ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin...

149
ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI DISTRIBUSI PRODUK TUNA LOIN BEKU BERBASIS ISO 28000 BAYU ARDY KRESNA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Transcript of ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin...

Page 1: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY

PADA RANTAI DISTRIBUSI PRODUK TUNA LOIN BEKU

BERBASIS ISO 28000

BAYU ARDY KRESNA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

ii

Page 3: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Assesmen

Implementasi Traceability pada Rantai Distribusi Produk Tuna Loin Beku

Berbasis ISO 28000 adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Bayu Ardy Kresna

NIM C34090052

Page 4: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

ii

ABSTRAK

BAYU ARDY KRESNA. Assesmen Implementasi Traceability pada Rantai

Distribusi Produk Tuna Loin Beku Berbasis ISO 28000. Dibimbing oleh WINI

TRILAKSANI dan BAMBANG RIYANTO

Arus perdagangan perikanan dunia sedang menunjukkan kecenderungan

positif, namun masih terganjal pada berbagai permasalahan mutu dan keamanan

pangan. Traceability penting untuk diterapkan. Metode yang telah dikembangkan

diantaranya quality tracing and tracking (QTT), biotracing, dan sebagainya. ISO

28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak

ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah

melakukan asesmen implementasi traceabiliy rantai distribusi tuna loin beku

dengan ISO 28000. Penelitian dilakukan dengan metode analisis sistem keamanan

rantai distribusi produk tuna loin beku, pengkajian risiko kritis produk tuna loin

beku, penentuan efisiensi jaringan distribusi produk tuna loin beku, dan asesmen

traceability dengan ISO 28000. Sistem keamanan pangan yang dilakukan kapal

dan transit belum sesuai standar, sedangkan UPI dan eksportir sudah memenuhi

standar. Kajian manajemen risiko kritis pada rantai distribusi tuna loin beku

mengindikasikan empat risiko kritis yang berhubungan dengan suhu, jumlah

mikroba, dan histamin. Efisiensi jaringan ditunjukkan dengan kapabilitas proses

yang berada pada level mampu dan masih harus ditingkatkan dalam mencapai six

sigma. Penilaian dengan ISO 28000 menunjukkan kekurangan dalam sistem

manajemen dan adminstrasi.

Kata kunci: ISO 28000, risiko kritis, sistem keamanan, tuna loin beku

ABSTRACT BAYU ARDY KRESNA. Assesment of Traceability Implementation in Supply

Chain of Frozen Loin Tuna With ISO 28000. Supervised by WINI TRILAKSANI

and BAMBANG RIYANTO

Nowadays, world trade of fisheries give the positive trend, but there are

many problems in food safety and quality. Traceability is important to be

implemented. There are many method in traceability such as quality tracing and

tracking, biotracing, etc. ISO 28000 can be a solution to ensure the safety of tuna

supply chain from vessel, transit, plant, and export. The aim of this study is doing

the assesment of traceability implementation in supply chain of frozen loin tuna

with ISO 28000. The method was analyzed the security management in supply

chain of frozen loin tuna, studied about critical risk in frozen loin tuna,

determinated of network eficiency in supply chain of frozen loin tuna, and

assesmented with ISO 28000. The result showed a poor food safety system in

vessel and transit, but a good system in plant and export. The study in critical risk

showed four critical risk which related with temperature, total microbe, and

histamine. Network eficiency showed good result in process capability that means

company can produced to be six sigma industry. The result of ISO 28000

assesment showed good result, but company needs continual improvement

especially in management system and administration.

Keywords: ISO 28000, critical risk , security system, frozen loin tuna

Page 5: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.
Page 7: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI

DISTRIBUSI PRODUK TUNA LOIN BEKU

BERBASIS ISO 28000

BAYU ARDY KRESNA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.
Page 9: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

Page 10: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.
Page 11: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

Judul Skripsi : Assesmen Implementasi Traceability pada Rantai Distribusi

Produk Tuna Loin Beku Berbasis ISO 28000

Nama : Bayu Ardy Kresna

NIM : C34090052

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Wini Trilaksani, MSc

Pembimbing I

Bambang Riyanto, SPi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 12: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

ii

Page 13: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Assesmen Implementasi Traceability pada Rantai Distribusi Produk Tuna

Loin Beku Berbasis ISO 28000. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucpkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Dr. Ir. Wini Trilaksani, M.Sc dan Bambang Riyanto S.Pi, M.Si selaku

dosen pembimbing atas segala arahannya.

2. Ir. Heru Sumaryanto, M.Si selaku dosen penguji atas segala masukannya.

3. Program studi Departemen Teknologi Hasil Perairan, Dr. Desniar, S.Pi,

M.Si atas segala masukannya.

4. Bapak Hendra Sugandhi dan Bapak Nur Hadipitoyo selaku pimpinan

PT X yang telah memberikan kesempatan penelitian kepada penulis di

PT X

5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi

6. Ibu Ema Masuroh S.Si atas bantuan yang diberikan selama penulis

melakukan penelitian

7. Teman-teman THP 46 serta KEMAKI 46 atas semangat dan motivasinya.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam perbaikan di

masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, 21 Februari 2014

Bayu Ardy Kresna

Page 14: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

PENDAHULUAN ........................................................................................

Latar Belakang ........................................................................................

Tujuan Penelitian ...................................................................................

METODE ......................................................................................................

Waktu dan Tempat .................................................................................

Prosedur Penelitian .................................................................................

Prosedur Analisis... .................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

Sistem Keamanan Rantai Distribusi Tuna Loin Beku ............................

Kajian Risiko pada Rantai Distribusi Produk Tuna Loin Beku .............

Kajian Efisiensi Rantai Distribusi Tuna Loin Beku ...............................

Asesmen Sistem Keamanan Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

dengan ISO 28000 .................................................................................

SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

Simpulan ................................................................................................

Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................................

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................

viii

viii

viii

1

1

5

5

5

5

8

9

9

25

29

34

39

39

40

41

45

133

Page 15: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

iii

DAFTAR TABEL

1.

2.

3.

Model SIPOC PT X..............................................................................

Risiko terhadap mutu dan keamanan pangan tuna loin beku................

Rencana tanggap risiko.........................................................................

24

26

29

DAFTAR GAMBAR

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Rantai distribusi tuna loin beku PT X....................................................

Diagram pareto nilai risiko (Risk Score) ..............................................

Diagram pareto nilai Risk Priority Number (RPN) ..............................

Diagram pencar nilai risiko dan RPN ..................................................

Peta kendali data evaluasi kadar histamin ikan tuna .............................

Peta kendali data verifikasi kadar histamin ikan tuna ...........................

Peta kendali data evaluasi nilai TPC ikan tuna .....................................

Peta kendali data verifikasi nilai TPC ikan tuna ...................................

Kadar TVB bahan baku ikan tuna PT X .............................................

10

27

28

28

30

31

32

33

34

DAFTAR LAMPIRAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

Format tabel observasi kegiatan rantai distribusi tuna loin beku ..........

Format tabel observasi sistem higiene rantai distribusi tuna loin beku ..

Hasil observasi kegiatan pada rantai distribusi tuna loin beku ...............

Hasil observasi sistem higiene pada rantai distribusi produk tuna loin

beku..........................................................................................................

Format angket pengetahuan higiene karyawan .......................................

Pedoman skor Likelhood RFMEA ........................................................

Pedoman skor Impact RFMEA ..............................................................

Pedoman skor Detction RFMEA ...........................................................

Layout PT X............................................................................................

Form Kontrol Suhu PT X ......................................................................

Sertifikat HACCP PT X ........................................................................

Prosedur Penarikan Produk PT X...........................................................

Form Pest Control PT X ........................................................................

Hasil Pengecekan Kesehatan Karyawan PT X ......................................

Surat Keterangan Pemasok ....................................................................

Sertifikat Hasil Tangkapan PT X............................................................

Harvest Vessel Receiving Record PT X.................................................

Form Daily Report Raw Material Receiving..........................................

Form Spesifikasi Bahan Pengemas PT X ..............................................

Sertifikat Kesehatan Produk Perikanan .................................................

Invoice Packing List PT X ....................................................................

Kebijakan Manajemen PT X .................................................................

Struktur Organisasi PT X ......................................................................

45

46

57

61

102

103

103

104

104

106

106

107

107

108

108

109

111

111

112

112

113

113

114

Page 16: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

iv

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

Tim HACCP PT X ................................................................................

Pembagian Tugas Tim HACCP PT X ..................................................

Distribusi Dokumen PT X ....................................................................

Diagram Alir Produksi Tuna Loin Beku PT X .....................................

Rencana Tanggap Darurat PT X ...........................................................

Sertifikat Kalibrasi PT X ......................................................................

Hasil Asesmen ISO 28000 PT X ..........................................................

114

114

115

116

116

117

118

Page 17: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Arus perdagangan modern menuntut sebuah sistem yang cepat dan

berlangsung lintas negara maupun benua. Perdagangan ekspor maupun impor

telah banyak mewarnai arus perdagangan dewasa ini untuk berbagai komoditi.

Hasil laut (ikan) merupakan salah satu komoditi pangan yang penting bagi

masyarakat dunia, diindikasikan dengan terjadinya peningkatan konsumsi ikan

dunia dalam lima tahun terakhir (FAO 2012). Konsumsi ikan dunia pada tahun

2006 hanya berkisar 114,3 juta ton, namun pada tahun 2011 telah meningkat

menjadi 130,8 juta ton. Kebutuhan ikan dunia pada tahun 2011 ini telah diimbangi

dengan pasokan ikan dunia sebesar 154 juta ton. Pasokan ini umumnya dapat

dipenuhi melalui proses ekspor maupun impor. Lem (2011) menyatakan bahwa

negara-negara dengan sektor perikanan yang kuat, umumnya adalah negara yang

melakukan proses ekspor maupun impor sekaligus.

Kecenderungan positif perdagangan hasil perikanan dunia dapat ditandai

dengan banyaknya target pasar baru maupun bertambahnya negara-negara

pengekspor. Kondisi ini disebabkan oleh adanya peningkatan populasi manusia

dan pertumbuhan ekonomi yang baik (Lem 2011), juga dimungkinkan karena

adanya dinamika perubahan gaya hidup manusia dalam mengonsumsi makanan di

era ini sehingga proses ekspor dan impor dalam distribusi hasil perikanan menjadi

semakin banyak dilakukan dan semakin kompleks. Sistem rantai distribusi hasil

perikanan yang kompleks salah satunya dapat tergambar dari sistem rantai

distribusi ikan tuna.

Ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan dunia yang

juga menjadi unggulan produk ekspor non migas Indonesia. Perkembangan ekspor

tuna Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011

ekspor tuna Indonesia mencapai 141.774 ton meningkat dari 122.450 ton pada

tahun 2010 (KKP 2012). Namun potensi ekspor Indonesia yang besar juga harus

diimbangi dengan kemampuan menyikapi regulasi-regulasi yang ada. Sistem

rantai distribusi tuna umumnya terikat dengan berbagai regulasi yang ketat dan

berbagai isu dalam perdagangan global. Isu yang umum diangkat dalam rantai

distribusi tuna antara lain ketahanan pangan, mutu dan keamanan pangan ikan,

property right and fisheries management, Illegal Unregulated Unreported (IUU),

sustainable development, dan ecolabelling in fisheries (FAO 2004). Isu ini

tertuang dalam sebuah kebijakan perdagangan yang pada akhirnya akan

berdampak pada kebijakan publik mengenai kehidupan sosial masyarakat dan

ketahanan pangan suatu wilayah (ICTSD 2006).

Aspek ketahanan pangan (food security) akan selalu terkait dengan

kegiatan produksi bahan baku dalam hal ini industri penangkapan dan aspek

pengolahan produk. Permasalahan yang dihadapi oleh industri penangkapan tuna,

diantaranya jarak penangkapan (fishing ground) yang jauh, permodalan yang

masih lemah, teknologi penanganan ikan di atas kapal (Good Handling Practices

atau GHP) yang belum diterapkan secara benar, sarana pendaratan ikan yang

belum memadai, dan kasus pencurian ikan (illegal fishing) kapal asing serta

pendaratan ikan (fish landing) kapal Indonesia di negara lain (Trilaksani 2011).

Page 18: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

2

IUU merupakan salah satu permasalahan kompleks dalam rantai distribusi tuna

pada proses penangkapan. IUU berkontribusi pada terjadinya over fishing dan

hambatan pada recovery populasi ikan dan ekosistem, serta sustainability dari

distribusi ikan tuna. Menurut studi kasus di 54 negara oleh UK Department for

International Development (DFID) (2009) menunjukkan kerugian dari IUU

mencapai 11 sampai 26 ton ikan per tahunnya. Hasil kajian ini juga menempatkan

negara berkembang sebagai daerah yang rawan terhadap penangkapan ikan secara

ilegal. Dampak dari IUU ini antara lain pada ekonomi suatu negara baik secara

langsung maupun tidak langsung, serta dampak pada ekosistem lingkungan.

Maraknya kasus IUU fishing mendorong dilakukannya sistem kuota penangkapan

ikan tuna di suatu perairan yang diatur oleh organisasi tertentu seperti Regional

Fisheries Management Organization (RFMO) yang harus diikuti oleh industri

perikanan tangkap dunia. Hal ini merupakan salah satu langkah yang dapat

ditempuh untuk menanggulangi risiko yang mungkin ditimbulkan dan harus

didukung oleh berbagai upaya sistem keamanan selama proses distribusi tuna.

Menurut Trilaksani (2011), permasalahan seperti ini secara langsung akan

mempengaruhi industri pengolahan yang menyangkut masalah ketersediaan bahan

(volume), harga bahan baku, mutu dan keamanan pangan (fish quality dan safety).

Aspek fish quality and safety akan berkaitan dengan permasalahan

kualitas tuna selama proses distribusi dan ketika sampai pada konsumen serta

dampaknya bagi kesehatan konsumen. Kajian yang telah dilakukan oleh Rizal

(2011) menunjukkan bahwa jalur distribusi tuna di Unit Pengolahan Ikan (UPI)

PT X di Muara Baru, Jakarta cukup rumit. Ikan tuna yang didaratkan kapal di

tempat transit akan disalurkan menuju tiga tempat, yaitu diangkut langsung ke

distributor, melalui UPI, dan pasar lokal. Proses distribusi yang rumit ini

membutuhkan suatu perhatian khusus dari setiap stakeholder karena apabila tidak

ditangani dengan baik di setiap tahapan distribusi akan berpotensi menimbulkan

permasalahan keamanan pangan.

Mutu dan keamanan produk tuna dapat diindikasikan dengan adanya

histamin, mikroorganisme pembusuk, patogen, ataupun logam berat. Histamin dan

bakteri patogen merupakan isu utama yang menjadi syarat masuk produk tuna di

negara importir. Food and Drugs Admnistration (FDA) (2009) melaporkan bahwa

terjadi 13 kasus tahun 2007 dan tahun 2008 sebanyak 7 kasus penolakan tuna

Indonesia akibat histamin. Pada bulan Juli 2012, terdapat 9 kasus tuna Indonesia

yang mengandung filthy dan 18 kasus tuna Indonesia yang mengandung

Salmonella, serta tidak ditemukannya kasus histamin. Secara kesuluruhan,

kecenderungan penolakan kasus tuna Indonesia oleh FDA disebabkan oleh dua

hal, yaitu histamin, filthy dan Salmonella (Buzby et al. 2008). Berdasarkan data

tersebut, permasalahan histamin sudah mulai diantisipasi oleh Indonesia. Menurut

Buzby et al. (2008), Indonesia dan Vietnam merupakan dua negara dengan kasus

penolakan oleh histamin terbanyak pada masa lalu.

Permasalahan yang ditimbulkan oleh keamanan pangan harus dapat

diselesaikan secara sistematis. Hal ini karena konsumen menuntut tersedianya

pangan yang aman. Menurut Olsonn dan Skoljdbrand (2008), konsumen pangan

umumnya menginginkan produk yang berkualitas tinggi dan aman saat

dikonsumsi dengan mutu yang sebanding dengan saat pengolahan. Salah satu

program dalam menjaga keamanan produk selama proses rantai distribusi tuna

adalah traceability system atau sistem ketertelusuran. Traceability system

Page 19: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

3

merupakan suatu sistem yang dapat mengikuti perpindahan produk pada setiap

tahapannya, baik itu produksi, pengolahan, maupun distribusi (CAC/GL 60 2006).

Penerapan traceability system akan memberi banyak keuntungan bagi perusahaan.

Lees (2003) menyatakan bahwa jika sebuah perusahaan menerapkan traceability

system akan mendapat keuntungan, diantaranya mencegah insiden keracunan

pangan, meminimalkan potensi recall produk, memfasilitasi risk assesment

sepanjang rantai pangan, mengontrol residu pada pangan, mengontrol bahan baku,

mencegah penipuan saat dilakukan audit, membantu perusahaan meningkatkan

manajemen mutu dan monitoring proses, menyesuaikan dengan peraturan yang

berlaku, meningkatkan kesehatan dan kepercayaan konsumen, meningkatkan

kepercayaan antar pelaku dalam jaringan rantai pasok, meningkatkan “image”

perusahaan, dan meningkatkan keamanan. Pentingnya penerapan traceability,

mendorong beberapa negara mengeluarkan peraturan yang mewajibkan penerapan

sistem ini. Traceability system wajib diterapkan oleh Amerika dan Uni Eropa.

Amerika melalui US Farm Security and Rural Investment Act 2002 (FDA 2002b)

menyatakan bahwa perlu dicantumkan label “Country of Origin” pada produk

daging sapi, kambing, babi, ikan, pangan yang mudah rusak, serta kacang-

kacangan. Peraturan lainnya adalah US Bioterorism adn Response Act 2002 (FDA

2002a) yang menyatakan bahwa terhitung mulai 12 Juni 2002, FDA mensyaratkan

bahwa perlu didaftarkan semua fasilitas pangan yang akan masuk ke Amerika.

Uni Eropa melalui European Union (E.U), Article 4, regulation 104/2000 (EC

2000) menyatakan bahwa mulai 1 Januari 2002, seluruh produk perikanan harus

diberi label mengenai jenis spesies dan metode produksi serta penangkapan dan

budidaya. Selain itu European Community Commission Reguation 2065/2001,

Article 8 (EC 2001) mensyaratkan bahwa semua ikan dalam keadaan chilling,

beku, dan kering serta fillet ikan dan kerang, ketika didistribusikan kepada

retailer harus mencantumkan label sesuai ketentuan dari EU 104/2000. EU

General Food Law Regulation 178/2002, Article 18 (EC 2002) mensyaratkan

bahwa traceability untuk proses pangan dan bahan-bahan yang turut serta dalam

produksi pangan, mulai dari tahap produksi, pengolahan, dan distribusi harus

mengidentifikasi supplier dan konsumen serta melakukan dokumentasi. Indonesia

juga mensyaratkan penerapan dari traceability. Peraturan Pemerintah (PP) No 28

tahun 2004 pasal 37 (PP 2004) mensyaratkan bahwa setiap pangan segar dan

olahan yang akan masuk ke wilayah Indonesia harus disertai dengan dokumen

hasil pengujian. Peraturan Pemerintah (PP) No 69 tahun 1999 pasal 2 (PP 1999)

mensyaratkan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan

yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan RI nomor 01/MEN/2007 bab VII (KKP 2007)

mensyaratkan bahwa ketertelusuran hasil perikanan pada seluruh tahap produksi,

pengolahan, dan distribusi harus dikembangkan. Pelaku usaha hasil perikanan

harus mampu mengidentifikasi personil dan pelaku usaha yang mengirim pasokan

ikan untuk tujuan pengolahan, serta membangun sistem dan prosedur yang

memungkinkan otoritas kompeten dapat mendapatkan informasi bila diperlukan.

Pelaku usaha pengolahan harus memberikan label atau informasi yang

mengidentifikasi ketertelusurannya sesuai dengan persyaratan jenis produk

tertentu. Pentingnya penerapan traceability mendorong berbagai pihak untuk

menerapkan sistem ini. Sistem traceability dunia terus berkembang untuk

Page 20: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

4

menghasilkan model telusur yang efektif dan efisien. Salah satu metode yang

cukup berkembang adalah quality tracing and tracking (QTT). Metode ini sangat

tepat untuk diadopsi pada pangan yang mudah rusak (high perishable food).

Penerapan metode ini dapat memberi beberapa keunggulan seperti jaminan

keamanan pangan, kepuasan konsumen, dan penghematan biaya. QTT secara

umum juga dapat mengoptimalkan sistem rantai pasok dari suatu industri (Scheer

2006). Kajian lainnya adalah perkembangan metode biotracing. Biotracing

merupakan sistem ketertelusuran terhadap kontaminan biologis selama proses

rantai pangan. Sistem ini mampu mengendalikan bahaya patogen dan

meningkatkan sistem model sistem ketertelusuran (Jordan et al. 2011).

Perkembangan lainnya juga menunjukkan tuntutan perubahan sistem

ketertelusuran menjadi lebih cepat dan akurat. Hal ini berdampak pada pergeseran

model sistem ketertelusuran dengan model manual (paper based traceability)

menjadi model berbasis web (ICT traceability). Model ini mampu membuat

sistem ketertelusuran menjadi lebih sederhana dan akurat (Morreale dan Puccio

2011). Skoglund dan Dejmek (2007) juga melakukan kajian mengenai konsep

fuzzy traceability. Kajian ini menjelaskan bahwa sistem ini mampu memberikan

hasil yang lebih akurat dari industri pangan yang bersifat dinamis. Radio

Frequency Identification (RFID) juga diyakini mampu memberi nilai tambah

dalam model traceability. Kajian yang dilakukan Zhang et al. (2009) menjelaskan

bahwa teknologi RFID dapat meningkatkan pengumpulan informasi traceability

secara cepat dan akurat. Perkembangan sistem ketertelusuran dengan berbagai

model ini membuat asesmen sistem ketelusuran sangat penting dilakukan. CAC

(1995) menjelaskan bahwa inspeksi dan sertifikasi harus dilakukan untuk

memastikan pangan dan proses produksinya. Setiap pelaku bisnis harus

mempersiapkan diri dalam menghadapi inspeksi dengan menerapkan standar yang

sesuai. ISO 28000 dapat menjadi salah satu pilihan standar untuk melakukan

asesmen dari penerapan sistem ketertelusuran. ISO 28000 bertujuan untuk

meningkatkan keamanan pada rantai distribusi suatu produk. Penerapan ISO

28000 masih belum banyak dilakukan dan hanya terfokus pada industri logistik

atau jasa transportasi. Hal ini mungkin disebabkan karena masih terdapat

paradigma bahwa sektor rantai pasok hanya penting dijaga keamanannya pada

saat proses transportasi. Namun faktor keamanan pada industri tuna sudah dimulai

dari saat ikan ditangkap hingga ekspor. ISO 28000 dapat berperan lebih disini

karena keamanan yang tertuang di dalam ISO 28000 merupakan keamanan pada

titik kritis dari suatu perusahaan dengan memperhatikan risiko yang mungkin

terjadi selama proses rantai distribusi, dari hulu hingga hilir. ISO 28000 dapat

diterapkan pada berbagai jenis industri mulai dari skala kecil hingga

multinasional, baik industri manufaktur, jasa, maupun logistik (ISO 28000:2007).

Penerapan sistem ini cukup penting digunakan sebagai salah satu acuan untuk

mengembangkan sebuah sistem rantai distribusi yang memperhatikan aspek

keamanan dan peningkatan berkesinambungan. Sistem ini bekerja melalui

beberapa aspek, seperti keamanan terhadap kebijakan manajemen, rencana

keamanan, dan pemeriksaan serta tindakan koreksi (ISO 28000:2007).

Melihat adanya peluang dari ISO 28000 untuk menyelesaikan

permasalahan pada sistem distribusi tuna yang kompleks, maka diperlukan suatu

kajian terhadap implementasi sistem ketertelusuran produksi tuna berbasis ISO

28000. Kajian ini nantinya akan terarah pada kemampuan perusahaan untuk

Page 21: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

5

menjaga dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko kritis pada distribusi

produk tuna loin beku dan melihat sistem manajemen keamanan yang berlaku

berdasarkan ISO 28000.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini ialah melakukan asesmen terhadap

implementasi sistem traceability pada rantai distribusi tuna loin beku berbasis ISO

28000. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Melakukan analisis sistem keamanan rantai distribusi tuna loin beku

2. Menentukan risiko kritis pada proses distribusi produk tuna loin beku

3. Mengkaji efektivitas kontrol pada risiko kritis proses pengolahan tuna loin

beku dan kesesuaian dengan regulasi yang berlaku.

4. Menentukan nilai asesmen dari ISO 28000.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada salah satu perusahaan pengolahan ikan tuna

(PT X), yang terletak di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara. Analisis mutu dilakukan pada Laboratorium

Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

pada bulan April-September 2013.

Prosedur Penelitian

1. Analisis sistem keamanan rantai distribusi produk tuna loin beku

Tahapan penelitian ini dilakukan dengan mempelajari, mendeskripsikan dan

memverifikasi jaringan distribusi penanganan ikan tuna yang memiliki

kaitan dengan PT X, sebagai mata rantai industri pengolahan tuna loin.

Acuan yang digunakan adalah CEN 14660:2003. Diagram alir sistem rantai

distribusi tuna juga digambarkan melalui model SIPOC (Wagar et al. 2006).

Model ini bertujuan untuk menggambarkan sistem rantai distribusi tuna di

PT X dan mengontrol perbaikan yang terus menerus. Model SIPOC akan

menggambarkan aliran aktivitas dari Supplier, Input, Proses, Output, dan

Customer dimana tiap tahapannya memiliki persyaratan tertentu yang harus

dipenuhi dalam menjamin mutu dan keamanan produk. Beberapa acuan lain

adalah BSN (2006b), Blanc et al. (2005), dan Recommended International

Code of Practice General Principles of Food Higiene CAC/RCP 1-1969

dalam Food Hygiene Basic Text (CAC 2009), Code of Practice for Fish and

Fishery Products CAC/RCP 52 2003, (EC) 178/2002 of The European

Page 22: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

6

Parliament and European Council of 28 January 2002 mengenai General

Principle and Requirements of Food Law (EC 2002), The Public Health

Security and Bioterorism Prepadness and Response Act of 2002 (FDA

2002), Council Regulation (EC) 104/2000 of 17 December 1999 on the

Common Organization of the Markets in Fishery and Aquaculture Products

(EC 2000), PER.18/MEN/2010 (KKP 2010), PER.13/MEN/2012 (KKP

2012), KEP.01/MEN/2007 (KKP 2007), CAC/RCP 47-2001 tentang Code

of Hygiene Practice for the Transport of Food in Bulk and Semi-Packed

Food (CAC 2001). Prosedur ini dilakukan dengan pengamatan pada sistem

rantai distribusi tuna dan hal-hal yang mempengaruhi keamanannya, serta

dokumen yang berperan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

a. Mempelajari jaringan rantai distribusi tuna yang berkaitan dengan PT X

mulai dari penangkapan hingga ekspor

b. Pengumpulan data aktivitas pada setiap bagian rantai distribusi tuna

dengan observasi dan wawancara. (Form data dapat dilihat pada

Lampiran 1.)

c. Pengumpulan data dan persyaratan higiene sepanjang rantai distribusi

tuna dengan observasi dan wawancara (Form dapat dilihat pada

Lampiran 2.)

d. Pembuatan jaringan rantai distribusi tuna PT X dalam bentuk skema.

e. Pembuatan diagram alir proses distribusi dengan menggunakan model

SIPOC.

f. Verifikasi dan presentasi jaringan rantai distribusi tuna di PT X dengan

konsultasi dan diskusi kepada QC dan manajer umum PT X

Luaran yang diharapkan adalah:

a. Data aktivitas pada setiap bagian rantai distribusi tuna (Lampiran 3).

b. Data persyaratan higiene sepanjang rantai distribusi tuna (Lampiran 4).

c. Manajemen rantai distribusi tuna loin beku PT X

d. Data persyaratan pada setiap tahapan distribusi tuna loin beku

2. Kajian risiko kritis dari distribusi tuna loin beku

Tahapan ini dilakukan dengan melihat peluang terjadi risiko kritis tuna loin

beku dari proses produksi tuna loin beku. Risiko kritis dapat menyebabkan

timbulnya keamanan pangan. CAC (2003) menyebutkan bahwa penentuan

bahaya keamanan pangan harus dianalisis dan ditentukan tingkat

signifikannya, serta ditetapkan upaya kontrol. Penentuan peluang risiko

kritis dilakukan dengan metode Risk Failure Mode and Effect Analysis

(RFMEA) (Carbone dan Tippet 2004). Langkah selanjutnya adalah

melakukan hasil analisis nilai histamin (Veratox kit) dan TPC (SNI 01-

2332.3-2006) dari rekaman PT X. Pengujian nilai TVB dilakukan dengan

metode cawan conway dan mengacu pada AOAC (1984). Pada tahapan ini

juga dilakukan pengujian kompetensi karyawan dengan menggunakan

kuisioner (Aarnisalo et al. 2006). Tahapan ini akan dilakukan beberapa

kegiatan yaitu:

a. Mengambil data evaluasi hasil pengujian histamin dan Total Plate Count

(TPC) di PT X selama bulan Januari 2012-Desember 2012

Page 23: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

7

b. Mengambil data verifikasi hasil pengujian histamin dan Total Plate

Count (TPC) di PT X selama bulan Mei 2013

c. Melakukan pengujian terhadap nilai Total Volatile Base (TVB) dari

sampel ikan tuna di PT X dengan 3 kali ulangan dari dua supplier yang

masuk ke perusahaan.

d. Melakukan uji pengetahuan karyawan mengenai higiene dengan

menggunakan angket (Format angket dapat dilihat pada Lampiran 5).

Luaran yang diharapkan adalah:

a. Data risiko kritis dari tuna loin beku dari proses produksi tuna loin beku.

b. Data tingkat pengetahuan dan kepedulian karyawan terhadap higiene.

c. Data evaluasi hasil pengujian histamin dan Total Plate Count (TPC) di

PT X seama bulan Januari 2012-Desember 2012.

d. Data verifikasi hasil pengujian histamin dan Total Plate Count (TPC) di

PT X seama bulan Mei 2013.

e. Data nilai Total Volatile Base (TVB) dari transit A dan transit B.

3. Penentuan efisiensi jaringan distribusi tuna loin beku

Tahapan penelitian ini dilakukan dengan menentukan efektivitas proses

distribusi melalui pendekatan Statistical Process Control untuk parameter

histamin dan Total Plate Count (TPC). Alat bantu yang digunakan untuk

parameter histamin dan TPC adalah peta kendali dengan menggunakan

SPSS 17.0. Pendekatan ini dilakukan untuk melihat bahwa produk yang

diekspor sesuai dengan standar yang ditetapkan. Efisiensi dilihat dari nilai

kapabilitas proses yang didapatkan yang mengacu pada standar perusahaan.

Acuan standar untuk nilai histamin adalah standar perusahaan yang

mengacu pada FDA (2011) dan BSN (2006a). Acuan standar untuk nilai

TPC adalah standar perusahaan yang mengacu pada FDA (2013) dan BSN

(2006a). Penentuan nilai Total Volatile Base (TVB) dilakukan dengan

membandingkan nilai TVB dari dua supplier yang masuk ke PT X dengan

menggunakan diagram batang. Acuan untuk nilai TVB berdasarkan Farber

(1965).

Luaran yang diharapkan adalah:

a. Peta kendali nilai evaluasi histamin dan TPC PT X selama bulan Januari

2012-Desember 2012.

b. Peta kendali nilai verifikasi histamin dan TPC PT X selama bulan Mei

2013.

c. Diagram batang nilai TVB dari transit A dan transit B

4. Asesmen sistem traceability dengan ISO 28000

Tahapan penelitian ini dilakukan dengan melakukan audit ISO 28000 pada

PT X berdasarkan SNI ISO 28000:2009 (BSN 2009). Teknik audit yang

dilakukan sesuai dengan SNI 19-19011:2005 (BSN 2005) tentang Panduan

Audit Sistem Manajemen Mutu dan/atau Lingkungan.

