pap smear 2

34
7 BAB II TINJUAN TEORI A. Teori 1. Konsep Dasar Pemeriksaaan Pap Smear a. Pengertian Pap Smear Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan endoserviks uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas (Sukaca, 2009, p.88). Test Pap Smear juga diartikan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil satu dari leher rahim dan kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut (Diananda, 2009, p.46). b. Tujuan test Pap Smear Tujuan dari test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89) sebagai berikut: 1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serviks. 2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker. 3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim. 4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

Transcript of pap smear 2

Page 1: pap smear 2

7

BAB II

TINJUAN TEORI

A. Teori

1. Konsep Dasar Pemeriksaaan Pap Smear

a. Pengertian Pap Smear

Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio

dan endoserviks uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio

atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas (Sukaca, 2009, p.88).

Test Pap Smear juga diartikan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang

diambil satu dari leher rahim dan kemudian di periksa di bawah

mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel

tersebut (Diananda, 2009, p.46).

b. Tujuan test Pap Smear

Tujuan dari test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89) sebagai

berikut:

1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat

berkembang menjadi kanker serviks.

2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi

seseorang yang belum menderita kanker.

3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker

leher rahim.

4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

Page 2: pap smear 2

8

c. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear

biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi

kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya

memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear menurut

Sukaca (2009, p.89-90) sebagai berikut:

1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah

atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.

2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual

atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.

3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.

4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.

5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.

6) Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun

dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif.

7) Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan

bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test.

8) Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal,

sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker

maupun kanker serviks.

Page 3: pap smear 2

9

d. Syarat pendeteksian Pap Smear

Jika ingin melakukan tes Pap Smear harus memperhatikan

beberapa hal penting. Hal-hal penting yang harus diperhatikan menurut

Sukaca (2009, p.90-91) sebagai berikut:

1) Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu menstruasi

anda yaitu pengambilan dimulai minimal 2 minggu setelah dan

sebelum menstruasi berikutnya.

2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai

aktivitas seksualnya dan riwayat kesehatan yang pernah dideritanya.

3) Hindarilah hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam waktu

24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.

4) Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia tidak

boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang

pemeriksaan Pap Smear.

6) Jika anda meminum obat maka informasikan kepada petugas sebab

beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis sel.

e. Mengelompokan hasil pemeriksaan Pap Smear

Mengelompokan atau pengklasifikasian Pap Smear menurut Sukaca

(2009, p.91-92) sebagai berikut:

1) Kelas I

Pada kelas I identik dengan normal smear. Pemeriksaan ulang 1

tahun sekali.

Page 4: pap smear 2

10

2) Kelas II

Pada kelas II menunjukan adanya infeksi ringan non spesifik,

terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu. Disertai pula

dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi.

Pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang

bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah

pengobatan.

3) Kelas III

Kelas III dapat ditemukan sel diagnostik sedang keradangan berat.

Pemeriksaan ulang dilakukan setelah pengobatan.

4) Kelas IV

Di kelas IV telah ditemukan sel-sel yang mencurigakan dan ganas.

5) Kelas V

Ditemukan sel-sel ganas.

f. Cara pemeriksaan Pap Smear

Cara pemeriksaan Pap Smear memang agak berisiko, sebab

leher rahim berada di dalam. Namun petugas yang ahli sudah tentu

mengatasi hal ini. Adapun cara pemeriksaan Pap Smear menurut

Sukaca (2009, p.92-94) sebagai berikut:

1) Wajib mengisi wadah spesimen.

Preparat yang digunakan diberi label dengan diisi tulisan tanggal

serta nomer identitas pasien.

2) Menginsersi spekulum dengan ukuran tetap.

Page 5: pap smear 2

11

3) Empat metode pengumpulan spesimen:

a) Menempatkan ujung spatula kayu.

Sepatula kayu harus mengenai dan masuk kedalam mulut

eksternal serviks.

b) Mengambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula

satu lingkaran penuh. Ujung kapas dilembabkan dengan normal

saline. Menginsersi aplikator berujung kapas ke dalam saluran

serviks 2 cm, memutar 360 derajat.

c) Menginsersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran servik

dan putar 90-180 derajat.

d) Mengumpulkan sel-sel pada spatula kayu, tempatkan dekat label

diatas setengah bagian atas preparat. Usap 1 kali sampai ujung

preparat. Setelah itu membalikkan spatula, tempatkan sisi datar

lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap

satu kali sampai ujung preparat.

e) Memasukkan bahan preparat didalam tabung berisi larutan

fiksasi.

f) Melakukan pengamatan mikroskopik di laboratorium.

