ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I...
Click here to load reader
Transcript of ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I...
i
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 15 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA) RINGAN
DI PKD MARGI LESTARI
KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
IKA KUNTA RINI
NIM B11 085
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 15 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA) RINGAN
DI PKD MARGI LESTARI
KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2014
Diajukan Oleh :
Ika Kunta Rini
NIM B11 085
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal : ......................
Pembimbing
ANNISAUL KHOIRIYAH, S.ST
NIK 201188070
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 15 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA) RINGAN
DI PKD MARGI LESTARI
KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2014
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Oleh :
Ika Kunta Rini
NIM B11 O85
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal......
PENGUJI I PENGUJI II
Retno Wulandari, S.ST Annisaul Khoiriyah, S.ST
NIK 200985034 NIK 201188070
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST
NIK 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Balita Sakit pada Anak I
Umur 15 Bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan di PKD
Margi Lestari Kabupaten Sragen”. Karya tulis ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Kepala PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen, yang telah bersedia
memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
v
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. Anak Imam Riski Harfitra dan keluarga, selaku responden yang telah bersedia
memberikan izin kepada penulis sebagai subjek dalam Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Mei 2014
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2014
Ikan Kunta Rini
B11 085
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 15 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT (ISPA) RINGAN
DI PKD MARGI LESTARI
KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2014
Xi + 77 halaman + 9 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Menurut SDKI tahun 2012 angka kematian balita (AKB) masih
tinggi yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian pada balita di
negara berkembang. Komplikasi ISPA seperti sinusitis paranasal, penutupan tuba
eusthacii dan penyebaran infeksi. Di Indonesia sekitar 10%-20% pertahun balita
yang meninggal karena pneumonia, infeksi lanjut dari ISPA. Berdasarkan data
hasil studi pendahuluan di PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen pada periode
Oktober 2012 sampai periode Oktober 2013 jumlah kunjungan balita sebanyak
157 balita. Berdasarkan data tersebut 85 balita (54,14%) menderita ISPA.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit An I umur 15
bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan menurut manajemen
tujuh langkah varney.
Metode Penelitian : Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif dengan metode
studi kasus, dilakukan di PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen pada balita sakit
An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan dan dilaksanakan tanggal
28 Februari – 5 Maret 2014. Adapun teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan pemeriksaaan fisik.
Hasil Penelitian : Anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan ditemukan pada
hidung terdapat cairan berwarna jernih dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan dan tenggorokan kemerahan. Asuhan kebidanan yang diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan makanan, istirahat, kebersihan lingkungan dengan
pemberian terapi yaitu syrup cotrimoxazole 400 mg, chlorpheniramin maleat
(CTM 2 tablet 4 mg), glyceryl guaiacolate (GG 2 tablet 100 mg). Hasilnya setelah
dilakukan perawatan 5 hari keadaan umum anak baik, sudah tidak batuk, pilek dan
rewel.
Kesimpulan : Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek. Pada pengkajian data di lahan praktik tidak dilakukan
pemeriksaan kepala, leher, genetalia dan anus karena keterbatasan waktu.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, ISPA
Kepustakaan : 33 literatur ( 2003 s/d 2013 )
vii
MOTTO
v Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna bagi nusa bangsa ( penulis ).
v Keberhasilan cita-cita akan terasa membahagiakan apabila diraih dengan
perjuangan ( penulis ).
v Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
( QS. Al-insyiroh : 6 ).
v Hidup adalah suatu perjuangan yang didalamnya banyak rintangan untuk
menuju kesuksesan ( penulis ).
v Jadikan setiap yang kita lakukan adalah ibadah dan lakukan itu semua
dengan ikhlas untuk mencapai Ridho-Nya ( penulis ).
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis
ilmiah ini penulis persembahkan :
v Bapak dan Ibu tercinta terima kasih
atas doa restunya dan cita kasihnya
selama ini.
v Kekasihku Agung Ash Shodiq dan
Adikku sefia, gielbran tercinta yang
selalu memberikan doa, dukungan &
semangat setiap langkahku.
v Teman-teman Green koss yang telah
berpatisipasi dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini I LOVE U PULL.
v Almamater tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Ika Kunta Rini
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 05 September 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukolelo Rt 19/08, Pelemgadung, Karangmalang,
Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SD N Pelemgadung 01, Sragen LULUS TAHUN 2005
2. SMP N 01 Karangmalang, Sragen LULUS TAHUN 2008
3. SMA PGRI 01 Karangmalang, Sragen LULUS TAHUN 2011
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angakatan 2011
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
INTISARI..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... vii
CURICULUM VITAE................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 4
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 5
F. Sistematika Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .......................................................................... 9
1. Balita ............................................................................ 9
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ................................... 11
B. Teori Manajemen Kebidanan .............................................. 25
x
1. Pengertian Manajemen Kebidanan ............................... 25
2. Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney ........... 25
C. Landasan Hukum ................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ................................................................ 42
B. Lokasi Studi Kasus .............................................................. 42
C. Subyek Studi Kasus ............................................................ 42
D. Waktu Studi Kasus .............................................................. 43
E. Instrumen Studi Kasus ......................................................... 43
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 43
G. Alat yang Dibutuhkan ........................................................ 49
H. Jadwal Penelitian.................................................................. 49
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus...................................................................... 50
B. Pembahasan.......................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... . 76
B. Saran.................................................................................... . 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Responden
Lampiran 7. Informed Consent
Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Balita Sakit
Lampiran 9. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Balita (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup.
Angka tersebut menunjukan penurunan yang lambat dibandingkan AKB pada
tahun 2007, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Propinsi Jawa Tengah
tahun 2012 sebesar 10,75 per 1000 kelahiran hidup meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 10,34 per 1000 kelahiran hidup.
Dengan demikian bila dibandingkan dengan target Millenium Development
Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup maka
AKB di Propinsi Jawa Tengah tahun 2012 sudah cukup baik karena telah
melampaui target (Measuredhs, 2012).
Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih
di akibatkan oleh pneumonia, ISPA, dan diare. Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab dari kematian pada balita di
negara berkembang (Maryunani, 2010).
ISPA adalah suatu penyakit yang ditularkan melalui udara yang banyak
diderita oleh bayi dan anak-anak, pada usia 3 bulan sampai 3 tahun. Gejala
umumnya seperti demam tiba-tiba, peradangan pada hidung, kekeringan,
iritasi pada saluran hidung dan faring, diikuti bersin, nyeri otot, keluar cairan
dari hidung dan batuk (Rahmawati, 2012).
2
Komplikasi yang dapat terjadi dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) seperti sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran
infeksi (Ngastiyah, 2005). Menurut Maryunani (2010), di Indonesia sekitar
10%-20% per tahun balita yang meninggal karena pneumonia, yang
merupakan infeksi lanjut dari ISPA.
Kriteria untuk menentukan bahwa kematian pneumonia pada balita
masih merupakan masalah di suatu wilayah atau negara adalah apabila angka
kematian balita berada di atas 20% (WHO, 2003).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Margi lestari
Kabupaten Sragen, pada periode Oktober 2012 sampai dengan periode
Oktober 2013 didapatkan data sebanyak 157 jumlah kunjungan balita.
Berdasarkan data tersebut, 1 balita (0,64%) menderita abses, 2 balita (1,27%)
menderita sakit telinga, 2 balita (1,27%) menderita muntah, 2 balita (1,27%)
menderita sakit gigi, 2 balita (1,27%) menderita cacar air (varicela), 3 balita
(1,91%) menderita KKL, 4 balita (2,54%) menderita sakit perut, 4 balita
(2,54%) menderita sakit mata, 4 balita ( 2,54%) menderita flu, 6 balita
(3,82%) menderita (stomatitis), 9 balita (5,73%) menderita sakit kulit, 15
balita (9,55%) menderita diare, 18 balita (11,46%) menderita febris, 85 balita
(54,14%) menderita ISPA.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus tentang kasus ISPA dengan judul “Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada
Anak I Umur 15 Bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA)
Ringan di PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen”.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan balita sakit pada Anak I
Umur 15 Bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan di
PKD Margi Lestari Sragen dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan tujuh langkah vaney?”
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan kebidanan pada balita sakit
anak I umur 15 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ringan dengan menggunakan tujuh langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data balita sakit pada anak I umur 15
bulan dengan ISPA ringan.
2) Menginterprestasikan data meliputi diagnosa kebidanan,
masalah, kebutuhan pada kasus balita sakit pada anak I umur 15
bulan dengan ISPA ringan.
3) Menetukan diagnosa/masalah potensial balita sakit pada anak I
umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
4
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera balita sakit
pada anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
5) Merencanakan asuhan kebidanan balita sakit pada anak I umur
15 bulan dengan ISPA ringan.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan anak balita sakit pada
anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
7) Mengevaluasi efektifitas asuhan kebidanan balita sakit pada
anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
b. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan balita sakit pada anak I umur 15
bulan dengan ISPA ringan.
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan
anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh penulis dalam melakukan
manajemen kebidanan balita sakit dengan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) ringan.
2. Bagi Profesi
Mampu meningkatkan wawasan bagi tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus pada balita sakit dengan Infeksi Saluran
5
Pernapasan Akut (ISPA) ringan dengan asuhan kebidanan secara
komprehensif.
3. Bagi Ibu/keluarga
Menambah pengetahuan ibu/keluarga mengenai tanda-tanda gejala
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita sakit dan dapat
mengantisipasi terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan bacaan atau referensi khusus dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus tentang anak dengan ISPA pernah di lakukan oleh :
1. Hastari (2009), dari Akademi Kebidanan Kusuma Husada dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada An.Z dengan ISPA sedang di RSUD kota
Surakarta”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi Kasus
dengan analisis data deskriptif.
Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA pada
anak. Dalam mengatasi masalah asuhan yang di berikan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA dan pemberian
terapi dengan di beri puyer 10 bungkus di berikan 3 x 1 per hari yang
berisi : Codixen dosis 3 x 250 mg, Paracetamol dosis 3 x 100 mg, CTM
6
dosis 3 x 100 mg, Gliseril Guaicolat dosis 3 x 50 mg, Ambroxol dosis 3 x
100 mg. Setelah di berikan asuhan selama tujuh hari di dapatkan hasil
bahwa sekarang anak tidak rewel, batuk, pilek, nafsu makan baik dan
anak sudah dalam keadaan sehat.
