibagi :

1. Retensio plasenta tanpa perdarahan

Terjadi bila belum ada bagian plasenta yang lepas atau seluruh plasenta

malah sudah lepas dan plasenta terjepit dalam rahim.

2. Retensio plasenta dengan perdarahan

Menunjukkan bahwa sudah ada bagian plasenta yang sudah lepas,

sedangkan bagian lain masih melekat, sehingga kontraksi uterus tidak

sempurna (Subroto, 1987:347).

2.1.2 Etilogi

Sebab retensio plasenta ada 2:

1. Sebab fungsional

His yang kurang kuat (sebab utama) atau plasenta sulit lepas karena

tempat melekatnya kurang menguntungkan seperti disudut tuba atau

karena bentuknya luar biasa seperti plasenta membranosea.

2. Ukuran plasenta sangat kecil

(Sarwono, P. Ilmu Bedah Kebidanan. 2002:163)

Sebab retensio plasenta ada 2 :

1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus.

Etiologi :

a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesive)

b) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desi dua sampai miometrium sampai dibawah peritonium

(plasenta akreta perkreta)

2. Plasenta sah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar.

Etiologi : Tidak adanya usaha untuk melahirkan / karena salah penanganan

kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (Inkarserasio plasenta)

(Sarwono, P. Ilmu kebidanan. 2002:656-657)

Page 8: ASUHAN KEBIDANAN2

Sebab Retensio Plasenta

1. Atonia uteri, sebagai lanjutan inertio yang sudah ada sebelumnya / yang terjadi

pada kala III

Misalnya partus lama, permukaan narkose dan sebagainya.

2. Pimpinan kala III yang salah

Memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum plasenta lepas, pemberian

uterotonika dan sebagainya.

3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring, (bukan

retraction ring), hour glass contraction.

4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis (plasenta

yang prematur, immature atau plasenta membranacea)

5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam :

a. Plasenta akreta

b. Plasenta increta

c. Plasenta perkreta

6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta / sebagian plasenta sukat lepas:

a. plasenta fenestrata

b. Plasenta membranacea

c. Plasenta bilabata, plasenta succenturiota, plasenta spuria

(Subroto, 1987 : 347-348)

Dari berbagai sumber buku yang menyebutkan beberapa penyebab dari

retensio plasenta, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab retensio plasenta

adalah sebagai berikut :

1. HIS / usaha kontraksi uterus yang kurang kuat

2. Perlekatan plasenta pada dinding uterus, dimana semakin dalam plasenta melekat

pada dinding uterus maka sebakin besar usaha yang diperlukan untuk

mengeluarkannya.

3. Piampinan kala III yang salah

4. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta sukar lepas.

Page 9: ASUHAN KEBIDANAN2

2.1.3 Patofisiologi

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara

perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi. pada masa

retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek

kembali. peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang

berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot

rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas

seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses

retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang (TMA Chalik,

1998 : 166).

2.1.4 Tanda Dan Gejala

1. Separasi / Akreta Parsial

a. Konsistensi uterus kenyal

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedang – banyak

e. Tali pusat terjulur sebagian

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta lepas sebagian

h. Syok sering

2. Plasenta Inkarserata

a. Konsistensi uterus keras

b. TFU 2 jari bawah pusat

c. Bentuk uterus globular

d. Perdarahan sedang

e. Tali pusat terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta sudah lepas

h. Syok jarang

Page 10: ASUHAN KEBIDANAN2

3. Plasenta Akreta

a. Konsistensi uterus cukup

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedikit / tidak ada

e. Tali pusat tidak terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta melekat seluruhnya

h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali

pusat.

(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

2.1.5 Komplikasi

1. Perdarahan

2. Infeksi karena sebagai benda mati

3. Dapat terjadi plasenta inkarserata

4. Terjadi polip palsenta

5. Terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma

6. Syok neurogenik

(Manuaba, IGB. 1998 : 300)

2.1.6 Diagnosa

Ibu post partum dengan retensio plasenta.