2. Kanker Serviks

a. Kanker Serviks

Kanker adalah terjadinya pembelahan sel yang tidak

terkendali. Sel-sel tersebut kemudian menyerang dan merusak jaringan

Page 6: pap smear 2

12

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang

bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh

(metastasis) (Ghofar, 2009. p.11).

Leher rahim adalah bagian dari sistem reproduksi perempuan

yang terletak di bagian bawah yang sempit dari rahim (uterus atau

womb). Sedangkan, rahim adalah suatu organ berongga yang berbentuk

buah pir pada perut bagian bawah. Adapun penghubung rahim menuju

vagina adalah mulut rahim (serviks) (Sabrina, 2009, p.77).

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi

pada serviks, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan

fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai

dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang

abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Sukaca, 2009,

p.24-25).

Kanker servik adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel

serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi

dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya,

dkk., 2010, p.8)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks

Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker

serviks adalah sebagai pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Beberapa

faktor predisposisi kanker serviks ada tiga faktor yaitu faktor individu,

faktor resiko dan faktor pasangan laki-laki (Sukaca, 2009, p.37).

Page 7: pap smear 2

13

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks

menurut Sukaca (2009, p.37-49) sebagai berikut:

1) Faktor Resiko

a) Makanan

Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko

terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang

rendah : beta karoten, vit A, C, dan E.

b) Pemakaian Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang

lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker serviks

sebanyak 2 kali.

c) Pemakaian DES (dietilstilbesterol)

Pemakain DES pada obat penguat kandungan adalah

untuk wanita hamil, yang bertujuan untuk mencegah keguguran

bnyak digunakan pada tahun 1940-1970), ini sebenarnya dapat

memicu kanker serviks.

d) Golongan ekonomi lemah

Golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan Pap

Smear secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker

serviks juga sangat rendah. Oleh karena itu mereka banyak yang

terjangkit penyakit ini.

Page 8: pap smear 2

14

2) Faktor Individu

a) HPV (Human Papillomavirus)

Infeksi HPV dapat menyebabakan kanker serviks. Dua

sub tipe HPV dengan resiko tinggi keganasan, yaitu tipe 16 dan

18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim.

b) Herpes Simpleks Virus (HVS) tipe 2

Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 sebagai

timbulnya kanker serviks. Virus ini hanya diduga sebagai faktor

pemicu terjadinya kanker.

c) Merokok

Sebuah penelitian menunjukkan, lendir serviks pada

wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada

di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan

serviks disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.

d) Umur

Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada

masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut

rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk

menderita kanker serviks.

e) Paritas

Paritas merupakan seorang wanita yang pernah

melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas yang berbahaya adalah

dengan memiliki jumlah anak lebih dari dua orang atu jarak

Page 9: pap smear 2

15

persalinan terlalu dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya

perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim.

3) Faktor Pasangan

a) Hubungan seks dalam usia muda

Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Berdasarkan

penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks

pada usia kurang dari 17 tahun, mempunyai resiko tiga kali lebih

besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

b) Pasangan seksual lebih dari satu (multipartner sex)

Perilaku berganti-ganti pasangan akan meningkatkan

penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti

HPV telah terbukti dalam meningkatkan timbulnya kanker

serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada

wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih.

Disamping itu, virus herpes simpleks tipe -2 dapat menjadi faktor

pendamping.

c. Gejala Kanker Serviks

Ada beberapa gejala dan cara pemeriksaan serviks menurut Sukaca

(2009, p.71-106) sebagai berikut:

1) Gejala penderita pra kanker serviks

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita

tidak mengalami gejala atau tanda khas. Beberapa gejala-gejala yang

sering ditemukan menurut Sukaca (2009, p.71-72) sebagai berikut:

Page 10: pap smear 2

16

a) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).

b) Pendarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi

pendarahan yang abnormal.

c) Timbulnya pendarahan setelah masa menopause.

d) Pada fase invasi dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,

berbau dan dapat bercampur darah.

e) Timbul gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis.

f) Terjadi nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada

radang panggul.

g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang

gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus

besar bagian bawah (rektum).