2. Harmadiyanti (2012), dari Akademi Kebidanan Kusuma Husada dengan
judul “Asuhan Kebidanan pada An.R dengan ISPA ringan di Puskesmas
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo”. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian Studi Kasus dengan analisis data deskriptif.
Hasil studi kasus tersebut telah menggunakan manajemen asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney dalam mengatasi ISPA ringan
pada anak. Dalam mengatasi masalah asuhan yang di berikan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA ringan dan
pemberian terapi dengan di beri puyer 10 bungkus di berikan 3 x 1 per hari
yang berisi : Dexamethasone dosis 2 x 4 mg, Vit.C dosis 2 x 25 mg, CTM
dosis 2 x 4 mg, Gliseril Guaicolat dosis 2 x 100 mg, Ambroxol dosis 3 x
100 mg. Setelah di berikan asuhan selama tujuh hari di dapatkan hasil
bahwa sekarang anak tidak rewel, batuk, pilek, nafsu makan baik dan anak
sudah dalam keadaan sehat.
7
F. Sistematika Penulisan
Gambaran sistematis Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan gambaran tentang karya tulis secara keseluruhan terdiri
dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus,
manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, sistematika penulisan
sehingga pembaca dapat memperoleh informasi secara ringkas dari
karya tulis ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan teori medis dari masalah yang di teliti yaitu
teori tentang balita dengan ISPA teori manajemen kebidanan dan
landasan hukum.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menyajikan jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi
kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik
pengumpulan data dan alat-alat yang di butuhkan.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang beberapa kesenjangan teori dan praktek yang
penulis temukansewaktu pengambilan kasus di PKD Margi Lestari
Kabupaten Sragen dengan pendekatan manajemen kebidanan
menurut Varney.
8
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan
inti dari pembahasan asuhan kebidanan pada anak dengan ISPA.
Saran merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat
realitis dan operasional yang artinya saran itu dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Balita
a. Definisi
Menurut Muaris (2006), anak balita adalah anak yang telah
menginjak usia di atas satu tahun atau lebih populer dengan pengertian
usia anak di bawah lima tahun. Balita adalah istilah umum bagi anak
usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun)
(Sutomo & Anggraeni, 2010).
b. Tahapan Tumbuh Kembang Balita
Menurut Nursalam dkk (2008), pertumbuhan fisik anak relatif
lebih lambat di bandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan
motoriknya berjalan lebih cepat. Perhatian anak terhadap lingkungan
menjadi lebih besar di bandingkan dengan masa sebelumnya di mana
lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya.
Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru
apa yang diperbuat oleh orang lain dan anak bersifat egosentris, yaitu
sifat keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya
dianggap sebagai miliknya. Pada masa ini, anak perlu dibimbing
dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak
tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan
10
anak, maka anak berkembang perasaan otonominya sehingga anak
dapat mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan
(Nursalam dkk, 2008).
c. Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang
Menurut Nursalam dkk (2008), tumbuh dan kembang seorang
anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor
genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar
faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh
kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar
tertentu. Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu
asah (stimulasi), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asuh
(kebutuhan fisik).
1) Kebutuhan asah (stimulasi)
Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak,
yang berupa latihan atau bermain. Anak yang banyak mendapatkan
stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. Stimulasi ini
sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal dan setelah lahir dengan
cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin.
2) Kebutuhan asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Yang termasuk kebutuhan asih adalah :
a) Kasih sayang orang tua
b) Rasa aman
11
c) Harga diri (setiap anak ingin diakui keberadaanya)
d) Dukungan / dorongan
e) Mandiri
f) Rasa memiliki
g) Kebutuhan akan sukses, mendapat kesempatan, dan
pengalaman.
3) Kebutuhan asuh (fisik)
Yang termasuk kebutuhan asuh adalah:
a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang.
b) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi, kontrol ke puskesmas/
posyandu secara berkala, diperiksakan segera bila sakit).
c) Pakaian (bersih dan nyaman).
d) Perumahan yang layak (sehat, cukup ventilasi, serta terjaga
kebersihan dan kerapiannya).
e) Higiene diri dan lingkungan.
f) Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi).
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Definisi
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Istilah lain dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infection
(ARI), yaitu penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran pernafasan
atas) sampai alveoli (saluran pernapasan bawah) (Mansyur, 2009).
12
Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) banyak
diderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang maupun di
negara maju, banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat. Penyakit- penyakit saluran pernapasan pada
masa bayi dan anak- anak dapat memberi kecacatan sampai pada masa
dewasa (Mansyur, 2009).
ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut adalah suatu
kelompok penyakit yang menyerang saluran pernapasan, biasanya
menyerang pada bayi dan balita dengan penyebabnya virus, bakteri
atau mikroorganisme lain (Maryunani, 2010).
b. Etiologi
Menurut maryunani (2010), ISPA disebabkan oleh lebih dari
300 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebab ISPA antara lain
Genus Streptococcus, Stafilococcus, Pneumococcus, Hemofillus,
Bordetalla, dan Korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain
golongan mikrosovirus Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus. Jamur penyebab ISPA antara lain
Aspergillus sp, Candidia albican, Histoplasma capsulatum,
Coccidiodes immitis, Cyrptococcus neoformans. Selain itu ISPA juga
dapat disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak /
BBM biasanya minyak tanah.
13
c. Patofisiologi
Menurut Nurrijal (2009), perjalanan klinis penyakit ISPA
dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
ke saluran pernafasan maka silia yang ada pada permukaan saluran
nafas bergerak keatas mendorong virus kearah faring. Jika reflek
tersebut gagal virus dapat merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
saluran pernafasan. Sehingga menyebabkan timbulnya batuk kering.
Aktifitas kelenjar mukus yang berlebihan pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal
dapat menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala
ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Terjadi kerusakan pada mukosiliaris akibat infeksi virus yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri. Bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan
atas seperti Streptoccus pneumonia, Haemophylus influenza dan
staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan
batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya
faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi, infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Nurrijal, 2009).
14
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat- tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
(Nurrijal, 2009).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1) Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukan reaksi apa- apa.
2) Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.
3) Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.
Timbulnya gejala demam dan batuk.
4) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia
(Nurrijal, 2009).
d. Tanda dan Gejala
Menurut Nurrijal (2009), adapun pembagian tanda dan gejala
ISPA sebagai berikut :
15
1) ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
a) Batuk
b) Pilek
c) Dengan atau tanpa demam
d) Tenggorakan merah
2) ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala
berikut :
a) Pernafasan cepat
b) Wheezing (nafas berbunyi ngik)
c) Sakit/keluar cairan dari telinga
d) Bercak kemerahan (campak)
3) ISPA berat
Meliputi gejala ISPA sedang / ringan ditambah satu atau lebih
gejala berikut :
a) Tarikan dinding dada ke dalam sewaktu inspirasi (retraksi)
b) Kesadaran menurun (somnolen)
c) Bibir / kulit pucat kebiruan (sianosis)
d) Nafas ngorok (stidor) sewaktu istirahat.
e. Diagnosa
Menurut Sinambela (2010), dalam melaksanakan program P2
ISPA, penentuan klasifikasi untuk mendiagnosa ada tiga :
16
1) Klasifikasi bukan Pneumonia maka diagnosa penyakitnya adalah
batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau
penyakit ISPA non pneumonia lainnya.
2) Klasifikasi Pneumonia maka diagnosa pada balita didasarkan
adanya batuk atau kesukaran nafas, nafas cepat (fast breathing)
frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada
usia 2 bulan atau <1 tahun dan 40 kali permenit atau lebih pada
anak usia 1 tahun atau <5 tahun.
3) Klasifikasi Pneumonia berat maka untuk mendiagnosa pada balita
sesuai dengan umur.
a) Pada anak usia 2 bulan atau <5 tahun didasarkan adanya
batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam
(chest indrawing).
b) Pada anak usia <2 bulan didasarkan adanya nafas cepat
frekuensi 60 kali per menit atau lebih, adanya penarikan
yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam
(severa chest indrawing)
f. Faktor Resiko Terjadi ISPA
Menurut Maryunani (2010), ISPA dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1) Faktor Lingkungan
a) Pencemaran udara dalam rumah
17
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak
mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan
terjadinya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang
keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam
rumah, bersatu dalam kamar tidur, ruang tempat bayi dan balia
bermain, sehingga dapat memudahkan terjadinya ISPA.
b) Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu pengerahan udara ke atau dari ruang baik
secara alami maupun secara mekanisme. Jadi jika didalam
rumah tidak terdapat ventilasi maka udara bersih tidak dapat
masuk dan asap atau debu tetap berada di dalam ruangan
sehingga memudahkan terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA).
c) Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian rumah menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati
luas rumah 8m². Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat
mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas,
karena tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor
polusi dalam rumah, sehingga akan memudahkan terjadinya
ISPA.
18
2) Faktor Individu Anak
a) Umur anak
Sebagian besar sejumlah studi menunjukkan bahwa
insiden penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus
meningkat pada bayi dan anak-anak usia dini. Insiden
terjadinya ISPA tertinggi pada umur 6-12 tahun.
b) Berat badan lahir
Berat badan lahir menunjukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian
yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena
pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga
lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia.
c) Status gizi
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah
terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal.
Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan
gizi. Jika keadaan gizinya buruk, tubuh tidak mempunyai
cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap
infeksi, jadi anak lebih mudah terserang ISPA.
19
d) Vitamin A
Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan
dengan imunisasi akan meningkatkan antibodi, diharapkan
adanya perlindungan terhadap bibit penyakit yang
bersangkutan untuk jangka waktu yang tidak singkat.
e) Status imunisasi
Sebagaian besar kematian ISPA berasal dari jenis
ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi seperti difteri, pertusis dan campak, maka
cakupan peningkatan imunisasi akan berperan besar dalam
dalam upaya pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi faktor
yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi
lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi
lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.
Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan
pemberiaan imunisasi campak dan pertusis (DPT). Melalui
imunisai campak yang efektif sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi
pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.
