PAP, PAN, Tes Hasil Belajar

24
Makalah Evaluasi Pendidikan PAP, PAN dan Tes Hasil Belajar Disusun Oleh : Nama : Haryani NIM : 06111010011 Dosen Pembimbing : Dr. Effendi M.Si Drs. A Rachman Ibrahim M.Ed PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

description

makalah

Transcript of PAP, PAN, Tes Hasil Belajar

Makalah Evaluasi PendidikanPAP, PAN dan Tes Hasil Belajar

Disusun Oleh :Nama: HaryaniNIM: 06111010011Dosen Pembimbing: Dr. Effendi M.Si Drs. A Rachman Ibrahim M.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014

PENDAHULUANLatar BelakangKegiatan evaluasi tidak terlepas dari kegiatan mengukur dan menilai. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Sedangkan penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sehingga evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian.Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.Tujuan penilaian adalah usaha memberikan gambaran tentang perkembangan hasil belajar siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran yang harus dilakukan juga digunakan sebagai pengakuan terhadap kualitas pendidikan yang telah dicapai disekolah tersebut. Guru dapat memberikan penilaian terhadap hasil belajar peseta didik dengan menggunakan acuan atau patokan. Acuan inilah yang membantu guru dalam membuat penilaian. Ada dua macam acuan penilaian, yakni PAP (Penilaian Acuan Patokan) dan PAN (Penilaian Acuan Norman). Pada makalah ini akan dibahas lebih jelas mengenai acuan penilaian di atas. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan)?2. Apa yang dimaksud dengan PAN (Penilaian Acuan Normal)?3. Apa yang dimaksud dengan tes hasil belajar?

Tujuan1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan).2. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan PAN (Penilaian Acuan Normal).3. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan tes hasil belajar.

A. PAP (Penilaian Acuan Patokan)

Penilaian acuan patokan (PAP) biasanya disebut juga criterion evaluation merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda. PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu.Penilaian acuan patokan (PAP) adalah penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan demikian, derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya.Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap peserta didik (siswa) mendapat manfaat dari adanya PAP.Melalui PAP berkembang upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Perbedaan hasil tes akhir dengan test awal merupakan petunjuk tentang kualitas proses pembelajaran.Pembelajaran yang menuntut pencapaian kompetensi tertentu sebagaimana diharapkan dan termuat pada kurikulum saat ini, PAP merupakan cara pandang yang harus diterapkan.PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar tuntas (mastery learning).1. Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP) Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan tertentu, bukan ditentukan oleh ranking dalam kelompok tertentu; Satu bentuk penilaian berbabsis kompetensi; Digunakan dalam belajar tuntas, semua komponen standar/tujuan pembelajaran (learning objectives/outcomes)/tujuan instruksional dikuasai; siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan; Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulus-gagal dalam test tertentu; Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa. 2. Kelebihan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian lebih transparan dengan menggunakan rubrik atau skema penilaian (marking scheme); Penilaian lebih dapat diandalkan, karena menggunakan standar dan kriteria minimal; Nilai dan peringkat lebih dapat dirundingkan; Nilai atau skor dapat dipertanggungjawabkan secara objektif karena berdasarkan prestasi yang disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan; Lebih banyak partisipasi dan motivasi siswa serta fokus pada pembelajaran; Lebih adil dan fair, karena siswa diukur berdasarkan standar prestasi, bukan dengan membandingkan mahasiswa satu dengan lainnya; Prestasi tergantung pada tingkat kebaikan kinerja yang ditunjukkan siswa; Lebih dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan prestasi siswa/mahasiswa; Mengakui subjektifitas dan penilaian yang profesional dalam pemberian nilai; Cocok digunakan untuk penempatan kegiatan belajar bersyarat atau berseri; Cocok digunakan untuk mendiagnosa kemampuan seseorang dalam proses pembelajaran; Cocok digunakan untuk memonitor kemampuan setiap siswa atau kelompok dalam proses pembelajaran. 3. Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar; Berisiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlianan; Lebih menekankan hasil daripada proses; Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif; Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian profesional; Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria; Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi; Siswa dapat mempertanyakan nilai mereka.Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil.