2) Gejala Kanker Serviks

Namun bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi

kanker serviks, menurut Sukaca (2009, p.75) gejalanya berupa:

a) Perdarahan pada vagina dan tidak normal. Hal ini dapat ditandai

dengan pendarahan di antara periode menstruasi yang regular,

periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari

biasanya, perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan

panggul.

b) Rasa sakit saat berhubungan seksual.

c) Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-

gejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan,

Page 11: pap smear 2

17

kelelahan, nyeri panggul dan tungkai, keluar air kemih dan tinja

dari vagina.

d. Pemeriksaan Kanker serviks

Ada beberapa cara pemeriksaan kanker serviks menurut

Sukaca (2009, p.88-106) sebagai berikut:

1) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear

Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel

porsio dan endoservik uteri untuk pemantauan adanya perubahan di

porsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas.

2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Tes

IVA tes merupakan cara sederhana untuk mendeteksi

kanker leher rahim sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab

saat pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium.

3) Mendiagnosis Serviks dengan Kolposkopi

Kolposkopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat

permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop

berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim.

Perbesaran dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu

mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan

ketidaknormalan.

4) Vagina Inflammation Self Test Card

Vagina Inflammation Self Test Card adalah alat

pendeteksian yang dapat menjadi ’’Warning Sign”. Di tes dengan

Page 12: pap smear 2

18

alat ini adalah tingkat keasaman (pH), tes ini cukup akurat, sebab

pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista

bahkan kanker serviks, kadar pH nya tinggi. Dengan begitu maka

melalui tes ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina

secara kasar.

5) Schillentest

Cara kerja pemeriksaan ini adalah :

1) Serviks diolesi dengan larutan yodium.

2) Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat.

3) Sedangkan sel abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen

karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio di beri yodium maka

epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan

yang terkena karsinoma tidak berwarna.

6) Kolpomikroskopi

Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung

dengan Pap Smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina

(Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

7) Sitologi

Sitologi adalah untuk mendeteksi lesi secara dini. Sejak

kanker masih dalam tingkat displasia dan NIS (Neoplasia

Intraepitelial Serviks). Ketelitian sitologi melebihi 90% bila

dilakukan dengan baik.

Page 13: pap smear 2

19

8) Dilatasi dan Kuretase ( D & K)

Dilatasi dan kuretase jarang digunakan. Sebab tindakan ini

kadang-kadang perlu dilakukan untuk menilai perluasan proses ke

atas. Terutama apabila diperlukan modifikasi dalam pengobatan.

Kuretase dilakukan secara bertingkat, mencakup kanalis servikalis

dan kavum uterus.

e. Mencegah Kanker Leher Rahim

Adapun cara mencegah pra kanker dan cara menghindari kanker serviks

menurut Sukaca (2009, p.111-121) sebagai berikut:

1) Mencegah displasia atau pra kanker

Pencegahan displasia atau pra kanker adalah pencegahan

sebelum datangnya kanker leher rahim. Menghindari displasia

kanker leher rahim sebagai berikut:

a) Pencegahan Primer

Cara-cara pencegahan primer adalah :

(1) Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja.

(2) Batasi jumlah pasangan.

(3) Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai

banyak pasangan.

(4) Menolak berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi

genetalia.

(5) Hubungan seksual yang aman, kondom tidak memproteksi

infeksi HIV.

Page 14: pap smear 2

20

(6) Jika anda merokok maka hentikan merokok.

b) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan

dengan cara uji Pap Smear dengan teratur. Hal ini dapat

dilakukan pada :

(1) Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan

seksual.

(2) Bila telah tiga kali Pap Smear dan hasilnya normal maka

pemeriksaan akan lebih jarang.

(3) Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.

(4) Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan

pemeriksaan uji Pap Smear.