20
3) Faktor perilaku
Praktek penanganan ISPA dikeluarga, baik yang dilakukan
ibu maupun anggota keluarga lainnya merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga,
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga memiliki masalah kesehatan,
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Peran
aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting
karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari
didalam masyarakat/keluarga.
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan dengan jelas bahwa
peran keluarga dalam praktek penanganan dini bagi balita sakit
ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek penanganan ISPA
tingkat keluarga yang kurang/buruk akan berpengaruh terhadap
perjalanan penyakit dari yang semula ringan bahkan bisa
bertambah berat
(Maryunani, 2010).
g. Perawatan Balita ISPA
Menurut Rasmaliah (2004), beberapa hal yang perlu dikerjakan
untuk mengatasi anak yang menderita ISPA yaitu :
1) Mengatasi demam (panas)
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
dicelupkan pada air (tidak perlu air es).
21
2) Pemberian makanan
Memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-
lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.
3) Pemberian minuman
Mengusahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengercerkan dahak, kekurangan cairan dapat menambah parah
sakit yang diderita.
4) Istirahat cukup
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
5) Jika bayi pilek
Membersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
6) Menjaga kebersihan perorangan
7) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
8) Pencegahan penyebaran infeksi
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak, yaitu dengan memberikan imunisasi
yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
22
penyakit baik dan mencegah anak berhubungan dengan pasien
ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan
mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang
yang sedang menderita penyakit ISPA.
h. Penanganan ISPA
Menurut Rasmaliah (2004), penanganan ISPA disesuaikan
dengan tingkatannya antara lain :
1) Penangan ISPA berat
Penderita ISPA berat harus dirawat dirumah sakit dan
yang dilakukan adalah diberikan antibiotik parenteral dan
oksigen.
2) Penanganan ISPA sedang
Penangan ISPA sedang harus mendapatkan penanganan
dari petugas kesehatan (perawat atau bidan). Yang harus
dilakukan adalah diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Penanganan ISPA ringan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan adalah
dapat dilakukan dirumah. Jika anak menderita ISPA ringan
maka yang harus dilakukan adalah :
23
a) Tanpa memberikan obat antibiotik, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional (jeruk nipis ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti antihistamin,
dekstrometorfan dan kodein (Bunyamin, 2012).
b) Bila demam diberikan obat penurun panas. Untuk anak
yang dibawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol,
ibuprofen atau asetosal, apabila obat dalam bentuk sirup
dengan dosis 1 sendok teh (120 mg/l sendok teh) 3-4 kali
sehari maksimal pemberian 5x/24 jam, apabila obat dalam
4-6 jam sekali) atau dengan kompres (Nasir, 2009).
i. Komplikasi
Penyakit ISPA sebenarnya merupakan self limited disease,
yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan
tuba eusthacii dan penyebaran infeksi (Ngastiyah, 2005).
1) Sinusitis paranasal
Menurut Ngastiyah (2005), komplikasi ini hanya terjadi
pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal
belum tumbuh. Gejala umum nyeri kepala bertambah, pada sinus
frontalis dan maksilaris terasa nyeri saat ditekan. Diagnosa
ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi
pada anak besar.
24
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala
malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).
Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepada hilang
timbul, bersin yang terus menerus disertai secret. Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang
menetap tanpa sebab yang jelas perlu dipikirkan terjadinya
komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan
memberikan antibiotik.
2) Penutupan tuba eusthachi
Penutupan tuba eusthaci pada bayi yang menderita batuk
pilek dapat memberi gejala tuli, infeksi kedaerah telinga tengah
bahkan Otitis Media Akut (OMA). Dengan gejala anak sangat
gelisah, demam, muntah, diare, nyeri saat kepala digoyangkan,
pada bayi dapat diketahui dengan menekan telinganya maka bayi
akan menangis keras.
Bayi yang terkena penutupan tuba eusthachi perlu
dikonsultasikan ke bagian THT, biasanya bayi dilakukan
parasentasis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotik keadaan
tidak membaik. Parasentasis (penusukan selaput telinga)
dimaksudkan agar mencegah membran timpani pecah sendiri dan
terjadi Otitis Media Perforata (OMP) (Ngastiyah, 2005).
25
3) Penyebaran Infeksi
Menurut Ngastiyah (2005), penjalaran infeksi sekunder dari
nasofaring ke arah bawah seperti laringitis, trakeitis, bronkitis dan
bronkopneumonia. Selain itu dapat pila terjadi komplikasi jauh,
misalnya terjadi meningitis purulenta.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Menurut Varney (2004), manajemen kebidanan adalah suatu proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan teori ilmiah, penemuan
keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, penyusunan
rencana, pelaksanaan rencana asuhan secara efisien dan aman kemudian
evaluasi (Varney, 2004).
2. Proses manajemen kebidanan menurut Varney
Menurut Varney (2004), proses manajemen kebidanan terdiri dari:
a. Pengkajian data
Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data
obyektif dan/atau data subyektf dari pasien
(Wildan & Hidayat, 2008).
26
Pengkajian balita dengan ISPA ringan antara lain :
1) Data subyektif (Anamnesa)
Anamnesa diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan.
(Wildan & Hidayat, 2008). Pengkajian pada anamnesa meliputi :
a) Identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
Menurut Matondang (2003), identitas terdiri dari:
(1) Nama
Diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, nama harus
jelas dan lengkap.
(2) Umur
Usia yang diperlukan untuk menginterpretasi
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal
sesuai umurnya.
(3) Jenis kelamin
Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk
identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis.
27
(4) Nama orang tua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan
dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain,
mengingat banyak sekali nama yang sama.
(5) Alamat
Kejelasan alamat keluarga sangat diperlukan agar
sewaktu-waktu dapat dihubungi, misalnya bila pasien
menjadi sangat gawat atau perlu tindakan operasi segera
atau perlu pemberian obat yang tidak tersedia di rumah
sakit dan lain sebagainya.
(6) Umur, pendidikan dan pekerjaan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi
tentang pendidikan dan pekerjaan orang tua baik ayah
maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data
yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan
dalam anamnesis.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang
menyebabkan pasien dibawa berobat (Matondang, 2003).
Pada anak dengan ISPA ringan bisa berupa batuk, pilek,
dengan atau demam, tenggorokan merah (Nurrijal, 2009).
28
c) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Riwayat imunisasi
Menurut Maryunani (2010), status imunisasi klien
dinyatakan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak, dan Hepatitis B, yang fungsinya untuk
mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh
dan juga membantu diagnosis.
(2) Riwayat kesehatan keluarga/menurun
Riwayat ini dikaji untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial ekonomi budaya dan kesehatan keluarga
pasien. Berbagai penyakit bawaan/keturunan seperti
terdapat riwayat hipertensi, riwayat kembar, dan penyakit
seperti TBC, Hepatitis, Jantung dan lain-lain
(Matondang, 2007).
(3) Riwayat penyakit yang lalu
Riwayat ini dikaji untuk mengetahui riwayat
penyakit yang lalu pada anak (Matondang, 2007).
d) Riwayat sosial
Riwayat ini dikaji untuk memperoleh gambaran
keadaan sosial anak yang meliputi yang mengasuh, hubungan
dengan anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya,
lingkungan rumah (Matondang, 2007).
29
e) Pola kebiasaan sehari-hari meliputi :
(1) Nutrisi
Dikaji tentang nafsu makan, frekuensi makan, jenis
makanan yang di konsumsi dan jenis minuman yang
dikonsumsi sehari-hari (Matondang, 2007). Menurut
Maryunani (2010), pada umumnya pasien ISPA
cenderung nafsu makannya berkurang.
(2) Pola Istirahat/tidur
Dikaji tentang lama bayi tidur siang, malam, serta keadaan
bayi (tenang/gelisah) (Matondang, 2007). Pada umumnya
pasien ISPA pola istirahat berkurang karena anak sering
rewel dan gelisah (Ngastiyah, 2005).
(3) Pola Eliminasi
Menurut Surasmi (2003), dikaji untuk mengetahui berapa
kali anak BAB dan BAK dalam sehari, apakah ada
gangguan atau tidak. Pada umumnya pasien ISPA pola
eliminasinya tidak ada gangguan (Ngastiyah, 2005).
2) Pemeriksaan fisik (Data Obyektif)
Pengkajian pada pemeriksaan fisik meliputi:
a) Status Generalis
(1) Keadaan umum
Menurut Matodang (2003), tingkat kesadaran baik
gerakan yang ekstrim dan ketergantungan otot. Pada
30
umumnya pasien ISPA ringan keadaan umum baik
namun gerakan anak biasanya kurang aktif
(Maryunani, 2010).
(2) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis,
apatis, somnolen, koma. Pada umumnya pasien ISPA
ringan tingkat kesadaran dinyatakan composmentis
(Matodang, 2003).
(3) Vital sign
Menurut Ngastiyah (2005), penilaian vital sign
meliputi, suhu, nadi, pemafasan dan tekanan darah.
Pada umumnya pasien ISPA ringan suhu tubuhnya
mengalami peningkatan di atas 37,5°C, nadi cepat di
atas 120 kali/menit, tekanan darah menurun,
respirasinya cepat di atas 40 kali/menit.
(4) Berat badan
Anak yang menderita ISPA biasanya mengalami tidak
nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan
(Ngastiyah, 2005).
(5) Tinggi badan
Menurut Ngastiyah (2005), tinggi badan relatif normal
sesuai dengan usia anak tidak mengalami perubahan.
31
(6) Lingkar kepala
Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan otak (Ngastiyah, 2005).
(7) Lingkar dada
Menurut Ngastiyah (2005), pemeriksaan lingkar dada
dilakukan untuk mengetahui keterlambatan
pertumbuhan.
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kulit
Pemeriksaan meliputi warna dan pigmentasi kulit,
kelembapan, palpasi pada kulit untuk menentukan suhu,
turgor kulit, oedem, infeksi terhadap adanya jaringan
parut/keloid (Maryunani, 2010).
(2) Kepala
Pemeriksaan meliputi rambut (warna, bentuk,
kebersihan) kepala ada kelainan atau tidak
(Maryunani, 2010).
