Assessment PAP PAN

30
Assesment/Evaluasi Pembelajaran SD “Pengolahan Hasil Pengukuran PAP dan PAN” NISA KHAIRANI 1100650/2011 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

Transcript of Assessment PAP PAN

Page 1: Assessment PAP PAN

Assesment/Evaluasi Pembelajaran SD

“Pengolahan Hasil Pengukuran PAP dan PAN”

NISA KHAIRANI

1100650/2011

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

Page 2: Assessment PAP PAN

A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap

suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum

usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk

membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu. Dengan

demikian patokan ini tidak dicari-cari di tempat lain dan pula tidak dicari di dalam sekelompok

hasil pengukuran sebagaimana dilakukan pada PAN.

Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut “Tingkat Penguasaan

Minimum”. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampai batas ini dinilai “lulus” dan

belum mencapainya nilai “tidak lulus” mereka yang lulus ini diperkenankan menempuh pelajar

yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya

sehingga mencapai “batas lulus” itu.

Patokan yang dipakai untuk kelompok siswa yang mana sama ini pengertian yang sama.

Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran yang diperoleh dari

waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun berbeda-beda dapat dipertahankan. Yang

menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan yang benar-

benar tuntas.

Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan tertentu, bukan ditentukan

oleh ranking dalam kelompok tertentu;

2. Satu bentuk penilaian berbabsis kompetensi;

3. Digunakan dalam belajar tuntas, semua komponen standar/tujuan pembelajaran (learning

objectives/outcomes)/tujuan instruksional dikuasai;

4. siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan;

5. Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulus-gagal dalam test

tertentu;

6. Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa/mahasiswa.

2

Page 3: Assessment PAP PAN

Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian (marking

scheme);

2. Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria minimal;

3. Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan;

4. Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena berdasarkan prestasi

yang disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan;

5. Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa/mahasiswa serta fokus pada pembelajaran;

6. Lebih adil dan fair, karena siswa/mahasiswa diukur berdasarkan standar prestasi, bukan

dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya;

7. Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa/mahasiswa;

8. Lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa/mahasiswa;

9. Mengakui subjektifitas dan penilaian yang profesional dalam pemberian nilai;

10. Cocok digunakan untuk penempatan kegiatan belajar bersyarat atau berseri;

11. Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran;

12. Cocok digunakan untuk memonitor kemampuan setiap siswa/mahasiswa atau kelompok

dalam proses pembelajaran.

Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar;

2. Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlianan;

3. Lebih menekankan hasil daripada proses;

4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif;

5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian profesional;

6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi

norma menjadi referensi kriteria;

7. Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan sebaliknya,

pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi;

8. Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka.

3

Page 4: Assessment PAP PAN

Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai

dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain

dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa

bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima

siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut

terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan

sangat kecil. Sebagai contoh, seperti soal diatas jika kita menggunakan PAP akan seperti ini:

Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kriteria, misalnya sebagai berikut:

Rentang Skor Nilai

90 s.d 100 10

80 s.d 89 9

70 s.d 79 8

60 s.d 69 7

50 s.d 59 6

40 s.d 49 5

30 s.d 39 4

20 s.d 29 3

10 s.d 19 2

0 s.d 9 1

Setelah kriteria ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengkonversi skor mentah ke

nilai. Untuk skor :

50 dikonversi menjadi nilai 6

45 dikonversi menjadi nilai 5

40 dikonversi menjadi nilai 5

35 dikonversi menjadi nilai 4

30 dikonversi menjadi nilai 4

Jika kita bandingkan masalah diatas, maka masing-masing nilai akan memiliki arti

berbeda:

4

Page 5: Assessment PAP PAN

Skor Mentah, Nilai Berdasarkan Pendekatan Normal dan Kriteria.