2.1.7 Penanganan

1. Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita bila perlu

misal : infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika,

pemberian ATS, bila kasus berasal dari luar Rumah Sakit

2. Bila terjadi perdarahan : lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan

pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.

Page 11: ASUHAN KEBIDANAN2

3. Cara untuk melahirkan plasenta :

a. Cara dari luar :

- dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal :

1. Cara Calkins

Tangan kanan penolong meregangkan tali pusat sedang tangan

yang lain melakukan massage pada fundus uteri dan

mendorong ringan.

Dengan massage pada fundus uteri dan tarikan ringan, maka

plasenta dapat dilahirkan.

2. Cara Williams

3. Cara Dublin

b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)

Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong ke

dalam cavum uteri, melepaskan dari insertio dan mengeluarkannya.

Semua tindakan intrauterin seperti palsenta manual harus dilakukan

narcose yang dalam.

c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose

yang dalampun tangan tak dapat masuk dapat dilakukan hysterectomia

untuk melahirkan plasentanya.

d. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta

increta/percreta, lakukan hysterectomia.

Tindakan pada retensio plasenta :

1. Pasang infus dan transfusi bila perlu

2. Kosongkan kandung seni

3. Periksa dari luar apakah tahap separasi telah terjadi, untuk

mengetahui ini dapat dipakai teknik : klien, kutaner/strasman.

4. Bila Plasenta telah lepas maka plasenta dapat dilahirkan secara :

- Calkins

- Brandt Andrew

Page 12: ASUHAN KEBIDANAN2

5. Bila plasenta belum lepas maka plasenta dilahirkan secara manual.

(Subroto, 1987 : 348)

2.1.8 Planning

1. Sikap Umum Bidan

a. Memperhatikan keadaan umum penderita

- Apakah anemis

- Bagaimana jumlah perdarahannya

- Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi dan suhu

- Keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.

b. Mengetahui keadaan plasenta

- Apakah plasenta inkarserata

- melakukan tes plasenta lepas : metode kusnert, metode klein,

metode strassman, metode manuaba.

c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

2. Sikap Khusus Bidan

a. Retensio plasenta dengan perdarahan

- Langsung melakukan plasenta manuaL

b. Retensio plasenta tanpa perdarahan

- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera

memasang infus dan memberikan cairan.

- Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk

mendapatkan penanganan yang lebih baik.

- Memberikan transfusi

- Proteksi dengan antibiotika

- Mempersiapkan plasenta manual dengan letargis dalam keadaan

pengaruh narkosa.

3. Upaya Preventif Rentensio Plasenta oleh Bidan

a. Meningkatkan penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio

plasenta

Page 13: ASUHAN KEBIDANAN2

b. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang terlatih

c. Pada waktu menolong persalinan kala III tidak diperkenankan

melakukan massage dengan tujuan mempercepat proses persalinan

plasenta karena massage yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan

kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasnta.

(Manuaba, IGB. 1998 : 300)

Page 14: ASUHAN KEBIDANAN2

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN

RETENSIO PLASENTA

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Data Subyektif

1. Biodata

Biodata ini meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku

bangsa, status perkawinan, penghasilan, alamat. Hal ini dikaji untuk

mempermudah menghubungi keluarga terdekat bila dibutuhkan, mencegah

kekeliruan antar sesama klien dan untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

2. Keluhan Utama

o Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien

sehingga menyebabkan timbulnya gangguan pada dirinya.

o Pada pasien dengan retensio plasenta ada 2 keluhan yaitu :

a. pasien dengan retensio plasenta tanpa perdarahan

b. pasien retensio plasenta dengan perdarahan

3. Riwayat Menstruasi

Dikaji untuk mendapatkan data reproduksi klien meliputi : menarche,

HpHt, siklus haid, lama haid dan disminorhoe. Dari data tersebut

didapatkan status reproduksinya baik/ada kelainan.

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu.