(3) Muka
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bentuk muka,
kesimetrisan, pembengkakan, pucat atau tidak pucat
(Maryunani, 2010). Menurut Ngastiyah (2005), anak
yang menderita ISPA biasanya muka terlihat pucat.
32
(4) Hidung
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi adakah nafas
cuping hidung, kotoran yang menyumbat jalan nafas, ada
benjolan/tidak, adakah secret (Maryunani, 2010).
Anak yang menderita ISPA ringan biasanya ada secret
yang keluar dari hidung, tidak ada nafas cuping hidung
(Ngastiyah, 2005).
(5) Mata
Pemeriksaan meliputi simetris/tidak, pembengkakan,
konjungtiva normal merah muda, sklera normal putih
bersih (Maryunani, 2010).
(6) Telinga
Meliputi bentuk, pengeluaran, higiene terhadap telinga
luar, palpasi terhadap nyeri tekan (Maryunani, 2010).
(7) Mulut
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi periksa bibir
terhadap warna (pucat, kemerahan, pecah-pecah),
simetris, pembengkakan gusi, lidah, gigi caries atau
tidak, stomatitis atau tidak, gusi berdarah atau tidak,
tenggorokan merah atau tidak (Maryunani, 2010).
Menurut Ngastiyah (2005), anak yang menderita ISPA
biasanya bibir terlihat pucat dan tenggorokan merah.
33
(8) Leher
Pemeriksaan meliputi ada pembesaran kelenjar limfe
atau tidak, ada tumor atau tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid atau tidak (Maryunani, 2010).
(9) Dada
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi mengi dan batuk,
adakah tarikan dinding dada. (Maryunani, 2010). Pada
kasus ISPA ringan umumnya tidak ada mengi, tarikan
dinding ke dalam (retraksi).
(10) Perut
pemeriksaan meliputi nyeri tekan, warna dan keadaan
kulit abdomen, kembung atau tidak (Maryunani, 2010).
(11) Genitalia
Menurut Maryunani (2010), pemeriksaan meliputi jika
laki-laki dapat diperiksa dengan cara memperhatikan
ukuran, bentuk penis dan apakah testis sudah turun ke
skrotum, jika perempuan apakah labia mayora sudah
menutupi labia minors dan adanya epispadia
(terbelahnya mons pubis dan klitoris serta uretra
membuka di bagian dorsal).
(12) Anus
Pemeriksaan anus lebih baik dilakukan dengan
menempatkan anak lebih tinggi dari abdomennya atau
34
letakkan anak pada posisi tengkurap. Kaji adanya tonus/
kekuatan sfingterani untuk mengetahui adanya refleks
anal (Maryunani, 2010).
(13) Ekstremitas
Menurut Priharjo (2007), pemeriksaan meliputi
kelengkapan, kelainan dan mobilitas.
c) Pemeriksaan tingkat pengembangan
Status perkembangan pasien perlu dikaji secara rinci
untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan. Pada balita
perlu ditanyakan beberapa patokan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, sosial personal dan bahasa adaptif
(Matondang, 2003).
b. Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara
benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah
atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan
interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah
terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah
(Wildan & Hidayat, 2008).
Terdiri dari :
1) Menurut Estiwidani (2008), diagnosa kebidanan, merupakan
diagnosa yang ditegakan sesuai dengan lingkup praktik kebidanan
dan dalam tanggung jawab maupun tanggung gugat bidan.
35
Contoh :
An. X Umur… tahun dengan ISPA ringan.
Contoh data subyektif :
a) Ibu mengatakan umur bayi ……. tahun.
b) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek dan demam
(Nurrijal, 2009).
Contoh data obyektif
a) Tanda-tanda vital, yaitu suhu tubuhnya di atas 37,5 ° c, nadi
cepat diatas 120 x/menit, respirasi cepat diatas 40 x/menit
(Ngastiyah, 2005).
b) Ditemukan secret (pilek) di hidung
c) Gerak kurang aktif dan rewel, muka pucat, nafas terengah-
engah, tenggorokan merah (Maryunani, 2010).
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalarnan
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai
diagnosa (Varney, 2004). Menurut WHO (2003), masalah yang
umumnya muncul pada balita dengan ISPA ringan umumnya
anak batuk, pilek, demam, susah tidur, rewel dan nafsu makan
kurang.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa yang dibutuhkan klien dan
36
belum teridentifikasi dalam melakukan analisa data
(Varney, 2004). Berdasarkan masalah, maka kebutuhan yang
dipenuhi pada kasus ISPA ringan menurut WHO (2003), adalah
sebagai berikut:
a) Beritahu ibu agar anaknya istirahat cukup.
b) Beri suport pada ibu untuk bersabar dan selalu menenangkan
anaknya.
c) Beritahu ibu untuk memenuhi gizi pada anaknya.
d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
c. Diagnosa Potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses
pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan
tindakan segera (Wildan & Hidayat, 2008). Menurut WHO (2003),
diagnosa yang muncul adalah potensial terjadinya ISPA sedang.
d. Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi atau melakukan rujukan (Wildan & Hidayat, 2008).
37
Menurut WHO (2003), antisipasi muncul jika diagnosa potensial
muncul kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan segera.
Langkah yang perlu dilaksanakan antara lain :
1) Pemberian cairan tergantung keadaan pasien.
2) Pemberian makanan
3) Pemberian terapi secara mandiri untuk obat demam, dan batuk.
e. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang mencakup tujuan dan
langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan
intervensi dalam rangka memecahkan masalah termasuk rencana
evaluasi (Wildan & Hidayat, 2008).
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah perencanaan pada
kasus ini adalah sebagai berikut:
1) Berikan terapi obat batuk
Menurut Bunyamin (2012), tanpa pemberian obat antibiotik,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional (Jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari) atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan
dan antihistarnin.
2) Berikan terapi obat penurun panas
Bila demam diberikan obat penurun panas. Untuk anak yang
di bawah umur 6 tahun menggunakan paracetamol, Ibuprofen atau
38
Asetosal. Apabila obat dalam bentuk sirup dengan dosis 1 sendok
teh (120 mg/l sendok teh) 3 – 4 kali sehari maksimal pemberian
5x/24 jam, apabila obat dalam bentuk tablet diberikan 10-15
mg/kg BB (3-4x/hari atau antara 4-6 jam sekali) atau dengan
kompres (Nasir, 2009).
3) Anjurkan keluarga/ ibu untuk memberikan kompres agar
panasnya turun (Rasmaliah, 2004).
4) Anjurkan pada keluarga/ ibu untuk memberikan nutrisi yang
cukup pada anaknya (Rasmaliah, 2004).
5) Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan (Rasmaliah, 2004).
6) Anjurkan pada keluarga/ ibu untuk membersihkan hidung jika
anak pilek (Rasmaliah, 2004).
7) Anjurkan pada anak untuk istirahat yang cukup
(Rasmaliah, 2004).
8) Beritahu cara pencegahan infeksi (Rasmaliah, 2004).
f. Pelaksanaan
Menurut Wildan & Hidayat (2008), dalam melaksanakan
rencana asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai rencana yang
sudah ditentukan. Pencatatan dalam pelaksanaan juga termasuk
penanganan kasus-kasus yang memerlukan tindakan di luar
wewenang bidan sehingga perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau
39
rujukan. Selain itu, pengawasan dan monitor kemajuan kesehatan
pasien juga perlu dicatat.
g. Evaluasi
Dalam evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah
mencatat proses manajemen kebidanan. Evaluasi diperoleh dari
tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga
dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan langkah-
langkah manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan
identifikasi/analisis masalah selanjutnya bila diperlukan
(Wildan & Hidayat, 2008).
Evaluasi yang akan dicapai :
1) Ibu telah memberikan perawatan di rumah
2) Demam telah diobati dengan Paracetamol, Ibuprofen atau
Asetosal (Nasir, 2009).
3) Batuk telah diobati dengan obat tradisional (Jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh)
atau obat batuk Kodein, Dekstrometorfan dan Antihistamin
(Bunyamin, 2012).
4) Anak/balita sudah dalam kondisi sehat
Evaluasi diikuti dengan catatan perkembangan dengan
metode SOAP yaitu :
40
S : Subyektif
Meliputi langkah pertama, dari Varney, yaitu data yang
merupakan segala bentuk pernyataan atau keluhan dari
pasien.
O : Obyektif
Meliputi langkah pertama dari Varney, yaitu data yang
diobservasikan dari hasil pemeriksaan oleh bidan/tenaga
kesehatan lain.
A : Assesment/Analisa
Meliputi langkah kedua, ketiga dan keempat dari Varney,
yaitu kesimpulan dari data obyektif dan subyektif.
P : Plan/Perencanaan
Meliputi langkah kelima, keenam, dan ketujuh dari Varney,
yaitu merupakan rencana yang akan dilakukan berdasarkan
analisis pelaksanaan dan evaluasinya.
C. Landasan Hukum
Berdasarkan KEPMENKES No. 828/ MENKES/ SK/ IX/ 2008 adalah:
Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu
kelompok untuk umur 2 bulan - < 5 tahun dan kelompok umur < 2 bulan. Untuk
kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat ,
Pneumonia, dan batuk bukan Pneumonia. Jumlah perkiraan penderita pneumonia
balita adalah 10% dari jumlah balita disatu wilayah kerja dalam kurun waktu satu
tahun.
41
Pelayanan kesehatan anak, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 yang meliputi :
1. Ruang lingkup:
a. Pelayanan bayi baru lahir
b. Pelayanan bayi
c. Pelayanan anak balita
d. Pelayanan anak pra sekolah
2. Kewenangan:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin
K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir.
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
c. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah.
d. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.
e. Pemberian konseling dan penyuluhan.
f. Pemberian surat keterangan kelahiran.
g. Pemberian surat keterangan kematian.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Karya Tulis ilmiah ini merupakan jenis laporan studi kasus dengan
metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu fenomena yang ada di masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini menggambarkan Asuhan
Kebidanan Balita Sakit pada Anak I Umur 15 Bulan dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) di PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut
dilakukan dan lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi pengambilan kasus
dilaksanakan di PKD Margi Lestari, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten
Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Penentuan pemilihan subyek tergantung pada rangsangan studi kasus
yang digunakan penulis (Nursalam dkk, 2011). Subyek pengambilan kasus ini
adalah balita Anak I umur 15 bulan dengan ISPA ringan.