Skor MentahNilai Berdasarkan Pendekatan

KeteranganNormal Kriteria

50 10 6

45 9 5

40 8 5

35 7 4

30 6 4

B. Penilaian acuan norma (PAN)

PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam

kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam

arti, bahwa patokan pembanding semata–mata diambil dari kenyataan–kenyataan yang diperoleh

pada saat pengukuran/penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta

pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil–hasil pengukuran kelompok

manusia.

PAN pada dasarnya mempergunakan kurve normal dan hasil–hasil perhitungannya sebagai

dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikut sertakan semua angka hasil pengukuran

yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada didalam “kurve Normal”yang dipakai untuk

membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing – masing siswa ialah angka

rata- rata (mean) dan angka simpanan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat

bergeser ke atas atau kebawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh didalam

kurve itu.

Dengan kata ain, patokan itu dapat berubah–ubah dari “kurve normal” yang satu ke “kurve

normal” yang lain. Jika hasil ujian siswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan

menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas

(dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya

bergeser kebawah (diturunkan). Dengan demikian, angka yang sama pada dua kurve yang

berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui

bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang

5

Page 6: Assessment PAP PAN

sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang

berbeda pula.

Ciri-ciri dalam penilaian yang berbasis PAN

Ada beberapa ciri-ciri dalam penilaian yang berbasis PAN antara lain:

1. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik

terhadap kemampuan peserta didik lainnya. Artinya, Penilaian Acuan Normatif

digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam

komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.

2. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu

berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.

3. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan

penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk

kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).

4. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat

penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai

dengan yang mengalami kesulitan yang serius.

5. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan

kelompok.

Contoh acuan norma dalam menetukan nilai siswa.

Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40,

40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka

peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10.

sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional,

yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:

Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang

diperoleh dengan cara:

50 x 10 = 10

10

45 x10 = 9,5

50

45 x 10 = 8

50

35 x 10 = 7

50

6

Page 7: Assessment PAP PAN

35    x10 = 6

50

Kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN)

1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok di pendidikan

tinggi.

2. Asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok

siswa/mahasiswa;

3. Hasil kelompok tengah (mean group) cocok dengan persentase untuk setiap tahun;

4. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata pelajaran/kuliah dan

memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa/mahasiswa tertentu;

5.  Mendukung ide tradisional kekauan akademis dan menggunakan standar.

Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN)

1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa: apa yang

mereka ketahui atau dapat mereka lakukan;

2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran;

3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi,

tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain;

4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus pada

tahun berikutnya;

5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan peringkat,

memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan;

6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa/mahasiswa.

7

Page 8: Assessment PAP PAN

C. Persamaan dan Perbedaan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan

Patokan (PAP)

Penilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa

persamaan sebagai berikut:

1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik

sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan

intruksional umum dan tujuan intruksional khusus

2.  Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang

hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa

yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.

3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran sama-

sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan

dasar penulisan instrument.

4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.

5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes

penampilan atau keterampilan.

6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.

7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.

Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:

1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit

butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku

khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.

2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat

pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan

tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.

3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat

kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit.

Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang

akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.

4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan

digunakan terutama untuk penguasaan.

8

Page 9: Assessment PAP PAN

D. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan dengan cara memasukkan

data ke dalam tabel. Atau dapat dikatakan bahwa tabulasi data adalah penyajian data dalam

bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data

ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian, karena data-data yang diperoleh dari

lapangan sudah tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya.

Selanjutnya peneliti bertugas untuk memberi penjelasan atau keterangan dengan menggunakan

kalimat atas data-data yang telah diperoleh.

Tabulasi data dapat dilakukan melalui cara tabulasi langsung dan lembaran kode.

1. Tabulasi Langsung

Maksudnya data langsung ditabulasi dari kuesioner ke dalam tabel yang sudah dipersiapkan

tanpa perantara lainnya. Cara ini biasanya dilakukan untuk data yang jumlah responden dan

variabelnya sedikit.