2) Cara Menghindari Kanker Serviks

Menghindari dapat juga mencegah terjadinya kanker

serviks, yang harus dilakukan untuk menghindari kanker ini dengan

cara sebagai berikut:

a) Menunda waktu untuk menjadi wanita yang memiliki aktivitas

seksual yang tinggi

Orang yang aktifitas seksualitasnya tinggi dapat

terjangkitnya kanker rahim, maka semakin muda orang

melakukan hubungan seksual maka akan semakin besar

kemungkinan berkembangnya kanker serviks.

Page 15: pap smear 2

21

b) Jangan berganti-ganti pasangan pasangan

Berganti-ganti pasangan dapat tertular virus HPV.

Semakin banyak seorang wanita memiliki pasangan seks maka

semakin besar pula kemungkinan tertular virus ini.

c) Melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus)

Vaksin HPV dapat dilakukan sebelum remaja. Bila

dilakukan saat umur 9 tahun. Hal ini dilakukan agar dapat

terhindar dari kanker yang mematikan ini.

d) Melakukan pemeriksaan rutin

Pemeriksaan rutin dapat dilakukan dengan bermacam-

macam. Namun yang paling sering adalah dengan menggunakan

Pap Smear.

e) Hindarilah rokok

Zat yang terkandung dalam nikotin akan

mempermudah selaput sel lendir sel-sel tubuh beraksi.

Sedangkan isi dari serviks adalah lendir. Dengan begitu resiko

untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah.

f) Jangan mencuci vagina terlalu sering

Pencucian vagina terlalu sering dapat menimbulkan

iritasi berlebihan. Dengan begitu maka akan merangsang

terjadinya perubahan sel. Pada akhirnya dapat menyebabakan

perubahan menjadi kanker.

Page 16: pap smear 2

22

g) Hindari lemak tinggi

Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan lebih

beresiko terkena kenker. Untuk mencegah timbulnya kanker,

sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan

mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan segar.

f. Cara pengobatan kanker serviks

Ada beberapa cara kanker serviks Menurut Sukaca (2009, p.117-121)

cara pengobatannya sebagai berikut:

1) Dengan vaksin HPV atau screening

Vaksin HPV dapat berguna dalam pengobatan sedangkan

screening untuk mengurangi kejadian kanker serviks. Kedua

kombinasi ini juga bisa mengobati kondisi pra kanker dan serviks

pada kasus yang ringan.

2) Vaksin menggunakan AS04

Sistem ajuvan nomor 4 (AS04) dapat merespon tubuh

dibandingkan dengan sistem vaksin yang lain. Menurut penemuan

dari penelitian dengan menggunakan AS04 maka dapat

menyebabkan:

a) Antibodi yang tinggi terhadap HPV tipe 16 dan 18 (menyebabkan

70% kanker serviks di dunia).

b) Perempuan yang di vaksinasi dengan rentang usia yang luas 10

tahun hingga 55 tahun.

Page 17: pap smear 2

23

c) Perlindungan 100% selama 5,5 tahun terhadap HPV tipe 16 dan

18 yang berhubungan dengan lesi pra kanker yang mengarah pada

kanker serviks.

3) Cervarix

Cervarix merupakan vaksin kanker. Vaksin ini ditujukan

baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10-55 tahun)

untuk mencegah kanker. Vaksin ini bermanfaat untuk para penderita

kanker.

4) Gardasir

Gardasir dapat mencegah infeksi dua tipe HPV yang

kanker, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini juga bekerja mencegah dua

tipe HPV lain yang tidak menyebabkan kanker yaitu tipe 6 dan 11.

5) Terapi radiasi

Terapi radiasi atau sering disebut dengan radioterapi dapat

digunakan untuk mengobati kanker leher rahim. Pengobatan ini

menggunakan sinar pengion, namun dapat juga menggunakan

gelombang panas (hyperthermia). Gelombang panas ini digunakan

untuk mendapatkan respon radiasi yang lebih baik untuk tumor

tertentu.

6) Biopsi

Pengobatan dengan biopsi adalah pengobatan dengan

acara operasi. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis

karsinomanya. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul

Page 18: pap smear 2

24

tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap

Smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

7) Konisasi

Konisasi adalah sebuah cara mengangkat jaringan yang

mengandung selaput lendir serviks dan epitel gepeng serta

kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan

pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

8) Histerektomi

Histerektomi merupakan sebuah operasi pengangkatan

kandungan (rahim/uterus) seorang wanita. Setelah menjalani

histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan

mempunyai anak.