43
D. Waktu Studi Kasus
Waktu penelitian merupakan waktu penelitian tersebut akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini pengambilan data dimulai pada 28
Februari - 5 Maret 2014.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data adalah dengan format asuhan kebidanan pada balita sakit
menurut Hellen Varney meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, antisipasi tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari obyek-
obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2007). Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan head to toe
(dari kepala sampai kaki), untuk memberikan panduan dalam mengkaji
setiap area tubuh, dengan tujuan untuk meminimalkan pengabaian
tahapan pemeriksaan (Maryunani, 2010)
Beberapa teknik yang digunakan dalam pengkajian/pemeriksaan
fisik adalah sebagai berikut :
44
1) Inspeksi
Suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan
pengamatan/observasi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
pengamatan pada kulit (warna dan pigmentasi kulit), kepala yaitu
rambut (warna, bentuk, kebersihan) kepala ada kelainan atau tidak),
muka (pucat atau tidak), hidung ( adakah nafas cuping hidung dan
adakah secret), mata (simetris/tidak, pembengkakan, konjungtiva
normal merah muda, sklera normal putih bersih), telinga
(pengeluaran dan kebersihan telinga), mulut (pada bibir warna
pucat, kemerahan, pucat dan pada tenggorokan kemerahan), dada
(adakah tarikan dinding dada ke dalam), perut (warna dan keadaan
kulit abdomen, kembung atau tidak), genetalia (jika laki-laki dapat
diperiksa dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk penis dan
apakah testis sudah turun ke skrotum, jika perempuan apakah labia
mayora sudah menutupi labia minora dan adanya epispadia
(terbelahnya mons pubis dan klitoris serta uretra membuka di
bagian dorsal), ekstremitas (kelengkapan, kelainan dan mobilitas).
Pemeriksaan inspeksi pada anak yang terkena Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Ringan antara lain :
a) Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis
(Maryunani, 2009)
b) Gerakan anak kurang aktif (Maryunani, 2009)
c) Muka terlihat pucat (Ngastiyah, 2005)
45
d) Ada secret yang keluar dari hidung (Ngastiyah, 2005)
e) Bibir terlihat pucat dan tenggorokan merah (Ngastiyah,
2005)
f) Tidak ada mengi atau tarikan dari dinding dada ke dalam
(Maryunani, 2010)
Pada kasus An. I umur 15 bulan dengan ISPA ringan yang di
inspeksi antara lain :
a) Keadaan umum anak baik dan kesadaran composmentis
b) Ada secret yang keluar dari hidung berwarna jernih dan encer
c) Kulit hidung bagian luar tampak kemerahan
d) Tenggorokan merah
e) Tidak ada tarikan dinding dada kedalam saat bernafas
f) Muka simetris kanan dan kiri, tidak pucat
2) Palpasi
Suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
jari-jari dan tangan untuk meraba adanya normalitas atau
abnormalitas. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi palpasi pada
kulit (untuk menentukan suhu, turgor kulit, oedem, infeksi terhadap
adanya jaringan parut/keloid), kepala (ada kelainan atau tidak, ada
benjolan/tidak), muka (ada pembengkakan/tidak), hidung (ada
benjolan/tidak), mata (pembengkakan/tidak), telinga (adakah nyeri
tekan), leher (pembesaran kelenjar limfe atau tidak, ada tumor atau
tidak, ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak) dan perut (nyeri
46
tekan, kembung atau tidak), anus (kaji adanya tonus/ kekuatan
sfingterani untuk mengetahui adanya refleks anal), ekstremitas
(oedem). Menurut Ngastiyah (2005), pemeriksaan palpasi pada
anak yang terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan
antara lain:
a) Adanya demam, suhu di atas 37,5˚C
b) Nadi cepat di atas 120 kali/menit
c) Respirasi cepat di atas 40 kali/menit
d) Pada leher saat diraba tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan
tyroid
Pada kasus An. I umur 15 bulan dengan ISPA ringan yang di
palpasi antara lain :
a) Nadi 110 kali/menit
b) Respirasi 35 kali/menit
c) Kulit bersih, lembut, turgor baik
d) Muka tidak ada oedema
3) Auskultasi
Suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan
alat, seperti stetoskop. pemeriksaan yang dilakukan meliputi
auskultasi pada dada ( adakah stidor/ nafas seperti mengorok
waktu istirahat, wheezing/ nafas berbunyi ngik). Menurut
Haniamalaya (2012), pemeriksaan auskultasi pada anak yang
terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan dengan
47
mendengar suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru.
Pada kasus An. I umur 15 bulan dengan ISPA ringan yang
di auskultasi antara lain : pemeriksaan pada dada tidak ada bunyi
stridor/ nafas seperti mengorok waktu istirahat dan tidak ada bunyi
wheezing/ nafas berbunyi ngik .
4) Perkusi
Suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara langsung atau
tidak langsung dengan menggunakan alat atau benda. Pemeriksaan
langsung pada perkusi dengan cara mengetukkan ujung jari atau
jari telunjuk ke dinding dada, sedangkan permeriksaan tidak
langsung dengan cara meletakkan satu jari pada dinding dada dan
mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas
kebawah dan kanan atau kekiri dengan membandingkannya.
Perkusi pada anak harus dilakukan secara berurutan untuk
membandingkan suara yang dihasilkan pada tiap bagian misalnya,
redup/pekak dari hati pada bagian kanan paru dengan timpani pada
bagian kiri paru. Menurut Haniamalaya (2012), pemeriksaan
perkusi pada anak yang terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) Ringan dengan memperhatikan suara paru normal
(resonance) atau tidak dengan cara mengetukkan jari telunjuk
kedinding dada.
48
Pada kasus An. I umur 15 bulan dengan ISPA ringan yang di
perkusi antara lain : pemeriksaan pada perut tidak ada nyeri tekan dan
kembung.
b. Wawancara
Menurut Hidayat (2007), wawancara merupakan metode
pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden
yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung.
Wawancara dilakukan pada orang tua balita. An. I dengan ISPA
ringan.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden.
Penelitian ini mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
(Hidayat, 2007). Data diperoleh dari data primer melalui observasi
dan pengamatan secara langsung pada pasien. Pengamatan yang
dilakukan meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital,
BB/TB, LK/LLA , pemeriksaan sistematis (kulit, kepala, muka,
telinga, mata, hidung, mulut, leher, dada, perut, genetalia, anus, dan
ekstermitas).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui sumber lain yang dikatagorikan sebagai data sekunder misalkan
melalui catatan atau arsip perusahaan dengan cara membaca, memahami
49
dan mempelajari dari media lain (Arikunto, 2010). Cara mendapatkan data
sekunder yaitu dengan studi kepustakaan yaitu bahan-bahan pustakan yang
sangat penting dalam menunjang latar belakang suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Data sekunder dalam studi kasus ini diambil dari
Rekam Medis pada balita sakit dengan penyakit ISPA yang berkunjung
dalam kurun waktu satu tahun di PKD Margi Lestari Kabupaten Sragen
dan dari buku-buku yang berhubungan dengan penyakit ISPA yaitu buku-
buku referensi tahun 2003 – 2013.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
1. Pemeriksaan :
a. Termometer
b. Stetoskop
c. Jam tangan
d. Senter
e. Metline
f. Timbangan
g. Pengukur tinggi badan
2. Wawancara :
a. Format asuhan kebidanan
b. Buku MTBS
c. Bolpoin
H. Jadwal Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010), dalam bagian ini diuraikan langkah-
langkah kegiatan dari mulai penyusunan Karya Tulis Ilmiah sampai dengan
penelitian Laporan Karya Tulis Ilmiah. Jadwal penelitian terlampir.
50
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Tempat : PKD Margi Lestari
Tanggal : 28 Februari 2014
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 28 Februari 2014 Pukul : 09.10 WIB
a. Identitas
1) Identitas Anak
a) Nama : An. I
b) Umur : 15 bulan
c) Jenis Kelamin : Laki-laki
d) Alamat : Sukolelo 19/08, Karangmalang, Sragen
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. F Nama :Tn. S
b) Umur : 32 tahun Umur : 41 tahun
c) Agama : Islam Agama : Islam
d) Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
e) Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
f) Alamat : Sukolelo 19/08, Karang malang, Sragen
51
b. Anamnesa (Data Subyektif)
1) Alasan datang ke PKD : Ibu mengatakan ingin memeriksakan
anaknya yang sejak tadi malam batuk, pilek, rewel dan ibu juga
mengatakan anaknya belum diberi obat apapun.
2) Riwayat kesehatan
a) Imunisasi
Ibu mengatakan bayinya sudah mendapatkan imunisasi :
(1) BCG : Tanggal 26 Desember 2012
(2) DPT 1 : Tanggal 26 Januari 2013
(3) DPT 2 : Tanggal 26 Februari 2013
(4) DPT 3 : Tanggal 26 Maret 2013
(5) Polio 1 : Tanggal 26 Desember 2012
(6) Polio 2 : Tanggal 26 Januari 2013
(7) Polio 3 : Tanggal 26 Februari 2013
(8) Polio 4 : Tanggal 26 Maret 2013
(9) Hepatitis B 1 : Tanggal 26 Januari 2013
(10) Hepatitis B 2 : Tanggal 26 Februari 2013
(11) Hepatitis B 3 : Tanggal 26 Maret 2013
(12) Campak : Tanggal 26 Agustus 2013
(13) Imunisasi yang lain : Tidak ada
52
b) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya, anaknya belum pernah
menderita penyakit apapun yang menyebabkan harus
dibawa ke rumah sakit.
c) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bahwa anaknya sekarang sedang menderita
batuk, pilek, tetapi tidak demam sejak tadi malam.
d) Riwayat penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti DM, Jantung, Asma dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti Hepatitis, TBC,
HIV/AIDS.
3) Riwayat sosial
a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh anaknya dengan suami dan
neneknya.
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan anak senang bermain-main dengan teman
sebayanya.