Luaran yang diharapkan adalah:

a. Teknik audit ISO 28000 di PT X

b. Data assesmen ISO 28000 PT X

Page 24: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

8

Prosedur Analisis

Analisis risiko kritis (Carbone dan Tippet 2004)

Penentuan risiko kritis yang harus menjadi perhatian khusus pihak

manajemen dilakukan dengan menggunakan metode Risk Failure Mode and

Effect Analysis (RFMEA) (Carbone dan Tippet 2004). Penggunaan RFMEA

dilakukan dengan menentukan nilai 1-10 untuk Likelihood (L), Impact (I), dan

Detection (D). Kategori nilai dapat dilihat pada Lampiran 6-8. Langkah

selanjutnya adalah dengan menentukan nilai Risk Score yang didapat dari (L) x

(I), dan nilai Risk Priority Number (RPN) dari (L) x (I) x (D). Batas kritis nilai

Risk Score dan RPN ditentukan dengan menggunakan diagram pareto dan

dipetakan dengan menggunakan scatterplot. Diagram pareto merupakan grafik

batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian.

Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan pada sisi paling kiri, dan

seterusnya hingga yang terendah di sisi kanan (Gaspersz 2012). Tahapan analisis

risiko kritis adalah:

1. Seluruh risiko yang mungkin muncul diidentifikasi pada proses pembuatan

tuna loin beku.

2. Pada kolom Likelihood (L), Impact (I), dan Detection (D) diberikan nilai 1-10

3. Nilai Risk Score dihitung dengan perkalian antara nilai Likelihood dan nilai

Impact (L x I).

4. Nilai Risk Score digambarkan dalam bentuk diagram pareto dan ditentukan

nilai kritis risiko.

5. Nilai RPN dihitung dengan perkalian antara nilai Likelihood, nilai Impact,

dan nilai Detection (L x I x D).

6. Nilai RPN digambarkan dalam bentuk diagram pareto dan ditentukan nilai

kritis RPN.

7. Nilai risiko dan nilai RPN dipetakan dalam scatterplot (diagram pencar).

8. Risiko kritis ditentukan dengan melihat risiko yang berada lebih besar dari

batas kritis nilai risiko dan RPN.

Analisis kapabilitas proses (Gaspersz 2012)

Analisis kapabilitas proses dilakukan dengan Statistical Process Control

(SPC) dengan menggunakan software SPSS 17.0. Penentuan nilai kapabilitas

proses dilakukan terhadap parameter histamin dan TPC. Jenis data yang

digunakan adalah data evaluasi yang diperoleh dari hasil rekaman (record

keeping) histamin dan TPC di PT X selama kurun waktu Januari 2012- Desember

2012, yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode SPC. Untuk verifikasi,

data yang digunakan adalah data hasil rekaman (record keeping) histamin dan

TPC di PT X selama bulan Mei 2013.

Gaspersz (2012) menuliskan bahwa nilai kapabilitas proses dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu:

Cp 2,0 :Proses dianggap mampu (capable) karena telah mencapai

industri kelas dunia yang mencapai tingkat six sigma.

1 Cp 1,99 :Proses masih harus ditingkatkan terus menerus agar

mencapai tingkat kelas dunia yang telah mencapai taraf six

sigma.

Cp 1,0 :Proses dianggap tidak mampu (not capable).

Page 25: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

9

Hasil dari nilai kapabilitas proses dapat menjadi salah satu indikator dari tingkat

efektivitas distribusi produk tuna loin beku dilihat dari nilai histamin dan TPC.

Total Volatil Base (TVB) (AOAC 1984)

Pengujian Total Volatil Base (TVB) bertujuan untuk menentukan mutu dan

kesegaran dari ikan dengan menentukan jumlah kandungan senyawa-senyawa

basa volatil yang terbentuk akibat degradasi protein. Pengujian TVB dilakukan

dengan metode cawan conway dan mengacu pada AOAC 1984.

Tahapan pengujian diawali dengan preparasi sampel daging ikan dengan

ditimbang sebanyak 15 gram. Sampel tersebut kemudian dihancurkan (pengecilan

ukuran) dan ditambahkan TCA 7% sebanyak 45 mL dan dihomogenkan selama 1

menit. Larutan disaring hingga diperoleh filtrat yang jernih. Langkah selanjutnya

adalah penambahan 1 mL H3BO3 ke dalam inner chamber cawan conway,

sedangkan filtrat sampel dimasukkan ke dalam outer chamber bagian kiri.

Selanjutnya ditambahkan 1 mL K2CO3 jenuh ke dalam outer chamber bagian

kanan sehingga tidak tercampur dengan filtrat. Cawan segera ditutup lalu

dilakukan gerakan memutar agar filtrat bercampur dengan K2CO3. Prosedur yang

sama juga dilakukan untuk penentuan nilai blanko, namun fitrat diganti dengan

TCA 7%. Tahap selanjutnya adalah kedua cawan diinkubasi pada suhu 35 C

selama 2 jam. Selanjutnya larutan asam borat pada inner chamber dititrasi dengan

larutan HCL 0,02 N hingga warna larutan asam borat menjadi merah muda.

Perhitungan TVB dilakukan dengan rumus:

Kadar TVB (mgN/100g) =

Keterangan :

Vc = volume larutan HCl pada titrasi contoh/sampel

Vb = volume larutan HCl pada titrasi blanko

Ar N = berat atom nitrogen (14,007)

Fp = faktor pengenceran

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Keamanan Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

Analisis aktivitas jaringan rantai distribusi tuna loin beku

Aktivitas pada jaringan rantai distribusi tuna loin beku di PT X dilakukan

oleh beberapa pihak mulai dari kapal, transit, Unit Pengolah Ikan (UPI), hingga

eksportir. Pasca penangkapan ikan dilakukan proses penanganan di kapal, di

transit dilakukan proses bongkar muat dan pembelian ikan, di UPI dilakukan

proses pengolahan tuna. Tahap ekspor dilakukan proses pengiriman produk ke

tempat yang dituju. Model rantai distribusi tuna loin beku dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 26: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

10

Gambar 1 Rantai distribusi tuna loin beku PT X

1. Kapal

Kapal yang digunakan untuk menangkap tuna adalah jenis kapal longliner.

Pada tahap penangkapan ikan, aktivitas yang dilakukan antara lain memasang

longline pada daerah penangkapan, penangkapan, pembuangan isi perut dan

insang, pencucian, dan penyimpanan ikan dalam palka bersuhu -1,5 ˚C. Pihak

kapal memberikan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) yang berisi mengenai

hasil tangkapan ikan dan ikan tersebut tidak berasal dari kegiatan IUU Fishing.

Penilaian kesesuaian yang dilakukan pada tahap penangkapan ikan mengacu pada

Blanc et al. (2005), CAC/RCP 52-2003 mengenai Code of Practice for Fish and

Fishery Products, PER.18/MEN/2010, PER.13/MEN/2012, dan

KEP.01/MEN/2007. Hasil penilaian menunjukkan ditemukannya ketidaksesuaian,

yaitu ikan yang ditangkap tidak dimatikan dengan cepat, air untuk mencuci tidak

berstandar air minum, dan tidak dilakukan pengisian log book dengan data yang

sebenarnya dan tepat waktu. Luaran informasi yang diharapkan dari tahap ini

adalah logbook pengangkapan ikan.

2. Transit

Tahap transit berfungsi sebagai tempat bongkar muat dan pembelian ikan

oleh perusahaan. PT X memiliki kerjasama dengan 3 transit untuk melakukan

pembelian ikan. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah mengangkut

ikan dari palka kapal menuju transit, proses penentuan mutu ikan, pembelian ikan

oleh perusahaan, dan pengangkutan ikan dari transit menuju perusahaan. Penilaian

kesesuaian yang dilakukan mengacu pada Blanc et al. (2005), SNI 01-2729-3-

2006 mengenai Penanganan dan Pengolahan Ikan Segar, serta CAC (2009)

mengenai Recomended International Code of Practice General Principles of

Food Hygiene (CAC/RCP 1-1969). Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian,

yaitu pembongkaran ikan dilakukan tidak hati-hati (kasar), terjemur di bawah

sinar matahari secara langsung. Luaran informasi yang diharapkan dari tahap ini

adalah catch certificate dan dokumen Harvest Vessel Receiving Record.

3. Unit pengolahan ikan (UPI)

Tahap di UPI berfungsi sebagai proses pengolahan tuna. PT X sebagai UPI

mengolah tuna menjadi beberapa produk diantaranya tuna loin beku, tuna saku

beku, tuna steak beku, dan sebagainya. BSN (2006a) mendefinisikan tuna loin

beku sebagai produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau

beku yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, penyiangan atau

tanpa penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi

mutu pembungkusan (wrapping), pembekuan, penimbangan, pengepakan,

pelabelan, dan penyimpanan. Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah

penerimaan bahan baku, pencucian, penimbangan, pemotongan loin, skinning dan

Page 27: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

11

trimming, pemberian CO (karbon monoksida), penyimpanan di dalam chillroom,

sortasi mutu dan retouching, pemvakuman, pembekuan, packing, pelabelan,

penyimpanan dalam cold storage, dan stuffing. Setiap tahapan memiliki rekaman

tertentu yang dituliskan dalam form rekaman. Penilaian kesesuaian yang

dilakukan mengacu pada SNI 01-4104-3-2006 mengenai Penanganan dan

Pengolahan Tuna Loin Beku, dan Aktivitas pada tahapan ini tidak ditemukan

ketidaksesuaian, namun terdapat pemberian CO pada proses produksi di PT X.

Pemberian CO pada produk diketahui oleh pihak pembeli dan diperbolehkan

untuk ditambahkan pada proses produksi tuna loin beku.

Luaran informasi yang diharapkan dari tahapan ini adalah record of

periodically pest control, record of water and ice analysis, daliy report of

sanitation inspection, periodically sanitation checklist, freezing monitoring

report, daily report of packing and labelling, cold storage temperatur report,

receiving report packaging report materials and label, daily report of pest

control, chilling tmperature monitoring report, daily report of inspection product

after trimming before freezing, daily record of temperature control, daiy report of

raw material receiving, report of stuffing inspection.

4. Eksportir

Tahap eksportir berfungsi untuk mengirimkan produk tuna kepada

konsumen. PT X melakukan proses ekspor kepada buyer di Amerika Serikat.

Aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini adalah menerima Purchase Order (PO)

dari pembeli, pembuatan kontrak, pemilihan kontainer, persiapan kontainer

(pencucian, pre cooling), persiapan dokumen, dan pengiriman barang. Penilaian

kesesuaian pada tahapan ini mengacu pada CEN 14460:2003. Aktivitas pada

tahapan ini tidak ditemukan ketidaksesuaian. Luaran informasi yang diharapkan

adalah invoice packing list dan health certificate.

5. Retailer

Tahap retailer berfungi untuk menerima, menangani, menyimpan, dan

menunjukkan produk kepada konsumen dengan tetap memperhatikan bahaya

keamanan pangan dan mutu dari produk. Retailer harus mengetahui supplier dari

produknya dan mampu memastikan serta bertanggung jawab terhadap mutu dan

keamanan produknya. Penilaian kesesuaian pada tahapan ini dilakukan dengan

melakukan wawancara kepada manajer marketing PT X dengan mengacu pada

Code of Practice for Fish and Fishery Products (CAC/RCP 52-2003). Aktivitas

pada tahapan ini tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Analisis persyaratan higiene jaringan rantai distribusi tuna loin beku

Persyaratan higiene merupakan salah satu persyaratan yang penting untuk

diterapkan pada semua tahapan distribusi tuna, dimulai dari ikan diangkat dari

laut, proses pengolahan, dan pengiriman kepada konsumen.

1. Kapal

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu persyaratan higiene untuk

kapal penangkap dan pengangkut ikan dan persyaratan higiene untuk penanganan

di kapal penangkap dan pengangkut ikan. Pada persyaratan higiene untuk kapal

penangkap dan pengangkut ikan terlihat bahwa kondisi kapal pada umumnya

tidak selalu dalam keadaan bersih, produk perikanan tidak mendapat penanganan

langsung setelah dikeluarkan dari palka, proses pembuangan isi perut dan insang

diduga tidak dilakukan secara higienis, dan produk perikanan segera didinginkan

Page 28: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

12

di kapal sesaat setelah longline diangkat dari laut. Penilaian kesesuaian yang

dilakukan mengacu pada CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish

and Fishery Products dan KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu

dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi.

Hasil penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu kondisi kapal tidak bersih,

tidak dilakukan penanganan yang cepat pada ikan, dan tidak dilakukan pencucian

dengan air yang memenuhi standar.

Pada persyaratan higiene untuk penanganan kapal penangkap dan

pengangkut ikan terlihat bahwa tidak terdapat penanggung jawab ikan secara

khusus, sanitasi palka kurang terjaga, karyawan tidak mengenakan seragam,

bahkan ada yang tidak mengenakan baju, karyawan tidak mencuci tangan, tidak

dilakukan pemeriksaan terhadap karyawan apakah karyawan sakit atau memiliki

luka yang dapat mengontaminasi. Selama proses pembongkaran ikan dari palka,

terdapat karyawan yang merokok, meludah, dan bersenda gurau di area geladak

kapal. Ikan dicuci dengan menggunakan air laut, proses pendinginan dilakukan

dengan sistem Refrigerated Sea Water (RSW) hingga suhu mencapai -1,5 ˚C, dan

tidak dilakukan pengisisan log book dengan data yang akurat dan tepat waktu.

Penilaian kesesuaian yang dilakukan mengacu pada CAC/RCP 52-2003 tentang

Code of Practice for Fish and Fishery Products dan KEP. 01/MEN/2007 tentang

Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,

Pengolahan, dan Distribusi. Hasil penilaian menunjukkan beberapa

ketidaksesuaian, yaitu tidak terdapat penanggung jawab mutu ikan, kondisi umum

kapal tidak higienis, karyawan tidak mengenakan pakaian kerja, kesehatan

karyawan tidak diperiksa, sikap karyawan tidak diperhatikan, diantaranya

merokok, meludah, bercanda, serta tidak dilakukan proses rekaman dengan baik.

2. Transit

Pada tahap transit terdapat beberapa persyaratan sanitasi dan higiene yang

harus dipenuhi mencakup proses bongkar muat ikan, desain dan fasilitas transit,

peralatan, supply air, higiene personal dan pengunjung. Penilaian kesesuaian di

transit mengacu pada KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi.

Acuan lainnya adalah Recommended Intrnational Code of Practice General

Principles of Food Higiene CAC/RCP 1-1969 dalam Food Hygiene Basic Text

(CAC 2009) serta CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and

Fishery Products (CAC 2003). Kondisi proses bongkar muat ikan di transit,

umumnya kurang baik karena ada beberapa karyawan yang menendang ikan.

Peralatan yang digunakan umumnya dapat dengan mudah dibersihkan, namun

pembersihan hanya dilakukan dengan menyiram air tanpa mencuci dengan

desinfektan. Terdapat pula peralatan yang terbuat dari bahan mudah berkarat,

seperti ganco yang terbuat dari besi. Hasil penilaian menunjukkan beberapa

ketidaksesuaian, antara lain tidak dilakukan proses sanitasi, terdapat hewan

peliharaan, dan terdapat perlakuan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada

ikan. Selain itu terdapat peralatan yang terbuat dari bahan mudah berkarat.

Regulasi KKP (2007) mensyaratkan, proses penanganan ikan harus berlangsung

dengan cepat dan dihindarkan dari perlakuan yang dapat menyebabkan kerusakan

pada produk. Peralatan yang bersentuhan langsung dengan produk harus terbuat

dari bahan yang mudah dibersihkan dan selalu dijaga kebersihannya. CAC (2003);

Page 29: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

13

CAC (2009) juga mensyaratkan bahwa peralatan harus terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan dan dipindahkan, tidak terbuat dari bahan yang bersifat toksik.

Transit A merupakan salah satu supplier PT X berada di lokasi Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta. Kondisi layout transit

kurang baik dan dapat menyebabkan kontaminasi silang karena tidak terdapat

perbedaan antara ruang penerimaan ikan dan penyimpanan barang, serta tidak

diberi bak pencuci kaki. Selain itu terdapat hewan peliharaan (anjing) di dalam

area transit. Fasilitas lain di transit antara lain dinding yang tidak kedap air, langit-

langit yang kotor dan penuh sarang laba-laba, dan tidak memiliki pintu yang

permanen hanya terbuat/dibatasi plastik curtain. Lantai dan area bekerja terbuat

dari bahan yang kedap air dan memiliki kemiringan yang cukup. Fasilitas supplai

air menggunakan air yang dialirkan dari laut. Hasil penilaian menunjukkan

beberapa ketidaksesuaian, yaitu layout yang dapat menyebabkan kontaminasi

silang dan ditemukan puntung rokok pada lantai transit. Permukaan dinding tidak

kedap air dan langit-langit tidak bersih, serta tidak terdapat pintu. Selain itu, air

yang digunakan juga tidak berspesifikasi air minum. Menurut CAC (2003); CAC

(2009), layout harus tidak memungkinkan terjadinya kontminasi silang.

Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang tidak toksik, serta kedap air.

Langit-langit harus mampu meminimalkan kotoran dan mencegah kondensasi,

dan pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap air dan mudah

dibersihkan. Supplai air yang kontak dengan bahan pangan harus menggunakan

air dengan spesifikasi air minum.

Transit A juga memiliki kondisi yang kurang baik pada aspek higiene

personal. Kondisi higiene personal yang dilihat pada transit A adalah tidak ada

pemeriksaan kesehatan bagi karyawan, karyawan hanya memakai boot sebagai

seragam kerja dan jarang mencuci tangan. Selain itu karyawan merokok,

berbicara, makan dan minum di area transit. Pembeli ikan dan pengunjung tidak

menggunakan seragam dan dapat merokok atau makan dan minum di dalam area

transit. Hasil penilaian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian, yaitu kesehatan

karyawan tidak diperiksa, karyawan tidak mengenakan pakaian kerja secara

lengkap, tidak memperhatikan sikap karyawan, seperti merokok. Pembeli tidak

disyaratkan untuk mengikuti peraturan higiene. Terdapat pembeli yang merokok

serta makan dan minum di trasit. Menurut CAC (2003); CAC (2009), karyawan

yang diketahui atau diduga menderita penyakit dilarang masuk ke dalam area

penanganan ikan. Selain itu karyawan yang menderita sakit seperti diare, demam,

muntah tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang produksi. Kebersihan

personal juga wajib diperhatikan, yaitu karyawan harus memakai seragam

lengkap, mulai dari penutup kepala hingga alas kaki, serta harus sering mencuci

tangan ketika keluar dari toilet, memulai melakukan pekerjaan, dan sebagainya.

Karyawan juga dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengkontaminasi, seperti

merokok dan makan. Pengunjung juga harus mengikuti peraturan higiene yang

berlaku.

3. Unit pengolahan ikan

Unit Pengolahan Ikan (UPI) adalah PT X yang mengolah ikan tuna menjadi

beberapa produk diantaranya tuna loin beku, tuna steak beku, dan tuna saku beku.

Pada kajian persyaratan higiene untuk UPI, mengacu pada KEP. 01/MEN/2007

tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses

Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Acuan lainnya adalah Recommended

Page 30: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

14

Intrnational Code of Practice General Principles of Food Higiene CAC/RCP 1-

1969 dalam Food Hygiene Basic Text (CAC 2009), CAC/RCP 52-2003 tentang

Code of Practice for Fish and Fishery Products, (EC) 178/2002 of The European

Parliament and European Council of 28 January 2002 mengenai General

Principle and Requirements of Food Law, The Public Health Security and

Bioterorism Prepadness and Response Act of 2002, Council Regulation (EC)

104/2000 of 17 December 1999 on the Common Organization of the Markets in

Fishery and Aquaculture Products. Penilaian ini tertuju ke dalam beberapa aspek,

seperti lokasi perusahaan, design dan layout perusahaan, peralatan, fasilitas,

proses pengendalian, pemeliharaan dan sanitasi, higiene personal, pelatihan, serta

informasi dan informasi produk dan kepedulian konsumen.

3.1. Lokasi

PT X merupakan UPI yang memiliki lokasi di kawasan Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kawasan ini

merupakan kawasan industri bagi industri pengolahan hasil perikanan. Kondisi

pabrik dan lingkungannya selalu dijaga kebersihannya. Sistem pembuangan air di

pabrik tidak memungkinkan adanya arus balik serta kondisi tanah tidak berpotensi

menimbulkan kontaminasi. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan

ketidaksesuaian PT X dengan peraturan yang berlaku untuk aspek lokasi

perusahaan.

3.2. Desain dan layout

Desain dan layout PT X memiliki kondisi yang baik. Kondisi ruang

pengolahan terpisah dengan ruang ganti pakaian, toilet, kantor, dan gudang. Area

UPI juga memadai untuk melakukan pekerjaan dengan saniter dan higienis. UPI

juga berada dalam kawasan industri yang diizinkan. Layout PT X dapat dilihat

pada Lampiran 9. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian

PT X dengan peraturan yang berlaku untuk aspek desain dan layout perusahaan

secara umum.

Ruang penerimaan

Desain dan layout ruang penerimaan bahan baku PT X tergolong baik dan

tidak terdapat penilaian ketidaksesuaian. Secara umum kondisi ruang penerimaan

PT X selalu dijaga kebersihannya, memiliki pasokan dan tekanan air yang cukup

untuk melakukan pencucian, saluran pembuangan tepat dan bersih, serta ruang

penerimaan tertutup dari lingkungan luar dan dibatasi oleh plastik curtain.

Permukaan dinding ruang penerimaan terbuat dari keramik, berwarna putih,

mudah dibersihkan, dan kedap air. Kondisi lantai juga memiliki kemiringan yang

cukup dan tidak terdapat air yang menggenang. Langit-langit mudah dibersihkan

dan dapat mencegah kondensasi. Pintu terbuat dari bahan yang tahan karat dan

lembut, serta area bekerja yang kontak dengan ikan terbuat dari keramik berwarna

putih dan selalu dijaga kebersihannya.

Ruang penanganan dan pengolahan

Desain dan layout pada ruang penanganan dan pengolahan PT X cukup

baik, namun masih ditemukan beberapa ketidaksesuaian. Permukaan dinding

terbuat dari keramik berwarna putih yang kedap air dan mudah dibersihkan.

Seluruh kabel dan pipa tertutup dengan baik. Beberapa permukaan dinding

tampak tidak halus dan berlubang, serta terdapat beberapa titik pada sudut

pertemuan tembok dan dinding sulit dibersihkan. Hasil penilaian menunjukkan

ketidaksesuaian pada permukaan dinding yang tidak halus dan berlubang serta

Page 31: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

15

sudut yang sulit dibersihkan. Menurut CAC (2003); CAC (2009); KKP (2007),

permukaan dinding harus halus, tanpa retak, celah, atau lubang, serta mudah

dibersihkan dan didesinfeksi. Selain itu pertemuan antara lantai dan dinding serta

dinding dan dinding mudah dibersihkan.

Kondisi lantai pada ruang penanganan dan pengolahan memiliki kemiringan

yang cukup dan terbuat dari keramik berwarna putih yang kedap air dan mudah

dibersihkan. Langit-langit berwarna abu-abu muda, terbuat dari aluminium, dan

tidak menyebabkan kondensasi. Permukaannya juga halus dan mudah dicuci.

Ventilasi juga mencukupi dan mampu menyaring uap air. Kondisi area bekerja

yang kontak dengan ikan merupakan peralatan yang terbuat dari stainless steel

dan talenan berwarna bahan putih. Peralatan ini tidak menyerap air, tidak toksik,

dan mudah dibersihkan.

Pintu masuk ruang penanganan dan pengolahan berwarna abu-abu dan

terbuat dari aluminium, tahan air, tahan korosi, mudah dibersihkan, dan menutup

semi otomatis. Pada pintu masuk terdapat alat pembunuh serangga. Hasil

penilaian menunjukkan ketidaksesuaian dimana pintu tidak menutup secara

otomatis. Menurut CAC (2009); KKP (2007), pintu harus memiliki permukaan

yang lembut, kedap air, tahan korosi, serta menutup secara otomatis.

Ruang pendinginan, es, dan gudang beku

Desain dan layout pada ruang pendingin, es, dan gudang beku cukup baik,

namun masih ditemukan ketidaksesuaian. Permukaan dinding terbuat dari

aluminium yang kedap air, berwarna terang, dan tahan lama. Permukaan dinding

juga halus, tanpa retak, dan mudah didesinfeksi. Langit-langit juga tampak

berwarna terang, bebas dari retak dan celah, serta permukaannya halus.

Kondisi lantai memiliki kemiringan yang cukup dan mudah dibersihkan

serta terbuat dari bahan yang kedap air. Kondisi lantai cukup licin karena es yang

menempel. Hasil penilaian menunjukkan adanya ketidaksesuaian karena lantai

yang licin. Menurut CAC (2003); CAC (2009); KKP (2007), lantai harus

memiliki kemiringan yang cukup, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, terbuat

dari bahan yang kedap air, tidak beracun, tidak menyerp, tidak licin, dan tidak

retak.

3.3. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT X dalam proses pengolahan tuna adalah

meja dan pisau yang terbuat dari bahan stainless steel, mudah dibersihkan, tahan

karat, dan tahan air. Peralatan lain adalah keranjang yang terbuat dari plastik dan

diberi warna berbeda untuk area dan fungsi kerja berbeda, serta talenan yang

selalu dijaga kebersihannya. Peralatan produksi selalu dibersihkan dua kali sehari,

yaitu saat akan istirahat dan saat akan pulang, serta dilakukan monitoring

pembersihan oleh QC. Pencucian alat dilakukan di dalam ruang produksi.

Peralatan disimpan di dalam anteroom ketika tidak sedang digunakan. Hasil

penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu tempat pencucian alat tidak

terpisah dan tidak memiliki pintu masuk dan keluar yang terpisah. CAC (2003);

CAC (2009); KKP (2007), menyatakan bahwa peralatan harus mempunyai

tempat pencucian alat yang terpisah, serta tempat pencucian mempunyai pintu

masuk dan keluar yang terpisah.

3.4. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat pada UPI terdiri dari bebrapa hal yang berguna untuk

menunjang proses pengolahan tuna. CAC (2009) dan KKP (2007) mensyaratkan

Page 32: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

16

bahwa fasilitas yang terdapat dalam industri pangan mencakup beberapa hal, yaitu

supplai air, drainase dan pembuangan limbah, pembersihan, ruang ganti, kamar

mandi, dan toilet, kontrol suhu, penerangan, fasilitas pencucian tangan dan

desinfeksi, fasilitas pembekuan, serta pembuatan dan penggunaan es.

Suplai air

Suplai air di PT X dipenuhi dari suplai air baku yang didapatkan dari Perum

Nizam Zachman dan mengalami proses pengolahan air di PT X. Sistem

pengolahan air dilakukan dengan proses filtrasi yang selanjutnya dibagi ke dalam

tiga pompa. Ketiga pompa digunakan sebagai penanda dari penggunaan air

selanjutnya. Air yang kontak dengan bahan pangan akan melalui proses ozonasi

dan Reverse Osmosis (RO) yang selanjutnya dialirkan ke water chiller. Air yang

digunakan untuk pembersihan hanya dilalui menuju proses ozonasi dan water

chiller. Dalam penggunaannya terdapat nomor seri dan penanda dari air yang

dapat digunakan untuk kontak dengan bahan pangan dan yang tidak dapat. Air

yang kontak dengan bahan pangan telah memenuhi spesifikasi air minum yang

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 dan diuji secara berkala oleh laboratorium internal.

Pasokan dan tekanan air cukup karena PT X mempunyai tangki penampung air

dengan kapasitas yang memadai dan selalu dalam kondisi terkontrol. Hasil

penilaian menunjukkan satu temuan ketidaksesuaian, yaitu PT X tidak memiliki

peta distribusi air. Menurut CAC (2003); CAC (2009) dan KKP (2007), suplai air

yang kontak dengan bahan pangan harus menggunakan air dengan spesifikasi air

minum, pasokan air cukup, terdapat penandaan yang jelas antara pipa penanda air

minum dan bukan air minum, serta memiliki peta distribusi air dan kran yang

diberi nomor seri.

Drainase dan pembuangan limbah

Sistem drainase dan pembuangan limbah di PT X terkontrol dalam kondisi

yang baik. Limbah padat potongan ikan sisa hasil produksi ditempatkan dalam

wadah khusus yang terbuat dari fiber serta berwarna cerah dan dibersihkan setiap

hari. Limbah tersebut selalu diambil oleh pengumpul setiap hari. Limbah cair dari

PT X akan dialirkan melalui saluran pembuangan limbah yang tertutup dan

dialirkan keluar pabrik untuk ditampung pada suatu kolam penampungan. Sistem

pengelolaan limbah cair dikelola oleh pihak PPS Nizam Zachman dan PT X hanya

membayar biaya pengolahan setiap bulannya. Hasil penilaian menunjukkan tidak

ditemukan ketidaksesuaian pada sistem drainase dan pembuangan limbah PT X.

Pembersihan

Pembersihan di PT X dilakukan dengan menggunakan air dingin serta air

panas dan sabun sebagai desinfektan. Sabun digunakan untuk mencuci semua

peralatan dan dinding. Air panas digunakan untuk membilas peralatan yang telah

dicuci sebelum disimpan di dalam anteroom. Hasil penilaian tidak menunjukkan

adanya ketidaksesuaian pada aspek fasilitas pembersihan di PT X.

Ruang ganti, kamar mandi, dan toilet

Fasilitas ruang ganti di PT X memadai dan terpisah antara pria dan wanita.

Lantai dan dinding ruang ganti terbuat dari keramik berwarna putih dan kedap air

serta mudah dibersihkan. Ruang ganti dilengkapi dengan loker untuk menyimpan

barang karyawan selama proses pengolahan berlangsung. Terdapat tempat cuci

tangan yang memadai di dekat setiap toilet dan pintu masuk ruang produksi yang

dilengkapi dengan kran otomatis dan deseinfektan namun tidak dilengkapi dengan

Page 33: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

17

pengering sekali pakai. Lokasi toilet terpisah dari ruang pengolahan yang

dilengkapi dengan dengan sistem menyiram air yang masih berfungsi. Terdapat

empat toilet untuk karyawan dan satu toilet untuk staf. Karyawan di PT X

berjumlah 71 karyawan yang terdiri dari 20 karyawan pria dan 51 karyawan

wanita. Peraturan Menteri Perindustrian nomor 75/M-IND/PER/7/2010

mensyaratkan bahwa dibutuhkan 1 toilet untuk setiap 25 orang karyawan pria dan

dibutuhkan 3 toilet untuk 41-75 karyawan wanita.

Kontrol suhu dan penerangan

CAC (2009) mensyaratkan bahwa sebuah pabrik pengolahan pangan harus

memiliki fasilitas pengontrol suhu, baik suhu produk maupun suhu ruangan.

Kondisi fasilitas kontrol suhu di PT X telah memadai. Terdapat termometer dan

alat pengontrol suhu di dalam ruang produksi, chill room, alat pembeku, dan

gudang beku. Selain itu suhu produk pangan juga selalu dalam kondisi terkontrol

pada setiap tahap pengolahan. Data hasil kontrol suhu selalu dicatat dalam

rekaman. Form catatan kontrol suhu dapat dilihat pada Lampiran 10.

Kondisi penerangan di PT X memadai dengan menggunakan lampu

berwarna putih, diberi pelindung yang aman, dan cahaya memadai. Kondisi lampu

juga tidak berpotensi menyebabkan kontaminasi pada proses pengolahan. Hasil

penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian dalam aspek kontrol

suhu dan penerangan di PT X.

Fasilitas pencucian tangan dan desinfeksi

Kondisi fasilitas pencucian tangan di PT X memiliki hasil yang cukup baik.