Tabel Frekuensi Kunjungan Siswa SMA Kelas XII ke Perpustakaan dalam Seminggu

Terakhir

2. Lembaran Kode (Code Sheet)

Lembaran kode dapat dikerjakan dengan menggunakan fasilitas komputer. Biasanya

penabulasian dengan cara ini hanya efisien apabila variabel dan responden yang diteliti sangat

banyak. Jenis tabel yang umumnya dibuat dalam tabulasi data adalah tabel frekuensi dan tabel

silang.

a. Tabel Frekuensi

Tabel frekuensi adalah tabel yang menyajikan berapa kali sesuatu hal terjadi. Tabel ini

dapat dibedakan atas table frekuensi relatif, yaitu tabel frekuensi yang berisi persentase,

9

Page 10: Assessment PAP PAN

dan tabel frekuensi kumulatif, yaitu table frekuensi yang berisi angka kumulatif.

Contoh tabel frekuensi.

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden

b. Tabel Silang

Tabel silang dibuat dengan cara memecah lebih lanjut setiap kesatuan dari setiap kategori

menjadi dua atau lebih subkesatuan. Kegunaan pembuatan tabel silang antara lain sebagai

berikut.

1) Menganalisis hubungan-hubungan antarvariabel yang terjadi.

2) Melihat bagaimana dua atau beberapa variabel berhubungan.

3) Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.

4) Mengontrol variabel tertentu sehingga dapat dianalisis tentang ada tidaknya hubungan

tertentu.

5) Memeriksa kesalahan-kesalahan dalam kode ataupun jawaban dari daftar pertanyaan.

Contoh tabel silang.

Tabel 5.3 Frekuensi Kunjungan Siswa SMA Kelas XII ke Perpustakaan Selama

Seminggu Terakhir Berdasarkan Jenis Kelamin

10

Page 11: Assessment PAP PAN

E. Rata-rata Hitung (Mean)

Rata-rata atau Mean merupakan ukuran statistik kecenderungan terpusat yang paling

sering digunakan. Rata-rata ada beberapa macam, yaitu rata-rata hitung (aritmatik), rata-rata

geometrik, rata-rata harmonik dan lain-lain. Tetapi jika hanya disebut dengan kata "rata-rata"

saja, maka rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata hitung (aritmatik).

Penghitungan

Penghitungan rata-rata dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai data suatu

kelompok sampel, kemudian dibagi dengan jumlah sampel tersebut. Jadi jika suatu kelompok

sampel acak dengan jumlah sampel n, maka bisa dihitung rata-rata dari sampel tersebut dengan

rumus sebagai berikut.

Keterangan:

 = rata-rata hitung

xi = nilai sampel ke-i

n = jumlah sampel

Contoh Penghitungan

Misalkan kita ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswa di suatu kelas. Kita bisa

mengambil sampel misalnya sebanyak 10 siswa dan kemudian diukur tinggi badannya. Dari hasil

pengukuran diperoleh data tinggi badan kesepuluh siswa tersebut dalam ukuran sentimeter (cm)

sebagai berikut.

172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170

Dari data di atas dapat dihitung rata-rata dengan menggunakan rumus rata-rata :

11

Page 12: Assessment PAP PAN

Rata-rata Hitung Data Berkelompok

Data berkelompok adalah data yang disajikan dalam bentuk kelas-kelas interval. Setiap

kelas biasanya memiliki panjang interval yang sama. Ada tiga cara menghitung rata-rata data

berkelompok, yaitu dengan menggunakan titik tengah, menggunakan simpangan rata-rata

sementara dan menggunakan kode (coding). Rumus ketiga cara penghitungan rata-rata data

berkelompok tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menggunakan titik tengah (cara biasa)

2. Menggunakan simpangan rata-rata sementara

 

dimana 

2. Menggunakan pengkodean (coding)

Keterangan

 = rata-rata hitung data berkelompok

 = rata-rata sementara

fi =  frekuensi data kelas ke-i

xi = nilai tengah kelas ke-i

ci = kode kelas ke-i

p = panjang interval

12

Page 13: Assessment PAP PAN

Contoh penghitungan:

Sebanyak 21 orang pekerja dijadikan sampel dan dihitung tinggi badannya. Data tinggi badan

dibuat dalam bentuk kelas-kelas interval. Hasil pengukuran tinggi badan adalah sebagai berikut.