53
c) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, rapi dan bersih,
letak rumah berdekatan dengan rumah yang lain, jumlah
anggota keluarga 6 orang.
4) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Sebelum sakit:
(1) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya antara
lain nasi, sayur, lauk, buah, roti.
(2) Makanan yang tidak disukai : tidak ada
(3) Pola makan yang digunakan
(a) Pagi : Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul
07.30 WIB, jenis makanan: nasi, sayur, lauk, jenis
minuman: susu formula.
(b) Siang : Ibu mengatakan anaknya makan siang
pukul 11.00 WIB, jenis makanan : nasi, sayur,
lauk, buah (pisang), jenis minuman: susu formula.
(c) Malam : Ibu mengatakan anaknya makan malam
pukul 17.00 WIB, jenis makanan : nasi, sayur,
lauk, jenis minuman: susu formula.
54
Selama sakit:
(1) Makanan yang disukai
Ibu mengatakan makanan yang disukai anaknya
antara lain nasi, sayur, lauk, buah, susu formula,
roti.
(2) Makanan yang tidak disukai: tidak ada
(3) Pola makan yang digunakan:
Ibu mengatakan anaknya makan pagi pukul 07.30
WIB. Porsi makan selama sakit tidak ada
perubahan, jenis makanan: nasi, sayur, lauk, jenis
minuman: susu formula.
b) Istirahat / tidur
(1) Tidur siang
(a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan setiap hari
anaknya tidur siang mulai jam 11.30 WIB ± 2 - 3
jam/hari.
(b) Selama sakit : -
(2) Tidur malam
(a) Sebelum sakit : Ibu mengatakan tidur lamanya ±
10-11 jam, kadang terbangun untuk minum dan
kadang ngompol.
(b) Selama sakit : Ibu mengatakan tidur lamanya ±
10 jam sering terbangun karena batuk dan pilek.
55
c) Mandi
Sebelum sakit:
(1) Pagi : Ibu mengatakan anak mandi pukul
08.00 WIB.
(2) Sore : Ibu mengatakan anak mandi pukul
16.00 WIB.
Selama sakit:
(1) Pagi : Ibu mengatakan anak mandi pukul
08.00 WIB dengan air hangat.
(2) Sore : -
d) Aktivitas
Ibu mengatakan sehari-hari anak bermain dengan teman
sebayanya dengan pengawasan ibu/ayah/nenek.
e) Eliminasi
Sebelum sakit:
(1) BAK : Ibu mengatakan ± 5 - 6 x/hari, warna
kuning jernih.
(2) BAB : Ibu mengatakan ± 1 - 2 x/hari, warna
kuning, konsistensi lunak.
Selama sakit:
(1) BAK : Ibu mengatakan ± 4 - 5 x/hari, warna
kuning jernih.
56
(2) BAB : Ibu mengatakan ± 1 x/hari, warna kuning,
konsistensi lunak.
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : S : 36,6 0C R : 35 x / menit
N : 110 x / menit
d) BB/TB : 9100 gram/89 cm
e) LK/LLA : 47 cm/15,5 cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a) kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan
b) Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
c) Kulit : Bersih, lembut, turgor baik.
d) Muka : Simetris kanan dan kiri, tidak ada oedema,
tidak pucat.
e) Mata : Simetris kanan kiri, conjungtiva merah
muda, sklera putih dan bersih.
f) Telinga : Kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada
kotoran dan tidak ada cairan yang keluar.
57
g) Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna
jernih dan encer, kulit hidung bagian luar
tampak kemerahan.
h) Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada stomatitis, gusi tidak bengkak/berdarah,
tenggorokan kemerahan, tumbuh gigi seri
sebanyak 8 buah bagian atas 4 buah dan bagian
bawah 4 buah.
i) Dada : Tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas,
tampak simetris, tidak ada bunyi stridor dan
tidak ada bunyi weezing.
j) Perut : Tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung.
k) Ekstremitas : Dapat bergerak aktif/bebas, simetris kanan dan
kiri, jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
kelainan.
l) Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a) Perkembangan motorik kasar : Berjalan
b) Perkembangan motorik halus : Mencoret-coret
c) Perkembangan bahasa
(1) Mengerti dan melakukan perintah sederhana atau larangan
dari orang lain.
(2) Mengulang bunyi yang didengarnya.
58
(3) Dapat mengatakan 5-10 kata
d) Perkembangan tingkah laku sosial
Memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu yang besar
terhadap hal-hal yang ada disekitarnya.
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
b) Pemeriksaan lain : tidak dilakukan
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 28 Februari 2014 Pukul : 09.25 WIB
a. Diagnosa kebidanan
An. I umur 15 bulan dengan ISPA ringan
Data Dasar
Data Subyektif:
1) Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 27 November 2012
2) Ibu mengatakan anaknya berumur 15 bulan
3) Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek dan tidak demam sejak tadi
malam dan anak agak rewel.
Data Obyektif:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
59
3) TTV
S : 36,60 C
N : 110 x/menit
R : 35 x/menit
4) BB/TB : 9100 gram/89 cm
5) LK/LLA : 47 cm / 15,5 cm
6) Telinga : Kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada kotoran
dan tidak ada cairan yang keluar.
7) Hidung : Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna
jernih dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan.
8) Mulut : Bibir berwarna merah muda, lidah bersih, tidak
ada stomatitis, gusi tidak bengkak/berdarah,
tenggorokan kemerahan, tumbuh gigi seri
sebanyak 8 buah bagian atas 4 buah dan bagian
bawah 4 buah.
9) Dada : Tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas,
tampak simetris, tidak ada bunyi stridor dan tidak
ada bunyi weezing.
b. Masalah
Anak rewel
60
c. Kebutuhan
Anjurkan ibu untuk menenangkan/memberikan rasa nyaman pada
anaknya supaya bisa istirahat dengan cukup.
3. DIAGNOSA POTENSIAL
ISPA Sedang
4. ANTISIPASI/TINDAKAN SEGERA
Berikan terapi batuk dan pilek
5. PERENCANAAN
Tanggal : 28 Februari 2014 Pukul : 09.35 WIB
a. Beritahu ibu tentang keadaan anaknya.
b. Anjurkan pada keluarga/ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang
seimbang pada anaknya.
c. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
d. Anjurkan pada keluarga/ibu untuk membersihkan hidung setiap kali
kotor karena anak pilek.
e. Anjurkan ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang jika terjadi
tanda bahaya pada anak.
61
} Dibentuk puyer 8
bungkus, diminum
3 x ¼ /hari
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 28 Februari 2014 Pukul : 09.45 WIB
a. Memberitahu pada ibu tentang penyakit anaknya, bahwa anaknya
mengalami ISPA ringan.
b. Menganjurkan pada keluarga/ibu untuk tetap memberikan nutrisi
yang seimbang pada anaknya, yaitu menu yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Contohnya nasi,
sayur, ikan, tempe, telur, buah dan susu.
c. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
d. Menganjurkan pada keluarga/ibu untuk membersihkan hidung setiap
kali kotor karena anak pilek yaitu dengan menggunakan tisu/sapu
tangan, agar mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah.
e. Menganjurkan ibu untuk menenangkan/memberikan rasa nyaman
pada anaknya supaya bisa istirahat dengan cukup.
f. Memberikan terapi obat
1) Syrup cotrimoxazole 480 mg 2 x 1 sendok takar/hari
2) Chlorpheniramine Maleat (CTM) 2 tablet 4 mg
3) Glyceryl Guaiacolate (GG) 2 tablet 100 mg
g. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika terjadi tanda bahaya pada
anak, seperti: anak sukar bernafas/sesak nafas, terlihat tarikan dinding
62
dada saat nafas, anak tidak mau minum, anak selalu memuntahkan
semua yang telah dimakan dan anak mengalami kejang.
7. EVALUASI
Tanggal : 28 Februari 2014 Pukul : 10.00 WIB
a. Ibu sudah mengerti tentang penyakit anaknya.
b. Ibu bersedia untuk memberikan nutrisi yang cukup pada anaknya.
c. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan perorangan anaknya dan
lingkungan.
d. Ibu bersedia untuk membersihkan hidung setiap kali kotor pada
anaknya.
e. Ibu bersedia melakukan anjuran bidan agar anaknya istirahat cukup.
f. Terapi sudah di berikan, ibu bersedia untuk meminumkan obat pada
anaknya
g. Ibu bersedia untuk kontrol ulang bila terjadi tanda bahaya pada anak.
63
DATA PERKEMBANGAN I
( Kunjungan Rumah )
Tanggal : 1 Maret 2014 Pukul : 09.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan anaknya masih batuk dan pilek
2. Ibu mengatakan anaknya masih sedikit rewel
3. Ibu mengatakan sudah meminumkan obat pada anaknya
4. Ibu mengatakan tidak ada perubahan untuk nutrisi pada anaknya
selama sakit pola makan sehari 3 kali, jenis makanan: nasi, sayur, lauk,
buah dan jenis minuman susu formula.
5. Ibu mengatakan selama sakit anaknya tidur malam ± 10 jam sering
terbangun karena masih batuk dan pilek.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
S : 36,40 C
N : 112 x/menit
R : 34 x/menit
4. Hidung masih ada lendir yang keluar
5. Dada tidak ada bunyi stridor/mengi, tidak ada tarikan dinding dada ke
dalam
64
A : An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan perawatan hari ke – 2
P : Tanggal : 1 Maret 2014 Pukul : 09.10 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk meneruskan pemberian obat pada anak
2. Menganjurkan ibu untuk menenangkan/memberikan rasa nyaman pada
anaknya.
3. Melakukan follow up pada tanggal 3 Maret 2014 dengan kunjungan
rumah
E : Tanggal : 1 Maret 2014 Pukul : 09.20 WIB
1. Ibu bersedia meneruskan pemberian obat pada anaknya
2. Ibu bersedia untuk menenangkan/memberikan rasa nyaman pada
anaknya.
3. Follow up dilakukan 2 hari yang akan datang pada tanggal 3 Maret
2014
DATA PERKEMBANGAN II
( Kunjungan Rumah )
Tanggal: 3 Maret 2014 Pukul: 09.10 WIB
S :
1. Ibu mengatakan anaknya masih sedikit batuk, pilek kadang-kadang
tetapi anaknya sudah tidak rewel
2. Ibu mengatakan sudah meminumkan obat pada anaknya
65
3. Ibu mengatakan tidak ada perubahan untuk nutrisi pada anaknya selama
sakit pola makan sehari 3 kali, jenis makanan: nasi, sayur, lauk, buah
dan jenis minuman susu formula.