Dikaji untuk mengetahui jumlah paritas, cara persalinan, penolong

persalinan, penyulit yang menyertai persalinan dan nifas yang lalu, jumlah

anak yang hidup, jumlah anak yang mati/keguguran, jenis kelamin, BB,

PB dan lama meneteki.

5. Riwayat Kehamilan.

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan ANC dan telah

mendapatkan berapa kali suntukan TT

6. Riwayat Persalinan Sekarang.

Dikaji untuk mengetahui cara persalinan, penolong persalinan, lama

persalinan, penyulit yang menyertai persalinan, serta lamanya persalinan

Page 15: ASUHAN KEBIDANAN2

pada kala III plasenta belum lahir sampai dengan 30 menit setelah bayi

lahir dan teraba kontraksi uterus yang lembek dan pada masalah plasenta

yang belum keluar biasanya disertai :

- perdarahan yang lebih dari 500 cc

- ada juga yang tidak disertai perdarahan

7. Riwayat KB.

Dikaji untuk mengetahui kontrasepsi yang sudah dipakai dan rencana

kontrasepsi yang digunakan selanjutnya.

8. Riwayat Kesehatan.

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita atau sedang

diderita, baik itu dari penyakit keturunan maupun menular.

9. Riwayat Psikologi.

Dikaji untuk mengetahui status emosional ibu :

- kecemasan

- ketakutan

- kekhawatiran dengan masalah yang dihadapinya.

10. Latar Belakang Sosial Budaya

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat.

11. Pola Kehidupan sehari-hari.

1. Pola nutrisi

Dikaji untuk mengetahui jenis dan macam makanan yang di konsumsi,

jumlahnya dan frekuensinya.

2. Pola aktivitas

Dikaji untuk mengetahui jenis aktivitas yang dilakukan sehari-hari.

3. Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu cukup istirahat. Normalnya ibu

waktu hamil istirahat 6-8 jam dalam sehari..

4. Pola eliminasi

Dikaji untuk mengetahui apakah proses eliminasi biu sehari-hari

lancar, dan bagaimana frekuensi konsistensi dan warnanya.

Page 16: ASUHAN KEBIDANAN2

2.2.1.2 Data Obyektif

1. Pemeriksaan tanda vital

- Pemeriksaan tanda vital dilakukan setiap kali dibutuhkan berdasarkan

keadaan klien.

- Pemeriksaan tanda vital berfungsi sebagai pemantau keadaan klien

yang mudah berubah bila terjadi gangguan pada fungsi organ.

- Pemeriksaan tanda vital pada pasien dengan Retensio Plasenta :

a. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta yang disertai

perdarahan.

• Nadi cepat → 110 x/menit atau lebih

• Pernapasan cepat → 30 x/menit atau lebih

• Muka tampak pucat, kulit basah

• Tekanan darahnya turun → sistole < 90 mmHg

• Hb 8 gr % atau lebih

• produksi urin < 30 cc/jam

b. Pemeriksaan tanda vital pada px Retensio Plasenta tidak ada

perdarahan

• Nadi cepat → 110 x/menit atau lebih

• Pernapasan cepat → 30 x/menit atau lebih

• Muka px tidak pucat

• Tekanan darahnya naik → sistole > 90 mmHg

• Hb 10 gr % atau lebih

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan sebagai data penunjang terhadap data yang

digunakan untuk mencari masalah pemeriksaan fisik yang didapat akibat

retensio plasenta.

a. Muka : keluar keringat dingin tampak pucat.

b. Mata : konjungtiva pucat

c. Mulut : bibir pucat, lidah pucat

Page 17: ASUHAN KEBIDANAN2

d. Perut : - TFU tinggi pusat atau lebih

- kontraksi uterus lembek

e. Genetalia : - tampak tali pusat menjulur

- disertai perdarahan lebih dari 500 cc

- tidak disertai perdarahan

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang digunakan untuk memastikan diagnosa yang telah

ditegakkan dan digunakan untuk mencari penyebab timbulnya masalah,

didapatkan Hb kurang dari 11 gr /%.

