Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Balita

32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran dan kemauan hidup sehat lagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, untuk mencapai tujuan tersebut maka didesa-desa oleh masyarakat telah dilambangkan oleh tenaga kesehatan diposyandu meliputi KIA, KB, IMUNISASI, perbaikan gizi dan penanggulangan diare. Dengan ada pengembangan posyandu yang berkembang cepat maka cangkupan pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak balita meningkat dengan cepat pula, keadaan ini telah menyumbang penurunan angka kematian bayi dan balita dengan cukup bermakna. Namun keterbatasan diposyandu, maka pelayanan kesehatan pada ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itu, sebagai bagian dari pelayanan KIA, perlu diupayakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu, salah satu upaya tersebut adalah pelayanan melalui pondok bersalin (Depkes -1995)

Transcript of Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Balita

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran dan kemauan hidup sehat lagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, untuk mencapai tujuan tersebut maka didesa-desa oleh masyarakat telah dilambangkan oleh tenaga kesehatan diposyandu meliputi KIA, KB, IMUNISASI, perbaikan gizi dan penanggulangan diare. Dengan ada pengembangan posyandu yang berkembang cepat maka cangkupan pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak balita meningkat dengan cepat pula, keadaan ini telah menyumbang penurunan angka kematian bayi dan balita dengan cukup bermakna. Namun keterbatasan diposyandu, maka pelayanan kesehatan pada ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itu, sebagai bagian dari pelayanan KIA, perlu diupayakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu, salah satu upaya tersebut adalah pelayanan melalui pondok bersalin (Depkes -1995) Menurut UU RI NO IV / Th 1997 tentang kesejahteraan anak menanyakan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 2 tahun dan belum pernah menikah dan merupakan potensi dan penerus bangsa yang dasar-dasarnya diletakkan oleh generasi sebelumnya. Begitu besarnya arti anak dalam kehidupan maka pada tahun 1923 di beneva, liga bangsa-bangsa telah memutuskan deklarasi hak-hak dan kemudian pada tanggal 20 November 1989 PBB menyetujui hak-hak anak yang berbunyi antara lain: hak untuk dicintai dan dilindungi, hak untuk mendapatkan kesempatan bermain.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP KELUARGA 2.1.1 Pengertian Keluarga adalah unit terkenal dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang kumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI : 1988, 22) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga interaksi satu sama lain, dan dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Effendi. 1998: 32) Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyrakat (Depkes RI. 1989) 2.1.2 Struktur keluarga Struktur keluarga terdiri atas bermacam diantaranya adalah: a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarang yang terdiri anak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d. Patrilokal Adalah pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami istri.

2.1.3 Ciri-ciri struktur keluarga

a. Terorganisasi Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada keterbatasan Semua anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. c. Ada perbedaan dan kekhususan Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

2.1.4 Bentuk keluarga a. Keluarga inti (nuclear family) Adalah keluarga yang terdiri atas ayah, Ibu, anak-anak. b. Keluarga besar (exended family) Adalah keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara paman, bibik dan sebagainya. c. Keluarga berantai (serial family) Adalah keluarga yang tirdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satuan dari keluarga inti. d. Keluarga duda/janda (single family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi (composite family) Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama. f. Keluarga kabitas (cohabitation family) Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tapi tanpa membentuk keluarga.

2.1.5 Peran keluarga a. Peranan ayah Ayah sebagai suami dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai mencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran ibu

Sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari lingkungannya, disamping itu juga sebagai pencari nafkah tambahan. c. Peranan anak Anak-anak melaksanakan peranan psikologis sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.6 Fungsi keluarga a. Fungsi biologis Untuk meneruskan kerunan Memelihara dan membesarkan anak Memenuhi kebutuhan gizi keluarga Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi psikologis Memberikan kasih sayang dan rasa aman Memberikan perhatian diantara anggota keluarga Memberi pendewasaan kepribadian anggota keluarga Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi sosialisasi Membina sosialisasi pada anak Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi ekonomi Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Pengaturan pengguanaan pengahsilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya e. Fungsi pendidikan

-

Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki

-

Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

-

Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya

2.1.7 Tahap-tahap kehidupan keluarga a. Tahap berdua kembali Setelah anak besar dan menempuh kehidupan sendiri-sendiri, tinggalah suami istri berdua saja, dengan keluarga ini keluarga akan merasa sepi apabila tidak dapat menerima kenyataan dapat menimbulkan depresi. b. Tahap masa tua Tahap ini termasuk ketahap lanjut usia dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2.2 KONSEP TEORI KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) 2.2.1 Pengertian KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) 2.2.2 Klasifikasi KEP Untuk menentukan pukesmas penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel BB baku median WHO NCHS. Macam-macam KEP adalah, a. KEP ringan bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita garis kuning b. KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS terletak pada pita garis merah (BEM) c. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB Anak selali memperhatikan apabila diajak bertanya, bisa melakukan perintah yang diberikan Gerakan halus => Anak bisa membuka lembar buku, bisa memegang alat tulis dan mencoret-coret Gerakan kasar => Anak bisa berjalan sendiri, tetapi masih belum lancar, bisa mengambil alat bermain tetapi dengan cara bergeser

II. IDENTIFIKASI MASALAH/DIAGNOSA DX DS DO : Asuhan kebidanan komunitas pada balita S dengan KEP sedang : Ibu mengatakan diusia anaknya saat ini mengalami penurunan BB : BB = 9 kg Tampak kurus BB berada pada warna kuning pada KMS\ Masalah = BB balita tidak sesuai umur/kurang gizi KEP sedang