4. Ibu mengatakan selama sakit anaknya tidur malam ± 10 jam sering
terbangun karena masih sedikit batuk dan kadang- kadang pilek.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
S : 36,40 C
N : 113 x/menit
R : 34 x/menit
4. Hidung masih ada lender yang keluar, tapi hanya kadang-kadang
5. Dada tidak ada bunyi stridor/ mengi, tidak ada tarikan dinding dada ke
dalam
A : An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan perawatan hari ke - 4
P : Tanggal : 3 Maret 2014 Pukul : 09.20 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk meneruskan pemberian sisa obat pada
anak dan menghentikan jika obat habis.
2. Melakukan follow up pada tanggal 05 Maret 2014 dengan kunjungan
rumah
E : Tanggal : 3 Maret 2014 Pukul : 09.25 WIB
1. Ibu bersedia meneruskan pemberian obat pada anaknya
66
2. Follow up dilakukan 2 hari yang akan datang pada tanggal 5 Maret
2014
DATA PERKEMBANGAN III
( Kunjungan Rumah )
Tanggal: 5 Maret 2014 Pukul: 09.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak batuk dan tidak pilek.
2. Ibu mengatakan tidak ada perubahan untuk nutrisi pada anaknya
selama sakit pola makan sehari 3 kali, jenis makanan: nasi, sayur, lauk,
buah dan jenis minuman susu formula.
3. Ibu mengatakan anaknya tidur malam lamanya ± 10-11 jam, kadang-
kadang terbangun untuk minum dan ngompol.
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
S : 36,20 C
N : 110 x/menit
R : 33 x/menit
4. Hidung tidak ada lendir yang keluar
67
5. Anak terlihat lebih aktif
A : An I umur 15 bulan dengan riwayat ISPA ringan
P : Tanggal : 5 Maret 2014 Pukul : 09.10 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap mempertahankan anak pada
kondisi yang sehat dan memberikan nutrisi yang cukup.
2. Menganjurkan pada ibu untuk rutin membawa ke posyandu untuk
memantau tumbuh kembang anak
E : Tanggal : 5 Maret 2014 Pukul : 09.15 WIB
1. Ibu bersedia mempertahankan anaknya dalam kondisi yang sehat dan
memberikan nutrisi yang cukup.
2. Ibu bersedia untuk rutin membawa anaknya ke posyandu untuk
memantau tumbuh kembang anak.
68
B. Pembahasan
Pada sub bab ini akan dibahas tentang kasus yang penulis ambil yaitu
balita sakit pada An I umur 15 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ringan dibandingkan dengan berbagai teori yang ada. Pelaksanaan
studi kasus ini menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang
terdiri dari tujuh langkah yaitu Pengkajian, Interpretasi data, Diagnosa
potensial, Tindakan segera / Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi.
1. Pengkajian Data
Pada kasus An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan, penulis
melakukan pengkajian berupa data subyektif dan data obyektif. Data
subyektif meliputi dari identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan,
riwayat sosial dan pola kebiasaan sehari-hari. Dari anamnesa diketahui
bahwa anak berumur 15 bulan dengan keluhan batuk, pilek sejak kemarin
malam dan anak agak rewel. Data obyektif yang dikaji berupa status
generalis berupa keadaan umum, kesadaran, TTV (suhu, nadi, respirasi),
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan. Pemeriksaan
sistematis yang dilakukan berupa pemeriksaan kulit, muka, mata, telinga,
hidung, mulut, dada, perut, ekstremitas saja. Untuk kepala, leher, genetalia
dan anus tidak dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tingkat perkembangan
berupa perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, dan
perkembangan bahasa. Dari data obyektif khususnya untuk pemeriksaan
fisik didapatkan pada kasus An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan
69
antara lain pada hidung terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan encer,
kulit hidung bagian luar tampak kemerahan, tenggorokan kemerahan dan
pemeriksaan fisik lainnya masih normal.
Menurut Wildan & Hidayat (2008), pengkajian balita dengan ISPA
antara lain data subyektif yang meliputi identitas pasien, keluhan utama
(pada anak dengan ISPA ringan biasanya ditandai dengan batuk, pilek,
dengan atau tanpa demam, tenggorokan merah). Pada umumnya pasien
ISPA cenderung nafsu makannya berkurang, untuk pola istirahat
berkurang karena anak sering rewel dan gelisah, pola eliminasinya tidak
ada gangguan. Data obyektif yang dikaji meliputi status generalis yaitu
KU, kesadaran, TTV, BB/PB, LK/LD. Pada umumnya pasien ISPA ringan
keadaan umumnya baik namun gerakan anak biasanya kurang aktif, pada
tanda-tanda vitalnya seperti suhu tubuhnya mengalami peningkatan di atas
37,50C, nadi cepat di atas 120 x/menit, tekanan darah menurun,
respirasinya cepat di atas 40 x/menit. Pada umumnya pemeriksaan
sistematis pasien ISPA muka biasanya terlihat pucat, tidak ada
pembengkakan dan simetris. Pada hidung umumnya tidak ada nafas
cuping hidung dan ada secret yang keluar. Pada telinga umumnya tidak
ada pengeluaran cairan dan palpasi tidak ada nyeri tekan. Pada mulut
umumnya bibir pucat dan tenggorokan merah. Pada dada umumnya tidak
ada mengi dan tidak ada tarikan dinding dada ke dalam (Nurijal, 2009).
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek di
lahan, di mana pemeriksaan sistematis yang meliputi kepala, leher,
70
genetalia dan anus pada kasus/praktek di lahan tidak dilakukan
dikarenakan keterbatasan waktu.
2. Interpretasi Data
Pada penelitian ini diagnosa kebidanan yang ditetapkan adalah
balita sakit An I umur 15 bulan dengan ISPA ringan. Sedangkan masalah
yang timbul adalah rewel. Kebutuhannya yaitu beritahu ibu agar anaknya
istirahat cukup dan anjurkan ibu untuk menenangkan/memberikan rasa
nyaman pada anaknya.
Pada langkah interpretasi data ini terdiri dari diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan. Menurut Estiwidani (2008), pada kasus ISPA
ringan yaitu diagnosa : An X Umur ... tahun dengan ISPA ringan. Pada
penelitian sudah ditegakkan diagnosa kebidanan dengan benar karena
didasari oleh data subyektif dan obyektif. Menurut Nurrijal (2009), contoh
data subyektif : Ibu mengatakan umur bayi.....tahun, ibu mengatakan
anaknya batuk, pilek, dan demam. Sedangkan data obyektif berupa tanda-
tanda vital, yaitu suhu tubuhnya di atas 37,5 ºC, nadi cepat di atas 120
x/menit, respirasi cepat di atas 40 x/menit, ditemukan secret (pilek)
dihidung, gerakan kurang aktif dan rewel, muka pucat, nafas terengah-
engah, tenggorokan merah (Maryunani, 2010 ; Ngastiyah, 2005)
Masalah yang umumnya muncul pada balita sakit dengan ISPA
ringan adalah anak batuk, pilek, demam, susah tidur, rewel dan nafsu
makan berkurang (WHO, 2003). Kebutuhan pada balita sakit dengan ISPA
ringan antara lain beritahu ibu agar anaknya istirahat cukup, beri suport
71
pada ibu untuk bersabar dan selalu menenangkan anaknya, beritahu ibu
untuk memenuhi gizi pada anaknya, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi (WHO, 2003). Pada langkah ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus An I dengan ISPA ringan diagnosa potensial yang
ditegakkan yaitu ISPA sedang. Menurut WHO (2003), diagnosa potensial
yang terjadi pada balita dengan ISPA ringan akan terjadi ISPA sedang
yang ditandai dengan batuk, pilek, demam, nafsu makan berkurang,
pernafasan lebih dari 40 x/menit, tenggorokan berwarna merah, turgor
kulit kering, timbul bercak-bercak seperti campak, telinga
sakit/mengeluarkan nanah pada lubang telinga. Pada langkah ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Antisipasi/ Tindakan Segera
Pada langkah ini dilakukan tindakan mandiri oleh bidan yaitu
pemberian terapi Syrup cotrimoxazole 480 mg, diminum 2 x 1 sendok
takar/hari. CTM 2 tablet 4 mg dan GG 2 tablet 100 mg, dibentuk puyer 8
bungkus, diminum 3 x ¼ /hari.
Menurut WHO (2003), tindakan antisipasi pada balita sakit dengan
ISPA ringan yaitu pemberian cairan tergantung keadaan pasien, pemberian
makanan, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat demam,
dan batuk. Pada kasus ini tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter karena
72
masih dalam kewenangan bidan. Jadi pada langkah ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek.
5. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada kasus An. I dengan ISPA ringan
yaitu :
a. Beritahu ibu tentang penyakit anaknya.
Alasan : Supaya ibu mengetahui bahwa anaknya sedang sakit ISPA
ringan.
b. Anjurkan pada keluarga/ ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang
seimbang pada anaknya.
Alasan : Supaya anak kecukupan nutrisinya sehingga proses
penyembuhan lebih cepat dan agar tidak mengalami
komplikasi yang lebih parah.
c. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
Alasan : Jika kebersihan perorangan dan lingkungan dijaga agar
mempercepat kesembuhan dan mencegah terjadi komplikasi
yang lebih parah.
d. Anjurkan pada keluarga/ ibu untuk membersihkan hidung jika anak
pilek.
Alasan : Agar mempercepat kesembuhan, anak tetap tenang
walaupun anak sedang pilek, supaya tidak kesulitan saat
bernafas dan agar anak tidak terganggu kenyamanannya.
73
e. Anjurkan pada ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang jika terjadi
tanda bahaya pada anak.
Alasan : Agar ibu mengetahui jika terjadi tanda bahaya/ komplikasi
yang lebih parah pada anak seperti anak sukar bernafas,
tidak mau minum, memuntahkan semua makanan yang
dimakan, anak mengalami kejang.