4. Langkah-langkah PAP Menentukan terlebih dahulu persentase minimal pengusaan materi. Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A, B, C, D, dan E) yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing masing siswa prestasi yang dicapai masing masing siswa.Contoh : Misalkan persentase minimalnya adalah 60%. Berarti kalau jumlah soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar sedangkan siswa yang mencapai dibawah 60 dinyatakan dengan nilai E atau F. Nilai-nilai A, B, C, D ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai berikut: Pedoman Konversi Tabel Konversi (SMI = 100)91 % - 100 % = A91 100 = A81% - 90% = B 81 90 = B71% - 80% = C 71 80 = C60% - 70% = D 60 70 = D< 60% = E < 60 = E

Pedoman konversi menurut Wayan & Sumartana90% - 100% = A 90% - 100% = A80% - 89% = B 80% - 89% = B70% - 79% = C 65% - 79% = C60% - 69% = D 55% - 64% = D< 60% = E 0% - 54% = E

B. PAN (Penilaian Acuan Normal)

PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan apa adanya dalam arti, bahwa patokan pembanding sematmata diambil dari kenyataankenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar siswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasilhasil pengukuran kelompok manusia.PAN pada dasarnya mempergunakan kurve normal dan hasilhasil perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikut sertakan semua angka hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada didalam kurve Normalyang dipakai untuk membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing masing mahasiswa ialah angka rata- rata (mean) dan angka simpanan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau kebawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh didalam kurve itu.1. Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma (PAN) Tidak untuk menentukan kelulusan seseorang, tetapi untuk menentukan ranking siswa dalam kelompok tertentu; Untuk memetakan perbandingan siswa: Siswa dinilai dan diberi ranking antara satu dengan lainnya; Menggarisbawahi perbedaan prestasi antarsiswa; Hanya mengandalkan nilai tunggal dan peringkat tunggal; Penilaian didasarkan pada distribusi skor (kurva bel) dengan menggunakan satu rumus.

2. Kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN) Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok di pendidikan tinggi; Asumsi bahwa tingkat kinerja yang sama diharapkan terjadi pada setiap kelompok siswa; Hasil kelompok tengah (mean group) cocok dengan persentase untuk setiap tahun; Bermanfaat untuk membandingkan siswa lintas mata pelajaran dan memberikan hadiah atau penghargaan utama untuk sejumlah siswa tertentu; Mendukung ide tradisional kekauan akademis dan menggunakan standar.

3.Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN) Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa: apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan; Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran; Tidak fair karena peringkat siswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa lain; Tidak dapat diandalkan: siswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya; Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan; Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa.

4. Langkah-langkah PAN Menghitung terlebih dahulu mean dan simpangan baku (S) kelompok skor-skor siswa Menentukan daerah skala sigma kurva normal dibagi dalam 5 daerah skala sigma dengan jarak masing-masing 1,2 S : A = + 1,8 S sampai dengan +3,0 S B = +0,6 S sampai dengan +1,8 SC = -0,6 S sampai dengan +0,6 S D = -1,8 S sampai dengan -0,6 S E = -3,0 S smapai dengan -1,8 S Menyusun norma penilaian dengan sistem penilaian A, B, C, D dan E

Hasil ulangan semester Fisika SMA kelas X dari 50 siswa, diperoleh SMI = 100, nilai tertinggi = 64, nilai terendah = 5, mean = 36,80, simpangan baku = 11,90.Tabel Norma PenilaianSkala SigmaNilai MentahNilai

M +3,0 S72,50A

M +1,8 S58,22B

M +0,6 S43,94C

M -0,6 S29,66D

M -1,8 S15,38E

M -3,0 S1,10dst

Jika Ani dengan nilai mentah 64 mendapat A Rolan dengan nilai mentah 30 mendapat CDst..