Hitunglah rata-rata tinggi badan pekerja dengan menggunakan titik tengah, simpangan rata-rata

sementara dan cara koding.

Jawab:

1. Menggunakan titik tengah (cara biasa)

Proses penghitungan rata-rata dengan menggunakan titik tengah dibantu dengan menggunakan

tabel di bawah ini.

Dari tabel di atas diperoleh

Dengan begitu dapat kita hitung rata-rata data berkelompok sebagai berikut.

13

Page 14: Assessment PAP PAN

2. Dengan menggunakan simpangan rata-rata sementara

Sebelum menghitung rata-rata data berkelompok menggunakan simpangan rata-

rata sementara, kita terlebih dahulu menetapkan rata-rata sementaranya.

Misalkan rata-rata sementara yang kita tetapkan adalah 160. Selanjutnya kita bisa membuat tabel

penghitungan sebagai berikut.

Dari tabel di atas diperoleh

Hasil rata-rata hitung menggunakan simpangan rata-rata adalah

3. Cara coding

Sama dengan menggunakan simpangan rata-rata sementara, sebelum menghitung

rata-rata dengan cara coding, kita juga harus menetapkan rata-rata sementara.

Namun rata-rata sementara yang kita tetapkan harus sama dengan salah satu nilai

tengah salah satu kelas interval. Misalkan kita menetapkan rata-rata sementara adalah

nilai tengah kelas keempat, yaitu 168. Dengan begitu kita bisa membuat tabel dan

pengkodean seperti di bawah ini. 

14

Page 15: Assessment PAP PAN

Pengkodean dimulai dari angka 0 untuk kelas interval dimana rata-rata sementara

ditetapkan. Kemudian dengan kelas sebelumnya berturut-turut menjadi angka negatif (-1,

-2, -3 dan seterusnya) menjauhi kelas rata-rata sementara. Berikutnya dengan kelas

sesudahnya berturut-turut pengkodeannya menjadi angka positif (1,2 3 dan seterusnya)

menjauhi kelas rata-rata sementara tersebut.

Dari tabel di atas diperoleh

Hasil rata-rata hitung menggunakan coding adalah sebagai berikut.

F. Varian dan Standar Deviasi (Simpangan Baku)

Standar deviasi merupakan ukuran penyebaran yang paling banyak digunakan.

Semua gugus data dipertimbangkan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan ukuran

lainnya. Namun, apabila dalam gugus data tersebut terdapat nilai ekstrem, standar deviasi

menjadi tidak sensitif lagi, sama halnya seperti mean.

Standar Deviasi memiliki beberapa karakteristik khusus lainnya. SD tidak berubah

apabila setiap unsur pada gugus datanya di tambahkan atau dikurangkan dengan nilai

konstan tertentu. SD berubah apabila setiap unsur pada gugus datanya dikali/dibagi

dengan nilai konstan tertentu. Bila dikalikan dengan nilai konstan, standar deviasi yang

dihasilkan akan setara dengan hasilkali dari nilai standar deviasi aktual dengan konstan.

15

Page 16: Assessment PAP PAN

Rumus Simpangan Baku untuk Data Tunggal

Untuk data sample menggunakan rumus

Untuk data populasi menggunkan rumus

Contoh :

Selama 10 kali ulangan semester ini sobat mendapat nilai 91, 79, 86, 80, 75, 100, 87, 93, 90,dan

88. Berapa simpangan baku dari nilai ulangan sobat?

Jawab

Soal di atas menanyakan simpangan baku dari data populasi jadi menggunakan rumus simpangan

baku untuk populasi.