Hal ini dapat dilihat dari fasilitas bak cuci kaki dengan ukuran yang sesuai pada

pintu masuk utama ruang pengolahan. Bak cuci kaki menggunakan air bersih dan

diberi klorin 200 ppm. Fasilitas cuci tangan juga terdapat di pintu masuk utama

ruang pengolahan dan dilengkapi dengan sabun dan kran otomatis. Namun, belum

digunakan pengering sekali pakai. Pintu masuk ruang pengolahan yang berasal

dari lift tidak dilengkapi dengan bak cuci kaki dan fasilitas cuci tangan. Hasil

penilaian menunjukkan adanya ketidaksesuaian pada tidak dilengkapinya bak cuci

kaki dan fasilitas cuci tangan pada pintu masuk dari lift, serta pada fasilitas cuci

tangan tidak dilengkapi dengan pengering sekali pakai. Menurut CAC (2003);

CAC (2009) dan KKP (2007), semua pintu masuk ke area pengolahan dilengkapi

dengan bak cuci kaki dengan ukuran yang sesuai. Selain itu juga harus terdapat

pengering sekali pakai pada fasilitas cuci tangan.

Fasilitas pembekuan

Fasilitas pembekuan di PT X meliputi alat pembeku dan gudang pembeku.

Alat pembeku tuna di PT X menggunakan Air Blast Freezer (ABF). Kapasitas alat

pembeku dan gudang membeku memadai dan dilengkapi dengan alat pencatat

suhu. Fasilitas ABF dan gudang beku juga dilengkapi dengan tirai, namun

anteroom tidak dilengkapi dengan tirai. Penyimpanan produk dilakukan dengan

metode First In First Out (FIFO) dan disimpan dengan menggunakan pallet untuk

tuna saku serta produk ground meat, dan keranjang untuk tuna loin. Hasil

penilaian menunjukkan ketidaksesuaian dimana pintu masuk anteroom tidak

dilengkapi dengan tirai. Menurut CAC (2009) dan KKP (2007), pintu masuk

anteroom dan gudang beku harus dilengkapi dengan tirai.

Pembuatan dan penggunaan es

Pembuatan es di PT X dilakukan dengan menggunakan mesin pembuat es.

Es yang dibuat berasal dari air dengan spesifikasi air minum dan telah melalui

Page 34: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

18

proses ozonasi dan Reverse Osmosis (RO). Es yang dihasilkan kemudian

disimpan dalam tempat khusus es yang bersih dan selalu dijaga kebersihannya.

Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian untuk fasilitas

pembuatan dan penggunaan es di PT X.

3.5. Prosedur pengendalian

Pengendalian bahaya pangan

Pengendalian bahaya pangan di PT X telah dilakukan dengan baik. PT X

telah mendapatkan sertifikasi HACCP dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Periakan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan

nilai A (Lampiran 11). Sertifikasi HACCP tersebut juga telah diimplementasikan

dengan baik di dalam proses produksi. Setiap proses produksi dituangkan dalam

diagram alir proses manual HACCP. Selain itu juga dilakukan tahapan identifikasi

bahaya, penentuan titik kritis, dan prosedur monitoring, serta tindakan koreksi

yang sesuai dalam manual HACCP. Produsen pangan wajib melakukan kontrol

untuk memastikan keamanan pangannya. Upaya kontrol tersebut berupa

pencegahan, penghilangan, dan pengurangan bahaya kemanan pangan

(FDA 2006). Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukannya ketidaksesuaian.

Aspek kunci dalam pengendalian sistem higiene

Pengendalian sistem higiene memiliki beberapa aspek kunci. Aspek kunci

ini berperan dalam pengendalian waktu dan suhu proses, kalibrasi alat pengukur

suhu, pengawasan pada setiap proses, dan pengendalian kontaminasi silang

(CAC 2009). Aspek kunci pada pengendalian higiene PT X terdapat pada

pengukuran dan pencatatan suhu ikan saat penerimaan bahan baku. Selanjutnya

adalah pengukuran dan pencatatan suhu produk dan ruangan pendinginan,

pembekuan, dan gudang beku. Hal lain yang dilakukan adalah melakukan

pengecekan produk dari adanya kontaminasi mikrobiologi dan fisik. Kalibrasi

pada termometer juga dilakukan secara berkala. Hasil penilaian menunjukkan

tidak ditemukannya ketidaksesuaian pada aspek kunci pengendalian higiene PT X.

Persyaratan bahan baku

Pada proses penerimaan bahan baku di PT X, terdapat beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi, yaitu ikan tuna yang diterima adalah minimal grade B

dengan suhu pusat < 3 ˚C, serta memenuhi persyaratan organoleptik. Proses

pencucian ikan juga dilakukan dengan cepat ± 1 menit. Ikan yang tidak langsung

dipotong, disimpan di dalam bak penampungan yang diberi es. Peralatan yang

digunakan selama proses penerimaan bahan baku dalam keadaan bersih. Setelah

pembuangan kepala tidak dilakukan proses pencucian dengan air. Limbah hasil

pemotongan ditempatkan pada sebuah wadah khusus. Hasil penilaian

menunjukkan adanya ketidaksesuaian, yaitu tidak dilakukan pencucian dengan air

setelah dilakukan pemotongan kepala. Menurut CAC (2003); KKP (2007), setelah

pembuangan kepala dan isi perut segera dilakukan pencucian dengan air yang

dipersyaratkan.

Pengemasan

Produk tuna loin PT X memiliki bahan pengemas berupa plastik vakum dan

master karton. Kondisi pengemasan bersifat higienis dan tidak menurunkan mutu

produk. Bahan pengemas yang tidak digunakan disimpan di dalam gudang dan

melewati proses ozonasi saat akan memasuki ruang produksi. Pada kemasan

master karton, mencakup beberapa informasi seperti nutrition fact, jenis produk,

berat bersih, petunjuk penggunaan dan penyimpanan produk, kode produksi,

Page 35: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

19

tanggal produksi, tulisan “Product of Indonesia” dan “Dolphin Safe”, serta

terdapat nomor registrasi dari Food and Drugs Administration (FDA). CAC

(2007) melalui General Standard for The Labelling of Prepackaged Food

menyampaikan bahwa terdapat informasi wajib yang harus terdapat pada label

pangan, yaitu nama produk, bahan baku, berat bersih, nama dan alamat produsen,

asal negara, kode dan tanggal produksi, serta petunjuk penggunaan. Hasil

penilaian tidak ditemukan ketidaksesuaian untuk aspek pengemasan PT X.

Air

Prosedur pengendalian air di PT X dilakukan dengan baik. Air yang digunakan

untuk kontak dengan bahan pangan dan bahan baku pembuatan es telah melewati

proses ozonasi dan Reverse Osmosis (RO). Selain itu terdapat nomor seri dan

penanda yang jelas pada setiap kran output air di dalam ruang produksi. Hasil

penilaian tidak menunjukkan adanya ketidaksesuaian.

Manajemen dan supervisi

Sistem manajemen dan supevisi di PT X telah berlangsung baik. Manajer

mengerti dan menerapkan program higiene dalam proses produksi dan membuat

aturan mengenai pelaksanaan program higiene. Manajer memiliki latar belakang

pendidikan di bidang perikanan dan pernah mengikuti beberapa pelatihan

manajemen mutu dan keamanan pangan. Hasil penilaian menunjukkan tidak

ditemukannya ketidaksesuaian sistem manajemen dan supervisi di PT X.

Dokumentasi dan rekaman

Sistem dokumentasi dan rekaman di PT X telah berlangsung dengan baik.

Seluruh proses produksi telah dilakukan perekaman dengan baik. Tidak terdapat

dokumen yang dipalsukan dan dapat dipercaya. Rekaman selalu dimutakhirkan

dan tersedia di dalam ruang manajemen. Masa simpan dokumen adalah selama

tujuh tahun ke belakang. Hasil penilaian tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Prosedur penarikan

Prosedur penarikan di PT X telah dipersiapkan dengan baik dan terdapat di

dalam manual HACCP. Sistem traceability juga telah dilakukan dengan baik

dengan memberi nomor dan kode produksi pada setiap batch tuna. Manajer

produksi mengetahui dan paham mengenai sistem traceability dan recall jika

terjadi keadaan darurat. Prosedur penarikan dilakukan secara upward dan

backward. Prosedur penarikan PT X dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil

penilaian menunjukkan tidak ditemukannya ketidaksesuaian.

3.6. Pemeliharaan dan sanitasi

Pemeliharaan dan pembersihan

Proses pembersihan ruangan produksi di PT X dilakukan dengan melakukan

pencucian pada dinding ruangan dan menyiram dengan air. Selama proses

produksi, lantai selalu disiram dengan air setiap 30 menit sekali oleh petugas

sanitasi. Pembersihan peralatan dilakukan dengan pencucian sabun dan

pembilasan dengan air panas. Program piket juga dijalankan untuk mengatur

program pembersihan. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukannya

ketidaksesuaian.

Pengawasan binatang pengerat (Pest control)

Program pest control di PT X dilakukan dengan sistem kontrak dengan

perusahaan pest control. Program ini dilakukan setiap 2 kali dalam 1 bulan.

Petugas dari PT X bertugas untuk melakukan supervisi terhadap tugas yang

dilakukan perusahaan pest control dan dicatat dalam rekaman. Form catatan dapat

Page 36: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

20

dilihat pada Lampiran 13. Selain program pest control, juga dilakukan pemberian

penangkap lalat (insect killer) di beberapa titik, seperti pintu masuk ruang

pengolahan, dan sebagainya. Selain itu juga terdapat anti rayap pada beberapa titik

di dalam PT X. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Manajemen limbah dan efektifitas pengawasan

Sistem manajemen limbah di PT X memungkinkan limbah tidak terakumulasi

pada proses penanganan pangan, penyimpanan pangan, dan area pengolahan.

Limbah padat selalu dibuang setiap hari dengan cara diambil oleh pengumpul

yang ditentukan. Limbah cair perusahaan dialirkan menuju kolam penampungan

yang dikelola oleh PPS Nizam Zachman. Efektifitas pengawasan di PT X juga

berlangsung dengan baik dimana program sanitasi diawasi secara berkala dan

dibawah pengawasan manajer serta secara berkala dilakukan sampling kondisi

mikrobiologi dan direkam. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan

ketidaksesuaian.

3.7. Higiene personal

Status kesehatan karyawan

Status kesehatan karyawan di PT X selalu dicek setiap 6 bulan sekali. Program

pengecekan status kesehatan karyawan dilakukan bekerjasama dengan klinik

pelabuhan. Hal ini karena program pengecekan yang lengkap, harga yang

ekonomis, dan jarak yang tidak terlalu jauh dari perusahaan. Hasil pengecekan

status kesehatan karyawan dapat dilihat pada Lampiran 14. Program pengecekan

kesehatan yang dilakukan adalah torax, feses, mata, urin, telinga, buta warna,

tensi tekanan darah. Pengecekan kesehatan ini berlaku wajib bagi setiap karyawan

dan staf yang menangani ikan. Karyawan yang memiliki status kesehatan yang

berpotensi untuk mengontaminasi produk, dialihkan ke bagian lain. Hasil

penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Sakit

Karyawan yang menderita sakit seperti diare, muntah, demam tidak

diperkenankan masuk ke dalam ruang produksi. Selain itu juga terdapat sarana

pertolongan pertama dan luka ditutup dengan perban. Namun, tidak dilakukan

pengecekan secara pasti siapa saja karyawan yang menderita sakit. Hasil penilaian

menunjukkan adanya ketidaksesuaian, yaitu tidak dilakukan pengecekan secara

pasti siapa saja karyawan yang menderita sakit.

Kebersihan personal

Kebersihan personal di PT X dilakukan dengan cukup baik. Karyawan

memakai pakaian seragam lengkap dengan topi yang menutupi rambut, masker,

seragam, dan boot. Karyawan harus melepas seluruh seragam ketika memasuki

toilet dan harus mencuci tangan setelah keluar dari toilet. Seragam karyawan

harus dicuci setelah digunakan selama 2 hari dan dicuci oleh pihak UPI. Saat jam

istirahat, baju karyawan harus digantung di sebuah lemari yang mengandung

ozon, namun banyak karyawan kurang tertib dalam menaruh seragam. Hasil

penilaian menunjukkan ketidaksesuaian, yaitu tidak dilakukan kontrol

penggantungan baju dalam ruang ozon baik pada saat jam istirahat maupun saat

pulang bekerja.

Sikap personal

Pengawasan terhadap sikap karyawan juga telah dilakukan oleh PT X. Pada

beberapa tempat, terdapat larangan untuk makan, merokok, dan meludah di

kawasan pabrik. Karyawan tidak ada yang merokok dalam lingkungan pabrik.

Page 37: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

21

Makan dan minum hanya diizinkan di ruang istirahat, tidak boleh dilakukan di

ruang produksi maupun ruang ganti. Makan dan minum tidak boleh dengan

menggunakan seragam. Namun, terdapat beberapa karyawan yang bercanda saat

proses produksi tidak tinggi. Hasil penilaian menunjukkan adanya

ketidaksesuaian, yaitu terdapat beberapa karyawan yang bercanda saat proses

produksi berlangsung.

Pengunjung

Pengunjung di PT X yang akan masuk ke dalam ruang produksi harus

mengikuti segala ketentuan sanitasi dan higiene yang berlaku, seperti

menggunakan seragam lengkap, mencuci tangan, tidak makan serta minum, dan

merokok. Pengunjung yang dimaksud mencakup pihak manajemen, tamu,

maupun mahasiswa praktek kerja lapang. Hasil penilaian menunjukkan tidak

ditemukan ketidaksesuaian.

3.8. Pelatihan

Kepedulian dan tanggung jawab

Menurut CAC (2003); CAC (2009), karyawan harus peduli dan bertanggung

jawab untuk melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan serta harus

memiliki kemampuan untuk menangani produk dengan higienis. Hasil survei yang

dilakukan kepada 34 orang responden yang berasal dari karyawan, 97,1%

karyawan menyatakan peduli dengan kebersihan selama bekerja, dan 94,1%

karyawan menyatakan peduli dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Hasil

ini menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Program pelatihan

Program pelatihan karyawan di PT X dilakukan secara internal oleh manajer

PT X dengan sistem Learning by Doing. Hal ini bertujuan agar karyawan dapat

mengerti secara utuh dengan cara yang mudah mengenai sistem higiene

perusahaan. Pelatihan yang diberikan mengenai titik kritis pada tuna seperti suhu

rendah untuk mencegah histamin, dan sebagainya. Pelatihan eksternal diberikan

kepada karyawan tertentu seperti QC dan analis laboratorium. Hasil penilaian

menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Instruksi dan supervisi

Supervisi selama proses produksi dilakukan oleh mandor dan QC dan

beberapa kali dikontrol oleh manajer produksi. Pada saat supervisi dapat diketahui

pengetahuan karyawan mengenai higiene yang diaplikasikan dalam pekerjaannya.

Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Pembaharuan pelatihan

Menurut CAC (2003); CAC (2009), program pelatihan harus selalu

dilakukan review dan diperbaharui sesuai dengan keperluan yang ada. Program

pelatihan karyawan di PT X dilakukan secara Learning by Doing dan materi yang

selalu disesuaikan dengan kebutuhan dari para karyawan. Hasil penilaian

menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian, namun pihak perusahaan tidak

membuat program pelatihan secara terencana dan terdokumentasi.

3.9. Informasi produk dan kepedulian konsumen

Identifikasi lot dan informasi produk

Menurut CAC (2009), setiap kontainer atau sarana pengangkut harus

ditandai dengan identitas produsen dan lot. Selain itu semua produk pangan harus

diberi informasi yang memadai agar dapat digunakan pada rantai pangan

berikutnya dengan aman dan benar. Setiap produk yang akan diekspor oleh PT X

Page 38: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

22

telah diberi identitas dalam kontainer dan dicatat sehingga memungkinkan untuk

dilakukan traceability. Selain itu, semua produk telah diberikan informasi yang

memadai bagi konsumen dan pihak lain yang menangani produk termasuk cara

penyimpanan produk. Hasil penilaian menunjukkan tidak terdapat

ketidaksesuaian.

Pelabelan dan pendidikan konsumen

Berdasarkan persyaratan CAC (2009), semua produk pangan harus diberi

label dengan benar agar dapat digunakan pada rantai pangan berikutnya dengan

aman dan benar. Selain itu program pendidikan konsumen dilakukan untuk

memberi pengetahuan kepada konsumen mengenai sifat produk dan kaitan antara

suhu dan kerusakan produk. Pelabelan yang dilakukan di PT X telah berjalan

dengan baik. Setiap produk telah diberikan label sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Selain itu, pendidikan kepada konsumen di PT X dilakukan dengan

memberikan keterangan yang jelas pada label produk bahwa produk harus

disimpan pada suhu tertentu serta dengan pemberian tanggal produksi. Hasil

penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

4. Eksportir

Proses ekspor tuna loin beku PT X dilakukan dengan menggunakan

kontainer melalui jalur laut. Penilaian higiene selama proses ekspor mengacu pada

KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Acuan lainnya

adalah Recommended Intrnational Code of Practice General Principles of Food

Higiene CAC/RCP 1-1969 dalam Food Hygiene Basic Text (CAC 2009),

CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products, serta

CAC/RCP 47-2001 tentang Code of Hygiene Practice for the Transport of Food

in Bulk and Semi-Packed Food. Aspek yang dinilai meliputi peryaratan

transportasi serta penggunaan dan pemeliharaan.

4.1. Transportasi

Persyaratan

Sistem transportasi yang dilakukan oleh PT X adalah dengan menggunakan

kontainer. Kontainer yang digunakan merupakan kontainer yang memiliki desain

untuk menghindari kontaminasi dan kerusakan fisik, mudah dibersihkan.

Kontainer juga dilengkapi dengan pendingin udara sehingga dapat menjaga suhu

produk dan memiliki data rekaman suhu selama pendingin udara hidup. Pihak

perusahaan memiliki data penyimpanan suhu selama proses distribusi melalui data

rekaman. Hasil penilaian menunjukkan tidak ditemukan ketidaksesuaian.

Penggunaan dan pemeliharaan

Kontainer yang digunakan PT X untuk melakukan ekspor adalah kontainer

yang dikhususkan untuk mengangkut bahan pangan. Kontainer yang akan

digunakan, dicuci terlebih dahulu dan didinginkan hingga mencapai suhu yang

sesuai sebelum produk dimasukkan. Hasil penilaian menunjukkan tidak

ditemukan ketidaksesuaian.

5. Retailer

Proses retail produk tuna loin beku PT X dilakukan oleh importir di

Amerika. Penilaian persyaratan higiene pada proses retail mengacu pada

CAC/RCP 52-2003 tentang Code of Practice for Fish and Fishery Products.

Persyaratan pada proses retail adalah pengendalian pada setiap tahapan untuk

mengurangi kontaminasi bahaya. Produk tuna loin harus bebas dari benda asing

Page 39: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

23

(filth). Produk tuna loin beku disimpan pada suhu dibawah -18 ˚C dan dilakukan

sampling dari beberapa tempat di bagian kontainer serta pengecekan suhu internal

kontainer dan produk.

Kontainer ekspor yang disewa oleh PT X merupakan kontainer yang

dilengkapi dengan pendingin udara dan dilengkapi dengan perekam data suhu

selama proses ekspor berlangung. Pihak retailer dapat melakukan pengecekan

suhu berdasarkan data rekaman tersebut dan dapat melakukan sampling pada

beberapa bagian kontainer.

6. Model SIPOC

Model SIPOC merupakan suatu alat yang berguna dan paling banyak

digunakan dalam manajemen rantai pasokan (supply chain management) untuk

peningkatan proses terus menerus (Gaspersz 2012). SIPOC merupakan

kepanjangan dari lima elemen kunci sistem rantai pasokan, yaitu supplier, input,

proses, output, dan customer. Penjabaran kelima elemen kunci tersebut dapat

mendeskripsikan dengan jelas, tugas dan peran utama dari kelima elemen kunci

tersebut yang selanjutnya dapat digunakan untuk peningkatan berkesinambungan.

Model SIPOC untuk PT X dapat dilihat pada Tabel 1. Pada elemen supplier

terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar diizinkan untuk mengirim

barang, baik ikan maupun bahan pendukung ke PT X. Pada elemen input,

terdapat berbagai persyaratan yang ditentukan PT X untuk barang yang masuk ke

proses pengolahan, baik ikan, bahan pengemas, dan sebagainya. Persyaratan

tersebut mengacu kepada regulasi terkait dan standar perusahaan. Regulasi yang

digunakan antara lain berdasarkan FDA (2013) dan BSN (2006a). Pada elemen

proses terdapat proses pengolahan yang dilakukan di PT X. Pengawasan terhadap

proses pengolahan dilakukan dengan mengacu pada HACCP Plan PT X. Elemen

output menjabarkan mengenai produk yang dihasilkan oleh PT X. Persyaratan

pada produk yang dihasilkan mengacu pada regulasi yang berlaku serta standar

yang ditetapkan oleh perusahaan. Regulasi yang digunakan antara lan mengacu

pada FDA (2011) dan BSN (2006a). Pada elemen customer terdapat konsumen

yang dituju dari PT X. Persyaratan pengiriman produk kepada konsumen

mengacu pada regulasi terkait.

Page 40: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

24

Tabel 1. Model SIPOC PT X

SUPPLIER INPUT PROCESS OUTPUT CUSTOMER

Transit A Yellowfin Tuna* Penerimaan bahan

baku

Tuna Saku Importir Amerika

Transit B Big Eye Tuna* Pencucian I Tuna Loin Pasar Lokal

Transit C Penyimpanan

sementara

Tuna Steak

Bahan

Pengemas*

Penimbangan I Tuna Cube

PT Surya Agung Bahan Kimia Pemotongan

kepala dan loin

Tuna Ground

Meat

PT Davri

Plasindo

Nusantara

Pembuangan

daging gelap dan

bely

Kamma

PT Panca Mitra Skinning dan

Trimming

Dagu

PT Multi Kreasi Penimbangan II Tuna scrab

PT Akrilik

Kurnia Kencana

Pemberian CO Daging gelap

PT Antar Kimia Penyimpanan

dalam chill room

Belly

PT Kartika Sortasi mutu

Retouching

Penimbangan III

Pemvakuman

Pembekuan

Penimbangan IV

Packing

Pelabelan

Penyimpanan

Persyaratan Supplier:

1. Ikan hanya dapat dibeli dari supplier yang telah disetujui perusahaan.

2. Persetujuan supplier dikontrol oleh manajer pembelian dan disetujui oleh

manajer Quality Assurance dan General Manager

3. Informasi dari supplier mencakup:

a. Nama, alamat, nomor persetujuan

b. Jenis dari bahan baku yang disediakan

c. Daerah asal bahan baku

d. Fasilitas dari supplier

e. Penanganan yang dilakukan oleh supplier

f. Sistem pengawetan yang sampai ikan sampai di perusahaan

4. Informasi ini tercantum dalam Form Surat Keterangan Pemasok dan

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (Catch Certificate)

(Lampiran 15 dan 16)

Persyaratan Input:

Spesifikasi Bahan Baku:

a. Nama Spesies: Big Eye Tuna, Yellowfin Tuna, Bluefin Tuna, Albacore Tuna

b. Ukuran bahan baku: minimum 12 kg/ekor

c. Kriteria minimum: mata menonjol, daging elastis, bau netral

d. Proses penerimaan bahan baku:

1. Kapal penangkap ikan

2. Pembongkaran

Page 41: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

25

3. Grading

4. Pencucian

5. Penimbangan

6. Pengesan

7. Pengangkutan (suhu ≤ 3 ˚C)

Informasi ini tercantum dalam Form Harvest Vessel Receiving Record

(Lampiran 17) dan Daily Report of Raw Material Receiving (Lampiran 18)

Spesifikasi Bahan Pengemas:

a. Bahan pengamas harus bersih dan terlindungi dari debu

b. Label dan logo harus tampak jelas

c. Bahan pengemas harus berasal dari supplier yang telah disetujui perusahaan

d. Bahan pengemas harus higienis

Informasi ini tercantum dalam Form lampiran 19.

Persyaratan Output (Tuna saku, loin, steak, cube, ground meat):

1. TPC : < 500.000/gram

2. E. coli : < 0,3 MPN/gram

3. Salmonella : Negatif

4. Vibrio cholera : Negatif

5. Vibrio parahaemolyticus : Negatif

6. Tes Kimia untuk Merkuri : < 1 ppm

7. Cd (Kadnium) : < 0,1 ppm

8. Pb (Plumbum/ lead) : < 0,2 ppm

9. Histamin : < 50 ppm

Persyaratan Customer

Dokumen sebelum proses ekspor: Purchase Order (PO) dan Kontrak

Isi kontrak mencakup:

a. Jenis Barang

b. Harga

c. Kuantitas

d. Pengiriman

e. Cara Pembayaran

Dokumen saat proses ekspor:

a. Sertifikat mutu (Lampiran 20)

b. Invoice Packing List (Lampiran 21)

c. Bill of Loading

Kajian Risiko pada Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

Risiko selama proses distribusi tuna loin beku umumnya adalah risiko yang

berhubungan dengan mutu dan keamanan pangan. Penentuan peluang terjadinya

risiko perlu dilakukan di dalam rencana kontrol risiko atau Risk Control Plan

(RCP). RCP dapat digunakan sebagai strategi untuk meminimalkan peluang

terjadinya risiko. RCP juga harus tertulis dalam rencana manajemen. Penerapan

RCP juga memberi peluang bagi produsen pangan untuk melakukan tindakan

koreksi dan membuat implementasi strategi baru bagi fasilitas dan proses

pengolahannya (FDA 2006). Kajian risiko pada rantai distribusi tuna loin beku

Page 42: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

26

dilakukan dengan menggunakan Risk Failure Mode and Effect Analysis (RFMEA)

(Carbone dan Tippet 2004). Berdasarkan kajian dengan RFMEA, risiko yang telah

diurutkan diberi nilai berdasarkan peluang terjadinya (Likelihood), dampak yang

dihasilkan (Impact), dan metode deteksi yang dilakukan (Detection). Nilai risiko

didapatkan dari hasil perkalian antara Likelihood (L) dan Impact (I), sedangkan

nilai Risk Priority Number (RPN) didapat dari Likelihood (L) x Impact (I) x

Detection (D). Hasil penilaian menunjukkan 11 risiko terhadap mutu dan

keamanan pangan yang mungkin terjadi selama proses distribusi tuna loin beku di

PT X. Risiko terhadap mutu dan keamanan pangan selama distribusi produk tuna

loin beku dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Risiko terhadap mutu dan keamanan pangan tuna loin beku

Risk

ID

Risk Event Symptom Likelihoo

d

Impact Risk

Score

Detection RPN

A Jika tidak dilakukan

pengecekan

suhu

Saat bahan baku masuk

dan selama

proses

7 9 63 6 378

B Jika tidak dilakukan

proses secara

higienis

Saat bahan baku masuk

dan selama

proses

6 8 48 4 192

C Jika suhu

ruang proses,

chill room, cold storage,

dan ABF

berfluktuasi

Selama

proses

pengolahan

3 9 27 1 27

D Jika produk mengalami

kontaminasi

dari peralatan dan

pekerja

Selama proses

pengolahan

6 9 54 4 216

E Jika metal

detector tidak akurat

Pada

pengecekan akhir

6 8 48 7 336

F Jika terjadi

penyimpangan waktu

pembekuan

Selama

proses pembekuan

3 6 18 3 54

G Jika terjadi kesalahan

pekerja

Selama proses

pengolahan

7 5 35 3 105

H Jika terjadi

kesalahan kalibrasi

pada alat

Selama

proses pengolahan

5 3 15 3 45

I Jika bahan pengemas

yang

Selama proses

pengolahan

1 9 9 2 18

Page 43: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

27

digunakan

tidak

berspesifikas

i food grade J Jika terjadi

penanganan

yang kasar

Selama

proses

pengolahan

5 6 30 3 90

K Jika air dan

es yang

digunakan tidak

berspesifikas

i air minum

Selama

proses

pengolahan

1 9 9 2 18

Penilaian risiko dari Tabel 1. Dilanjutkan dengan membuat diagram pareto

terhadap nilai risiko (Risk Score) dan nilai Risk Priority Number (RPN), serta

membuat diagram pencar untuk mengetahui risiko-risiko yang kritis.

Risk Score 15 9 963 54 48 48 35 30 27 18

Percent 4,2 2,5 2,517,7 15,2 13,5 13,5 9,8 8,4 7,6 5,1

Cum % 94,9 97,5 100,017,7 32,9 46,3 59,8 69,7 78,1 85,7 90,7

Risk ID OtherIHFCJGEBDA

400

300

200

100

0

100

80

60

40

20

0

Ris

k S

co

re

Pe

rce

nt

Pareto Chart of Risk ID

Gambar 2 Diagram pareto nilai risiko (Risk Score)

Hasil analisis nilai risiko dengan menggunakan diagram pareto menunjukkan

bahwa nilai risiko tertinggi dimiliki oleh risiko dengan kode A adalah 63. Dengan

melihat diagram pareto ini, maka ditentukan nilai kritis risiko adalah 30.

Penentuan nilai RPN dapat dilihat pada Gambar 3

Page 44: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

28

RPN 63378 336 216 192 105 90 54 45

Percent 4,325,6 22,7 14,6 13,0 7,1 6,1 3,7 3,0

Cum % 100,025,6 48,3 62,9 75,9 83,0 89,0 92,7 95,7

Risk ID OtherHFJGBDEA

1600

1400

1200

1000

800

600

400

200

0

100

80

60

40

20

0

RP

N

Pe

rce

nt

Pareto Chart of Risk ID

Gambar 3 Diagram pareto nilai Risk Priority Number (RPN)

Gambar 3. menunjukkan diagram pareto antara Risk ID dengan nilai RPN.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa risiko dengan kode A memiliki nilai RPN

tertinggi sebesar 378, yang diikuti oleh risiko dengan kode E, D, dan B. Dengan

melihat diagram pareto ini, maka ditentukan nilai kritis RPN sebesar 180.

Penentuan risiko-risiko kritis dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4. Diagram pencar nilai risiko (Risk Score) dan RPN

Gambar 4 menunjukkan diagram pencar antara nilai risiko dengan nilai RPN yang

menentukan risiko-risiko kritis. Berdasarkan Gambar 5, terdapat 4 risiko kritis

yang harus diperhatikan secara serius oleh manajemen. Keempat risiko tersebut

adalah risiko dengan kode A, B, D, dan E. Risiko A terjadi bila tidak dilakukan

pengecekan suhu selama proses pengolahan dan penerimaan bahan baku. Risiko B

Page 45: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

29

terjadi jika proses tidak dilakukan secara higienis selama proses pengolahan dan

penerimaan bahan baku. Risiko D terjadi bila produk mengalami kontaminasi dari

peralatan dan pekerja selama proses pengolahan. Risiko E terjadi bila metal

detector tidak akurat pada pengecekan akhir. Risiko A akan mengakibatkan

timbulnya histamin. Risiko B dan D akan mengakibatkan jumlah mikroba

meningkat pada produk. Risiko E akan mengakibatkan adanya serpihan logam

pada produk. Tindak lanjut untuk meminimalkan peluang terjadinya risiko adalah

dengan membuat rencana tanggap risiko. Pembuatan rencana tanggap risiko dapat

menekan nilai RPN sampai ke titik terendah yang mampu dicapai oleh risiko

tersebut. Rencana tanggap risiko dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rencana Tanggap Risiko

Risk

Response

Plan

Revised

Likelihood

(RL)

Revised

Impact

(RI)

Revised

Risk Score

Revised

Detection

(RD)

Revised

RPN

A 2 3 6 3 18

B 2 3 6 4 24 D 2 3 6 4 24

E 2 3 6 5 30

Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah dilakukan kajian rencana tanggap risiko,

nilai RPN mampu diturunkan hingga ≤ 30. Hal ini menunjukkan apabila

manajemen serius untuk melakukan manajemen risiko dengan baik, maka peluang

terjadinya risiko-risiko kritis dapat diturunkan secara signifikan, bahkan jauh di

bawah batas kritis nilai RPN.

PT X perlu melihat tingkat efektivitas dari distribusi produk tuna loin beku.

Distribusi produk tuna loin beku di PT X yang efektif dapat terjadi bila keempat

risiko tersebut dapat diminimalkan, terutama risiko A, B, dan D yang memerlukan

pengujian laboratorium.