III. INTERVENSI DX Tujuan = Asuhan kebidanan komunitas pada Balita S dengan KEP sedang = Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 hari, ibu mengerti tentang penyuluhan yang diberikan Kreteria hasil = Ibu dan keluarga setuju atas pentingnya makanan seimbang Ibu dan keluarga setuju untuk memberikan makanan 2 x sehari Ibu setuju untuk membawa anaknya ke posyandu Ibu sudah mengontrol tumbuh kembang anaknya di PKM Berat badan anak sesuai dengan umur

INTERVENSI 1. Lakukan pendekatan pada Ibu dan keluarga R/ Ibu dan keluarga kooperatif dengan tindakan petugas 2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada Ibu tentang keadaan balitanya R/ Ibu mengerti akan kebutuhannya 3. Jelaskan pada Ibu penyebab gizi kurang pada balita R/ agar Ibu tahu penyebab kurang gizi 4. Jelaskan pada Ibu mengenai efek samping dari gizi kurang R/ Ibu mengeti dan mau melaksanakan penjelasan nakes 5. Jelaskan pada Ibu memberi makanan seimbang pada balitanya R/ agar kondisi BB balita meningkat 6. Jelaskan pada Ibu untuk memberikan makanan tambahan (PMT) R/ untuk memperbaiki keadaan umum balitanya

7. Anjurkan pada Ibu untuk menimbangkan balitanya ke posyandu R/ untuk mengetahui BB balita secara rutin 8. Ajnurkan Ibu kontrol tumbuh kembang anaknya ke puskesmas/nakes R/ untuk mengetahui perkembangan balita secara rutin IV. IMPLEMENTASI DX = Asuhan kebidanan komunitas pada Balita S dengan KEP sedang 1. Melakukan pendekatan pada Ibu dan keluarga 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Ibu tentang balitanya bahwa balitanya kurang energi protein (KEP) 3. Menjelaskan pada Ibu penyebab gizi kurang pada balitanya, terlalu banyak jajn, kurang protein dan energi 4. Menjelaskan pada Ibu tentang efeksamping dari gizi kurang dapat mempengaruhi tumbuh kembang, mempengaruhi kecerdasan balita, apabila terluka akan susah sembuh 5. Menjelaskan pada ibu makanan seimbang pada balitanya yang terdiri dari nasi, lauk, buah, sayur 6. Menjelaskan pada ibu untuk memberi makanan tambahan (PMT) 7. Menganjurkan pada ibu untuk selalu menimbang balitanya keposyandu 8. Menganjurkan Ibu mengontrol tumbuh kembang balitanya dipuskesmas

V. EVALUASI Tanggal : 24 November 2011 jam : 20.00 WIB DX = Asuhan kebidanan komunitas pada Balita S dengan KEP sedang S = Ibu mengerti penjelasan yang diberikan petugas O = kesadaran = composmentis Keadaan = baik TTV = nadi = 77 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5 oC BB : 9 kg A = maslah belum teratasi P = memberikan pesan pada Ibu tentang:

-

Pemberian makanan balita porsi sedikit tapi sering dengan gizi seimbang Pemberian makanan tambahan (PMT) balita Anjurkan pada Ibu untuk menimbang balitanya secara rutin keposyandu Anjuran mengontrol perkembangan balitanya dipuskesmas secara rutin sesuai dengan advis dokter.

BAB IV PEMBAHASAN Setelah pemberian Asuhan Kebidanan Komunitas pada balita S dengan KEP sedang di Dusun Patoman Timur Desa Patoman Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso. Masalah balita KEP dapat teratasi. KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak mencukupi angka kecukupan gizi. Pada pembahasan diperoleh analisa bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan pratek dilapangan. Pada proses pengkajian, dilakukan untuk memperoleh data subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh anamnese pada keluarga pasien, serta dicatatkan buku KIA, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan (pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik). Dari hasil pengkajian diperoleh maslah/diagnosa hal itu ditunjang dengan data subjektif dan data objektif. Pada pembahasan ini, penulis mengungkapkan bahwa landasan teori dengan kasus Balita S tidak terjadi kesenjangan. Maka dengan Asuhan Kebidanan yang baik dan tepat dapat memulihkan keadaan balita tersebut sesuai sedia kala.

PENUTUP

Kesimpulan Dari asuhan kebidanan komunitas pada balita S dengan KEP sedang di Dusun Patoman Timur Desa Patoman kecamatan tlogosari kabupaten bondowoso yang disahkan pda tanggal November 2011 ini. Dapat disimpulkan bahwa penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi, status ekonomi, konsumsi maknan yang kurang Untuk mengetahui dan memantau tumbuh kembang balita harus rajinmengikuti kegiatan posyandu, karena dengan mengikuti posyandu tumbuh kembang anak dapat dipantau melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). Sehingga apabila ada penyimpangan dapat diatasi dengan segera dan tidak menimbulkan hal-hal yang buruk

Saran 1. Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan KEP sedang di perlukan keterampilan dan kedisiplinan yang baik 2. Bagi petugas kesehatan perlunya meningkatkan kerjasama yang baik antara keluarga balita, dan tenaga medis dalam pemberian asuhan pelayanan kebidanan 3. Dalam melakukan proses kebidanan perlu diperhatikan etika sopan santun dalam menghadapi keluarga balita agar sepenuhnya mempercayai petugas kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta Arikunto.S (1998). Prosedur Penelitian Jakarta Rineka Cipta Manuaba, Ida Bagus Gd. (1998) Ilmu kebidanan penyakit kandungna dan keluarga berencana untuk pendidika Bidan, Jakarta = EGC Moctor.R (1998). Sinopsis Obstetri 1. Jakata = EGC JHPIEGO. (203). Asuhanantenatal. Jakarta JHPIEGO Depkes RI. (2002) availeble from = http//situsbgm.info/gendervaw