9) Kemoterapi

Kemoterapi adalah sebuah pengobatan yang bersifat

pembantu (adjuvant atau paliatif). Sel yang aktif membelah dapat

diperkecil dengan obat-obatan sitostatiska. Obat-obatan sitostatiska

bekerja pada salah satu atau beberapa fase atau siklus sel. Dengan

begitu maka memerlukan pengobatan yang berulang.

10) Terapi biologis

Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan

zat-zat untuk memperbaiki kekebalan tubuh melawan penyakit.

Pengobatan ini dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke tubuh

Page 19: pap smear 2

25

lain. Pengobatan ini sering menggunakan interferon dan bisa

dikombinasikan dengan kemoterapi.

g. Stadium kanker serviks

Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium

kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh Internasional

Federation of Ginekology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini,

angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker. Semakin

besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut.

Stadium kanker serviks sebagai berikut :

1) Stadium 0

Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih

dangkal, hanya tumbah di lapisan sel serviks.

2) Stadium I

Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar

kemanapun. Stadium ini dibagi menjadi:

a) Stadium IA1, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa

mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya

kurang dari 7 mm.

b) Stadium IA2, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa

mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang

dari 7 mm.

c) Stadium IB1, Dokter dapat melihat kanker serviks dengan mata

telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

Page 20: pap smear 2

26

d) Stadium IB2, Dokter dapat melihat kanker dengan mata

telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.

3) Stadium II

Kanker berada dibagian dekat serviks tapi bukan diluar panggul.

Stadium ini dibagi menjadi:

a) Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum

menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

b) Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina

den serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

4) Stadium III

Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks

sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin

ke kandung kemih.

5) Stadium IV

Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh,

seperti kandung kemih, rectum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi

menjadi:

a) Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti

kandung kemih dan rectum.

b) Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh,

seperti paru- paru.

Page 21: pap smear 2

27

3. Konsep Dasar Pasangan Usia Subur (PUS)

Dikutip dari Statistik Indonesia (2011) dalam pengertian dan

istilah Keluarga Berencana (KB) menjelaskan bahwa Pasangan Usia Subur

(PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini

dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai.

Sedangkan menurut Hanafi (2004, p.45), PUS yaitu usia 15-49

tahun dengan jalan mereka bertahap menjadi peserta KB yang aktif dan

rutin, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas.

Dengan mulainya PUS menggunakan KB, PUS juga harus

waspada terhadap kanker serviks. Penggunaan KB seperti kontrasepsi pil

dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko

kanker serviks sebanyak 2 kali (Sukaca, 2009, p.37).

4. Konsep Dasar Pengetahuan

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng

daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p.121).

Page 22: pap smear 2

28

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku

masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat

dibandingkan dengan pendekatan korelasi. Konsep umum yang

digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep menurut

Notoatmodjo (2003, p.13-14) yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor

utama :

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor)

Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lain-

lain.

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih,

tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan bergizi dan lain-lain.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas-petugas kesehatan.

Page 23: pap smear 2

29

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting). Sebaiknya apabila perilaku tersebut tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama

(Notoatmodjo, 2003, p.122).

c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003, p.122-124), ada 6 tingkatan pengetahuan,

yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang tidak

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, meramalkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

Page 24: pap smear 2

30

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan metode, hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Page 25: pap smear 2

31

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan

Menurut Wawan&Dewi (2010, p.16-18), Ada dua faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo

(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama motivasi

untuk sikap berperan serta pembangunan. Pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Bejerja bagi ibu0ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh

Wawan&Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

Page 26: pap smear 2

32

kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan

jiwa. Usia dewasa dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Dewasa awal: 18- 40 tahun

b. Dewasa tengah: 40-60 tahun

c. Dewasa akhir: >60 tahun.

2. Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam

(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

e. Cara memperoleh pengetahuan

Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2005, p.11-14), yaitu:

1) Cara tradisional

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara yang paling tradisional adalah melalui coba-coba

atau dengan kata yang yang mudah dikenal trial and error. Cara

coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

Page 27: pap smear 2

33

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b) Cara kekuasaan dan otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama maupun ahli ilmu pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh kebenaran pengetahuan.

d) Melalui jalan pikiran

Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran

dsalam memperoleh pengetahuannya.