Kajian Efisiensi Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

Nilai histamin, Total Plate Count (TPC), dan Total Volatile Base (TVB)

merupakan indikator yang dapat mempengaruhi mutu dan keamanan pangan dari

produk ikan tuna. Pengukuran terhadap histamin dan TPC dilakukan dengan

menggunakan teknik Statistical Process Control (SPC), yaitu peta kendali

(control chart) beserta analisis kapabilitas proses. Pembuatan peta kendali dan

penentuan nilai kapabilitas proses menggunakan software SPSS 17.0. Pengukuran

terhadap nilai TVB dilakukan dengan menggunakan diagram batang dari dua

sampel berbeda.

Evaluasi terhadap kadar histamin ikan tuna di PT X

Histamin merupakan salah satu bahaya keamanan pangan yang umum

dijumpai pada produk ikan tuna. Food and Drugs Administration (FDA)

mensyaratkan kadar histamin yang diizinkan adalah <50 ppm. Pengujian histamin

di PT X umumnya dilakukan pada produk akhir (ground meat), dengan batas

toleransi pada kadar 30 ppm. Pengujian histamin di PT X dilakukan dengan

menggunakan histamine assay kit, yaitu Veratox kit.

Page 46: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

30

Data yang diambil pada pengujian histamin berasal dari data rekaman

(record keeping) PT X. Data tersebut terbagi menjadi dua, yaitu data evaluasi dan

data verifikasi. Data evaluasi merupakan data pengujian histamin tuna selama

bulan Januari 2012 sampai dengan Desmber 2012. Data evaluasi yang didapatkan

berjumlah 216 data. Data verifikasi merupakan data pengujian histamin tuna

selama bulan Mei 2013. Data verifikasi yang didapatkan berjumlah 20 data.

Berdasarkan hasil perhitungan data evaluasi kadar histamin tuna

memperlihatkan bahwa kadar histamin tuna memiliki nilai rata-rata proses (X-bar)

sebesar 1,647 ppm dan nilai batas kontrol atas (Upper Control Limit-UCL)

sebesar 9,326 ppm. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai batas

spesifikasi atas (Upper Spesification Limit-USL) sebesar 30 ppm.

Gambar 5 Peta kendali data evaluasi kadar histamin ikan tuna selama 1

tahun

Analisis data evaluasi dengan peta kendali pada Gambar 5 menunjukkan

bahwa tidak ada data yang melebihi dari batas spesifikasi atas (USL). Namun

terdapat 14 data dari 216 data atau sekitar 6,48% ikan tuna melewati batas kontrol

atas (UCL). Hasil perhitungan kapabilitas proses (Cp) pada data evaluasi kadar

histamin tuna sebesar 3,907. Hasil menunjukkan bahwa proses industri berada

dalam keadaan stabil dan mampu (Cp ≥2), artinya proses dianggap mampu

(capable) karena telah mencapai industri kelas dunia yang mencapai tingkat six

sigma.

Hasil perhitungan data verifikasi kadar histamin tuna memperlihatkan

bahwa kadar histamin tuna memiliki nilai rata-rata (X-bar) sebesar 1,150 ppm dan

nilai batas kontrol atas (UCL) sebesar 4,165 ppm. Nilai ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan nilai batas spesifikasi atas (Upper Spesification Limit-USL)

adalah 30 ppm.

Page 47: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

31

Nilai H

ista

min

Jumlah Data

Gambar 6 Peta kendali data verifikasi kadar histamin ikan tuna selama 1

bulan

Analisis data evaluasi dengan peta kendali pada Gambar 6 menunjukkan

bahwa tidak ada data yang melebihi dari batas spesifikasi atas (USL) dan batas

kontrol atas (UCL). Hasil perhitungan kapabilitas proses (Cp) pada data evaluasi

kadar histamin tuna adalah 9,834. Hasil ini menunjukkan bahwa proses industri

berada dalam keadaan stabil dan mampu (Cp ≥2), artinya proses dianggap mampu

(capable) karena telah mencapai industri kelas dunia yang mencapai tingkat six

sigma.

Berdasarkan data evaluasi dan data verifikasi kadar histamin ikan tuna,

proses dianggap mampu (capable) karena telah mencapai industri kelas dunia

yang mencapai tingkat six sigma. Namun, pada data evaluasi masih terdapat

6,48% nilai kadar histamin yang melebihi batas kontrol atas (UCL). PT X

sebaiknya tetap melakukan peningkatan dalam proses penanganan ikan agar

seluruh nilai histamin berada dalam batas kontrol.

Evaluasi terhadap nilai TPC ikan tuna di PT X

Nilai Total Plate Count (TPC) merupakan nilai yang digunakan untuk

menunjukkan jumlah mikroba yang ada pada suatu produk. Nilai TPC dapat

digunakan sebagai suatu indikator keamanan pangan, maka perlu ditetapkan batas

toleransi maksimum yang terkandung dalam daging ikan. Nilai TPC yang

diijinkan oleh PT X adalah <500.000/gram. Pengujian TPC di PT X dilakukan

dengan mengacu pada SNI 01-2332.3-2006.

Data yang diambil pada pengujian TPC berasal dari data rekaman (record

keeping) PT X. Data tersebut terbagi menjadi dua, yaiut data evaluasi dan data

verifikasi. Data evaluasi merupakan data pengujian nilai TPC tuna selama bulan

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. Data evaluasi yang didapatkan

berjumlah 240 data. Data verifikasi merupakan data pengujian nilai TPC tuna

selama bulan Mei 2013. Data verifikasi yang didapatkan berjumlah 18 data.

Page 48: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

32

Berdasarkan hasil perhitungan data evaluasi nilai TPC tuna memperlihatkan

bahwa rata-rata proses (X-bar) nilai TPC tuna adalah adalah 71.195,83/gram dan

nilai batas kontrol atas (Upper Control Limit-UCL) adalah sebesar

345473,49/gram. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai batas

spesifikasi atas (Upper Spesification Limit-USL) yang telah ditentukan yaitu

500.000/gram.

Gambar 7 Peta kendali data evaluasi nilai TPC ikan tuna selama 1 tahun

Analisis peta kendali nilai TPC ikan tuna pada Gambar 7 menunjukkan

bahwa tidak terdapat data yang melewati batas spesifikasi atas (USL). Terdapat 5

data dari 240 data atau sekitar 2,08% data yang memiliki nilai tertinggi, namun

belum melewati nilai batas kontrol atas (UCL). Hasil perhitungan kapabilitas

proses (Cp) pada data evaluasi nilai TPC ikan tuna adalah adalah 1,840. Nilai ini

menunjukkan bahwa keadaan proses industri berada dalam keadaan stabil dan

tidak mampu (1 ≤ Cp <1,99), artinya proses masih harus ditingkatkan terus

menerus agar mencapai tingkat kelas dunia yang telah mencapai taraf six sigma.

Hasil perhitungan data verifikasi nilai TPC ikan tuna memperlihatkan

bahwa rata-rata proses (X-bar) nilai TPC ikan tuna sebesar 60.388,88/gram dan

nilai batas kontrol atas (Upper Control Limit-UCL) sebesar 356284,42/gram.

Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai spesikasi atas (Upper

Spesification Limit-USL) yaitu sebesar 500.000/gram.

Page 49: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

33

Gambar 8 Peta kendali data verifikasi nilai TPC ikan tuna selama 1 bulan

Analisis peta kendali data verifikasi nilai TPC ikan tuna pada Gambar 8

menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang melewati nilai batas kontrol atas

(UCL) maupun nilai batas spesifikasi atas (USL). Perhitungan nilai kapabilitas

proses (Cp) menunjukkan nilai 1,690. Hasil ini menunjukkan bahwa keadaan

proses industri berada dalam keadaan stabil dan tidak mampu (1 ≤ Cp < 1,99),

artinya proses masih harus ditingkatkan terus menerus agar mencapai tingkat

kelas dunia yang telah mencapai taraf six sigma.

Berdasarkan data evaluasi dan data verifikasi nilai TPC ikan tuna, keadaan

proses industri berada dalam keadaan stabil dan tidak mampu. PT X perlu

melakukan beberapa perbaikan dan peningkatan terus menerus agar dapat

memiliki nilai kapabilitas proses (Cp) Cp ≥ 2.

Evaluasi terhadap nilai TVB ikan tuna di PT X

Total Volatile Base (TVB) merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesegaran ikan. Tingkat kesegaran ikan berdasarkan hasil pengujian TVB

terbagi ke dalam empat tingkat, yaitu ikan sangat segar (TVB ≤ 10 mg N/100

gram), ikan segar (kadar TVB 10-20 mg N/100 gram), ikan yang berada pada

batas kesegaran yang masih dapat dikonsumsi (kadar TVB 20-30 mg N/100gram),

dan ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi (kadar TVB > 30 mg N/100 gram)

(Farber 1965). Kadar TVB tidak mempengaruhi keamanan pangan secara

langsung, namun dapat berperan sebagai salah satu indikator keamanan pangan

dan mutu. Hal ini karena kadar TVB dipengaruhi oleh suhu. Menurut kajian yang

dilakkukan oleh Affiano (2011), kadar TVB ikan tuna akan mengalami kenaikan

seiring dengan naiknya suhu penyimpanan ikan tuna. Suhu yang semakin rendah

dapat menghambat terbentuknya TVB pada ikan tuna. PT X tidak melakukan

pengujian TVB pada laboratorium internal.

Data yang diperoleh pada pengujian TVB berasal dari data primer dengan

sampel yang berasal dari 2 transit berbeda, yaitu transit A dan transit B, sebagai

Page 50: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

34

supplier ikan PT X. Pengujian bertujuan untuk melihat tingkat kesegaran ikan PT

X yang dipasok oleh transit A dan transit B. Pengujian dilaukan dengan 3 kali

ulangan duplo. Pengujian TVB dilakukan dengan metode cawan conway dan

mengacu pada AOAC (1984).

Berdasarkan hasil perhitungan kadar TVB, rata-rata kadar TVB ikan tuna

dari transit A adalah 9,65±0,90 mg N/100 gram, sedangkan rata-rata kadar TVB

ikan tuna dari transit B adalah 11,23±1,02 mg N/100 gram. Kadar TVB ikan tuna

dari transit A dan transit B dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Kadar TVB bahan baku ikan tuna PT X dari PT A ( )

dan PT B ( )

Gambar 9 menunjukkan kadar TVB pada bahan baku ikan tuna PT X. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa bahan baku ikan tuna PT X memiliki tingkat

kesegaran sangat segar dan segar. Hal ini menunjukkan bahwa kedua supplier

yang diplih oleh PT X dapat memasok ikan tuna dengan kesegaran yang baik.

Kadar TVB bahan baku ikan tuna sangat dipengaruhi oleh penerapan suhu rendah

selama proses penanganan tuna dari penangkapan, penyimpanan di kapal, transit,

hingga sampai di UPI.

Asesmen Sistem Keamanan Rantai Distribusi Tuna Loin Beku dengan

ISO 28000

ISO 28000 merupakan suatu standar yang menjelaskan mengenai

persyaratan untuk sistem manajemen keamanan, termasuk aspek-aspek kritis

terhadap pemastian keamanan pada rantai pasokan. Manajemen keamanan banyak

terkait dengan aspek lainnya dalam manajemen bisnis. Aspek-aspek tersebut

mencakup semua kegiatan yang dikendalikan atau dipengaruhi oleh organisasi

yang berdampak pada keamanan rantai pasokan. Aspek-aspek lain harus

diperhatikan secara langsung, di mana dan kapan aspek-aspek tersebut memiliki

dampak pada manajemen keamanan, termasuk saat memindahkan barang-barang

Page 51: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

35

tersebut sepanjang rantai pasokan. Standar ini dapat diterapkan pada semua

ukuran organisasi, mulai dari organisasi kecil hingga organisasi multinasional,

dalam manufaktur, jasa, penyimpanan, atau transportasi pada setiap tahapan

produksi atau rantai pasokan. Fungsi penerapan standar ISO 28000 antara lain

untuk menetapkan, melaksanakan, memelihara, dan meningkatkan sistem

manajemen keamanan. Fungsi lainnya adalah untuk memastikan kesesuaian

dengan kebijakan manajemen keamanan yang ditetapkan dan memperagakan

kesesuaian tersebut bagi pihak lain. ISO 28000 memiliki lima elemen sistem

manajemen keamanan, yaitu kebijakan manajemen keamanan, perencanaan

keamanan, implementasi dan operasional, pengecekan dan tindakan korektif, serta

tinjauan manajemen dan peningkatan berkesinambungan (SNI ISO 28000: 2009).

PT X merupakan Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang memproduksi berbagai produk

olahan tuna, seperti tuna loin beku. Aspek kritis yang patut dicermati dalam

pengolahan tuna loin beku adalah faktor keamanan pangan. Penilaian dengan ISO

28000 akan memperlihatkan hasil penerapan sistem manajemen keamanan pangan

di PT X yang sesuai dengan kaijan pada subbab sebelumnya. Tabel klausul hasil

penilaian ISO 28000 di PT X dapat dilihat pada Lampiran 30.

A. Persyaratan umum

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah menerapkan dengan baik

seluruh persyaratan pada klausul 4.1. Sistem manajemen keamanan PT X tertera

dalam HACCP Plan perusahaan. PT X menetapkan keamanan pangan sebagai

ruang lingkup sistem manajemen keamnaannya. Peningkatan terus menerus

dilakukan dengan memperhatikan hasil audit dan dilakukan amandemen di dalam

manual HACCP perusahaan. Proses subkontrak dilakukan PT X kepada PT A

untuk melakukan program pest control dan telah tertera di dalam manual HACCP.

B. Kebijakan manajemen keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah menerapkan sebagian

persyaratan yang tertera dalam klausul 4.2, kecuali komunikasi kebijakan kepada

seluruh pegawai, pihak ketiga, atau pihak yang relevan. Seluruh kebijakan telah

disahkan oleh Direktur perusahaan. Kebijakan perusahaan diturunkan dalam

program-program yang konsisten dengan kebijkan utama perusahaan dan menjadi

kerangka penyusunan sasaran, target dan manajemen keamanan. Kebijakan

berlandaskan hukum dan perturan yang berlaku dan dilakukan amandemen jika

diperlukan. Kebijakan tertulis dan terdokumentasikan pada manual HACCP

perusahaan dan terdapat daftar distribusi dokumen pada manual HACCP

perusahaan. Kebijakan tidak dikomunikasikan dalam bentuk rapat manajemen,

tetapi hanya dikomunikasikan secara informal. Kebijakan manajemen perusahaan

dapat dilihat pada Lampiran 22.

C. Penilaian risiko keamanan dan perencanaan

1. Penilaian risiko keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X memenuhi sebagian persyaratan

pada klausul 4.3.1, namun penilaian risiko manajemen keamanan PT X belum

mencakup pada ancaman kejadian alam. PT X tidak memperhitungkan ancaman

kejadian alam pada manual HACCP dan pengendaliannya hanya bersifat

spontanitas pegawai serta pengalaman karyawan. Penilaian risiko secara umum

terdapat dalam tabel analisis bahaya pada manual HACCP PT X dan telah

disahkan oleh Direktur perusahaan. Penilaian risiko yang terdapat pada PT X

mencakup ancaman fisik, seperti kerusakan insidental atau kerusakan fungsional

Page 52: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

36

dan termasuk terorime, namun pencegahan bahaya bioterorism tidak

terdokumentasi hanya diaplikasikan dalam bentuk Closed Circuit Television

(CCTV). Penilaian risiko juga mencakup ancaman risiko operasional, faktor di

luar pengendalian operasional, seperti kegagalan jasa yang dipasok dari luar,

ancaman risiko pemangku kepentingn, diantaranya kegagalan untuk memenuhi

persyaratan perundangan, desain atau instalasi peralatan keamanan, manajemen

informasi, dan ancaman terhadap kelangsungan opersional. Hasil penilaian ini

memberi input bagi sasaran, target, dan program manajemen keamanan.

Metodologi dalam penilaian risiko bersifat proaktif (HACCP) dan klasifikasi

ancaman atau risiko berdasarkan tabel analisis bahaya HACCP. Monitoring telah

dilakukan dan penilaian risiko ini terdokumentasi.

2. Persyaratan hukum, peraturan perundangan, dan persyaratan keamanan

lainnya

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X memenuhi sebagian persyaratan

pada klasul 4.3.2, namun PT X belum mengkomunikasikan kepada pihak ketiga

dalam bentuk rapat manajemen. Komunikasi hanya berlangsung secara lisan dan

berupa distribusi dokumen. PT X mendapat akses terhadap persyaratan hukum

dan perundangan melalui PPS Nizam Zachman. PT X juga selalu menjaga dan

memperbaharui informasi agar selalu mutakhir.

3. Sasaran manajemen keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi beberapa

persyaratan pada klausul ini, namun masih terdapat beberapa persyaratan yang

belum diterapkan. PT X telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara sasaran

manajemen keamanan dalam manual HACCP serta diturunkan secara konsisten

dari kebijakan perusahaan. Sasaran manajemen keamanan juga mencakup

persyaratan hukum, ancaman dan risiko keamanan, pilihan teknologi, persyaratan

keuangan, persyaratan operasional, persyaratan bisnis, dan pandangan pemangku

kepentingan. Sasaran manajemen PT X juga konsisten dengan komitmen

organisasi terhadap peningkatan berkesinambungan dan mampu diubah jika

diperlukan. Beberapa persyaratan yang belum diterapkan oleh PT X adalah tidak

dikomunikasikan dengan pihak ketiga, diantaranya supplier dalam bentuk rapat

manajemen. Sasaran manajemen keamanan juga tidak dilakukan tinjauan

manajemen secara rutin dalam bentuk rapat manajemen.

4. Target manajemen keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa beberapa persyaratan telah diterapkan

oleh PT X. PT X telah menetapkan, menereapkan, dan memelihara target

manajemen keamanan yang terdokumentasi di dalam manual HACCP. Target ini

diturunkan dari sasaran manajemen keamanan. Target manajemen keamanan

terdapat pada setiap tingkatan dan bagian selama proses pengolahan, serta dapat

diubah bila diperlukan. PT X belum menerapkan persyaratan lainnya, diantaranya

target manajemen keamanan tidak dikomunikasikan dalam bentuk rapat

manajemen kepada pihak ketiga dan tidak dilakukan tinjauan manajemen secara

rutin dalam bentuk rapat.

5. Program manajemen keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa terdapat beberapa persyaratan yang

telah ditetapkan oleh PT X. Program manajemen keamanan PT X telah

ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara serta didokumentasikan dalam manual

HACCP. Program manajemen keamanan PT X juga mencakup mengenai

Page 53: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

37

tanggung jawab dan wewenang yang ditetapkan untuk mencapai sasaran dan

target manajemen keamanan namun tidak mencakup mengenai cara dan skala

waktu untuk mencapai sasaran dan target manajemen keamanan. Program

manajemen keamanan PT X dapat diubah bila diperlukan. Efektivitas dan

efisiensi program manajemen keamanan PT X tidak terdokumentasi dan tidak

dihitung secara spesifik, terutama untuk efektivitas setiap karyawan. Efektivitas

dan efisiensi hanya dihitung dari jumlah produk akhir yang dapat diekspor

berbanding dengan jumlah ikan yang masuk. PT X juga tidak melakukan tinjauan

manajemen secara rutin dalam bentuk rapat untuk memastikan bahwa program

tersebut tetap efektif dan konsisten dengan sasaran dan target.

D. Implementasi dan operasional

1. Struktur, wewenang, dan tanggung jawab manajemen keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah menerapkan beberapa

persyaratan. PT X telah mentapkan, menerapkan, dan memelihara struktur

organisasi yang terdokumentasi dalam manual HACCP serta dikomunikasikan

kepada individu yang bersangkutan. Penanggung jawab keseluruhan desain,

pemeliharaan, dokumentasi, dan peningkatan sistem manajemen keamanan

organisasi diberikan kepada koordinator HACCP, sedangkan penanggung jawab

untuk memastikan sasaran dan taget manajemen keamanan diberikan kepada

manajer produksi dan koordinator HACCP. Manajemen puncak

mengkomunikasikan kepada organisasi dengan sistem rapat dengan mandor

secara tidak rutin. Komunikasi sebaiknya juga dilakukan dengan memasang

kebijakan di setiap sudut perusahaan. Manajemen puncak tidak melakukan

tinjauan manajemen secara rutin dalam bentuk rapat untuk mengevaluasi ancaman

dan risiko serta kelayakan dari sasaran, target, dan program manajemen

keamanan. Struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang di PT X dapat

dilihat pada Lampiran 23-25.

2. Kompetensi, pelatihan dan kepedulian

PT X telah menerapkan seluruh persyaratan klausul ini dengan baik. Pihak

yang bertanggung jawab terhadap desain, operasi, dan manajemen keamanan

memiliki kualifikasi pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup di bidang

pengolahan hasil perkanan. Pada manual HACCP terdapat instruksi untuk setiap

bagian dan proses yang dilakukan serta terdapat working instruction pada

beberapa tempat. Karyawan peduli dengan peran dan tanggung jawab mereka

dalam menjalankan program manajemen keamanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil

wawancara yang dilakukan kepada 34 karyawan menunjukkan bahwa terdapat

97,1% karyawan peduli dengan kebersihan bekerja. Kebersihan bekerja

merupakan salah satu program manajemen keamanan PT X. Rekaman kompetensi

dan pelatihan juga terus disimpan.

3. Komunikasi

Hasil penilaian menunjukkan PT X tidak memenuhi salah satu persyaratan

dari klausul ini. PT X mempertimbangkan keamanan informasi dalam

penyebarluasannya, namun PT X tidak melakukan komunikasi dalam bentuk rapat

secara rutin oleh manajemen dengan pemangku kepentingan lain dan pihak ketiga,

diantaranya supplier. Komunikasi dilakukan pula dengan melakukan distribusi

dokumen kepada pemangku kepentingan terkait. Sistem distribusi dokumen PT X

dapat dilihat pada Lampiran 26.

Page 54: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

38

4. Dokumentasi

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi persyaratan

dokumentasi. Sistem dokumentasi terdapat pada manual HACCP dan catatan

selalu disimpan dengan baik. Informasi tersebut hanya dapat diakses oleh staf

yang berwenang.

5. Pengendalian dokumen dan data

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah menerapkan persyaratan

pada klausul ini. Dokumen, data, dan informasi di PT X hanya dapat diakses oleh

individu yang berwenang. Dokumen, data, dan informasi juga ditinjau di dalam

audit internal setiap 3 bulan sekali. Versi terkini dokumen, data, dan informasi

disimpan di seluruh lokasi operasi yang penting. Dokumen, data, dan informasi

yang tidak berlaku disimpan pada tempat terpisah serta disimpan untuk periode 7

tahun terakhir. Dokumen, data, dan informasi di PT X disimpan dengan baik, dan

dibuatkan cadangan untuk dokumen elektronik.

6. Pengendalian operasional

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. PT X telah mengidentifikasi setiap operasi dan

kegiatan yang dilakukan dengan mempertimbangkan ancaman yang mungkin

timbul dari setiap proses tersebut melalui HACCP. Kegiatan produksi tuna loin

beku PT X dapat dilihat pada Lampiran 27. Seluruh prosedur tersebut

terdokumentasi dan jika diperlukan dapat direvisi dan disahkan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

7. Kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat, dan pemulihan keamanan

Hasil penilaian menunjukkan terdapat beberapa persyaratan yang belum

dipenuhi oleh PT X. PT X telah menetapkan, menerapkan, dan memelihara

rencana prosedur dalam menghadapi tanggap darurat yang terdokumentasi di

dalam manual HACCP. Prosedur dalam menghadapi tanggap darurat dapat dilihat

pada Lampiran 28. PT X belum meninjau secara periodik efektivitas dari tanggap

darurat dan tidak menguji secara periodik prosedur-prosedur ini.

E. Pengecekan dan tindakan korektif

1. Pengukuran dan pemantauan kinerja keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. PT X telah menetapkan dan memelihara prosedur

untuk memantau kinerja sistem keamanan selama proses maupun pada produk

akhir. Tindakan proaktif dan reaktif ditetapkan dalam manual HACCP dan

dilakukan jika diperlukan. Proses kalibrasi alat dilakukan setiap hari oleh QC dan

catatan kalibrasi disimpan. Beberapa peralatan telah mendapat sertifikasi kalibrasi

dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sertifikat kalibrasi PT X dapat dilihat

pada Lampiran 29.

2. Evaluasi sistem

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. PT X telah melakukan evaluasi rencana manajemen

keamanan secara berkala melalui pengujian, namun PT X tidak melakukan

evaluasi sistem melalui evaluasi kinerja, peninjauan ulang hasil audit, dan latihan

secara berkala. Perubahan hasil evaluasi dituangkan dalam amandemen dokumen

HACCP. Hasil rekaman evaluasi secara berkala disimpan.

Page 55: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

39

3. Kegagalan, insiden, ketidaksesuaian, serta tindakan korektif dan

pencegahan yang terkait dengan keamanan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memebuhi seluruh

peryaratan pada klausul ini. PT X telah menunjuk Tim HACCP untuk

mengevaluasi dan memulai tindakan pencegahan untuk identifikasi potensi

kegagalan. Investigasi terkait kegagalan, insiden, dan ketidaksesuaian

dikoordinasikan oleh tim HACCP, terutama QC, manajer produksi, dan analis

laboratorium. Tindakan korektif dikoordinasikan melalui QC dan manajer

produksi. Tindakan korektif dan pencegahan dilakukan berdasarkan prinsip

HACCP. Seluruh tindakan korektif yang dilakukan dicatat dalam rekaman.

4. Pengendalian rekaman

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. PT X telah menetapkan dan memelihara catatan yang

diperlukan. Rekaman yang sudah tidak berlaku, diletakkan pada tempat yang

terpisah dan disimpan untuk periode 7 tahun terakhir. Rekaman senantiasa dapat

dibaca. Rekaman digital memiliki back up dan hanya bisa diakses oleh pihak yang

berwenang.

5. Audit

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X telah memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. Audit internal di PT X dilakukan secara terjadwal

setiap 3 bulan sekali dan diikuti oleh seluruh tim HACCP. Audit dilakukan oleh

personel independen yang tidak memiliki tanggung jawab langsung terhadap

kegiatan yang diperiksa. Hasil audit diaporkan kepada Direktur PT X. Tindakan

perbaikan yang diambil mengikuti dari hasil audit sebelumnya.

F. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Berkesinambungan

Hasil penilaian menunjukkan bahwa PT X belum memenuhi seluruh

persyaratan pada klausul ini. Manajemen puncak PT X tidak meninjau sistem

manajemen keamanan organisasi pada selang waktu yang direncanakan dan tidak

melalui rapat formal. Tinjauan manajemen hanya dilakukan secara informal.

Proses peningkatan berkesinambungan dilakukan oleh PT X secara teknis, namun

tidak terdokumentasi dengan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rantai distribusi produk tuna loin beku diperankan oleh beberapa pelaku,

dimulai dari kapal, transit, UPI, hingga eksportir. Penerapan program higiene

yang dilakukan di pihak kapal dan transit masih belum memenuhi standar.

Beberapa aspek masih tidak memenuhi standar yang berlaku seperti layout dan

desain hingga higiene personal. Pihak UPI dan eksportir umumnya memiliki

implementasi program higiene yang lebih baik, hanya terdapat sedikit

kekurangan, seperti pada bagian desain dan layout, peralatan, dan fasilitas. Hal ini

menjadi penting karena UPI dan eksportir merupakan pihak penentu terakhir yang

mempengaruhi kualitas produk.

Page 56: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

40

Kajian risiko yang dilakukan selama proses distribusi produk tuna loin beku

di PT X menunjukkan bahwa terdapat empat risiko kritis yang perlu diawasi

secara khusus oleh pihak manajemen. Keempat risiko tersebut berhubungan

dengan suhu, jumlah mikroba, dan serpihan logam. Dampak terbesar yang

ditimbulkan dari risiko suhu dan jumlah mikroba adalah kadar histamin, nilai

TPC, dan TVB.

Hasil perhitungan efektivitas terhadap kadar histamin PT X selama tahun

2012 menunjukkan hasil yang baik dengan nilai kapabilitas proses adalah 3,907,

yang berarti proses dianggap mampu (capable) karena telah mencapai industri

kelas dunia yang mencapai tingkat six sigma. Hasil perhitungan efektivitas

terhadap nilai TPC PT X selama tahun 2012 menunjukkan hasil yang cukup baik

dengan nilai kapabilitas proses adalah 1,840, yang berarti proses masih harus

ditingkatkan terus menerus agar mencapai tingkat kelas dunia yang telah

mencapai taraf six sigma. Hasil pegujian terhadap nilai TVB untuk bahan baku PT

X menunjukkan hasil yang baik, yaitu ikan sangat segar untuk tuna dari transit A

dan ikan segar untuk tuna dari transit B.

Penilaian dengan ISO 28000 juga menunjukkan bahwa PT X telah

menetapkan dan melaksanakan sistem manajemen keamanan untuk produk tuna

loin beku, namun sistem manajemen keamanan yang diterapkan PT X masih

dilakukan secara teknis. Perapihan sistem manajemen keamanan secara

administrasi dan manajerial masih belum dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari

tinjauan manajemen yang umumnya bersifat informal serta tidak terjadwal secara

rutin.

Saran

Perbaikan dan peningkatan terus menerus perlu dilakukan PT X dalam

program higienenya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperketat

pengawasan dan kontrol kepada karyawan. Perbaikan lain yang harus dilakukan

adalah perapihan sistem manajemen keamanan secara administrasi dan manajerial,

seperti tinjauan manajemen terjadwal secara rutin.

Page 57: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

41

DAFTAR PUSTAKA

Aarnisalo K, K Tallayaara, G Wirtanen, R Maijala, L Raaska. 2006. The hygienic

working practices of maintenance personel and equipment hygiene in the

Finnish food industry. Food Control. 17: 1001-1011

Affiano I. 2011. Analisis perkembangan histamin tuna (Thunnus sp.) dan bakteri

pembentuknya pada beberapa setting standar suhu penyimpanan. [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Method of

Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Airlington,

Virginia (US): The Association of Official Analytical Chemist, Inc

Blanc M, Desurmont A, Beverly S. 2005. Onboard Handling of Sashimi-Grade

Tuna. Auckland (NZ): Secretariat of The Pacific Community P 1-22

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 19-19011-2005. Panduan Audit

Sistem Manajemen Mutu dan/atau Lingkungan. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional

.______________________________. 2006a. SNI 01-4104.1-2006. Spesifikasi

Tuna Loin Beku. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

.______________________________. 2006b. SNI 01-4104.3-2006. Penanganan

dan Pengolahan Tuna Loin Beku. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional

.______________________________. 2009. SNI ISO 28000:2009. Spesifikasi

Sistem Manajemen Keamanan pada Rantai Pasokan. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional

Buzby JC, Laurian JU, Donna R. 2008. Food safety and imports: an analysis of

FDA food-related import refusal reports. Economic Information Bulletin.

39: 1-39

[CAC] Codex Allimentarious Comission. 1995. CAC/GL 20-1995. Principles for

Food Import and Export Inspection and Certification. Rome (IT): CAC.

._________________________________-. 2001. CAC/RCP 47-2001. Code of

Hygiene Practice for the Transport of Food in Bulk and Semi-Packed Food.

Rome (IT): CAC

._________________________________. 2003. CAC/RCP 52-2003. Code of

Practice for Fish and Fishery Product. Rome (IT): CAC

.__________________________________. 2006. CAC/GL 60-2006. Principles

for Traceability/Product Tracing as a Tool Within a Food Inspection and

Certification System. Rome (IT): CAC.

._________________________________. 2007. Food Labelling Fifth Edition.

Rome (IT): CAC

._________________________________. 2009. Food Hygiene Basic Texts

Fourth Edition. Rome (IT): CAC

Carbone TA dan Tippett DD. 2004. Project risk management using the project

risk FMEA. Engineering Management Journal. 16(4): 28-35

CEN 14660. 2003. CEN Workshop Agreement. Traceability of Fishery Products

Spesification of the Information To Be Recorded ind Captured Fish

Distribution Chains. European Committe for Standarization.

[DFID] Department for International Development. 2009. Illegal, unreported,

unregulated fishing. Policy Brief. 8: 1-4.