Kita cari dulu rata-ratanya

rata-rata = (91+79+86+80+75+100+87+93+90+88)/10 = 869/10 = 85,9

16

Page 17: Assessment PAP PAN

Kita masukkan ke rumus

Rumus Simpangan Baku Untuk Data Kelompok

Untuk sample menggunakan rumus

Untuk populasi menggunakan rumus

Contoh :

Diketahui data tinggi badan 50 siswa samapta kelas c adalah sebagai berikut

17

Page 18: Assessment PAP PAN

Hitunglah berapa simpangan bakunya

3. Kita cari dulu rata-rata data kelompok tersebut

4. Setelah ketemu rata-rata dari data kelompok tersebut kita bikin tabel untuk memasukkannya

ke rumus simpangan baku

18

Page 19: Assessment PAP PAN

G. Rumus Konversi nilai Skala 1-10

Konversi adalah  adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor mentah menjadi

huruf. Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak bisa dinterpretasikan.

Konversi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan Meaan dan SD atau dikenal juga

dengan batas lulus Mean (Mean = SD). Cara yang kedua adalah dengan Mean Ideal dan

SD Ideal atau Remmers.

Untuk cara pertama, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari nilai

Mean dan SD, kemudian menentukan besarnya SUD (Skala Unit Deviasi), dan langkah

terakhir adalah menentukan batas atas dan batas bawah. Untuk menentukan batas atas

dan batas bawah tersebut, rumusnya adalah sebagai berikut:

Batas bawah C = M – 0,5 SUD

Batas bawah D = M – 1,5 SUD

Batas atas C = M + 0,5 SUD

Batas atas B = M + 1,5 SUD

Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang disusun

dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk

rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Rumus skala 10

Skala Sigma Skala 1-10 Nilai Kualitatif

M + 2,25 SD > 10 Istimewa

M + 1,75 SD 9 Baik sekali

M + 1,25 SD 8 Baik

M + 0,75 SD 7 Lebih dari cukup

M + 0,25 SD 6 Cukup

M – 0,25 SD 5 Hampir Cukup

M – 0,75 SD 4 Kurang

M – 1,25 SD 3 Kurang Sekali

M – 1,75 SD 2 Buruk

M – 2,25 SD 1 Buruk Sekali

19

Page 20: Assessment PAP PAN

Pada umumnya guru – guru di Indonesia mempunyai kebiasaan menggunakan skala

1-10 untuk laporan prestasi belajar siswa dalam rapor. Adakalanya juga digunakan skala

1-100, sehingga memungkinkan bagi guru untuk memberikan penilaian yang lebih halus.

Dalam skala 1-10 guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5 akan

dibulatkan menjadi 6. Dengan demikian maka rentangan angka 5,5 sampai dengan 6,4

(selisih hampir1) akan keluar di rapor dalam satu wajah, yaitu angka 6.

H. Konversi nilai 1-10

Misalkan ada 50 soal pilihan ganda, kita koreksi dulu hasil ulangan siswa hingga

mendapatkan skor. Skor yang di dapat adalah jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa 

dari 50 soal yang diberikan. Lalu kita mendapatkan skor tertinggi dan skor terendah,

misalnya

Skor tertinggi  = 30

Skor terendah = 10

Selanjutnya Tentukan Nilai Tertinggi dan terendah yang dikehendaki.

Skor tertinggi   = 30  dapat nilai 8

Skor terendah  = 10 dapat nilai 6

Rumus yang kita pakai adalah  Y = ax + b

Terlebih dahulu kita menentukan nilai a, dengan cara :

Nilai Tertinggi         8 = 30a + b        (30 adalah skor tertinggi)

Nilai Terendah       6 = 10a +  b  – (10 adalah skor terendah)

2 = 20a

a = 2/20

a = 1/10 atau 0,1

sekarang kita menetukan b, dengan cara :

8 = 1/10 x 30 + b          ( 1/10 atau 0,1 adalah a sedang 30 adalah skor tertinggi)

8 = 3 + b

b = 8 – 3

b = 5

Selanjutnya  memasukkan kedalam rumus Y = ax + b

20

Page 21: Assessment PAP PAN

sekarang kita buktikan untuk menentukan nilai konversi :

Y = 0,1 x 30 + 5

Y = 3 + 5

Y= 8

Artinya siswa dengan skor 30 mendapat nilai konversi  8,  bagaimana dengan yang terendah?

berikut perhitungannya:

Y= 0,1 x 10 + 5

Y = 1 + 5

Y= 6.