2.2.2 Diagnosa

Perdarahan akibat retensio plasenta

Data Subyektif : ibu mengatakan telah melahirkan 30 menit yang lalu

dan plasenta belum lahir, keluar darah banyak sesudah

melahirkan.

Data Obyektif : Genetalia tampak tali pusat menjulur dan perdarahan

lebih dari 500 cc.

1. Masalah

a. Takut

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan takut plasentanya belum

lahir dan keluar darah banyak.

- Data Obyektif : ibu tampak takut dan selalu bertanya tentang

keadaannya.

b. Nyeri perut

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan perutnya mules.

- Data Obyektif : ibu tampak menahan sakit dan kontraksi uterus

baik.

Page 18: ASUHAN KEBIDANAN2

2.2.3 Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin timbul pada kasus perdarahan post partum

akibat retensio plasenta :

1. Potensial Syok Hipovolemik

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan keluar darah banyak setelah

bayi lahir, kepala pusing, mata berkurang-

kunang, badan keringatan.

- Data Obyektif : tensi sistole kurang dari 100 mmHg, nadi lebih

dari 100x/menit, muka keringatan, kontraksi

uterus lembek dan genetalia keluar darah lebih

dari 500 cc, akral teraba dingin

2. Potensial Anemia

Data Pendukung

- Data subyektif : klien mengatakan pusing, mata berkunang-

kunang.

- Data Obyektif : muka pucat, conjungtiva pucat, bibir pucat,

keluar darah lebih dari 500 cc, Hb kurang dari

11 gr %.

2.2.4 Tindakan Segera

2.2.4.1 Di BPS

- Diagnosis

- Stabilisasi

- Plasenta manual, untuk kasus adhesiva simpleks

- Uterotonika

- Antibiotika

- Rujuk untuk kasus berat

2.2.4.2 Di Rumah Sakit

- Diagnosis

Page 19: ASUHAN KEBIDANAN2

- Stabilisasi

- Plasenta manual

- Histerektomi

- Tranfusi

- Uterotonika

- Antibiotika

- Kedaruratan

- Komplikasi

2.2.5 Planning

1. Berikan infus dari cairan isotonik / elektronik dengan kateter 18gr

Rasional : dengan diberikan cairan isotonik / elektronik dapat

meningkatkan volume sirkulasi secara cepat dan dapat

menyelamatkan kehidupan pasien.

2. Bantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan penglepasan

plasenta.

Rasional : dengan melakukan separasi plasnta, uterus dapat

berkontraksi dengan baik dan perdarahan dapat dihentikan.

3. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin malet

Rasional : dengan pemberian obat-obatan dapat membantu

meningkatkan kontraksi uterus, sehingga memudahkan

plasenta lepas.

4. Observasi TTV : hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisan kapiler,

sianosis dasar kaku, membran mukosa dan bibir

Rasional : Dengan melakukan observasi TTV kita dapat mengetahui

keadaan syok / tidak.

5. Observasi intake dan output

Rasional : dengan melakukan observasi intake dan output, kita dapat

mengetahui seberapa besar px kehilangan dan membutuhkan

cairan.

Page 20: ASUHAN KEBIDANAN2

6. Plasenta keluar dalam waktu 15 menit dari mulai tindakan dilakukan.

Rasional : dengan plasenta keluar perdarahan dapat segera berhenti dan

kontraksi uterus membaik.

7. Pemeriksaan laboratorium Hb ulang

Rasional : dengan pemeriksaan lab Hb ulang, kita dapat mengetahui

kadar Hb pasien normal atau tidak.

2.2.6 Implementasi

Pelaksanaan tindakan

Langkah pelaksanaan dalam asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan

rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan, dalam langkah ini bidan

melakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan tim medis lain.

1. Memberikan infus dari cairan isotonik/elektronik dengan kateter 18 g.

2. Membantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan

penglepasan plasenta.

3. Memberikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin

maleat.

4. Mengobservasi TTV : hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian

kapiler, sianosis dasar kaku, membran mukosa & bibir.