Menurut Rasmaliah (2004), langkah penanganan pada kasus ISPA
ringan adalah pengompresan, pemberian nutrisi, anjuran penjagaan
kebersihan perorangan dan lingkungan, istirahat cukup serta pencegahan
infeksi. Pada kasus tidak dilakukan pengompresan karena anak tidak
panas. Perencanaan asuhan pada An I dengan ISPA ringan sudah diberikan
sesuai kebutuhan. Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan praktek.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan pada An I yaitu disesuaikan dengan
perencanaan, yaitu :
a. Memberitahu ibu tentang penyakit anaknya.
b. Menganjurkan pada keluarga/ ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang
seimbang pada anaknya.
c. Menganjurkan pada ibu untuk menenangkan/ memberikan rasa nyaman
pada anaknya.
d. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan perorangan dan
lingkungan.
74
Dibentuk puyer 8
bungkus, diminum
3 x ¼ /hari
}
e. Menganjurkan pada keluarga/ ibu untuk membersihkan hidung jika
anak pilek.
f. Memberikan terapi obat batuk, pilek.
1) Syrup cotrimoxazole 480 mg 2 x 1 sendok takar/hari
2) Chlorpheniramine (CTM) 2 tablet 4 mg
3) Glyceryl Guaiacolate (GG) 2 tablet 100 mg
g. Menganjurkan pada ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang jika
terjadi tanda bahaya pada anak.
Menurut Nasir (2009), pelaksanaan yang dilakukan pada balita
sakit dengan ISPA ringan adalah menganjurkan keluarga/ ibu untuk
memberikan kompres agar panasnya turun, menganjurkan pada keluarga/
ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup pada anaknya,
menganjurkan pada ibu untuk menenangkan/ memberikan rasa nyaman
pada anaknya, menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan
perorangan dan lingkungan, menganjurkan pada keluarga/ ibu untuk
membersihkan hidung jika anak pilek, menganjurkan pada anak untuk
istirahat yang cukup, memberitahu cara pencegahan infeksi, memberikan
terapi obat batuk tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh dicampur
dengan kecap atau madu 1/2 sendok teh dan obat panas paracetamol,
Ibuprofen, Asetosal. Anak sudah diberikan terapi batuk dan pilek, di lahan
tidak diberikan obat tradisional karena itu hanya anjuran saja. Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek
75
7. Evaluasi
Menurut Wildan & Hidayat (2008), evaluasi dilakukan dengan
membandingkan keberhasilan dengan langkah-langkah manajemen
lainnya, hasil evaluasi dapat dijadikan identifikasi/analisis masalah
selanjutnya bila diperlukan. Pada pemeriksaan telah dilakukan semua
perencanaan, perawatan di rumah dan semua kebutuhan anak terpenuhi.
Setelah dilakukan asuhan kepada An I umur 15 bulan dengan ISPA
ringan, evaluasi yang didapat yaitu asuhan pada hari pertama semua bisa
terlaksana dengan baik tanpa ada hambatan. Ibu bisa diajak kerjasama
dalam memberikan asupan nutrisi, terapi, menjaga kebersihan anak,
perorangan, lingkungan, dan anak tidak kesulitan dalam mengkonsumsi
obat. Asuhan dilanjutkan dengan observasi perkembangan kondisi balita
yang dilakukan di rumah pada tanggal 1-5 Maret 2014. Hasilnya diperoleh
kondisi balita yang berangsur membaik ditandai dengan keadaan umum
baik, kesadaran composmentis, tidak batuk, tidak pilek, suhu 36,2ºC, nadi
110 x/menit, respirasi 33x/menit. An I tidak mengalami komplikasi atau
penyakit yang berkelanjutan. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan yang diberikan pada An I usia 15 bulan dengan
ISPA ringan dengan menerapkan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney
dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian data didapatkan data subyektif berupa ibu mengatakan
anaknya berumur 15 bulan, keadaan anaknya sekarang sedang batuk,
pilek, dan agak rewel. Pada data obyektif khususnya pada pemeriksaan
sistematis ditemukan bahwa hidung keluar cairan encer, bening, kulit
hidung bagian luar tampak kemerahan, dan tenggorokan merah. Pada
langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lahan yaitu,
pada data obyektif terutama pada pemeriksaan sistematis kepala, leher,
genetalia dan anus tidak dilakukan, dikarenakan keterbatasan waktu.
2. Interpretasi data ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu An. I umur 15 bulan
dengan ISPA ringan. Masalah yang muncul pada An. I adalah rewel.
Kebutuhan yang diperlukan adalah beritahu ibu agar anaknya istirahat
cukup dan anjurkan ibu untuk menenangkan/ memberikan rasa nyaman
pada anaknya. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
3. Diagnosa potensial yang ditetapkan yaitu ISPA sedang. Pada langkah ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
77
4. Upaya antisipasi yaitu tindakan mandiri oleh bidan berupa pemberian
terapi obat batuk dan pilek. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
5. Perencanaan tindakan telah sesuai teori yaitu perawatan di rumah yang
berupa pemberian nutrisi, anjuran penjagaan kebersihan perorangan,
lingkungan, istirahat cukup serta pencegahan infeksi, dan membawa
kontrol ulang jika terjadi tanda bahaya pada anaknya.
6. Pelaksanaan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah
disusun karena adanya dukungan keluarga dalam membantu pemberian
nutrisi, terapi obat, menjaga kebersihan baik perorangan, lingkungan dan
memantau perkembangan kesehatan. Pada langkah ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
7. Evaluasi dilakukan selama lima hari untuk mengetahui perkembangan
balita. Hasil asuhan diperoleh keadaan umum baik dan pasien dinyatakan
sembuh ditandai dengan keadaan umum baik, tidak batuk, dan tidak pilek.
Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
78
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan
masukan antara lain :
1. Bagi Profesi
Diharapkan tenaga kesehatan (Bidan) untuk lebih meningkatkan
pemberian penyuluhan tentang perawatan balita sakit dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) agar balita terhindar dari masalah yang
potensia terjadi.
2. Bagi Ibu/ keluarga
Ibu dan keluarga diharapkan dapat mengenali tanda-tanda gejala ISPA
dengan membaca buku atau mencari informasi di media seperti internet
supaya keluarga dapat mengantisipasi, sehingga tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut.
3. Bagi Institusi
a. Polindes
Diharapkan agar polindes untuk tetap menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan yang optimal pada balita sakit
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan.
b. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapi / menambah referensi tentang ISPA
ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2010. Metodologi Penelitian dan Aplikasi. (online). Available
http://www.elib.unikom.ac.id/files/disk1/599/jbptunikompp-gdl-
inameidani-29938-9-unikom_i-3.pdf. Diakses tanggal 2 Desember 2013
Bunyamin. 2010. Penanganan ISPA. (online). Available
http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4828. Diakses tanggal
10 Oktober 2013
Estiwidani, D.2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitrayama
Hastari. 2009. Asuhan kebidanan pada An.Z dengan ISPA Sedang, Surakarta,
STIKes KH. Karya Tulis Ilmiah.
Harmadiyanti. 2012. Asuhan Kebidana pada An.R dengan ISPA Ringan,
Surakarta, STIKes KH. Karya Tulis Ilmiah.
Haniamalaya. Wordpress. Com/ 2012/ 11/ 12 asuhan-keperawatan-klien-dng-
Ispa. Diakses tanggal 27 november 2013.
Hidayat, A. A. A.2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data.
Jakarat Salemba Medika.
Kepmenkes. 2008. Penentuan Klasifikasi ISPA. (online). Available : http://www.
Dinkes. slemankab. go. Id/ wp-content/ uploads/ 2011/ 03/ JUKNIS-
SPM- 2008. Pdf. Diakses tanggal 3 Desember 2013
Mansyur. 2009. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. (online).
Available:http://www.Jtptunimus-gdl-masyurhid-5396-2-bab2.pdf-
Adobe Reader. Diakses tanggal 28 septermber 2013
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Trans Info Media
Matondang, C.S,dkk.2003. Diagnosa Fisisk Pada Anak. Edisi Ketiga. Jakarta :
PT. Sagung Seto.
. 2007. Diagnosa Fisisk Pada Anak. Edisi Kedua. Jakarta : PT. Sagung
Seto.
Muaris. 2006. Balita. (online). Available : http
://www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-
5767-2-babii. Diakses tanggal 13 oktober 2013
Measuredhs. 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. (online). Available :
http ://www.measuredhs.com. Diakses tanggal 18 november 2013
Nasir. 2009. Dosis Pemberian Obat Penurun Demam Anak. (online). Available :
http ://www. dokter nasir/ 2009/03 /tutorial-dosis-pemberian obat-
penurun-demam-anak.Diakses tanggal 13 november 2013
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EKG.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Nurrijal. 2009. Patofisiologi ISPA. (online).
Available:http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6121.
Diakses tanggal 28 oktober 2013
Nursalam , dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika
Permenkes. 2010. Kewenangan Bidan Izin dan Penyelenggarakan Praktek Bidan.
(online). Available : http://www.
Google.co.id/doc/60311789/Kewenangan- Bidan-Sesuai-Permenkes-No-
1464-Tahun-2010-Tentang-Izin-dan-Penyelenggarakan-Praktik-Bidan.
Diakses tanggal 12 Oktober 2013
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Rahmawati, D. 2012. ISPA gangguan pernafasan pada anak. Yogyakarta : Nuha
Medika
Rasmaliah. 2010. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). (online). Available :
http : //www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-
rasmaliah9. Diakses 23 oktober 2013
Riwidikdo. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Rohima Press
Sinambela.2010. Diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). (online).
Available : http://www.google.co.id/search?clientl=4.4.4111610.Diakses
tanggal 28 september 2013
Surasmi, A. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.
Sutomo, ddk. 2010. Balita (online). Available : http
://www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-
5767-2-babii. Diakses tanggal 13 oktober 2013
Varney, H. 2004.Varney’s Midwivery. Third Edition. Boston : Jones and Balett
Publishes
WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang. Jakarata:EGC.
Wildan, M., Hidayat, A.A.A.2008. Dokumentasi Kebidanan, Jakarta : Salemba
Medika