Bagaimana dengan yang lain,misalkan skornya 20,dengan rumus Y = ax + b

Berikut perhitungannya:

Y = 0,1 x 20 + 5

Y = 2 + 5

Y = 7

Contoh 2

Misalnya kita harapkan siswa dapat nilai 6 sampai 9 ternyata siswa hanya

mendapat nilai 3 sampai 7. Berulang-ulang kita remidi atau HER, ternyata hasilnya masih

belum sesuai dengan KKM. Berikut adalah cara untuk mengkonversi nilai, tanpa

mengurangi nilai siswa, bahkan dengan rumus ini siswa dapat nilai tambahan dengan

rasio yang sama atau sekurang-kurangnya tetap.

Rumus :

NK = (NA – NAR) x (NKT-NKR) ; (NAT-NAR) +NKR

NK                       :    Nilai Konversi

NA                       :    Nilai Asli

NAR                    :    Nilai Asli Terendah

NAT                     :    Nilai Asli Tertinggi

NKR                    :    Nilai Konversi Terendah

NKT                     :    Nilai Konversi Tertinggi

Misalnya perolehan nilai siswa 3 sampai 7, padahal sesuai dengan KKM kita mengharapkan nilai

6 sampai 9. Maka ;

Nilai 3 dikonversikan menjadi :

NK           = (3-3) x (9-6) ; (7-3) + 6

                 = 0 x 3 ; 4 + 6

21

Page 22: Assessment PAP PAN

                 = 6              Jadi nilai asli 4 menjadi 6 nilai konversi.

Nilai 4 dikonversikan menjadi :

NK           = (4-3) x (9-6) ; (7-3) + 6

                 = 1 x 3 ; 4 + 6

                 = 6,75          Jadi nilai asli 4 menjadi 6,75 nilai konversi.

Nilai 6 dikonversikan menjadi :

NK           = (6-3) x (9-6) ; (7-3) + 6

                 = 3 x 3 ; 4 + 6

                 = 8,25          Jadi nilai asli 4 menjadi 8,25 nilai konversi.

Nilai 7 dikonversikan menjadi :

NK           = (7-3) x (9-6) ; (7-3) + 6

                 = 4 x 3 ; 4 + 6

                 = 9   Jadi nilai asli 4 menjadi 9 nilai konversi.

Kalau diperlihatkan pada tabel sebagai berikut :Nilai Asli Nilai

KonversiKonversi

3.00 6.00 0.75

3.25 6.19 0.75

3.50 6.38 0.75

3.75 6.56 0.75

4.00 6.75 0.75

4.25 6.94 0.75

4.50 7.13 0.75

4.75 7.31 0.75

5.00 7.50 0.75

5.25 7.69 0.75

5.50 7.88 0.75

5.75 8.06 0.75

6.00 8.25 0.75

6.25 8.44 0.75

6.50 8.63 0.75

6.75 8.81 0.75

7.00 9.00 0.75

22

Page 23: Assessment PAP PAN

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Anonim. 2013. Varian dan Standar Deviasi Simpangan.

http://www.rumusstatistik.com/2013/07/varian-dan-standar-deviasi-simpangan.html. ( 25

Maret 2014 Pukul 17.15)

-----. 2012. Pengolehan data kuatitatif. http://ssbelajar.blogspot.com/2012/11/pengolahan-

datakuantitatif.html.( 25 Maret 2014 Pukul 19.05)

23