Persamaan dan Perbedaan PAP dan PANPenilaian Acuan Norma dan Penilaian Acuan Patokan mempunyai beberapa persamaan sebagai berikut:1. Penilaian acuan norma dan acuan patokan memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang diperlukan. Tujuan tersebut termasuk tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional khusus2. Kedua pengukuran memerlukan sample yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi. Sample yang diukur mempresentasikan populasi siwa yang hendak menjadi target akhir pengambilan keputusan.3. Untuk mandapatkan informasi yang diinginkan tenyang siswa, kedua pengukuran sama-sama nenerlukan item-item yang disusun dalam satu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument.4. Keduanya mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang akan diukur.5. Keduanya menggunakan macam tes yang sama seperti tes subjektif, tes karangan, tes penampilan atau keterampilan.6. Keduanya dinilai kualitasnya dari segi validitas dan reliabilitasnya.7. Keduanya digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk maksud yang berbeda.

Perbedaan kedua penilaian adalah sebagai berikut:1. Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap perilaku.2. Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap peserta tes.3. Penilaian acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat kesulitannya.4. Penilaian acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan digunakan terutama untuk penguasaan.

C. Tes Hasil BelajarAda beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku individu. Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu sama lain.Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik.

1. Jenis-Jenis Tes Hasil Belajar Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya : Soal Bentuk Uraian (Esai) Bentuk soal ini disebut bentuk uraian, karena peserta tes harus menjawab soal-soalnya dengan uraian yang mempergunakan bahasa sendiri secara lugas. Di samping itu tes uraian merupakan salah satu jenis tes tertulis yang umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengandung permasalahan dan memerlukan pembahasan, uraian, atau penjelasan sebagai jawaban. Berdasarkan uraian di atas, Subino, (1987:2) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun jawaban.

Tes Bentuk Objektif Soal bentuk ini bermacam-macam diantaranya adalah 1). Bentuk benar salah (true false); 2). Bentuk menjodohkan ( matching ); 3). Bentuk isian ( completion ); dan 4). Bentuk pilihan ganda ( multiple choice ). Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit.

Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada proses belajar mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan, hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk menetapkan lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir atau ulangan umum.Dari segi bentuk pelaksanaannya Tes Tertulis ( paper and pencil test)Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Tes Lisan ( oral test)Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Tes Perbuatan (performance test)Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

Dari segi fungsi tes di sekolah, tes dibedakan menjadi : Tes FormatifTes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah : Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran. Merupakan penguatan bagi peserta didik. Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya. Tes SummatifTes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. Tes PenempatanTes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar. Tes DiagnostikTes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

2. Ciri-ciri Tes Yang baikSebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama.3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes.Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.

3. Langkah-Langkah Pengembangan TesAda enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:I. Pengembangan spesifikasi tesSpesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :a) Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.b) Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.c) Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.d) Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebute) Merencanakan banyak soalf) Merencanakan jadwal penerbitan soalII. Penulisan soalIII. Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.IV. Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.V. Penganalisisan hasil uji coba.VI. Pengadministrasian soal

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Hasanatul. 2014. Penilaian Acuan Patokan Dan Acuan Normal. (online), (http://nanaplb11.blogspot.com/2014/01/penilaian-acuan-patokan-dan-acuan-norma.html, diakses pada tanggal 19 Meii 2914)

Anonim. 2012. Penilaian Acuan Norma (PAN) Dan Penilaian Acuan Patokan(PAP). (online), (http://smpn2gerokgak.wordpress.com/2012/07/24/penilaian-acuan-norma-pan-dan-penilaian-acuan-patokan-pap/, diakses pada 19 Mei 2014)

Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Muzaki, Lubis. 2011. Batas Kelulusan Dalam Penilaian Hasil Studi Siswa. (online), (http://zakylubismy.blogspot.com/2011/11/batas-kelulusan-dalam-penilaian-hasil.html , diakkses pada tanggal 19 Mei 2014).

Oktaviandy, Navel. 2012. Tes Hasil Belajar. (online), (http://navelmangelep. wordpress.com/2012/02/29/tes-hasil-belajar/ , diakses pada tanggal 21 Mei 2014)

Subino. 1987. Konstruksi Dan Analisi Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes Dan Pengukuran. Jakarta : Depdikbud