2) Cara modern

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah.

f. Cara mengukur pengetahuan

Dikutip oleh Wawan&Dewi (2010, p.16-18), menurut

Arikunto (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: baik

76%-100%, cukup 56%-75%, dan kurang >56%.

Page 28: pap smear 2

34

5. Konsep Dasar Pendidikan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk

meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi

pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan

jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan). Pendidikan juga

berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan

manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai

tujuannya (Ihsan, 2010, p.7).

b. Faktor-faktor pendidikan

Faktor-faktor pendidikan yang dapat membentuk pola

interaksi atau saling mempengaruhi, terutama terletak pada faktor

pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Adapun

faktor-faktor pendidik menurut Ihsan (2010, p.7-10) sebagai berikut:

1) Faktor tujuan

Banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh

pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya.

Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritischr

Pedagogic dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut:

a) Tujuan umum

b) Tujuan tak sempurna

c) Tujuan sementara

d) Tujuan perantara

Page 29: pap smear 2

35

e) Tujuan insendental.

2) Faktor pendidik

Ada dua kategori yang membedakan pendidik yaitu:

a) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua

b) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.

3) Faktor peserta didik

Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa

memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini

tergantung kepada konteks yang mendorong perkembangan

seseorang.

Secara teoritis peserta didik bisa berkembang secara

optimal dalam arti mampu berkembang kreatif optimal, jika

mendapat lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal

dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif sekaligus

menghayati atau mengimplikasikan nilai-nilai.

4) Faktor isi atau materi pendidikan

Materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik

langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di

keluarga, disekolah dan di masyarakat, ada syarat utama dalam

pemilihan beban atau materi materi pendidikan, yaitu:

a) Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan

b) Materi harus dengan peserta didik.

Page 30: pap smear 2

36

5) Faktor metode pendidikan

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan

alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah ada sebuah

metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriteria) yang

bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan

adalah tujuan yang akan dicapai.

6) Faktor situasi lingkungan

Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil

pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis,

lingkungan teknis dan lingkungan sosia-kultural.

c. Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan sesuai

sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan menurut Ihsan (2010, p.20-21)

sebagai berikut:

1) Pendidikan Sekolah

Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang

berjenjang, berstruktur dan berkesimanbungan, sampai dengan

pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan

umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan

keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia.

Page 31: pap smear 2

37

2) Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang

tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur perselakolahan, tetapi

dapat berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan

program pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan

peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya dan

ketrampilan dan keahlian.

d. Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat peekembangan

peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan

bahan pengajaran. Jenjang pendidikan menurut Ihsan (2010, p.22-23)

sebagai berikut:

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang

diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik

untuk mengikuti pendidikan menengah. Termasuk pendidikan dasar

adalah sekolah dasar (SD) dan SMP sebagai kesatuan dilaksanakan

dalam masa program belajar 9 tahun.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

Page 32: pap smear 2

38

memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan

lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau

pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah

menengah atas (SMU).

3) Pendidikan Tinggi

Menurut Kepmendikbud (No. 0186/P/1984) Pendidikan

tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk

menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan

tinggi yang bersifat akademik dan professional sehingga dapat

mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan

kesejahteraan manusia. Termasuk pendidikan tinggi adalah

pendidikan di Universitas atau perguruan tinggi akademik seperti

tingkat sarjana muda (S1).

Page 33: pap smear 2

39

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Sumber : Lawrence&Green dalam Notoatmodjo (2003).

Faktor Pendorong (Predisposing)

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Umur

4. Sikap

5. Status sosial, ekonomi, dan

budaya

Faktor Penguat (Reinforcing)

1. Perilaku masyarakat

2. Partisipasi masyarakat

Faktor Pemungkin (Enabling)

1. Ketersediaan fasilitas dan

sarana

2. Keterjangkauan fasilitas

Pemeriksaan

Pap Smear

Page 34: pap smear 2

40

C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2. Kerangka konsep hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan

Ibu tentang kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.

D. Hipotesis

Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemeriksaan Pap Smear.

Ha: Ada hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan

pemeriksaan Pap Smear.

Pengetahuan Ibu tentangkanker serviks

Pendidikan

Pemeriksaan Pap Smear