Page 58: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

42

[EC] The Council of The European Union. 2000. Council Regulation (EC) No

104/2000 of 17 December 1999 on the common organization of the markets

in the fishery and aquaculture products. Official Journals of the European

Communities. 17(22): 1-31

[EC] Commission Regulation. 2001. Commission Regulation (EC) No 2065/2001

on 22 October 2001 on laying down detailed rules for the application of

Council Regulation (EC) No 104/2000 as regards informing consumers

about fishery and aquaculture products. Official Journal of the European

Communities. 002(001): 1-7.

[EC] The European Parliament and The Council of The European Union. 2002.

Regulation (EC) No 178/2002 of 28 January 2002 laying down the general

principles and requirements of food law, establishing the European Food

Safety Authority and laying down procedures in matters of food safety.

Official Journal of the European Communities. 31(1): 1-24

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. The State Of Food Insecurity in

the World. Rome (IT): FAO

.__________________________________. 2012. The State of World Fisheries

and Aquaculture. Rome (IT): FAO

Farber L. 1965. Freshness Tests. Di dalam: Borgstorm G, editor. Fish as Food.

Vol IV. New York (US): Academic Press, Inc

[FDA] Food and Drug Administration. 2002a. Public health security and

bioterorism preparedness and response act of 2002. Public Law. 107-188:

12 Juni 2002.

.___________________________________. 2002b. Farm security and rural

investment. Public Law. 107-171: 13 Mei 2002.

_____________________________________. 2006. Managing Food Safety: A

Regulator’s Manual For Applying HACCP Principles to Risk-based Retail

and Food Service Inspections and Evaluating Voluntary Food Safety

Management Systems. Florida (US): US Department of Health and Human

Services

.___________________________________. 2009. FDA Import Refusal Report.

http://www.fda.gov [26 Maret 2013]

.___________________________________. 2011. Fish and Fishery Products

Hazards and Controls Guidance Chapter 7 Scombrotoxin (Histamine)

Formation. Florda (US): US Department of Health and Human Services.

.___________________________________. 2013. Summary of Current Food

Standards Minimum Requirement for Analysis of Finished Products. Florida

(US): US Department of Helath and Human Services.

Gaspersz V. 2012. All in One Management Toolbook. Bogor (ID): Tri-Al-Bros

Publishing

[ICTSD] International Center for Trade and Sustainable Development. 2006.

Fisheries International Trade and Sustainable Development: Policy

Discussion Paper. Geneva (CH): ICTSD

[ISO 28000:2007] The International for Standarization 28000:2007. 2007.

Specification for Security Management Systems for The Supply Chain. The

International for Standarization. Switzerland

Jordan KN, Teagasc, Ireland, M. Wagner, J. Hoorfar. 2011. The role of service

orientation in future web-based food traceability system. Di dalam: J.

Page 59: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

43

Hoorfar, K. Jordan, F. Butler, R. Prugger, editor. Food Chain Integrity A

Holistic Approach to Food Traceability, Safety, Quality, Authenticity.

Cambridge (GB): Woodhead Publishing Limited.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2007. Keputusan Menteri Kelautan

dan Perikanan RI nomor 01/MEN/2007 tanggal 5 Januari 2007 tentang

Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses

Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Jakarta: KKP

._____________________________________. 2010. Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan RI nomor 18/MEN/2010 tanggal 5 Oktober 2010 tentang Log

Book Penangkapan Ikan. Jakarta: KKP

._____________________________________. 2012. Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan RI nomor 13/MEN/2012 tanggal 29 Juni 2012 tentang

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan. Jakarta: KKP

._____________________________________. 2012. Ekspor Tuna Terus

Meningkat. http://www.kkp.go.id [15 Februari 2013]

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan

RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-

Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Idonesia

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri

Perindustrian RI nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tanggal 19 Juli 2010

tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (Good

Manufacturing Practices). Jakarta: Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia

Lees M. 2003. Food Authenticity and Traceability. Cambridge (GB): Woodhead

Publishing

Lem A. 2011. Status of World Fisheies Supply, Demand, and Trade. Rome (IT):

FAO

Morreale V dan M. Puccio. 2011. The role of service orientation in future web-

based food traceability system. Di dalam: J. Hoorfar, K. Jordan, F. Butler,

R. Prugger, editor. Food Chain Integrity A Holistic Approach to Food

Traceability, Safety, Quality, Authenticity. Cambridge (GB): Woodhead

Publishing Limited.

Olson dan Skoljdbrand. 2008. Risk management and quality assurance through

the food supply chain-case studies in Swedish food industry. Journal of

Food Science. 2: 49-56

[PP] Peraturan Pemerintah. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta: Sekretariat

Negara Republik Indonesia.

.______________________ . 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Jakarta:

Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Rizal A. 2011. Analisis dan desain sistem informasi untuk penerapan dokumentasi

program traceability pada rantai distribusi produk tuna loin beku. [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Scheer FP. 2006. Optimising supply chains using traceability systems. Di dalam:

Smith I dan Anthony Furness, editor. Improving Traceability in Food

Processing and Distribution. Cambridge (GB): Woodhead Publishing

Limited.

Page 60: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

44

Skoglund T dan Dejmek P. 2007. Fuzzy traceabiity: A process simulation derived

extension of traceability concept in continuous food processing. Food and

Bioproducts Processing. 85(C4): 1-11. doi: 10.1205/FBP07044.

Trilaksani W. 2011. Pengembangan sistem manajemen mutu terpadu produk tuna

ekspor: suatu kajian fungsi manajemen mutu dan keamanan produk di

Muara Baru, DKI Jakarta. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wagar EA, MD, Raz M, Yasin B. 2006. Patient safety partnership projects in the

clinical laboratory. Am J Clin Pathol. 126(Suppl 1): S53-S60.

doi: 10.1309/620L63B6BV9CG6K1.

Zhang Hu, Zhang Jian, Shen Ping, Zhang Xiaoshuan, Mu Weisong. 2009.

Modeling method of traceability system based on information flow in meat

food supply chain. Wseas Transactions on Information Science and

Application. 6(7): 1-10.

Page 61: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

45

Lampiran 1. Format tabel observasi kegiatan rantai distribusi tuna loin beku

Nama tahapan

distribusi

Aktivitas yang dilakukan

Dokumen Acuan Isi Acuan

Kapal Blanc et al (2005)

PER.18/MEN/2010

KEP 01/MEN/2007

1. Log book harus diisi dan dengan data yang sebenarnya dan tepat waktu

2. Penangkapan ikan

3. Teknik mematikan tuna

4. Pembuangan darah

5. Pembuangan insang dan isi perut

6. Pencucian

7. Penyimpanan (on board storage)

Transit Blanc et al (2005)

SNI 01-2729-3-

2006

CAC (2009)

1. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati

2. Tidak dibiarkan lama saat berada di tempat yang terkena sinar matahari langsung

3. Pemeriksaan dan sortasi

4. Pembersihan

5. Pengemasan 6. Pengangkutan

7. Lokasi transit

8. Design dan fasilitas

9. Supply air

10. Personel hygiene

UPI SNI 01-4104-3-

2006

CAC (2009)

1. Penerimaan

2. Penyiangan atau tanpa penyiangan

3. Pencucian

4. Pembuatan loin

5. Pengulitan dan perapihan

6. Sortasi mutu

7. Pembungkusan 8. Pembekuan

9. Penimbangan

10. Pengepakan

Page 62: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

46

Eksportir CEN 14460:2003 1. Identitas Wholesaler 2. Identitas, sumber, dan kontrol suhu dari tiap unit produk

3. Sejarah proses produksi

4. Tujuan unit produk

Retailer CAC (2003) 1. Menerima, menangani, menyimpan, dan menunjukkan produk pada konsumen

2. Harus mengetahui suppliernya dan data mengenai produk 3. Harus memastikan dan bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan produk

Lampiran 2 Format Tabel Observasi Sistem Higiene Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

Nama

Tahapan

Distribusi

Persyaratan

Acuan Utama: CAC (2001), CAC (2003); CAC (2009); KEP 01/MEN/2007

Kondisi Ketidaksesuain

Kapal Persyaratan Umum Kapal Penangkap dan Pengangkut Ikan terdiri dari:

1. Kapal penangkap dan pengangkut ikan yang digunakan untuk melakukan penangkapan dan penanganan di atas kapal harus

memenuhi persyaratan ketentuan sanitasi dan hygiene kapal perikanan.

2. Kapal ikan harus didesain dan dikonstruksi sehingga tidak menyebabkan kontaminasi produk dari air kotor, limbah, asap,

minyak, oli, gemuk atau bahan-bahan lain.

3. Permukaan kontak langsung dengan produk harus dibuat dari bahan yang tidak korosif yang halus dan mudah dibersihkan.

Permukaan yang menggunakan pelapis harus tahan/kuat dan tahan lama serta tidak toksin.

4. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menangani ikan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah karat yang mudah dibersihkan dan disanitasi.

5. Bila kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan mempunyai penampung air untuk penanganan ikan, maka harus ditempatkan

pada lokasi yang terhindar dari kontaminasi.

Persyaratan Khusus Struktur dan Peralatan Kapal Penangkap dan Pengangkut

Ikan terdiri dari:

1. Kapal ikan yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk mempertahankan kesegaran ikan selama penangkapan hingga 24 jam.

a. Kapal yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk menjaga kesegaran ikan hingga 24 jam harus dilengkapi peralatan palka,

tanki atau wadah untuk menyimpan ikan dan menjaga suhu pendinginannya pada titik leleh es.

b. Palka harus terpisah dari ruang mesin dan ruang anak buah kapal untuk menjaga kontaminasi. palka, tangki atau wadah yang

digunakan harus menjamin bahwa kondisi penyimpanan dalam menjaga kesegaran ikan memenuhi persyaratan higienis.

c. Kapal yang dilengkapi dengan pendingin dengan air laut bersih dingin, tangki harus dilengkapi dengan peralatan yang menjamin

Page 63: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

47

kondisi suhu yang merata pada seluruh bagian tangki dengan suhu < 3oC setelah 6 jam setelah ikan ditangkap dan < 6oC. Kondisi suhu dimonitor dan dicatat.

2. Persyaratan kapal dilengkapi dengan pembeku (freezer), kapal penangkap dan pengangkut ikan dengan freezer harus:

a. Memiliki peralatan pembekuan yang cukup kapasitas untuk menurunkan suhu secara cepat sehingga mencapai suhu pusat ikan

sama atau kurang dari -18 °C;

b. Mempunyai peralatan pembekuan yang cukup untuk menjaga produk dalam palka tidak lebih besar dari -18oC. Ruang

penyimpanan harus dilengkapi dengan alat pencatat suhu yang ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca. Sensor suhu harus

ditempatkan pada tempat suhu tertinggi di dalam palka.

Registrasi Kapal Penangkap dan Pengangkut Ikan terdiri dari:

1. Kapal penangkap dan pengangkut ikan yang telah menerapkan persyaratan diberikan nomor registrasi.

2. Kapal penangkap dan pengangkut ikan wajib menerapkan persyaratan higiene kapal ikan.

3. Kapal penangkap dan pengangkut ikan wajib menempatkan penanggung jawab mutu di atas kapal dan memiliki sertifikat

pengolah ikan (SPI). 4. Persyaratan dan tata cara penempatan penanggung jawab mutu di atas kapal dan pemberian nomor registrasi ditetapkan lebih

lanjut oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

5. Persyaratan dan tata cara pemberian SPI sebagaimana angka 3 ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan.

Persyaratan Higiene Kapal Penangkap dan Pengangkut Ikan terdiri dari:

1. Setiap kapal penangkap dan pengangkut ikan harus memenuhi persyaratan higiene dan penerapan sistem rantai dingin.

2. Ketika digunakan, bagian-bagian dari kapal atau wadah untuk penyimpan hasil tangkap harus dijaga kebersihannya dan dijaga

selalu dalam kondisi baik, terutama tidak terkontaminasi bahan bakar dan air kotor.

3. Segera setelah diangkat ke geladak, produk perikanan harus dijaga dari kontaminasi dan dari akibat panas matahari atau sumber

panas lainnya. Ketika ikan dicuci, air yang digunakan adalah air minum atau dengan air laut bersih.

4. Produk hasil tangkap harus ditangani dan disimpan sehingga terhindar dari memar. Penanganan menggunakan ganco untuk menangani ikan besar harus dijaga agar tidak melukai daging ikan.

5. Produk perikanan yang tidak disimpan dalam keadaan hidup harus segera didinginkan setelah naik ke kapal penangkap dan/atau

pengangkut ikan.

6. Es yang digunakan untuk pendinginan ikan harus terbuat dari air minum atau air laut bersih.

7. Bila ikan dipotong kepala dan/atau dihilangkan isi perut, maka kegiatan tersebut harus dilakukan secara higienis setelah

penangkapan, dan produk harus dicuci segera dan menyeluruh dengan air minum atau air laut bersih. Isi perut dan bagian lain yang

dapat mengakibatkan bahaya kesehatan harus segera disingkirkan. Hati dan telur yang dapat dikonsumsi harus disimpan dengan es

pada suhu dingin (chilling), atau dibekukan.

8. Jika menggunakan pembekuan dengan air garam (brine) untuk ikan utuh sebagai bahan baku pengalengan, suhu tidak boleh lebih besar dari -9 ˚C pada pusat ikan. Air garam harus tidak menjadi sumber kontaminasi ikan.

Page 64: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

48

Persyaratan Hygiene Terhadap Penanganan di Kapal Penangkap dan

Pengangkut Ikan terdiri dari:

1. Penanggung jawab penanganan ikan di kapal penangkap dan pengangkut ikan harus bertanggung jawab dalam menerapkan cara

pananganan ikan yang baik;

2. Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada angka 1, harus mempunyai kewenangan untuk menjamin bahwa persyaratan-

persyaratan yang tercantum dalam ketentuan ini diterapkan;

3. Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada angka 1 juga menyediakan program pengendalian bagi Inspektur hasil perikanan

untuk tujuan pemeriksaan mutu di atas kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan serta menyediakan lembaran catatan yang

meliputi lembaran komentar inspektur dan pencatatan suhu;

4. Kondisi umum hygiene tempat dan peralatan harus mempunyai kondisi yang higienis;

5. Karyawan yang menangani langsung hasil perikanan di atas kapal harus menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup

kepala sehingga menutupi rambut secara sempurna;

6. Karyawan yang menangani hasil perikanan harus mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan; 7. Karyawan yang sedang mengalami luka tangan tidak boleh menangani produk;

8. Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum diruang kerja dan di tempat penyimpanan produk;

9. Pembuangan kepala dan isi perut harus dilakukan secara higienis dan segera dicuci dengan air minum dan atau air laut bersih;

10. Hasil perikanan yang dibungkus dan dikemas harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk menghindari kontaminasi;

11. Bahan kemasan dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil perikanan harus memenuhi persyaratan higiene, dan

khususnya:

a. Tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil perikanan;

b. Tidak boleh menularkan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan manusia;

c. Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.

12. Penyimpanan hasil perikanan di atas kapal harus dijaga suhunya sesuai dengan persyaratan, khususnya:

a. Hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk krustasea rebus yang didinginkan dan produk kekerangan harus disimpan pada suhu leleh es;

b. Hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang menggunakan air garam untuk keperluan pengalengan, harus dipertahankan pada

suhu pusat -18°C atau lebih rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi tidak lebih dari 3°C selama pengangkutan;

13. Pelaku usaha penangkapan dan pengangkutan ikan harus:

a. membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan sebagaimana pasal 5 hingga 9;

b. pelaku usaha Penangkapan dan pengangkutan ikan harus mendokumentasikan GHdP yang diterapkan.

c. menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap terkini;

d. memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

Transit Bongkar Muat Ikan

Pelaku usaha dalam melakukan bongkar muat produk perikanan di tempat pendaratan ikan wajib:

Page 65: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

49

1. Memastikan bahwa bongkar muat dan peralatan pendaratan yang berhubungan langsung dengan produk perikanan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan disanitasi serta dijaga tetap dalam keadaan baik terpelihara atau dibersihkan;

2. Menghindari kontaminasi produk perikanan selama bongkar muat dan pendaratan khususnya dengan cara:

a. melakukan operasi bongkar muat dan pendaratan dengan cepat;

b. menempatkan produk perikanan dan tidak terlambat dalam melakukan perlindungan suhu sebagaimana yang dipersyaratkan; dan

c. tidak menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal-hal kerusakan yang tidak diinginkan pada bagian produk

perikanan.

Penyimpanan dan Pengangkutan

Kegiatan penyimpanan dan pengangkutan hasil perikanan dilakukan dengan:

1. Sistem rantai dingin;

2. Menjaga suhu selama penyimpanan dan pengangkutan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, meliputi:

a. hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk crustacean rebus yang didinginkan dan produk kekerangan harus disimpan pada

suhu leleh es; b. hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang menggunakan air garam untuk keperluan pengalengan, harus dipertahankan pada

suhu pusat -18° C atau lebih rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi tidak lebih dari 3°C selama pengangkutan;

c. jika produk perikanan disimpan dalam es, lelehan air es harus tidak menggenangi produk.

3. Diangkut dari cold storage ke UPI untuk dilelehkan pada saat penerimaan untuk tujuan preparasi dan/atau pengolahan, di mana

jarak yang ditempuh singkat, tidak melebihi 50 km atau 1 jam perjalanan;

4. Diangkut atau disimpan dengan produk lain yang dapat mengakibatkan kontaminasi atau mempengaruhi higiene tidak

diperkenankan kecuali, produk tersebut dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu melindungi produk tersebut;

5. Menggunakan kendaraan pengangkut hasil perikanan dengan kontruksi dan dilengkapi peralatan sedemikian rupa, sehingga suhu

dapat dijaga selama pengangkutan. Jika es digunakan untuk pendinginan maka harus ada saluran pembuangan untuk menjamin

lelehan es tidak menggenangi produk. Permukaan bagian dalam dari alat transportasi harus didesain sedemikian rupa sehingga

tidak merusak produk, di mana permukaannya harus rata, mudah dibersihkan, dan disanitasi; 6. Menggunakan alat pengangkut yang tidak dapat mengkontaminasi produk hasil perikanan;

7. Tidak boleh diangkut dengan menggunakan kendaraan atau wadah yang tidak bersih kecuali disanitasi terlebih dahulu;

8. Persyaratan pengangkutan hasil perikanan yang dipasarkan dalam keadaan hidup harus tidak berpengaruh buruk terhadap hasil

perikanan tersebut;

9. Pelaku usaha penyimpanan dan pengangkutan Ikan harus:

a. membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan sebagaimana butir 1 hingga 8;

b. pelaku usaha penyimpanan dan pengangkutan Ikan harus menerapkan dan mendokumentasikan GHdP.

c. menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap terkini;

d. memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

UPI a. Lokasi harus berada di tempat yang tidak berpolusi tinggi sehingga dapat mengkontaminasi pangan, tidak banjir, dan mampu

Page 66: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

50

membuang limbah dengan efektif

b. Kondisi lingkungan bersih dan selalu dijaga kebersihannya

c. Sistem pembuangan air/saluran bersih dan tidak memungkinkan arus balik ke dalam ruang pengolahan

d. Kondisi tanah tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi ke dalam fasilitas

a. Tidak memungkinkan adanya kontaminasi silang

b. Area UPI memadai untuk melakukan pekerjaan dalam kondisi saniter dan higienis

c. Area UPI terdapat di daerah industri yang telah disetujui

d. Area bersih terpisah dari area kotor

e. Layout dapat mencegah kontaminasi

a. a. Ruang penerimaan dan pengolahan bersih dan mudah diperbaiki

b. b. Tersedia cukup air bersih sesuai dengan ketentuan

c. c. Saluran pembuangan tepat dan bersih

d. d. Ruang penerimaan tertutup dari lingkungan luar

Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang tidak toksik, serta kedap air

Lantai harus memiliki kemiringan yang cukup dan mudah dibersihkan

Langit-langit harus mampu meminimalkan kotoran dan mencegah kondensasi

Jendela harus mudah dibersihkan dan meminimalkan kotoran

Pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap air, dan mudah dibersihkan

Memiliki permukaan yang halus, mudah dibersihkan, tidak menyerap air, dan tidak toksik

a. Peralatan harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, didesinfeksi dan dipindahkan, tidak terbuat dari bahan yang bersifat

toksik

b. Dilakukan monitoring pembersihan dan sanitasi peralatan

c. Terbuat dari bahan yang tahan karat, kedap air dengan permukaan yang halus

d. Selalu terjaga dalam kondisi yang bersih

e. Fasilitas dan peralatan dibersihkan minimal satu kali dalam sehari

f. Mempunyai tempat pencucian alat yang terpisah

g. Tempat pencucian mempunyai pintu masuk dan keluar yang terpisah

h. Mempunyai saluran pembuangan air yang baik

i. Peralatan diberi tanda untuk area kerja yang berbeda

Page 67: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

51

a. Supply air yang kontak dengan bahan pangan harus menggunakan air dengan spesifikasi air minum

b. Pasokan dan tekanan air cukup

c. Penandaan yang jelas antara pipa-pipa air minum dan bukan air minum

d. Mempunyai peta distribusi air dengan outlet dan kran yang diberi nomor seri

a. Sistem drainase dan pembuangan limbah harus tersedia

b. Sistem ini harus meminimalkan risiko kontaminasi silang

c. Area pembuangan limbah terpisah

d. Tempat limbah tahan karat dan dilengkapi dengan tutup

e. Tempat limbah dibersihkan dengan benar

f. Limbah dipindahkan minimal sekali dalam sehari

g. Wadah dan tempat penyimpanan limbah segera dibersihkan setelah digunakan

Fasilitas pembersihan memadai untuk membersihkan pangan dan peralatan serta mampu mensuplai air panas maupun dingin dalam

jumlah yang cukup

a. Tersedia ruang ganti dalam jumlah yang cukup

b. Dinding dan lantai ruang ganti halus, kedap air, dan mudah dibersihkan

c. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup dan dilengkapi dengan sabun dan desinfektan dan pengering sekali pakai

d. Tersedia toilet dengan jumlah yang cukup dan dilengkapi dengan sabun dan desinfektan dan pengering sekali pakai

e. Pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang penanganan dan pengolahan ikan

f. Toilet dilengkapi dengan sistem menyiram air (water flushing system) dan masih berfungsi

g. Kran pada tempat cuci tangan tidak dioperasikan dengan tangan

h. Tersedia sarana bak cuci tangan dan penyuci hama

i. Tersedia loker untuk menyimpan barang karyawan

j. Barang karyawan tidak disimpan di area penanganan pangan

Tersedia fasilitas untuk mengontrol suhu produk pangan dan mengontrol suhu ruang

a. Penerangan alami atau dengan lampu mampu membuat proses yang higienis

b. Penerangan tidak merubah warna pangan

c. Penerangan ruang pengolahan dan ruang inspeksi memadai

d. Lampu menggunakan pelindung yang aman

e. Lampu tidak menyebabkan adanya kontaminasi

Page 68: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

52

a. Semua pintu masuk ke area pengolahan dilengkapi dengan bak cuci kaki dengan ukuran yang sesuai

b. Bak cuci kaki menggunakan air bersih dan desinfektan

c. Semua pintu masuk ke ruang pengolahan dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan desinfeksi yang cukup

d. Kran sir tidak dioperasikan dengan tangan

e. Menggunakan sabun dan desinfektan yang disetujui

f. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan pengering sekali pakai

a. Kapasitas alat pembeku dan gudang beku memadai

b. Mampu menyimpan ikan dengan suhu ikan pada minimal -18 ˚C

c. Dilengkapi dengan alat pencatat suhu yang mudah dibaca

d. Penyimpanan produk menggunakan pallet untuk mencegah kontaminasi

e. Penyimpanan produk dengan metode FIFO

f. Sensor suhu pada alat pencatat suhu tidak diletakkan di lokasi/area yang mempunyai suhu paling tinggi

g. Dilengkapi tirai pada pintu masuk anteroom dan gudang beku

h. Mempunyai fasilitas anteroom

a. Es dibuat dari air bermutu air minum

b. Es disimpan dalam tempat/wadah yang didesain khusus untuk menyimpan es

c. Tempat penyimpanan es bersih dan dipelihara dengan baik

Pelaku bisnis industri pangan harus melakukan:

a. Mengidentifikasi tahap kritis dalam proses produksi pangan

b. Mengimplementasikan prosedur pengendalian yang efektif pada tahapan tersebut

c. Mengawasi proses pengendalian agar berjalan efektif

d. Melakukan review secara berkala

a. Melakukan pengendalian terhadap waktu dan suhu proses

b. Alat pengukur suhu diperiksa secara berkala

c. Melakukan pengawasan secara spesifik pada berbagai proses seperti pendinginan, proses termal, iradiasi, pengeringan,

pengawetan kimiawi, dan packing dengan modifikasi atmosfer

d. Pengendalian terhadap kontaminasi mikrobiologi, kimiawi, dan fisik

e. Pengendalian terhadap kontaminasi silang

Page 69: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

53

a. Bahan baku tidak mengandung parasit, toksin, pestisida, dan terdekomposisi

b. Dilakukan proses sortir sebelum diproses

c. Laboratorium internal melakukan pemeriksaan

d. Temperatur < 3 ˚C

e. Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih

f. Waktu pencucian tidak lebih dari 3 menit

g. Produk yang tidak segera diproses diberi es atau dimasukkan ke dalam pendingin

h. Dilakukan pengesan kembali pada produk yang sudah dies secara teratur

i. Produk yang sudah dies dikemas atau dimasukkan ke pendingin

j. Pembuangan isi perut dan kepala dilakukan dengan higienis

k. Setelah pembuangan kepala dan isi perut segera dilakukan pencucian dengan air yang dipersyaratkan

l. Pembuatan fillet dan pemotongan dilakukan di tempat yang berbeda dengan pembuangan isi perut dan kepala

m. Proses pemfilletan dan pemotongan dilakukan dengan air yang dipersyaratkan

n. Tidak ada penundaan dalam proses pembuatan fillet atau steak

o. Fillet dan steak segera dibekukan

p. Jeroan dan bagian yang tidak dibutuhkan cepat dipisahkan dari produk

a. Bahan dan desain pengemas harus memadai untuk mencegah kontaminasi, mencegah kerusakan, dan memenuhi ketentuan

pelabelan

b. Pengemasan dilakukan pada kondisi higienis untuk menghindarkan kontaminasi

c. Bahan pengemas yang kontak dengan produk tidak boleh memperburuk karakteristik produk secara organoleptik

d. Bahan pengemas yang kontak dengan produk tidak menularkan bahan berbahaya

e. Bahan pengemas yang tidak digunakan disimpan di tempat yang jauh dari area pengolahan dan terlindung dari debu dan

kontaminasi

f. Kemasan ikan dan produk serta dokumen-dokumen yang menunjukkan nomor persetujuan (approval number) yang diberikan

oleh competent authorithy diikuti oleh ringkasan atau deskripsi produk, jenis produk, tahun, bulan, dan tanggal produksi

g. Kemasan menunjukkan dalam kalimat jelas “Produk dari Indonesia”

Air yang digunakan dalam proses pengolahan pangan baik yang sebagai bahan baku, es, dan air yang kontak dengan bahan pangan

adalah air yang berspesifikasi air minum

a. Manajer dan supervisor harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai higiene pangan sehingga dapat menetukan risiko

Page 70: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

54

potensial, melakukan tindakan pencegahan dan koreksi, dan memastikan proses pengawasan dapat berjalan dengan efektif

b. Tindakan pencegahan diikuti

c. Prosedur monitoring diikuti

d. Tindakan perbaikan dilakukan atau diikuti

a. Rekaman data selama proses pengolahan, produksi, dan distribusi harus disimpan sampai masa simpan produk habis

b. Rekaman telah dimutakhirkan

c. Rekaman dapat dipercaya

d. Dokumen tidak dipalsukan

e. Rekaman tersedia

a. Manajer harus mengetahui cara yang cepat dan efektif untuk menarik kembali produk yang telah beredar di pasaran karena

diduga dapat membahayakan kesehatan konsumen

b. Proses penarikan ini harus berada di bawah pengawasan hingga produk ini dimusnahkan atau untuk kepentingan lain yang tidak

membahayakan kesehatan manusia

a. Pembersihan dilakukan dengan menghilangkan kotoran dan residu sehingga mencegah kontaminasi

b. Pembersihan secara kimiawi harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak menimbulkan kontaminasi

c. Pembersihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan panas, penggosokan, pembersihan vakum atau metode lain

dengan menggunakan air dan bahan kimia seperti desinfektan, basa, dan asam

d. Program pembersihan harus dapat memastikan bahwa setiap area bersih

e. Program pembersihan harus mencakup:

1. Area dan peralatan bersih

2. Tanggung jawab dari setiap bagian tugas

3. Metode dan frekuensi pembersihan

4. Pengawasan

a. Tersedia dengan jumlah yang cukup fasilitas pencegah binatang pengerat

b. Tersedia prosedur dan frekuensi pest control serta bahan kimia yang disetujui

c. Tersedia peta penempatan perangkap dan umpan (verifikasi harus dilakukan)

d. Tersedia prosedur pembuangan binatang pengganggu yang mati

e. Tersedia prosedur program pembersihan setelah fumigasi

f. Pemberian nomor dan penempatan penangkapan lalat

Page 71: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

55

g. Pembasmi tikus, pembasmi serangga, disinfektan dan racun lainnya tersimpan dalam lemari yang dapat dikunci

h. Tidak terdapat barang/benda/tempat yang menarik kehadiran hewan pengerat/serangga

i. Upaya pengawasan penceghan dan pembasmian

Limbah tidak terakumulasi pada proses penanganan pangan, penyimpanan pangan, dan area pengolahan

Program sanitasi harus diawasi secara berkala, dilakukan verifikasi, dan sampling mikrobiologi dari lingkungan, dan dilakukan

review secara berkala

a. Karyawan yang diketahui atau diduga menderita penyakit dilarang masuk ke dalam area penanganan ikan

b. Setiap karyawan mendapat pengecekan kesehatan dan dilakukan secara berkala (cek record dan verifikasi)

a. Karyawan yang menderita sakit seperti diare, demam, muntah tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang produksi

b. Luka ditutup dengan perban yang tahan air

c. Tersedia sarana pertolongan pertama

a. Karyawan harus memakai seragam lengkap, mulai dari penutup kepala hingga alas kaki.

b. Semua karyawan mengenakan pakaian yang sesuai dan bersih (jumlah pakaian seragam per karyawan dan frekuensi ganti

pakaian dicek)

c. Karyawan harus sering mencuci tangan ketika keluar dari toilet, memulai melakukan pekerjaan, dan sebagainya

d. Pakaian kerja karyawan dicuci oleh UPI

e. Karywan menggunakan tutup kepala yang dapat menutupi rambut secara keseluruhan

a. Karyawan dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengkontaminasi, seperti merokok, makan.

b. Terdapat tanda-tanda yang jelas untuk pelarangan merokok, makan, meludah, dan lainnya di ruang pengolahan dan tempat

penyimpanan

Pengunjung harus mengikuti segala ketentuan higiene yang berlaku

Karyawan harus peduli dan bertanggung jawab untuk melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan serta harus memiliki

kemampuan untuk menangani produk dengan higienis

Program pelatihan harus mencakup:

1. Sifat alami dari produk, mengenai bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk

2. Sikap ketika menangani dan mengemas produk

3. Batas aman produk sebelum dikonsumsi

4. Kondisi produk saat disimpan

5. Umur simpan dari produk

Page 72: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

56

Supervisi perlu dilakukan secara berkala untuk meliht efektivitas dari pelatihan yang dilakukan

Program pelatihan harus selalu dilakukan review dan diperbaharui sesuai dengan keperluan yang ada

Setiap kontainer atau sarana pengangkut harus ditandai dengan identitas produsen dan lot

Semua produk pangan harus diberi informasi yang memadai agar dapat digunakan pada rantai pangan berikutnya dengan aman dan

benar

Semua produk pangan harus diberi label dengan benar agar dapat digunakan pada rantai pangan berikutnya dengan aman dan benar

Program ini dilakukan untuk memberi pengetahuan kepada konsumen mengenai sifat produk dan kaitan antara suhu dan kerusakan

produk

Eksportir SARANA DISTRIBUSI HASIL PERIKANAN

1. Sarana distribusi hasil perikanan baik yang digunakan untuk hasil tangkapan maupun budidaya harus dijaga dalam keadaan

bersih dan baik untuk menghindari kontaminasi dan kerusakan fisik, dan didesain agar mudah

dibersihkan dan/atau disanitasi.

2. Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan untuk tujuan lain selain hasil perikanan yang dapat mengkontaminasi hasil

perikanan.

3. Bila pada saat yang sama sarana kendaraan yang digunakan juga untuk mengangkut produk lain, harus dipisahkan dan dijamin

kebersihannya agar tidak mengkontaminasi hasil perikanan.

4. Sarana pengangkut harus dapat melindungi produk dari resiko penurunan mutu dan keamanan hasil perikanan.

5. Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus:

a. Membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan sebagaimana butir 1 hingga 4;

b. Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus mendokumentasikan sistem manajemen keamanan pangannya yang mencakup

GHdP yang diterapkan.

c. Menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap terkini;

d. Memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

Page 73: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

57

Lampiran 3. Hasil Observasi Kegiatan Pada Rantai Distribusi Tuna Loin Beku

Nama

tahapan

distribusi

Tahapan Kegiatan Aktivitas yang dilakukan Keterangan Acuan Isi Acuan Ketidaksesuaian

Kapal Penangkapan ikan 1. Kapal berangkat dan mencari

fishing ground

2. Memasang long line

3. Setelah 6 jam dipasang, kemudian

long line diangkat 4. Ikan yang ditangkap dibuang isi

perut dan insang

5. Dilakukan pencucian

6. Ikan disimpan dalam palka dengan

air laut bersuhu

-1,5 ˚C

1. Kapal berlayar 6-7 bulan

2. Fishing ground berada

pada Samudera Hindia

3. Ikan yang ditangkap

dititipkan ke kapal yang hendak pulang

4. Proses penitipan ikan

tidak dilakukan dengan

penyerahan dokumen

dan data ikan

5. Tidak dilakukan

pengisian log book dan

pencatatan lainnya

Blanc et al (2005)

PER.18/MEN/2010

KEP 01/MEN/2007

1. Log book harus diisi

dan dengan data yang

sebenarnya

dan tepat waktu

2. Penangkapan ikan 3. Teknik mematikan tuna

4. Pembuangan darah

5. Pembuangan insang

dan isi perut

6. Pencucian

7. Penyimpanan

(on board storage)

1. Tuna tidak dimatikan

dengan cepat.

2. Proses pencucian

dilakukan dengan

menggunakan air laut yang tidak terjamin

kebersihannya.

3. Tidak dilakukan

pengisian log book

dengan data yang

sebenarnya dan tepat

waktu.

Transit Pembongkaran ikan 1. Ikan diangkat dari palka kapal dan

dialirkan masuk ke dalam transit

melalui lubang dengan curtain.

2. Ikan yang masuk dilakukan pengecekan grade oleh checker.

3. Ikan dengan grade AAA/AA/A

dibersihkan insang, dicuci dengan

spons, ditimbang, dan dimasukan

ke dalam bak berisi es, lalu

dilakukan packing

4. Ikan dengan grade B/C/D

ditimbang dan dibawa keluar

melalui lubang dengan curtain.

5. Pengangkutn dengan menggunakan

1. Penanganan dilakukan

tidak secara halus

(kasar).

Blanc et al (2005)

SNI 01-2729-3-2006

CAC (2003)

1. Pembongkaran

dilakukan dengan hati-

hati

2. Tidak dibiarkan lama saat berada di tempat

yang terkena sinar

matahari langsung

3. Pemeriksaan dan

sortasi

4. Pembersihan

5. Pengemasan

6. Pengangkutan

7. Lokasi transit

8. Design dan fasilitas

1. Pembongkaran dilakukan

tidak dengan hati-hati

(kasar).

2. Beberapa ikan yang telah dibongkar berada di

bawah matahari

langsung.

3. Pengambilan ikan

dengan ganco tidak

selalu dilakukan di

bagian kepala, namun

juga di bagian ekor.

Page 74: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

58

mobil dari perusahaan. 9. Supply air 10.Personel hygiene

UPI Penerimaan bahan

baku

Ikan masuk melalui lubang dengan

curtain dan dilakukan pengecekan suhu

dan mutu ikan secara organoleptik

Dokumentasi pada:

Harvest Vessel Receiving

Record

SNI 01-4104-3-2006

CAC (2003)

1. Penerimaan

2. Penyiangan atau tanpa

penyiangan

3. Pencucian

4. Pembuatan loin

5. Pengulitan dan

perapihan

6. Sortasi mutu

7. Pembungkusan

8. Pembekuan

9. Penimbangan

10.Pengepakan

Pencucian I Ikan dicuci untuk menghilangkan

kotoran pada permukaan kulit

Penyimpanan sementara

Ikan disimpan di dalam bak penyimpanan yang berisi es dan klorin

30 ppm

Penimbangan I Ikan diangkat dari bak penyimpanan

dan ditimbang untuk mengetahui bobot

utuh ikan

Dilakukan proses pencatatan

Dokumentasi pada:

Daily Report Of Raw

Material Receiving

Pemotongan kepala

dan loin

Ikan dipotong bagian kepala dan

dipotong loin.

Setelah dilakukan pemotongan kepala

tidak dilakukan pencucian dengan air.

Dokumentasi pada:

Daily Report Of Inspection

Product after

Trimming/Slicing Before

Freezing

Pembuangan

daging gelap dan

bely

Loin yang telah dipotong kemudian

dipisahkan bagian daging gelap dan

belly

Skinning dan

Trimming

Loin dibuang kulitnya dan dilakukan

perapihan.

Penimbangan II Loin ditimbang untuk mengetahui

bobot loin yang didapat.

Dilakukan proses pencaatan

Dokumentasi pada:

Tally Sheet Cutting

Pemberian CO Loin diberi gas CO untuk membuat

warna tetap merah

Penyimpanan

dalam chill room

Loin disimpan di dalam chill room

selama 48 jam

Dokumentasi pada:

Chilling Temperature

Page 75: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

59

Sortasi mutu Loin disortasi berdasarkan warna dan tekstur.

Loin dengan grade A akan diolah

menjadi tuna saku, loin dengan grade B

akan diolah menjadi Loin ID-on, dan

loin dengan grade C akan diolah

menjadi tuna steak.

Monitoring Report

Retouching Loin dirapihkan dibagian sisinya dan

dilap dengan spons

Penimbangan III Loin ditimbang untuk mengetahui

rendemen produk

Dilakukan proses pencatatan

Dokumentasi pada:

Tally Sheet Cutting

Pemvakuman Loin dimasukan ke dalam plastik

vakum dan divakum menggunakan

mesin vakum

Pembekuan Loin disusun di keranjang dan diberi

no batch untuk dibekukan di Air Blast

Freezer pada suhu -40 ˚C selama 7-8

jam

Dokumentasi pada:

Freezing Monitoring Report

Penimbangan IV Penimbangan akhir untuk mengetahui

bobot loin setelah dibekukan dan sebelum masuk pada proses packing.

Dilakukan proses pencatatan

Dokumentasi pada:

Tally Sheet Cutting

Packing Loin dikemas di dalam master karton Dokumentasi pada:

Daily Report of Packing and

Labeling

Pelabelan Pemberian label dan kode produksi dari perusahaan

Penyimpanan Penyimpanan loin di dalam Cold

Storage dengan suhu -18 ˚C

Dokumentasi pada:

Cold Storage Temperature

Report

Page 76: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

60

Eksportir Ekspor 1. Pengiriman Purchase Order dari buyer

2. Pembuatan kontrak

3. Pemilihan kontainer

4. Persiapan kontainer (pencucian,

pre-cooling)

5. Persiapan dokumen

6. Proses ekspor

1. Proses pencarian buyer dilakukan lewat promosi

saat pameran dan

melalui website

perusahaan

2. Isi kontrak penjualan

antara lain jenis barang,

harga, jumlah,

pengiriman, cara

pembayaran

3. Pembayaran untuk buyer

baru dilakukan di muka,

sedangkan untuk langganan dilakukan di

akhir

4. Proses pembayaran

dengan sistem transfer.

Lebih aman dengan

menggunakan L/C,

namun biaya bank lebih

mahal

5. Harga berdasarkan

negosiasi dengan

melihat harga pasaran di Amerika

6. Jika ada keluhan terkait

mutu, maka akan

dilakukan penurunan

harga berdasarkan 1

grade lebih rendah,

sekitar 20%.

7. Dokumen yang

diperluakan saat ekspor

adalah sertifikat mutu

CEN 14460:2003 1. Identitas Wholesaler 2. Identitas, sumber, dan

kontrol suhu dari tiap

unit produk

3. Sejarah proses

produksi

4. Tujuan unit produk

Page 77: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

61

Invoice Packing List, dan Bill of Lading

8. Persyaratan kontainer

telah diketahui oleh

perusahaan logistik

9. Syarat memilih kontainer

adalah harga yang lebih

murah, karena tidak ada

perbedaaan pada waktu

pengiriman.

10. Tidak ada target waktu

dan jumlah pengiriman.

Jika ada barang akan dikirim. Hal utama yang

menjadi pokok perhaian

dan persyaratan dari

buyer adalah mutu

produk yang baik.

Lampiran 4. Hasil Observasi Sistem Higiene pada Rantai Distribusi Produk Tuna Loin Beku

Nama

Tahapan

Distribusi

Aspek Higiene (CAC 2009) Persyaratan Kondisi Ketidaksesuaian

Kapal Persyaratan Higiene Kapal Penangkap dan

Pengangkut Ikan terdiri dari:

(KEP 01/MEN/2007)

1. Setiap kapal penangkap dan pengangkut ikan harus

memenuhi persyaratan

higiene dan penerapan sistem rantai dingin.

2. Ketika digunakan, bagian-bagian dari kapal atau

wadah untuk penyimpan

1. Kondisi kapal tidak selalu

dalam keadaan bersih.

2. Ikan yang telah diangkat di

geladak, terkadang lama

dalam proses penanganan.

3. Proses pembuangan isi

perut dan insang

dilakukan, namun diduga

1. Kapal tidak menerapkan

sistem higiene.

Page 78: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

62

hasil tangkap harus dijaga kebersihannya dan dijaga selalu dalam kondisi

baik, terutama tidak terkontaminasi bahan bakar dan air

kotor.

3. Segera setelah diangkat ke geladak, produk perikanan

harus dijaga dari

kontaminasi dan dari akibat panas matahari atau sumber

panas lainnya.

Ketika ikan dicuci, air yang digunakan adalah air

minum atau dengan air

laut bersih.

4. Produk hasil tangkap harus ditangani dan disimpan

sehingga terhindar dari memar. Penanganan menggunakan ganco untuk

menangani ikan besar

harus dijaga agar tidak melukai daging ikan.

5. Produk perikanan yang tidak disimpan dalam

keadaan hidup harus segera

didinginkan setelah naik ke kapal penangkap dan/atau

pengangkut ikan.

6. Es yang digunakan untuk pendinginan ikan harus

terbuat dari air minum

atau air laut bersih.

7. Bila ikan dipotong kepala dan/atau dihilangkan isi perut, maka kegiatan

tersebut harus dilakukan secara higienis setelah

penangkapan, dan produk

harus dicuci segera dan menyeluruh dengan air minum

atau air laut bersih.

Isi perut dan bagian lain yang dapat mengakibatkan

bahaya kesehatan

harus segera disingkirkan. Hati dan telur yang dapat

dikonsumsi harus

disimpan dengan es pada suhu dingin (chilling), atau

tidak dilakukan secara

higienis.

4. Produk perikanan segera

didinginkan di dalam

kapal

2. Tidak segera dilakukan

penanganan secara cepat.

3. Tidak melakukan pencucian

dengan air yang

disyaratkan.

Page 79: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

63

dibekukan. 8. Jika menggunakan pembekuan dengan air garam

(brine) untuk ikan utuh

sebagai bahan baku pengalengan, suhu tidak boleh lebih

besar dari -9 ˚C

pada pusat ikan. Air garam harus tidak menjadi sumber

kontaminasi ikan.

Persyaratan Hygiene Terhadap Penanganan di

Kapal Penangkap dan

Pengangkut Ikan terdiri dari:

(KEP 01/MEN/2007)

1. Penanggung jawab penanganan ikan di kapal

penangkap dan pengangkut ikan harus bertanggung

jawab dalam menerapkan cara pananganan ikan yang

baik;

2. Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada

angka 1, harus

mempunyai kewenangan untuk menjamin bahwa

persyaratan-persyaratan

yang tercantum dalam ketentuan ini diterapkan;

3. Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada

angka 1 juga menyediakan program pengendalian bagi Inspektur hasil perikanan untuk tujuan pemeriksaan

mutu di atas kapal penangkap dan/atau pengangkut

ikan serta menyediakan lembaran catatan yang meliputi

lembaran komentar inspektur dan pencatatan suhu;

4. Kondisi umum hygiene tempat dan peralatan harus

mempunyai kondisi yang higienis;

5. Karyawan yang menangani langsung hasil perikanan

di atas kapal harus menggunakan pakaian kerja yang

bersih dan tutup kepala sehingga menutupi rambut

secara sempurna;

1. Tidak ada penanggung

jawab ikan secara khusus.

2. Kondisi tempat

penyimpanan dan palka

tidak dalam keadaan

higienis.

3. Karyawan tidak ada yang

mengenakan pakaian kerja,

bahkan ada yang tidak

mengenakan baju.

4. Karyawan tidak mencuci

tangan terlebih dahulu.

5. Tidak diperiksa apakah

karyawan sedang

mengalami luka atau tidak.

6. Selama pembongkaran,

terdapat karyawan yang

merokok ataupun meludah

di geladak kapal.

1. Tidak ada penanggung

jawab penanganan ikan.

2. Kondisi umum kapal tidak

higienis.

3. Karyawan tidak

mengenakan pakaian kerja.

Page 80: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

64

6. Karyawan yang menangani hasil perikanan harus mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan;

7. Karyawan yang sedang mengalami luka tangan tidak

boleh menangani produk;

8. Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan

minum diruang kerja dan di tempat penyimpanan

produk;

9. Pembuangan kepala dan isi perut harus dilakukan

secara higienis dan segera dicuci dengan air minum dan

atau air laut bersih;

10. Hasil perikanan yang dibungkus dan dikemas harus

dilakukan pada kondisi yang higienis untuk enghindari

kontaminasi; 11. Bahan kemasan dan bahan lain yang kontak

langsung dengan hasil perikanan harus memenuhi

persyaratan higiene, dan khususnya:

a. Tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik

dari hasil perikanan;

b. Tidak boleh menularkan bahan-bahan yang

membahayakan kesehatan manusia;

c. Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.

12. Penyimpanan hasil perikanan di atas kapal harus

dijaga suhunya sesuai dengan persyaratan, khususnya:

a. Hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk krustasea rebus yang didinginkan dan produk

kekerangan harus disimpan pada suhu leleh es;

b. Hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang

menggunakan air garam untuk keperluan pengalengan,

harus dipertahankan pada suhu pusat -18°C atau lebih

rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi

tidak lebih dari 3°C selama pengangkutan;

13. Pelaku usaha penangkapan dan pengangkutan ikan

harus:

a. membuktikan kepada otoritas kompeten atas

7. Ikan dicuci dengan

menggunakan air laut.

8. Ikan dibekukan dengan

menggunakan sistem

Refrigerated Sea Water

(RSW) dan suhu

dipertahankan pada -1,5 ˚C

9. Tidak dilakukan proses

dokumentasi dan pengisian

log book dengan data yang

akurat dan tepat waktu.

4. Kesehatan karyawan tidak

diperiksa.

5. Sikap karyawan tidak

diperhatikan (merokok).

6. Tidak dilakukan rekaman.

Page 81: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

65

pemenuhan persyaratan sebagaimana pasal 5 hingga 9; b. pelaku usaha Penangkapan dan pengangkutan ikan

harus mendokumentasikan GHdP yang diterapkan.

c. menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan

selalu dijaga tetap terkini;

d. memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga

periode waktu tertentu.

Page 82: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

66

Transit Bongkar Muat Ikan

(KEP 01/MEN/2007), CAC (2009)

Pelaku usaha dalam melakukan bongkar muat produk

perikanan di tempat

pendaratan ikan wajib:

1. Memastikan bahwa bongkar muat dan peralatan

pendaratan yang berhubungan langsung dengan produk

perikanan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

dan disanitasi serta dijaga tetap dalam keadaan baik

terpelihara atau dibersihkan;

2. Menghindari kontaminasi produk perikanan selama

bongkar muat dan pendaratan khususnya dengan cara:

a. melakukan operasi bongkar muat dan pendaratan dengan cepat;

b. menempatkan produk perikanan dan tidak terlambat

dalam melakukan perlindungan suhu sebagaimana yang

dipersyaratkan; dan

c. tidak menggunakan peralatan dan perlakuan yang

menyebabkan hal-hal kerusakan yang tidak diinginkan

pada bagian produk perikanan.

1. Peralatan yang digunakan

dapat dan mudah

dibersihkan dan disanitasi,

namun tidak dilakukan

proses sanitasi, hanya

disiram dengan air.

2. Produk dapat

terkontaminasi karena

terdapat hewan peliharaan

(anjing) di dalam transit.

3. Ganco digunakan tidak

hanya pada bagian kepala,

namun juga ekor.

4. Beberapa ikan juga

ditendang selama proses di

dalam transit.

1. Tidak dilakukan proses

sanitasi.

2. Terdapat hewan peliharaan.

3. Ada perlakuan yang dapat

mengakibatkan kerusakan

fisik ikan

Design dan Fasilitas

1. Lokasi

Lokasi harus berada di tempat yang tidak berpolusi

tinggi sehingga dapat mengkontaminasi pangan, tidak

banjir, dan mampu membuang limbah dengan efektif

Lokasi transit berada di dalam

Kompleks Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam

Zachman, Jakarta

Page 83: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

67

2. Layout Tidak memungkinkan adanya kontaminasi silang Layout transit tidak baik dan

dapat menyebabkan

kontaminasi silang karena

tidak dilakukan perbedaan

ruang antara ruang

penanganan ikan dan ruang

untuk menyimpan barang,

tidak diberi bak pencuci kaki.

Dapat menyebabkan

kontaminasi silang

Terdapat Rokok di dalam ruang

transit

Page 84: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

68

3. Permukaan dinding Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang tidak

toksik, serta kedap air

Permukaan dinding terdiri dari

bahan yang tidak kedap air

Permukaan dinding tidak kedap

air

4. Langit-langit Langit-langit harus mampu meminimalkan kotoran dan

mencegah kondensasi

Langit-langit kotor dan banyak

terdapat kotoran serta sarang

laba-laba.

Langit-langit tidak bersih

5. Lantai Lantai harus memiliki kemiringan yang cukup dan

mudah dibersihkan

Lantai terbuat dari keramik

dan memiliki kemiringan yang

cukup

Page 85: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

69

6. Jendela Jendela harus mudah dibersihkan dan meminimalkan

kotoran

Tidak terdapat jendela di

dalam ruang transit.

7. Pintu Pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap

air, dan mudah dibersihkan

Tidak terdapat pintu yang

permanen, hanya terdapat

curtain

Tidak terdapat pintu

8. Area bekerja yang

kontak dengan

bahan pangan

Memiliki permukaan yang halus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap air, dan tidak toksik

Permukaan area bekerja

terbuat dari keramik yang

didesain dengan kemiringan

yang cukup serta berwarna

putih.

Page 86: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

70

Peralatan Peralatan harus terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan dan dipindahkan, tidak terbuat dari bahan

yang bersifat toksik

Peralatan yang digunakan

adalah ganco tidak terbuat dari

bahan yang mudah

dibersihkan, namun alat check

ikan terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan.

Ganco tidak terbuat dari bahan

yang mudah dibersihkan dan

mudah berkarat

Suplai Air Suplai air yang kontak dengan bahan pangan harus

menggunakan air dengan spesifikasi air minum

Air yang digunakan adalah air

yang diambil dari laut.

Air yang digunakan bukan

standar air minum

Higiene Personal

1. Status kesehatan

Karyawan yang diketahui atau diduga menderita

penyakit dilarang masuk ke dalam area penanganan

ikan

Tidak ada pemeriksaan

kesehatan bagi karyawan

transit.

Kesehatan karyawan tidak

diperiksa

2. Sakit Karyawan yang menderita sakit seperti diare, demam,

muntah tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang

Tidak ada pemeriksaan

kesehatan bagi karyawan

Kesehatan karyawan tidak

diperiksa

Page 87: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

71

produksi transit.

3. Kebersihan personal Karyawan harus memakai seragam lengkap, mulai dari

penutup kepala hingga alas kaki.

Karyawan harus sering mencuci tangan ketika keluar

dari toilet, memulai melakukan pekerjaan, dan

sebagainya

Karyawan tidak memakai

seragam bekerja, hanya

memakai boot saja.

Karyawan tidak pernah atau

jarang melakukan cuci tangan.

Tidak menggunakan pakaian

kerja

4. Sikap personal Karyawan dilarang melakukan kegiatan yang dapat

mengkontaminasi, seperti merokok, makan.

Karyawan merokok, berbicara

makan, dan minum di ruang

penanganan ikan

Tidak memperhatikan sikap

karyawan (berbicara, dsb)

5. Pengunjung Pengunjung harus mengikuti segala ketentuan higiene

yang berlaku

Pembeli ikan tidak mengikuti

ketentuan higiene yang

berlaku.

Tidak menerapkan higiene bagi

pembeli (merokok dsb)

UPI Design dan Fasilitas

1. Lokasi

CAC (2003); CAC (2009);

KEP 01/MEN/2007

a. Lokasi harus berada di tempat yang tidak berpolusi

tinggi sehingga dapat mengkontaminasi pangan, tidak

1. Lokasi UPI berada di

dalam kawasan Pelabuhan

Perikanan Samudera

Nizam Zachman, Muara

Page 88: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

72

banjir, dan mampu membuang limbah dengan efektif

b. Kondisi lingkungan bersih dan selalu dijaga

kebersihannya

c. Sistem pembuangan air/saluran bersih dan tidak

memungkinkan arus balik ke dalam ruang

pengolahan

d. Kondisi tanah tidak memungkinkan terjadinya

kontaminasi ke dalam fasilitas

Baru, Jakarta

2. Kondisi lingkungan di

sekitar pabrik selalu dijaga

kebersihannya

3. Sistem pembuangan air

tidak memungkinkan arus

balik

4. Kondisi tanah tidak

memungkinkan adanya

kontaminasi

2. Design dan layout a. Tidak memungkinkan adanya kontaminasi silang

b. Area UPI memadai untuk melakukan pekerjaan

dalam kondisi saniter dan higienis

c. Area UPI terdapat di daerah industri yang telah

disetujui

d. Area bersih terpisah dari area kotor

e. Layout dapat mencegah kontaminasi

1. Ruang pengolahan terpisah

dengan ruang ganti

pakaian, toilet, kantor, dan

gudang

2. Area UPI memadai untuk

melakukan pekerjaan

dengan saniter dan higienis

3. UPI berada di kawasan

industri Pelabuhan

Perikanan Samudera

Nizam Zachman

4. Design dan layout

perusahaan dapat dilihat

pada Lampiran 9

2.1. Ruang Penerimaan e. a. a. Ruang penerimaan bersih dan mudah diperbaiki

f. b. b. Tersedia cukup air bersih sesuai dengan ketentuan

g. c. c. Saluran pembuangan tepat dan bersih

h. d. d. Ruang penerimaan tertutup dari lingkungan luar

1. Ruang penerimaan selalu

dijaga kebersihannya

2. Pasokan air cukup dan

tekanan air cukup untuk

melakukan pencucian

Page 89: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

73

3. Saluran pembuangan tepat

dan bersih

4. Ruang penerimaan tertutup

dari lingkungan luar dan

dibatasi oleh curtain

2.1.1. Permukaan diniding Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang tidak

toksik, serta kedap air

Permukaan dinding terbuat

dari keramik, berwarna putih,

mudah dibersihkan, dan kedap

air

2.1.2. Lantai Lantai harus memiliki kemiringan yang cukup dan

mudah dibersihkan

Kemiringan lantai cukup dan

tidak ada air yang

menggenang

2.1.3. Langit-langit Langit-langit harus mampu meminimalkan kotoran dan

mencegah kondensasi

Langit-langit mampu

mencegah kondensasi dan

Page 90: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

74

mudah dibersihkan

2.1.4. Jendela Jendela harus mudah dibersihkan dan meminimalkan

kotoran

Tidak terdapat jendela

2.1.5. Pintu Pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap

air, dan mudah dibersihkan

Pintu terbuat dari bahan yang

tahan karat dan lembut

2.1.6. Area bekerja yang

kontak dengan

pangan

Memiliki permukaan yang halus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap air, dan tidak toksik

Area bekerja yang kontak

dengan ikan terbuat dari

keramik berwarna putih yang

mudah dibersihkan dan selalu

dijaga kebersihannya

2.2. Ruang Penanganan

dan pengolahan

2.2.1. Permukaan diniding a. Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang

tidak toksik, serta kedap air dan tahan lama

b. Permukaan dinding halus, tanpa retak, celah, atau

1. Permukaan dinding terbuat

dari keramik berwarna

putih yang kedap air dan

1. Terdapat beberapa bagian

permukaan dinding yang

berlubah dan memiliki

Page 91: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

75

lubang, serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi

c. Bebas dari penonjolan dan seluruh pipa dan kabel

ditutup dengan baik

d. Pertemuan antara lantai dan dinding serta dinding dan

dinding mudah dibersihkan

mudah dibersihkan

2. Terdapat beberapa

permukaan dinidng yang

berlubang dan tidak halus

3. Seluruh kabel dan pipa

tertutup dengan baik

4. Pertemuan antara lantai

dan dinding serta dinding

dan dinding tidak

membentuk sudut yang

sulit dibersihkan, namun

masih ada beberapa titik

yang membentuk sudut

celah serta tidak halus

2. Terdapat beberapa titik

yang membentuk sudut

pada pertemuan lantai dan

dinding serta dinding dan

dinding

2.2.2. Lantai a.Lantai harus memiliki kemiringan yang cukup dan

mudah dibersihkan serta didesinfeksi

b. Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak beracun,

tidak menyerap, tidak licin, dan tidak retak

1. Lantai memiliki kemiringan

yang cukup sehingga tidak

terdapat air yang

menggenang

2. Terbuat dari keramik

berwarna putih yang kedap

Page 92: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

76

air dan mudah dibersihkan

serta didesinfeksi

2.2.3. Langit-langit a. Langit-langit dirancang untuk mencegah akumulasi

kotoran, mengurangi kondensasi dan pertumbuhan

jamur, dan pengelupasan

b. Bebas dari retak dan celah

c. Permukaannya halus, mudah dicuci dan berwarna

terang untuk menjamin kebersihannya

1. Langit-langit berwarna abu-

abu muda dan terbuat dari

aluminium serta tidak

menyebabkan kondensasi

2. Permukaannya halus dan

mudah dicuci

2.2.4. Ventilasi a. Ventilasi mencukupi

b. Memungkinkan untuk menyaring uap air

c. Tidak terjadi kondensasi di ruangan yang

mempengaruhi produk atau material pengemasan

1. Ventilasi mencukupi dan

memungkinkan untuk

menyaring uap air

2. Tidak terjadi kondensasi

Page 93: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

77

2.2.5. Pintu a. Pintu harus memiliki permukaan yang lembut, kedap

air, tahan korosi, serta menutup secara otomatis

b. Mudah dibersihkan dalam kondisi baik serta

dilengkapi dengan alat pencegah lalat

1. Pintu terbuat dari

aluminium berwarna abu-

abu muda yang lembut,

tahan air, tahan korosi, dan

menutup semi otomatis

2. Mudah dibersihkan dan di

pintu masuk terdapat alat

pencegah lalat/serangga

1. Pintu tidak menutup secara

otomatis

2.2.6. Area bekerja yang

kontak dengan

pangan

Memiliki permukaan yang halus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap air, dan tidak toksik

1. Area bekerja yang kontak

dengan ikan merupakan

peralatan yang terbuat dari

stainless steel berwarna

abu-abu dan talenan

berwarna putih.

2. Peralatan ini tidak

menyerap air, tidak toksik,

Page 94: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

78

dan mudah dibersihkan

2.3. Ruang pendinginan,

es, dan gudang

beku

2.3.1. Permukaan diniding a. Permukaan dinding halus, terbuat dari bahan yang

tidak toksik, serta kedap air dan tahan lama

b. Permukaan dinding halus, tanpa retak, celah, atau

lubang, serta mudah dibersihkan dan didesinfeksi

c. Bebas dari penonjolan dan seluruh pipa dan kabel

ditutup dengan baik

d. Pertemuan antara lantai dan dinding serta dinding dan

dinding mudah dibersihkan

1. Permukaan dinding halus

terbut dari aluminium yang

kedap air, berwarna terang,

tahan lama

2. Permukaan dinding halus

dan tanpa retak serta mudah

didisnfeksi

2.3.2. Lantai a.Lantai harus memiliki kemiringan yang cukup dan

mudah dibersihkan serta didesinfeksi

1. Lantai memiliki kemiringan

yang cukup dan mudah

1. Lantai licin karena es yang

menepel pada lantai

Page 95: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

79

b. Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak beracun,

tidak menyerap, tidak licin, dan tidak retak

dibersihkan serta terbuat

dari bahan yang kedap air

dan tidak menyerap air

2. Kondisi lantai licin karena

es yang menempel

2.3.3. Langit-langit a. Langit-langit dirancang untuk mencegah akumulasi

kotoran, mengurangi kondensasi dan pertumbuhan

jamur, dan pengelupasan

b. Bebas dari retak dan celah

c. Permukaannya halus, mudah dicuci dan berwarna

terang untuk menjamin kebersihannya

1. Langit-langit berwarna

terang, dirancang untuk

mencegah akumulasi

kotoran dan kondensasi

2. Bebas dari retak dan celah

3. Permukaannya halus dan

mudah dicuci

3. Peralatan a. Peralatan harus terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan, didesinfeksi dan dipindahkan, tidak

terbuat dari bahan yang bersifat toksik

b. Dilakukan monitoring pembersihan dan sanitasi

peralatan

c. Terbuat dari bahan yang tahan karat, kedap air

dengan permukaan yang halus

d. Selalu terjaga dalam kondisi yang bersih

e. Fasilitas dan peralatan dibersihkan minimal satu kali

1. Peralatan yang digunakan,

seperti meja produksi, pisau

terbuat dari bahan stainless

steel yang mudah

dibersihkan, tahan karat,

dan tahan air

1. Tempat pencucian alat tidak

terpisah dan tidak memiliki

pintu masuk dan keluar

yang terpisah

Page 96: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

80

dalam sehari

f. Mempunyai tempat pencucian alat yang terpisah

g. Tempat pencucian mempunyai pintu masuk dan

keluar yang terpisah

h. Mempunyai saluran pembuangan air yang baik

i. Peralatan diberi tanda untuk area kerja yang berbeda

2. Keranjang yang digunakan

terbuat dari plastik dan

diberi warna yang berbeda

untuk area dan fungsi kerja

yang berbeda

Page 97: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

81

3. Talenan berwarna putih dan

selalu dijaga kebersihannya

4. Peralatan selalu dibersihkan

dua kali sehari, yaitu saat

akan istirahat dan saat akan

pulang, serta dilakukan

monitoring pembersihan

5. Peralatan disimpan di dalam

anteroom ketika tidak

sedang digunakan

6. Saluran pembuangan air

baik

7. Tempat pencucian alat

berada di ruang produksi

Page 98: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

82

4. Fasilitas

4.1. Suplai Air a. Suplai air yang kontak dengan bahan pangan harus

menggunakan air dengan spesifikasi air minum

b. Pasokan dan tekanan air cukup

c. Penandaan yang jelas antara pipa-pipa air minum

dan bukan air minum

d. Mempunyai peta distribusi air dengan outlet dan

kran yang diberi nomor seri

1. Air baku didapatkan dari

perum yang diolah melalu

proses filtrasi. Air yang

telah difilter kemudian

dipisah melalui 3 pompa.