5. Mengobservasi / melakukan observasi intake dan output

6. Melakukan usaha pegeluaran plasenta

7. Melakukan pemeriksaan laboratorium Hb

2.2.7 Evaluasi

S : ibu mengatakan plasenta sudah lahir dan sudah tidak

mengeluarkan darah banyak.

O : Plasenta lahir lengkap, perdarahan terhenti, kontraksi uterus baik,

keadaan umum ibu baik dalam waktu 15 menit dengan :

TD : 120/80, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 37o C

Page 21: ASUHAN KEBIDANAN2

A : P ...... perdarahan post partum akibat retensio plasenta dapat

diatasi.

P : 1. Observasi TTV dan keadaan umum pasien

2. Observasi perdarahan, involusi uterus

Page 22: ASUHAN KEBIDANAN2

PERTANYAAN – PERTANYAAN DALAM DISKUSI

1. Apa yang menjadi faktor predisposisi terjadinya jenis-jenis plasenta ?

2. Mengapa pemeriksaan Hb dicantumkan dalam data obyektif dan planning ?

jelaskan!

3. Apa maksud dari plasenta sebagai infeksi benda mati ?

JAWABAN DARI PERTANYAAN DIATAS

1. Jenis-jenis plasenta :

a. Plasenta adhesive adalah : implantasi yang kuat dari jonjot korion

plasenta sehingga menyebabkan kegagalan

mekanisme separasi fisiologis

b. Plasenta akreta adalah : Implantasi jonjot korion plasenta hingga

memasuki sebagian lapisan miometrium

c. Plasenta inkreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai

lapisan serosa dinding uterus.

d. Plasenta Prekreta adalah : implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan otot hingga mencapai

lapisan serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah : tertahannya plasenta di dalam kavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri

(Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, 2002:178).

• Jadi faktor predisposisinya adalah semakin dalam plasenta itu melekat

(implantasinya) maka separasi plasenta semakin sulit dan bisa menyebabkan

trauma.

Page 23: ASUHAN KEBIDANAN2

2. - Hasil Pemeriksaan Hb yang dicantumkan dalam data objektif, merupakan

pemeriksaan awal sebelum melakukan tindakan pemeriksaan selanjutnya.

- Sedangkan pemeriksaan Hb yang dicantumkan dalam planning, merupakan

pemeriksaan kadar Hb ulang.

- Waktu pemeriksaan Hb ulang dilakukan setelah semua tindakan asuhan yang

direncanakan telah dilakukan, seperti :

1. Pemberian infus

2. Separasi manual

3. Pemberian obat-obatan

4. Observasi TTV

3. Plasenta sebagai infeksi benda mati, maksudnya adalah :

Plasenta belum keluar selama 30 menit dan sudah tidak terdapat sirkulasi darah

antara plasenta dan tubuh ibu sehingga plasenta tersebut bisa dikatakan mati. Jika

plasenta itu tetap berada dalam uterus dalam keadaan mati, maka bisa

menyebabkan infeksi.

Page 24: ASUHAN KEBIDANAN2

BAB III

SIMPULAN

1. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif sesuai dengan teori baik keseluruhan

maupun sebagian.

2. Dari pengkajian data subyektif dan obyektif dapat dibuat diagnosa / masalah

secara teliti menurut teori

3. Dari diagnosa / masalah, kita dapat mengantisipasi diagnosa / masalah potensial

yang mungkin dapat terjadi dari masalah / diagnosa yang telah diidentifikasi.

4. Dari diagnosa / masalah potensial, kita dapat menilai adanya kebutuhan untuk

intervensi segera berdasarkan kondisi klien.

5. Dengan ditentukannya kebutuhan klien, kita dapat membuat rencana tindakan

berdasarkan diagnosa / masalah.

6. Dari rencana tindakan tersebut, kita dapat melaksanakan tindakan asuhan.

7. Setelah kita melakukan tindakan, maka dapat mengevaluasi rencana tindakan dan

membuat follow up.

Page 25: ASUHAN KEBIDANAN2

DAFTAR PUSTAKA

Hemoragi Utomo Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. 1998

Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Subroto. 1987. Panthom. Surabaya : FK Unair