Air yang kontak dengan

bahan pangan akan

dilewatkan pada proses

ozonasi dan sistem Reverse

Osmosis (RO) lalu masuk

ke water chiller.

2. Pasokan air dilakukan oleh

pompa 250 watt

3. Pipa air minum dan bukan

air minum terpisah dengan

jelas

4. Kran diberi nomor seri di

dalam ruang produksi

1. Tidak memiliki peta

distribusi air

4.2. Drainase dan

pembuangan limbah

a. Sistem drainase dan pembuangan limbah harus

tersedia

b. Sistem ini harus meminimalkan risiko kontaminasi

silang

c. Area pembuangan limbah terpisah

d. Tempat limbah tahan karat dan dilengkapi dengan

tutup

e. Tempat limbah dibersihkan dengan benar

f. Limbah dipindahkan minimal sekali dalam sehari

g. Wadah dan tempat penyimpanan limbah segera

1. Limbah padat hasil produksi

ditempatkan pada wadah

khusus yang terbuat dari

fiber

Page 99: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

83

dibersihkan setelah digunakan 2. Limbah yang telah

terkumpul akan diambil

oleh pengumpul

3. Wadah tersebut dibersihkan

sekali dalam sehari

4. Limbah cair akan masuk

melalui saluran

pembuangan limbah yang

tertutup dan dialirkan keluar

pabrik lalu ditampung.

5. Pihak PPS akan mengolah

limbah tersebut

4.3. Pembersihan Fasilitas pembersihan memadai untuk membersihkan

pangan dan peralatan serta mampu mensuplai air panas

maupun dingin dalam jumlah yang cukup

1. Fasilitas pembersihan

berupa air dingin dan air

panas serta sabun.

2. Sabun untuk mencuci setiap

peralatan yang digunakan

dan dinding

3. Air panas digunakan untuk

membilas peralatan yang

telah dicuci

Page 100: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

84

4.4. Ruang ganti, kamar

mandi, dan toilet

a. Tersedia ruang ganti dalam jumlah yang cukup

b. Dinding dan lantai ruang ganti halus, kedap air, dan

mudah dibersihkan

c. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang

cukup dan dilengkapi dengan sabun dan desinfektan

dan pengering sekali pakai

d. Tersedia toilet dengan jumlah yang cukup dan

dilengkapi dengan sabun dan desinfektan dan

pengering sekali pakai

e. Pintu toilet tidak berhubungan langsung dengan

ruang penanganan dan pengolahan ikan

f. Toilet dilengkapi dengan sistem menyiram air

(water flushing system) dan masih berfungsi

g. Kran pada tempat cuci tangan tidak dioperasikan

1. Ruang ganti memadai dan

terpisah antara pria dan

wanita

2. Lantai terbuat dari keramik

berwarna putih yang kedap

air dan mudah dibersihkan

3. Dinding terbuat dari

keramik berwarna putih

yang kedap air dan mudah

dibersihkan

4. Tersedia tempat cuci tangan

yang memadai namun tidak

dilengkapi sabun dan

pengering sekali pakai

1. Tidak dilengkapi pengering

sekali pakai

Page 101: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

85

dengan tangan

h. Tersedia sarana bak cuci tangan dan penyuci hama

i. Tersedia loker untuk menyimpan barang karyawan

j. Barang karyawan tidak disimpan di area

penanganan pangan

5. Terdapat 4 toilet untuk

karyawan dan 1 toilet untuk

staf

6. Toilet tidak berada dekat

ruang pengolahan dan

dilengkapi sistem menyiram

air yang masih berfungsi

7. Kran pada tempat cuci

tangan dioperasikan secara

otomatis

8. Tersedia loker untuk

menyimpan barang

karyawan

9. Karyawan tidak

diperkenankan membawa

barang atau perhiasan ke

dalam area penanganan

pangan

4.5. Kontrol Suhu Tersedia fasilitas untuk mengontrol suhu produk pangan

dan mengontrol suhu ruang

1. Terdapat termometer dan

alat pengontrol suhu di

dalam ruang produksi, chill

Page 102: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

86

room, alat pembeku, dan

gudang beku

2. Data hasil kontrol suhu

dicatat dalam catatan

4.6. Penerangan a. Penerangan alami atau dengan lampu mampu

membuat proses yang higienis

b. Penerangan tidak merubah warna pangan

c. Penerangan ruang pengolahan dan ruang inspeksi

memadai

d. Lampu menggunakan pelindung yang aman

e. Lampu tidak menyebabkan adanya kontaminasi

1. Penerangan dengan

mengguakan lampu yang

berwarna putih dan dengan

cahaya yang memadai

2. Lampu menggunakan

pelindung yang aman

4.7. Fasilitas pencucian a. Semua pintu masuk ke area pengolahan dilengkapi 1. Pintu masuk utama ke 1. Pintu masuk dari lift tidak

Page 103: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

87

tangan dan

desinfeksi

dengan bak cuci kaki dengan ukuran yang sesuai

b. Bak cuci kaki menggunakan air bersih dan

desinfektan

c. Semua pintu masuk ke ruang pengolahan

dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan

desinfeksi yang cukup

d. Kran sir tidak dioperasikan dengan tangan

e. Menggunakan sabun dan desinfektan yang disetujui

f. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan pengering

sekali pakai

dalam ruang pengolahan

dilengkapi dengan bak cuci

kaki dengan ukuran yang

sesuai dan fasilitas cuci

tangan

2. Pintu masuk dari lift tidak

dilengkapi oleh bak cuci

kaki dan fasilitas cuci

tangan

3. Bak cuci kaki menggunakan

air bersih dan diberi klorin

200 ppm

4. Kran air dioperasikan

dengan otomatis

5. Fasilitas cuci tangan tidak

dilengkapi pengering sekali

pakai

6. Menggunakan sabun yang

disetujui

dilengkapi bak cuci kaki

dan fasilitas cuci tangan

2. Tidak dilengkapi pengering

sekali pakai pada fasilitas

cuci tangan

Page 104: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

88

4.8. Fasilitas pembekuan

dan penyimpanan

beku

a. Kapasitas alat pembeku dan gudang beku memadai

b. Mampu menyimpan ikan dengan suhu ikan pada

minimal -18 ˚C

c. Dilengkapi dengan alat pencatat suhu yang mudah

dibaca

d. Penyimpanan produk menggunakan pallet untuk

mencegah kontaminasi

e. Penyimpanan produk dengan metode FIFO

f. Sensor suhu pada alat pencatat suhu tidak diletakkan

di lokasi/area yang mempunyai suhu paling tinggi

g. Dilengkapi tirai pada pintu masuk anteroom dan

gudang beku

h. Mempunyai fasilitas anteroom

1. Kapasitas alat pembeku dan

gudang beku memadai

2. Fasilitas pembekuan

mampu menyimpan ikan

pada suhu -18 ˚C dan

dilengkapi dengan alat

pencatat suhu

3. Produk disimpan dengan

1. Tidak terdapat tirai pada

pintu masuk anteroom

Page 105: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

89

menggunakan pallet unutk

tuna saku, ground meat dan

keranjang untuk loin

4. Penyimpanan produk

dengan metode FIFO

5. Fasilitas pembekuan

dilengkapi tirai pada pintu

sedangkan anteroom tidak

dilengkapi tirai

4.9. Pembuatan dan

penggunaan es

a. Es dibuat dari air bermutu air minum

b. Es disimpan dalam tempat/wadah yang didesain

khusus untuk menyimpan es

c. Tempat penyimpanan es bersih dan dipelihara

dengan baik

1. Es dibuat dari air yang telah

melewati proses ozonasi

2. Es disimpan dalam tempat

khusus es yang bersih dan

dipelihara dengan baik

5. Prosedur Pengendalian

5.1. Pengendalian bahaya

pangan

Pelaku bisnis industri pangan harus melakukan:

a. Mengidentifikasi tahap kritis dalam proses produksi

pangan

b. Mengimplementasikan prosedur pengendalian yang

efektif pada tahapan tersebut

c. Mengawasi proses pengendalian agar berjalan

1. Setiap proses produksi

dituangkan dalam diagram

alir proses dalam HACCP

Plan

2. Dilakukan identifikasi

bahaya, titik kritis, dan

Page 106: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

90

efektif

d. Melakukan review secara berkala

prosedur monitoring, dan

tindakan koreksinya dalam

HACCP Plan

5.2. Aspek kunci dalam

pengendalian sistem

higiene

a. Melakukan pengendalian terhadap waktu dan suhu

proses

b. Alat pengukur suhu diperiksa secara berkala

c. Melakukan pengawasan secara spesifik pada

berbagai proses seperti pendinginan, proses termal,

iradiasi, pengeringan, pengawetan kimiawi, dan

packing dengan modifikasi atmosfer

d. Pengendalian terhadap kontaminasi mikrobiologi,

kimiawi, dan fisik

e. Pengendalian terhadap kontaminasi silang

1. Mengukur dan mencatat

suhu ikan saat penerimaan

bahan baku

2. Mengukur dan mencatat

suhu produk dan ruangan

pendinginan, pembekuan,

dan gudang beku

3. Melakukan pengecekan

produk dari adanya

kontaminasi mikrobiologi

(analisis lab) dan fisik

(metal detector)

5.3. Persyaratan bahan

baku

a. Bahan baku tidak mengandung parasit, toksin,

pestisida, dan terdekomposisi

b. Dilakukan proses sortir sebelum diproses

c. Laboratorium internal melakukan pemeriksaan

d. Temperatur < 3 ˚C

e. Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih

f. Waktu pencucian tidak lebih dari 3 menit

g. Produk yang tidak segera diproses diberi es atau

dimasukkan ke dalam pendingin

h. Dilakukan pengesan kembali pada produk yang

sudah dies secara teratur

i. Produk yang sudah dies dikemas atau dimasukkan

ke pendingin

j. Pembuangan isi perut dan kepala dilakukan dengan

1. Bahan baku yang diterima

adalah ikan tuna grade B

dengan suhu pusat < 3 ˚C

dan memenuhi persyaratan

organoleptik (tidak bau dan

tekstur daging kenyal)

2. Proses pencucian cepat ± 1

menit

3. Peralatan selama proses

penerimaan bahan baku

dalam keadaan bersih

4. Setalah pembuangan kepala

tidak dilakukan pencucian

dengan air

1. Tidak dilakukan pencucian

setelah dilakukan

pemotongan kepala

Page 107: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

91

higienis

k. Setelah pembuangan kepala dan isi perut segera

dilakukan pencucian dengan air yang

dipersyaratkan

l. Pembuatan fillet dan pemotongan dilakukan di

tempat yang berbeda dengan pembuangan isi perut

dan kepala

m. Proses pemfilletan dan pemotongan dilakukan

dengan air yang dipersyaratkan

n. Tidak ada penundaan dalam proses pembuatan fillet

atau steak

o. Fillet dan steak segera dibekukan

p. Jeroan dan bagian yang tidak dibutuhkan cepat

dipisahkan dari produk

5. Limbah hasil pemotongan

diletakkan pada wadah

khusus

6. Ikan yang tidak langsung

diproses disimpan pada bak

yang diberi es

5.4. Pengemasan a. Bahan dan desain pengemas harus memadai untuk

mencegah kontaminasi, mencegah kerusakan, dan

memenuhi ketentuan pelabelan

b. Pengemasan dilakukan pada kondisi higienis untuk

menghindarkan kontaminasi

c. Bahan pengemas yang kontak dengan produk tidak

boleh memperburuk karakteristik produk secara

organoleptik

d. Bahan pengemas yang kontak dengan produk tidak

menularkan bahan berbahaya

e. Bahan pengemas yang tidak digunakan disimpan di

tempat yang jauh dari area pengolahan dan

terlindung dari debu dan kontaminasi

f. Kemasan ikan dan produk serta dokumen-dokumen

yang menunjukkan nomor persetujuan (approval

1. Bahan pengemas adalah

plastik vakum dan master

karton

2. Bahan pengemas yang

kontak dengan produk tidak

menurunkan mutu produk

3. Kondisi pengemasan

bersifat higienis

4. Bahan pengemas yang tidak

digunakan disimpan di

dalam gudang dam

melewati proses ozonasi

saat akan memasuki ruang

produksi

5. Pada kemasan karton

Page 108: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

92

number) yang diberikan oleh competent authorithy

diikuti oleh ringkasan atau deskripsi produk, jenis

produk, tahun, bulan, dan tanggal produksi

g. Kemasan menunjukkan dalam kalimat jelas “Produk

dari Indonesia”

mencakup informasi

nutrition fact, jenis produk,

berat bersih, petunjuk

penggunaan dan

penyimpanan produk, kode

produksi, tanggal produksi,

dan “Product of Indonesia”,

serta “Dolphin Safe”

6. Terdapat nomor persetujuan

dari FDA.

FDA Registration No.

14928704680

5.5. Air Air yang digunakan dalam proses pengolahan pangan

baik yang sebagai bahan baku, es, dan air yang kontak

dengan bahan pangan adalah air yang berspesifikasi air

minum (sesuai KepMenKes RI No

907/MENKES/SK/VII/2002)

1. Air yang digunakan adalah

air yang telah melewati

proses ozonasi dan Reverse

Osmosis (RO)

5.6. Manajemen dan

supervisi

a. Manajer dan supervisor harus memiliki pengetahuan

yang cukup mengenai higiene pangan sehingga

dapat menetukan risiko potensial, melakukan

tindakan pencegahan dan koreksi, dan memastikan

proses pengawasan dapat berjalan dengan efektif

b. Tindakan pencegahan diikuti

c. Prosedur monitoring diikuti

d. Tindakan perbaikan dilakukan atau diikuti

1. Manajer mengerti dan

menerapkan program

higiene dalam proses

produksi

2. Manajer membuat aturan

mengenai pelaksaan

program higiene

3. Manajer mengikuti

pelatihan manajemen mutu

5.7. Dokumentasi dan

rekaman

a. Rekaman data selama proses pengolahan, produksi,

dan distribusi harus disimpan sampai masa simpan

1. Seluruh proses produksi

dilakukan perekaman

Page 109: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

93

produk habis

b. Rekaman telah dimutakhirkan

c. Rekaman dapat dipercaya

d. Dokumen tidak dipalsukan

e. Rekaman tersedia

dengan baik

2. Tidak ada dokumen yang

dipalsukan dan dapat

dipercaya

3. Rekaman selalu

dimutakhirkan dan tersedia

di dalam ruang manajemen

5.8. Prosedur penarikan a. Manajer harus mengetahui cara yang cepat dan

efektif untuk menarik kembali produk yang telah

beredar di pasaran karena diduga dapat

membahayakan kesehatan konsumen

b. Proses penarikan ini harus berada di bawah

pengawasan hingga produk ini dimusnahkan atau

untuk kepentingan lain yang tidak membahayakan

kesehatan manusia

1. Sistem traceability telah

dilakukan dengan baik

dengan memberi batch dan

kode-kode produksi

2. Terdapat prosedur

penarikan di dalam HACCP

Plan Perusahaan

6. Pemeliharaan dan

sanitasi

6.1. Pemeliharaan dan

pembersihan

a. Pembersihan dilakukan dengan menghilangkan

kotoran dan residu sehingga mencegah kontaminasi

b. Pembersihan secara kimiawi harus dilakukan

dengan hati-hati dan tidak menimbulkan

kontaminasi

c. Pembersihan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti dengan panas, penggosokan, pembersihan

vakum atau metode lain dengan menggunakan air

dan bahan kimia seperti desinfektan, basa, dan asam

d. Program pembersihan harus dapat memastikan

bahwa setiap area bersih

e. Program pembersihan harus mencakup:

1. Pembersihan ruangan

dilakukan dengan

melakukan pencucian pada

dinding ruang proses dan

menyiram dengan air

2. Selama proses produksi,

lantai selalu disiram dengan

air

3. Pembersihan peralatan

dilakukan dengan mencuci

dengan sabun, dan

membilas dengan air panas

Page 110: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

94

1. Area dan peralatan bersih

2. Tanggung jawab dari setiap bagian tugas

3. Metode dan frekuensi pembersihan

4. Pengawasan

4. Adanya program piket

untuk mengatur program

pembersihan

6.2. Pengawasan

binatang pengerat

(pest control)

a. Tersedia dengan jumlah yang cukup fasilitas

pencegah binatang pengerat

b. Tersedia prosedur dan frekuensi pest control serta

bahan kimia yang disetujui

c. Tersedia peta penempatan perangkap dan umpan

(verifikasi harus dilakukan)

d. Tersedia prosedur pembuangan binatang

pengganggu yang mati

e. Tersedia prosedur program pembersihan setelah

fumigasi

f. Pemberian nomor dan penempatan penangkapan

lalat

g. Pembasmi tikus, pembasmi serangga, disinfektan

dan racun lainnya tersimpan dalam lemari yang

dapat dikunci

h. Tidak terdapat barang/benda/tempat yang menarik

kehadiran hewan pengerat/serangga

i. Upaya pengawasan penceghan dan pembasmian

1. Program pest control

dilakukan dengan sistem

kontrak dengan perusahaan

pest control

2. Program dilakukan setiap 1

bulan 2 kali.

3. Petugas dari PT X berfungsi

untuk melakukan supervisi

terhadap tugas yang

dilakukan oleh perusahaan

pest control

4. Pemberian penagkap lalat

dilakukan di beberapa titik,

seperti pintu masuk ruang

pengolahan, dan

sebagainya.

5. Binatang pengganggu yang

mati dibuang tanpa

menyebabkan kontaminasi

6. Terdapat pula anti rayap

untuk beberapa tempat.

6.3. Manajemen limbah Limbah tidak terakumulasi pada proses penanganan

pangan, penyimpanan pangan, dan area pengolahan

1. Limbah padat setiap hari

selalu diambil oleh

pengumpul

2. Limbah cair dialirkan ke

Page 111: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

95

kolam penampungan

pelabuhan

6.4. Efektivitas

pengawasan

Program sanitasi harus diawasi secara berkala,

dilakukan verifikasi, dan sampling mikrobiologi dari

lingkungan, dan dilakukan review secara berkala

1. Program sanitasi dilakukan

di bawah pengawasan

manajer umum dan secara

berkala dilakukan sampling

mikrobiologi dan direkam

7. Higiene personal

7.1. Status kesehatan a. Karyawan yang diketahui atau diduga menderita

penyakit dilarang masuk ke dalam area penanganan

ikan

b. Setiap karyawan mendapat pengecekan kesehatan

dan dilakukan secara berkala (cek record dan

verifikasi)

1. Status kesehatan karyawan

selalu dicek setiap 6 bulan

sekali

2. Karyawan yang

kesehatannya

memungkinkan untuk

mengkontaminasi produk,

dialihkan ke bagian lain

3. Program pengecekan status

kesehatan karyawan

dilakukan bekerjasama

dengan klinik pelabuhan.

Hal ini karena pertimbangan

program pengecekan yang

lengkap dan harga yang

ekonomis, serta jarak yang

tidak terlalu jauh

4. Program pengecekan

kesehatan yang dilakukan

adalah torax, feses, mata,

urin, telinga, buta warna,

Page 112: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

96

dan tensi tekanan darah

5. Pengcekan kesehatan ini

berlaku wajib bagi seluruh

karyawan dan staf yang

menangani ikan

7.2. Sakit a. Karyawan yang menderita sakit seperti diare,

demam, muntah tidak diperkenankan masuk ke

dalam ruang produksi

b. Luka ditutup dengan perban yang tahan air

c. Tersedia sarana pertolongan pertama

1. Karyawan yang menderita

sakit tidak boleh melakukan

kegiatan produksi

1. Tidak dicek secara pasti

siapa saja karyawan yang

sakit

7.3. Kebersihan personal a. Karyawan harus memakai seragam lengkap, mulai

dari penutup kepala hingga alas kaki.

b. Semua karyawan mengenakan pakaian yang sesuai

dan bersih (jumlah pakaian seragam per karyawan

dan frekuensi ganti pakaian dicek)

c. Karyawan harus sering mencuci tangan ketika

keluar dari toilet, memulai melakukan pekerjaan,

dan sebagainya

d. Pakaian kerja karyawan dicuci oleh UPI

e. Karywan menggunakan tutup kepala yang dapat

menutupi rambut secara keseluruhan

1. Karyawan memakai topi

yang menutupi rambut,

masker, seragam dan boot

2. Karyawan harus melepas

seluruh seragam ketika

memasuki toilet dan harus

mencuci tangan setelah

keluar toilet

3. Seragam karyawan harus

dicuci setelah digunakan

selama 2 hari

4. Seragam dicuci oleh UPI

1. Tidak dikontrol

penggantungan baju pada

ruang ozon, baik pada saat

istirahat maupun pada saat

selesai bekerja

7.4. Sikap personal a. Karyawan dilarang melakukan kegiatan yang dapat

mengkontaminasi, seperti merokok, makan.

b. Terdapat tanda-tanda yang jelas untuk pelarangan

merokok, makan, meludah, dan lainnya di ruang

pengolahan dan tempat penyimpanan

1. Terdapat larangan untuk

makan, merokok, dan

meludah di dalam kawasan

pabrik

2. Karyawan tidak ada yang

merokok dalam lingkungan

1. Banyak karyawan yang

bercanda di ruang produksi

saat menganggur dan sering

membetulkan topi dan

masker

Page 113: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

97

pabrik

3. Makan hanya diizinkan di

ruang istirahat

4. Banyak karyawan yang

bercanda di ruang produksi

ketika menganggur dan

membetulkan topi dan

masker

7.5. Pengunjung Pengunjung harus mengikuti segala ketentuan higiene

yang berlaku

1. Pihak manajemen dan

mahasiswa pkl atau pihak

eksternal yang masuk ke

dalam ruang produksi harus

mengikuti peraturan yang

berlaku

8. Pelatihan

8.1. Kepedulian dan

tanggung jawab

Karyawan harus peduli dan bertanggung jawab untuk

melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan

serta harus memiliki kemampuan untuk menangani

produk dengan higienis

1. 97,1% responden dari

karyawan menyatakan

peduli terhadap kebersihan

selama bekerja

2. 94,1% responden dari

karyawan menyatakn peduli

terhadap produk yang

dihasilkan perusahaan.

8.2. Program pelatihan Program pelatihan harus mencakup:

1. Sifat alami dari produk, mengenai bakteri

patogen dan mikroorganisme pembusuk

2. Sikap ketika menangani dan mengemas produk

3. Batas aman produk sebelum dikonsumsi

4. Kondisi produk saat disimpan

1. Program pelatihan internal

dilakukan dengan Learning

by Doing. Hal ini

dimaksudnkan agar

karyawan dapat mengerti

secara utuh mengenai

Page 114: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

98

5. Umur simpan dari produk sistem higiene perusahaan

2. Pelatihan eksternal

diberikan kepada karywan

tertentu, seperti QC dan

analis laboratorium

8.3. Instruksi dan supervisi Supervisi perlu dilakukan secara berkala untuk meliht

efektivitas dari pelatihan yang dilakukan

1. Supervisi dilakukan oleh

mandor dan beberapa kali

dikontrol langsung oleh

manajer produksi

2. Pada saat supervisi dapat

dilihat pengetahuan

karyawan tentang higiene

yang diaplikasikan pada

pekerjaannya

8.4. Pembaharuan

pelatihan

Program pelatihan harus selalu dilakukan review dan

diperbaharui sesuai dengan keperluan yang ada

1. Program pelatihan

karyawan dilakukan secara

Learning by Doing sehingga

materi yang diberikan selalu

disesuaikan dengan

kebutuhan dari karyawan

9. Informasi produk dan

kepedulian konsumen

9.1. Identifikasi lot Setiap kontainer atau sarana pengangkut harus ditandai

dengan identitas produsen dan lot

1. Setiap produk yang akan

diekspor telah diberi

identitas dalam kontainer

dan dicatat

9.2. Informasi produk Semua produk pangan harus diberi informasi yang

memadai agar dapat digunakan pada rantai pangan

berikutnya dengan aman dan benar

1. Semua produk telah

diberikan informasi yang

memadai bagi konsumen

Page 115: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

99

dan pihak lain yang

menagani produk termasuk

cara penyimpanan produk

9.3. Pelabelan Semua produk pangan harus diberi label dengan benar

agar dapat digunakan pada rantai pangan berikutnya

dengan aman dan benar

1. Setiap produk telah

diberikan label sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

9.4. Pendidikan konsumen Program ini dilakukan untuk memberi pengetahuan

kepada konsumen mengenai sifat produk dan kaitan

antara suhu dan kerusakan produk

1. Pendidikan kepada

konsumen dilakukan

dengan memberikan

keterangan yang jelas pada

label produk bahwa produk

harus disimpan pada suhu

tertentu dan pemberian

tanggal produksi

Eksportir 1. Transportasi CAC (2009); KEP 01/MEN/2007

Page 116: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

100

1.1. Persyaratan a. Sarana distribusi hasil perikanan baik yang digunakan

untuk hasil tangkapan maupun budidaya harus dijaga

dalam keadaan bersih dan baik untuk menghindari

kontaminasi dan kerusakan fisik, dan didesain agar

mudah dibersihkan dan/atau disanitasi

b. Sarana pengangkut harus dapat melindungi produk

dari risiko penurunan mutu dan keamanan hasil

perikanan

c. Dapat menjaga suku, kelembaban, dan atmosfer

secara efektif untuk mencegah kontaminasi dan

kerusakan produk

d. Suhu, kelembaban, dan atmosfer dapat dikontrol

dengan efektif

e. Dapat dibersihkan dan didesinfeksi dengan efektif

f. Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus

mendokumentasikan sistem manajemen keamanan

pangannya yang mencakup GHdP yang diterapkan

g. Menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan

selalu dijaga tetap terkini

h. Memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga

periode waktu tertentu

1. Sistem transportasi yang

dilakukan adalah dengan

menggunakan kontainer.

2. Kontainer yang digunakan

merupakan kontainer yang

memiliki desain untuk

menghindari kontaminasi

dan kerusakan fisik, mudah

dibersihkan dan disanitasi

3. Kontainer dilengkapi

dengan pendingin udara

sehingga dapat menjaga

suhu produk tetap terjaga

dan memiliki data rekaman

suhu selama pendingin

udara hidup

4. Pihak perusahaan memiliki

data penyimpanan suhu

selama proses distribusi

melalui data rekaman.

1.2. Penggunaan dan

pemeliharaan

a. Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan

untuk tujuan lain selain hasil perikanan yang dapat

1. Kontainer yang digunakan

untuk melakukan ekspor

Page 117: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

101

mengontaminasi hasil perikanan

b. Bila pada saat yang sama sarana kendaraan yang

digunakan juga untuk mengangkut produk lain, harus

dipisahkan dan dijamin kebersihannya agar tidak

mengontaminasi hasil perikanan

c. Saran pengangkut harus tetap dijaga kebersihannya

d. Sebaiknya sarana pengangkut harus didesain untuk

transpotasi pangan dan digunakan untuk tujuan

tersebut

adalah kontainer yang

dikhususkan untuk

mengangkut bahan pangan

2. Kontainer yang akan

digunakan akan dicuci

terlebih dahulu dan

didinginkan hingga

mencapai suhu yang sesuai

sebelum produk

dimasukkan

Page 118: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

102

Lampiran 5. Format Angket Pengetahuan Hygiene Karyawan

[modifikasi Aarnisalo et al. (2006)]

Silanglah jawaban yang menurut anda benar

1. Seberapa sering anda masuk ke dalam ruang produksi

a. Terus menerus di dalam ruang produksi

b. Lebih dari 5 kali

c. Tidak lebih dari 5 kali

d. 2-3 kali

e. Sekali

f.Tidak pernah

2. Seberapa sering anda menyentuh permukaan produk secara langsung

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Jarang

e. Tidak pernah

3. Pakaian pelindung apa yang anda gunakan

a. Alas kaki/ Boots

b. Topi

c. Pakaian seragam lengkap

d. Sarung tangan

e. Baju seragam

f.Lainnya

4. Kapan anda mencuci tangan selama waktu bekerja

a. Setelah keluar toilet

b. Setelah bekerja ketika tangan kotor

c. Sebelum makan siang

d. Sebelum memasuki area produksi

e. Sebelum bekerja tanpa menggunakan sarung tangan

f.Setelah merokok

g. Lainnya

5. Seberapa sering anda mencuci peralatan yang anda gunakan

a. Selalu setelah bekerja

b. 1x sehari

c. 1x seminggu

d. 2-4 kali sebulan

e. 2 kali sebulan

f.1 kali sebulan

g. 1 kali setahun atau kurang

h. Tidak pernah

6. Apakah anda mengerti mengenai higiene

a. Ya

b. Pernah mendengar

c. Tidak

7. Apakah anda peduli dengan kebersihan selama bekerja

a. Ya

b. Biasa saja

c. Tidak

Page 119: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

103

8. Apakah anda peduli dengan produk yang dihasilkan perusahaan

a. Ya

b. Biasa saja

c. Tidak

9. Apakah anda paham mengenai histamin

a. Ya

b. Pernah mendengar

c. Tidak

10. Apakah anda paham mengenai kontaminasi

a. Ya

b. Pernah mendengar

c. Tidak

Lampiran 6. Pedoman Skor Likelihood RFMEA

Skor Likelihood (L) Peluang atau Kemungkinan Terjadi Satu

Peristiwa Berisiko

9 atau 10 Hampir pasti akan terjadi, peluang 90-100%

7 atau 8 Akan terjadi, peluang sekitar 70-80%

5 atau 6 Mungkin terjadi atau tidak terjadi, peluang 50%

3 atau 4 Sangat mungkin tidak akan terjadi, peluang 30-

40%

1 atau 2 Hampir pasti tidak akan terjadi, peluang 10-

20%

Lampiran 7. Pedoman Skor Impact RFMEA

Skor Impact (I) Pengaruh terhadap Aspek Teknis

9 atau 10 Berdampak pada produk akhir atau suatu item

tidak dapat digunakan lagi

7 atau 8 Berdampak pada produk akhir atau suatu item

yang tidak dapat digunakan oleh klien atau

pelanggan

5 atau 6 Berdampak pada produk akhir atau suatu item

yang membutuhkan persetujuan klien atau

pelanggan apakah mau menerima atau tidak

produk itu

3 atau 4 Berdampak kecil pada produk akhir atau suatu

item yang cukup membutuhkan persetujuan dari

pihak internal perusahaan untuk menyerahkan

produk itu kepada klien atau pelanggan

Page 120: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

104

1 atau 2 Tidak berdampak pada produk akhir atau suatu

item

Lampiran 8. Pedoman Skor Detection RFMEA

Skor Detection (D) Kemampuan Metode Deteksi terhadap Risiko

9 atau 10 Tidak ada metode deteksi atau metode deteksi

yang ada tidak mampu memberikan cukup

waktu untuk melaksanakan rencana kontingensi

7 atau 8 Metode deteksi tidak terbukti atau tidak andal,

atau efektivitas metode deteksi tidak diketahui

untuk mendeteksi tepat waktu

5 atau 6 Metode deteksi memiliki tingkat efektivitas

yang rata-rata (medium)

3 atau 4 Metode deteksi memiliki tingkat efektivitas

yang tinggi

1 atau 2 Metode deteksi sangat efektif dan hampir pasti

risiko akan terdeteksi dengan waktu yang cukup

untuk melaksanakan rencana kontingensi

Lampiran 9. Layout PT X

Page 121: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

105

Page 122: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

106

Lampiran 10. Form Kontrol Suhu PT X

Lampiran 11. Sertifikat HACCP PT X

PT X

PT X

Page 123: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

107

Lampiran 12. Prosedur Penarikan PT X

Backward:

1. Nama kapal dan suplier

2. Tanggal kedatangan bahan baku

3. Suhu di setiap tahapan proses

4. Mutu bahan baku

5. Hasil dari nilai histamin

6. Hasil pengecekan mikrobiologi

Upward:

1. Nama perusahaan

2. Nama produk

3. Tanggal produksi

4. Tanggal pengiriman

5. Berat bersih

6. Nomor Health Certificate

7. Nama penerbangan

8. Nomor Airway Bill

9. Nomor styrofoam

10. Spesies

Lampiran 13. Form Pest Control PT X

PT X

Page 124: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

108

Lampiran 14. Hasil Pengecekan Kesehatan Karyawan

Lampiran 15. Surat Keterangan Pemasok

PT X

PT X

PT X

PT X

TRANSIT A DAN B MUARA BARU

TRANSIT A DAN B MUARA BARU

Page 125: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

109

Lampiran 16. Sertifikat Hasil Tangkapan (Catch Certificate) PT X

Page 126: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

110

Page 127: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

111

Lampiran 17. Harvest Vessel Receiving Record PT X

Lampiran 18. Form Daily Report Raw Material Receiving PT X

PT X

PT X

Page 128: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

112

Lampiran 19. Form Spesifikasi Bahan Pengemas

Lampiran 20. Sertifikat Kesehatan Produk Perikanan

PT X

PT X

Page 129: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

113

Lampiran 21. Invoice Packing List PT X

Lampiran 22. Kebijakan Manajemen PT X

PT X

PT X

PT X

Page 130: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

114

Lampiran 23. Struktur Organisasi PT X

Lampiran 24. Tim HACCP PT X

Nama Jabatan

Cynthia Utami Koordinator HACCP

Melinda QC

Hesti Ningrum Analis Laboratorium

Nur Hadipitoyo Manajer Produksi Khow Teng Kwie Purchaising

Marsel Judianto Marketing

Supriyanto Maintenance Engineer

Lampiran 25. Pembagian Tugas Tim HACCP PT X

Jabatan Tugas

Direktur 1. Membuat Keputusan Akhir

2. Melakukan review terhadap HACCP

secara berkala

3. Melakukan review terhadap QC 4. Interaksi dengan pembeli

Koordinator QA 1. Mengkoordinir kegiatan HACCP

2. Melakukan audit secara berkala dan

review terhadap GMP dan SSOP

3. Memfasilitasi audit

4. Melakukan rekruitmen dan pelatihan

OC 1. Melakukan dokumentasi dan update

tentang HACCP

2. Melakukan audit mingguan, review, dan

pelatihan

3. Memantau HACCP, SOP, dan SSOP 4. Melakukan pengecekan produk

5. Mengecek spesifikasi dari pembeli

PT X

Page 131: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

115

6. Memantau seluruh kegiatan pest control

Analis Laboratorium 1. Mengambil sampel produk untuk

analisis laboratorium

2. Mengambil sampel air dan es

3. Melakukan tes swabbing

4. Melakukan dokumentasi dan update

tentang HACCP

Manajer Produksi 1. Mengimplementasikan dan menjaga

SOP

2. Melakukan review dan audit SOP

3. Memastikan produk yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi

Purchaising 1. Mendukung kegiatan pembelian

2. Melakukan pembelian material

3. Melakukan operasi terhadap logistik dan

gudang

Maintenance Engineer 1. Melakukan GMP untuk mesin pabrik

2. Melakukan perawatan untuk es, air,

pemanas air, dan listrik

3. Melakukan penrawatan untuk sistem

drainase, insulasi, dan pembekuan, serta

penerangan

4. Melakukan perawatan untuk seluruh peralatan

Marketing 1. Menyiapkan dokumen dan proses ekspor

2. Berkoordinasi dengan pembeli

3. Melakukan komunikasi bila terjadi

proses recall

4. Mengawasi proses pengiriman barang di

kapal dan melakukan review serta audit

Lampiran 26. Distribusi Dokumen PT X

Jabatan Instansi Jenis Dokumen

Direktur PT X Copy 1

Manajer QA PT X Copy 2

Manajer Produksi PT X Copy 3

Fish Inspector Dinas Perikanan DKI Jakarta Copy 4

Directorate of Quality and

Safety Certification

Badan Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan,

Kementerian Kelautan dan

Perikanan RI (BKIPM KKP

RI)

Copy 5

Fish Inspection and Quality

Control

Badan Pengujian Mutu dan

Pengolahan Hasil Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta

(BPMPHPK DKI Jakarta)

Copy 6

Arsip PT X Asli

Page 132: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

116

Lampiran 27. Diagram Alir Produksi Tuna Loin Beku PT X

Lampiran 28. Rencana Tanggap Darurat PT X

Keluhan

Direktur

Manajer Pemasaran Manajer Produksi

QC

Export Record Internal

Export Record External

PT X

Page 133: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

117

Lampiran 29. Sertifikat Kalibrasi PT X

PT X

Page 134: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

118

Lampiran 30. Hasil Asesmen ISO 28000 PT X

Nomor

Klausul

Interpretasi Klausul Kondisi Keterangan

Ya Tidak

4.1. Persyaratan Umum

Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan, memelihara, dan

meningkatkan sistem manajemen keamanan yang efektif untuk mengidentifikasi ancaman

keamanan, menilai risiko, dan mengendalikan serta mengurangi akibatnya

√ Sistem manajemen keamanan pangan

tertera di dalam HACCP Plan

Perusahaan

Organisasi harus terus menerus meningkatkan efektifitasnya sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan dalam seluruh klausul 4

√ Peningkatan efektifitas dengan adanya

amandemen jika dokumen sudah tidak

relevan dengan kondisi yang ada

Organisasi harus menetapkan ruang lingkup sistem manajemen keamanannya √ Ruang lingkup sistem manajemen

keamanan pangan

Apabila organisasi memilih untuk mensubkontrakan proses apapun yang mempengaruhi

kesesuaian dengan persyaratan ini, organisasi harus memastikan bahwa proses tersebut

dikendalikan

√ Proses sub kontrak dilakukan oleh

perusahaan khsus untuk pest control

dan tertera di dalam HACCP Plan

Pengendalian dan tanggung jawab yang dibutuhkan terhadap proses yang disubkontrakan

tersebut harus diidentifikasi di dalam sistem manajemen keamanan

√ Proses yang disubkontrakan tertera di

dalam HACCP Plan

4.2. Kebijakan Manajemen Keamanan

Manajemen puncak organisasi harus mengesahkan seluruh kebijakan manajemen keamanan.

√ Seluruh kebijakan telah disahkan oleh

Direktur perusahaan

Kebijakan harus konsisten dengan kebijakan organisasi yang lain √ Kebijakan diturunkan dalam program-

program yang konsisten dengan

kebijakan utama perusahaan

Kebijakan harus memberi kerangka kerja untuk penyusunan sasaran, target, dan program

manajemen keamanan yang spesifik

Kebijakan harus konsisten dengan kerangka kerja manajemen risiko dan ancaman keamanan

pada organisasi secara menyeluruh

Kebijakan harus memadai untuk menghadapi ancaman-ancaman pada organisasi dan sifat √

Page 135: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

119

serta skala operasionalnya

Kebijakan harus menjabarkan sasaran manajemen keamanan secara menyeluruh dengan

jelas

Kebijakan harus mencakup komitmen untuk peningkatan berkesinambungan proses

manajemen keamanan

Kebijakan harus mencakup komitmen untuk mentaati ketentuan hukum, peraturan dan

undang-undang yang berlaku serta peraturan lainnya yang mengikat organisasi

Kebijakan harus disetujui oleh manajemen puncak √

Kebijakan harus didokumentasikan, diimplementasikan, dan dipelihara √ Tertulis dan terdokumentasikan pada

HACCP Plan perusahaan

Kebijakan harus dikomunikasikan kepada semua pegawai dan pihak ketiga yang relevan

termasuk kontraktor dan pengunjung dengan maksud agar mereka memahami tanggung

jawabnya masing-masing terkait masalah keamanan

√ Tidak dikomunikasikan dalam bentuk

rapat managemen, hanya secara non

formal

Kebijakan harus tersedia bagi pemangku kepentingan jika perlu √ Terdapat daftar distribusi dokumen

Kebijakan harus disesuaikan jika terjadi akuisisi atau penggabungan dengan organisasi lain

atau perubahan lain pada ruang lingkup bisnis organisasi yang mungkin mempengaruhi

keberlangsungan atau relevansi dari sistem manajemen keamanan

√ Terdapat proses amandemen

4.3. Penilaian Risiko Keamanan dan Perencanaan

4.3.1. Penilaian Risiko Keamanan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi dan

penilaian terhadap ancaman keamanan secara terus menerus dan ancaman serta risiko yang

berkaitan dengan manajemen keamanan, dan identifikasi serta pelaksanaan tindakan

pengendalian manajemen yang diperlukan

√ Dokumen analisis bahaya terdapat

dalam HACCP Plan dan telah disahkan

oleh Direktur.

Identifikasi ancaman dan risiko keamanan, metode penilaian, dan pengendaliannya

sebaiknya dilakukan secara minimal disesuaikan dengan keadaan dan skala operasional

Penilaian ini harus mempertimbangkan kemungkinan timbulnya suatu kejadian dan seluruh

akibat-akibatnya yang harus dicakup:

a. Ancaman kegagalan fisik dan risiko, seperti kegagalan fungsional, kerusakan

insidental, kerusakan parah, atau ancaman teroris atau tindakan kriminal

Penilaian bahaya mencakup untuk

kegagalan fungsional, kerusakan

insidental.

Pengendalian bahaya bioterorism tidak

Page 136: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

120

terdokumentasi namun diaplikasikan

dalam bentuk CCTV

b. Ancaman dan risiko operasional, termasuk pengendalian keamanan, faktor manusia

dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi kinerja, kondisi atau keselamatan

organisasi

c. Kejadian alam (badai, banjir, dsb) yang mungkin menyebabkan tidak efektifnya

peralatan dan tindakan pengamanan

√ Tidak diperhitungkan dalam HACCP

Plan. Pengendaliannya hanya bersifat

spontanitas pegawai dan pencegahan

berdasarkan pengalaman

d. Faktor di luar pengendalian organisasi, seperti gagalnya peralatan dan jasa yang

dipasok dari luar

e. Ancaman dan risiko terhadap pemangku kepentingan seperti kegagalan untuk

memenuhi persyaratan perundangan atau rusaknya reputasi atau merk dagang

f. Desain atau instalasi peralatan keamanan termasuk penggantian, pemeliharaan, dsb √ Terdapat dalam rekaman selama proses

g. Manajemen informasi dan data serta komunikasi √

h. Ancaman terhadap kelangsungan operasional √

Organisasi harus memastikan bahwa hasil penilaian ini dan dampak pengendalian ini

dipertimbangkan dan bila dianggap memadai memberikan input terhadap:

a. Sasaran dan target manajemen keamanan

b. Program manajemen keamanan √

c. Penetapan persyaratan untuk desain, spesifikasi, dan instalasi √

d. Identifikasi sumber daya yang memadai termasuk tingkatan staf √

e. Identifikasi kebutuhan pelatihan dan keterampilan √

f. Pengembangan pengendalian operasional √

g. Kerangka kerja manajemen risiko dan ancaman organisasi secara keseluruhan √

Organisasi harus mendokumentasikan dan menjaga agar informasi di atas diperbaharui √ Setiap kebijakan perusahaan dan

prosedur kerja selalu terdokumentasi

dan diperbaharui

Page 137: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

121

Metodologi organisasi harus identifikasi dan penilaian ancaman dan risiko harus:

a. Ditetapkan sesuai dengan ruang lingkup, sifat, dan waktu untuk memastikan bahwa

metodologinya proaktif dan bukan reaktif

Seluruh metodologi yang diterapkan

adalah proaktif (HACCP)

b. Mencakup pengumpulan informasi yang berkaitan dengan ancaman dan risiko

keamanan

c. Membuat klasifikasi ancaman dan risiko dan mengidentifikasi mana yang harus

dihindari, dihilangkan, dan dikendalikan

√ Terdapat dalam tabel analisis bahaya

d. Melakukan pemantauan atas tindakan untuk memastikan efektivitas dan jangka waktu

pelaksanaannya (lihat 4.5.1.)

√ Monitoring dilakukan untuk sistem

keseluruhan namun belum secara

personal

4.3.2. Persyaratan Hukum, Peraturan Perundangan, dan Persyaratan Keamanan Lainnya

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur:

a. Untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan perundang undangan yang

berlaku serta persyaratan lainnya yang mengikat organisasi terkait dengan ancaman

dan risiko keamanannya

Akses terhapadap persyaratan

perundangan dapat diberikan dengan

mudah karena masih berada di bawah

pembinaan PPS Nizam Zachman

b. Untuk menentukan bagaimana persyaratan ini diterapkan pada ancaman dan risiko

keamanannya

Organisasi harus menjaga agar informasi selalu mutakhir √

Organisasi harus mengkomunikasikan informasi relevan mengenai ketentuan hukum dan

persyaratan lainnya kepada pegawainya dan pihak ketiga terkait lainnya termasuk kontraktor

√ Adanya distribusi dokumen dan

penyampainan secara langsung dari

pihak manajemen kepada karyawan

4.3.3. Sasaran Manajemen Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara sasaran manajemen keamanan

yang terdokumentasi pada fungsi dan tingkatan yang relevan di dalam organisasi.

Sasaran manajemen keamanan telah

disahkan, dan diterapkan serta

terdokumentasi dalam HACCP Plan

Sasaran tersebut harus diturunkan dari dan konsisten dengan kebijakan √

Saat menetapkan dan meninjau sasarannya, organisasi harus memperhatikan:

a. Persyaratan hukum, peraturan perundangan, dan peraturan keamanan lainnya

b. Ancaman dan risiko keamanan √

c. Pilihan teknologi dan pilihan lainnya √

Page 138: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

122

d. Persyaratan keuangan √

e. Persyaratan operasional √

f. Persyaratan bisnis √

g. Pandangan pemangku kepentingan √

Sasaran manajemen keamanan harus:

a. Konsisten dengan komitmen organisasi terhadap peningkatan berkesinambungan √

b. Bisa dihitung (bila memungkinkan) √

c. Dikomunikasikan kepada seluruh pegawai dan pihak ketiga terkait, termasuk

kontraktor, dengan maksud agar mereka menyadari kewajiban masing-masing

√ Tidak dikomunikasikan dalam bentuk

rapat dengan management bersama

supplier

d. Ditinjau secara berkala untuk memastikan bahwa sasaran tersebut masih tetap relevan

dan konsisten dengan kebijakan manajemen keamanan.

√ Tidak dilakukan tinjauan manajemen

secara rutin dalam bentuk rapat

e. Bila dianggap perlu, sasaran manajemen keamanan harus diubah sesuai kondisi yang

ada

4.3.4. Target Manajemen Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara target manajemen keamanan

yang terdokumentasi sesuai dengan kebutuhan organisasi

Target manajemen keamanan telah

disahkan dan diterapkan, dan

terdokumentasi di dalam HACCP Plan

Target ini harus diturunkan dari, dan konsisten dengan sasaran manajemen keamanan √

Target-terget ini harus:

a. Terinci di setiap tingkatan yang sesuai

Target terdapat di setiap tingkatan dan

bagian yang terangkum dalam suatu

kegiatan distribusi produk, namun

belum spesifik pada personal

b. Spesifik, terukur, bisa dicapai, relevan, dan berjangka waktu (bila memungkinkan) √

c. Dikomunikasikan kepada seluruh pegawai dan pihak ketiga terkait, termasuk

kontraktor, dengan maksud agar mereka menyadari kewajiban masing-masing

√ Tidak dikomunikasikan dalam bentuk

rapat manajemen kepada pihak ketiga.

d. Ditinjau secara berkala untuk memastikan bahwa sasaran tersebut masih tetap relevan

dan konsisten dengan sasaran manajemen keamanan

√ Tidak dilakukan tinjauan manajemen

secara rutin dalam bentuk rapat

e. Bila dianggap perlu, target manajemen keamanan harus diubah sesuai kondisi yang

ada

Page 139: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

123

4.3.5 Program manajemen Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara program manajemen keamanan

untuk mencapai saasaran dan targetnya

Program manajemen keamanan telah

disahkan, diterapkan, dan

diokumentasikan di dalam HACCP

Plan

Program harus dioptimasi dan ditetapkan prioritasnya, dan organisasi harus menjamin bahwa

program tersebut diterapkan secara efisien dan efektif dalam biaya

√ Tidak dilihat efektif dan efisiensi dari

program yang dijalankan untuk pegawai

Program harus terdokumentasi yang berisi tanggung jawab dan wewenang yang telah

ditetapkan untuk mencapai sasaran dan target manajemen keamanan serta cara dan skala

waktu untuk mencapai target dan sasaran manajemen keamanan

Program tersebut harus mencakup dokumentasi yang menjelaskan:

a. Tanggung jawab dan wewenang yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran dan

target manajemen keamanan

b. Cara dan skala waktu kapan sasaran dan target manajemen keamanan harus tercapai √

Program harus ditinjau secara berkala untuk memastikan bahwa program tersebut tetap

efektif dan konsisten dengan sasran dan target

√ Tidak dilakukan tinjauan manajemen

secara rutin dalam bentuk rapat

Bila dianggap perlu, program harus diubah sesuai kondisi yang ada √

4.4. Implementasi dan Operasional

4.4.1. Struktur, Wewenang, dan Tanggung Jawab untuk Manajeman Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara struktur organisasi, peran, dan

tanggung jawab dan wewenang yang konsisten dengan pencapaian kebijakan, sasaran,

target, dan program manajemen keamanan

Sturuktur dan wewnang organisasi

tercantum di dalam HACCP Plan

Peran, tanggung jawab, dan wewenang tersebut harus didokumentasikan dan

dkomunikasikan kepada individu yang bertanggung jawab terhadap penerapan dan

pemeliharannya

Page 140: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

124

Manajemen puncak harus memberikan bukti komitmennya terhadap pengembangan dan

penerapan sistem manajemen keamanan dan meningkatkan efektifitasnya secara

berkesinambungan dengan cara:

a. Manajemen puncak harus menunjuk anggota manajemen puncak ,di luar tanggung

jawab lainnya, harus bertanggung jawab atas seluruh desain, pemeliharaan,

dokumentasi, dan peningkatan sistem manajemen keamanan organisasi

Manajemen puncak menunjuk ketua tim

HACCP

b. Menunjuk seseorang atau lebih dari manajemen dengan wewenang yang diperlukan

untuk memastikan bahwa sasaran dan target manajemen keamanan telah

dilaksanakan

√ Manajemen puncak menunjuk manajer

produksi dan manajer QA

c. Manajemen puncak harus mengidentifikasi dan memantau persyaratan dan harapan

pemangku kepentingan organisasi dan mengambil tindakan yang diperlukan serta

tepat waktu untuk mengelola harapan tersebut

d. Manajemen puncak harus memastikan ketersediaan sumber daya secara memadai √

e. Manajemen puncak harus mempertimbangkan dampak merugikan yang mungkin

terjadi dari penerapan kebijakan manajemen keamanan, sasaran, target, program, dan

lain-lain terhadap aspek lain dalam organisasi

f. Manajemen puncak harus memastikan bahwa setiap program keamanan yang

bersumber dari bagian lain dalam organisasi akan melengkapi sistem manajemen

keamanannya

g. Manajemen puncak harus mengkomunikasikan kepada organisasi mengenai

pentingnya memenuhi persyaratan manajemen keamanan agar sesuai dengan

kebijakannya

h. Manajemen puncak harus memastikan bahwa ancaman dan risiko terkait keamanan

selalu dievaluasi dan dicakup di dalam sistem penilaian ancaman dan risiko

organisasi, sebagaimana mestinya

√ Tidak dilakukan tinjauan manajemen

secara rutin dalam bentuk rapat

i. Manajemen puncak memastikan kelayakan dari sasaran, target, dan program

manajemen keamanan

√ Tidak dilakukan tinjauan manajemen

secara rutin dalam bentuk rapat

4.4.2. Kompetensi, Pelatihan, dan Kepedulian

Page 141: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

125

Organisasi harus memastikan bahwa personel yang bertanggung jawab terhadap desain,

operasi, dan manajemen keamanan peralatan dan proses memiliki kualifikasi memadai

dalam segi pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman

√ Kualifikasi Koordinator HACCP adalah

Sarjana Perikanan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk membuat personel atau pihak

yang bekerja untuk organisasi peduli atas hal-hal berikut:

a. Pentingnya kesesuaian terhadap kebijakan dan prosedur manajemen keamanan dan

persyaratan sistem manajemen keamanan

Terdapat prosedur dan instruksi kerja

untuk setiap bagian dan proses

b. Peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan

prosedur manajemen keamanan dan dengan persyaratan sistem manajemen

keamanan , termasuk persyaratan kesiapan dan tanggap darurat

c. Akibat potensial terhadap keamanan organisasi apabila keluar dari prosedur

operasional yang telah ditetapkan

Rekaman kompetensi dan pelatihan harus disimpan √

4.4.3. Komunikasi

Organisasi harus mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa informasi manajemen

keamanan yang relevan dikomunikasikan kepada pegawai terkait, kontraktor, dan pemangku

kepentingan lainnya

√ Tidak dilakukan komunikasi dalam

bentuk rapat oleh manajemen dengan

pemangku kepentingan lain, seperti

supplier

Dikarenakan sifat peka dari informasi tertentu terkait keamanan, pertimbangan sebaiknya

diberikan terhadap kepekaan informasi tersebut sebelum disebarluaskan

4.4.4. Dokumentasi

Organisasi harus menetapkan dan memelihara sistem dokmentasi manajemen keamanan

yang meliputi, namun tidak terbatas pada hal berikut:

a. Kebijakan keamanan, saasaran, dan target keamanan

b. Uraian lingkup sistem manajemen keamanan √

c. Uraian dari elemen-elemen utama sistem manajemen keamanan dan interaksinya,

beserta referensi terhadap dokumen terkait

d. Dokumen, termasuk catatan atau rekaman yang diperlukan oleh Standar Internasional

ISO 28000 ini

e. Dokumen, termasuk rekaman atau catatan yang ditentukan oleh organisasi yang akan √

Page 142: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

126

diperlukan untuk menjamin efektivitas perencanaan, operasional, dan pengendalian

proses yang berhubungan dengan ancaman keamanan yang signifikan dan risiko

Organisasi harus menentukan sensitivitas keamanan dari informasi dan harus mengambil

langkah-langkah untuk mencegah akses dari pihak-pihak yang tidak berwenang

√ Hanya dapat diakses oleh bagian

tertentu saja

4.4.5. Pengendalian Dokumen dan Data

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua

dokumen, data, dan informasi yang dibutuhkan dalam klausul 4 dari standar ini untuk

menjamin bahwa:

a. Dokumen, data, dan informasi hanya dapat diakses oleh individu yang berwenang

b. Dokumen, data, dan informasi ditinjau secara berkala, direvisi sesuai keperluan, dan

disahkan kecukupannya oleh personel yang berwenang

√ Melalui audit internal setiap 3 bulan

sekali

c. Versi terkini dari dokumen, data, dan informasi yang relevan tersedia di seluruh

lokasi operasi yang penting untuk pelaksanaan sistem manajemen keamanan yang

efektif

d. Dokumen, data, dan informasi yang tidak berlaku segera disingkirkan dari semua titik

dan tempat penggunaannya, atau dijamin dari penggunaan yang tidak semestinya

e. Dokumen, data, dan informasi arsip yang disimpan untuk keprluan hukum atau

pengetahuan atau keduanya harus diidentifikasi secara tepat

f. Dokumen, data, dan informasi harus diamankan dan bila berupa elektronik harus

dibuatkan cadangan dan dapat diulihkan

4.4.6. Pengendalian Operasional

Organisasi harus mengidentifikasi operasi-operasi dan kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai:

a. Kebijakan manajemen keamanan

b. Pengendalian akitivitas dan mitigasi dari ancaman yang diidentifikasi memiliki risiko

signifikasn

c. Kepatuhan terhadap hukum, undang-undang, dan persyaratan peraturan keamanan

lainnya

d. Tujuan manajemen keamanan √

Page 143: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

127

e. Pelaksanaan program manajemen √

f. Tingkat keamanan rantai pasokan yang disyaratkan √

Organsiasi harus menjamin operasional ini dan kegiatan yang dilakukan di bawah kondisi

yang ditetapkan melalui:

a. Menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk

mengendalikan situasi dimana ketiadaan prosedur itu dapat menyebabkan kegagalan

untuk mencapai operasi dan kegiatan yang tcantum dalam klausul 4.4.6 butir f di atas

b. Mengevaluasi setiap ancaman yang ditimbulkan dari kegiatan rantai pasokan hulu

dan menerapkan pengendalian untuk mengurangi dampak ini terhadap organisasi dan

operator rantai pasokan hilir lainnya

c. Menetapkan dan memelihara persyaratan untuk barang atau jasa yang berdampak

pada keamanan dan mengkomunikasikan hal ini kepada pemasok dan kontraktor

Prosedur ini harus mencakup pengendalian untuk desain, instalasi, operasional, perbaikan,

modifikasi dari item-item terkait keamanan dari peralatan, instrumentasi, dll

Apabila pengaturan yang ada direvisi atau bila ada peraturan baru yang diperkenalkan yang

dapat berdampak pada operasional manajemen keamanan dan kegiatan, maka organisasi

harus mempertimbangkan ancaman terkait keamanan dan risiko sebelum diimplementasi

Pengaturan yang direvisi atau peraturan baru yang dipertimbangkan harus mencakup:

a. Struktur organisasi, peran atau tanggung jawab yang direvisi

b. Kebijakan manajemen keamanan, sasaran, target, atau program-progeam yang

direvisi

c. Proses dan prosedur yang direvisi √

d. Pengenalan infrasturuktur baru, peralatan keamanan atau teknologi, yang dapat

mencakup perangkat keras (hardware) dan/atau perangkat lunak (software)

e. Pengenalan kontraktor, pemasok, atau personil baru yang sesuai √

4.4.7. Kesiapsiagaan darurat, Tanggap Darurat, dan Pemulihan Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara rencana dan prosedur yang tepat

untuk mengidentifikasi potensi dan tanggapan terhadap insiden keamanan dan situasi

Page 144: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

128

darurat, serta untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan konsekuensi yang terkait

dengannya

Rencana dan prosedur harus mencakup informasi penyediaan dan pemeliharaan setiap

fasilitas peralatan yang diidentifikasi, fasilitas atau jasa yang diperlukan selama atau setelah

insiden atau situasi darurat

Organisasi harus secara periodik meninjau ulang efektifitas kesiapsiagaan darurat, tanggap

darurat, dan rencana dan prosedur pemulihan keamanan, khususnya setelah terjadi insiden

atau situasi darurat yang disebabkan oleh pelanggaran keamanan dan ancaman

√ Proses peninjauan ulang tidak dilakukan

untuk melihat efektifitas kesiapsiagaan.

Organisasi harus secara periodik menguji prosedur-prosedur ini √ Tidak dilakukan pengujian atau

simulasi terhadap prosedur tanggap

darurat

4.5. Pengecekan dan Tindakan Korektif

4.5.1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja Keamanan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur

kinerja sistem manajemen keamanan

Organisasi harus mempertimbangkan ancaman terkait keamanan dan risiko, termasuk

mekanisme kerusakan potensial dan konsekuensinya, ketika menetapkan frekuensi

pengukuran dan penentuan parameter kinerja kunci

Prosedur ini harus memberikan:

a. Pengukuran kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kebutuhan organisasi

b. Memantau sejauh mana kebijakan manajemen keamanan organisasi, sasaran, dan

target tercapai

c. Tindakan proaktif dari kinerja yang memantau kesesuaian terhadap program

manajemen keamanan, kriteria pengendalian operasional, dan peratura hukum,

undang-undang, dan peraturan persyaratan keamanan lainnya

d. Tindakan reaktif dari kinerja yang memantau kerusakan terkait keamanan, kegagalan,

insiden, ketidaksesuaian (termasuk kejadian nyaris celaka dan alarm yang salah) dan

bukti historis lain dari kinerja sistem manajemen keamanan yang tidak sempurna

√ Terdapat prosedur tindakan koreksi

pada setiap tahap

e. Pencatatan data serta hasil pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk √

Page 145: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

129

menmfasilitasi analisis tindakan korektif dan tindakan pencegahan

f. Jika peralatan pematauan diperlukan untuk kinerja dan/atau pengukuran dan

pemantauan, organisasi harus memerlukan penetapan dan pemeliharaan prosedur

untuk kalibrasi dan pemeliharaan peralatan tersebut

√ Sertifikasi kalibrasi dilakukan untuk

alat-alat tertentu saja karena alasan

ekonomi

g. Catatan kalibrasi dan aktivitas pemeliharaan beserta hasil harus disimpan untuk

waktu yang cukup agar sesuai dengan undang-undang dan kebijakan organisasi

4.5.2. Evaluasi Sistem

Organisasi harus mengevaluasi rencanan manajemen keamanan, prosedur, dan kemampuan

manajemen keamanan secara berkala melalui peninjauan ulang, pengujian, laporan pasca

insiden, pembelajaran, evaluasi kinerja, dan latihan secara berkala

√ Proses evaluasi dilakukan melalui

pengujian, dan audit perusahaan

Perubahan signifikan harus tercermin langsung di dalam prosedur √

Organiasasi harus mengevaluasi kesesuaian secara berkala menggunakan undang-undang

dan peraturan yang relevan, praktik terbaik industri, dan sesuai dengan kebijakan dan

sasaran organisasi

Organisasi harus menyimpan rekaman atau catatan hasil evaluasi berkala √

4.5.3. Kegagalan, Insisden, Ketidaksesuaian, serta Tindakan Korektif dan Pencegahan yang

Terkait dengan Keamanan

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk menetukan

tanggung jawab dan kewenangan untuk:

a. Mengevaluasi dan memulai tindakan pencegahan untuk identifikasi potensi

kegagalan keamanan agar sedapat mungkin dicegah dari kejadian

Dikoordinasikan oleh Tim HACCP

b. Melakukan investigasi terkait:

1. Kegagalan termasuk kejadian nyaris celaka dan kesalahan alarm

2. Insiden dan situasi darurat

3. Ketidaksusaian (non conformance)

Dikoordinasikan oleh QC/manajer QA

dan manajer produksi

c. Mengambil tindakan untuk memitigasi konsekuensi yang timbul dari kegagaln

tersebut, insiden, atau ketidaksesuaian

√ Tindakan korektif yang dikoordinasi

oleh QC/manajer QA dan manajer

produksi

d. Memulai dan menyelesaikan tindakan korektif √

Page 146: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

130

e. Mengkonfirmasi efektifitas dari tindakan korektif yang diambil √

Prosedur ini harus mensyaratkan bahwa seluruh tindakan korektif dan pencegahan yang

diusulkan ditinjau melalui proses penilaian risiko dan ancaman keamanan sebelum

diterapkan kecuali apabila diperlukan penerapan segera untuk mencegah bahaya yang

mengancam kehidupan atau keselamatan publik

√ Sesuai prinsip HACCP

Setiap tindakan korektif atau preventif yang diambil untuk menghilangkan penyebab

ketidaksesuaian aktual dan potensil harus sesuai dengan besarnya masalah dan sepadan

dengan ancaman terkait manajemen keamanan dan risiko yang mungkin dihadapi

Organisasi harus menerapkan dan merekam atau mencatat setiap perubahan dalam prosedur

terdokumentasi yang dihasilkan dari tindakan korektif dan pencegahan dan harus mencakup

kebutuhan pelatihan apabila diperlukan

√ Dicatat dalam rekaman

4.5.4. Pengendalian Rekaman

Organisasi harus menetapkan dan memelihara catatan yang diperlukan untuk menunjukkan

kesesuaian dengan persyaratan sistem manajemen keamanan dan Standar Internasional ISO

28000 ini, serta hasil yang dicapai

Record Keeping

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk identifikasi,

penyimpanan, perlindungan, pengambilan, retensi, dan pembuangan rekaman

√ Penyimpanan record keeping hingga 7

tahun

Rekaman harus dan senantiasa dapat dibaca, dapat diidentifikasi, dan tertelusur √

Dokumen elektronik dan digital seharusnya tidak mudah rusak, memliki back up yang aman

dan hanya bisa diakses oleh personal berwenang

4.5.5. Audit

Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara program audit manajemen

keamanan dan harus menjamin bahwa audit sistem manajemen keamanan dilakukan pada

interval waktu yang direncanakan untuk:

a. Menentukan apakah sistem manajemen keamanan tersebut:

1. Memenuhi peraturan yang direncanakan untuk manajemen keamanan termasuk

persyaratan dari keseluruhan klausul 4 dari Standar Internasional ISO 28000

ini

2. Telah diimplementasikan dan dipelihara

Audit internal HACCP

Page 147: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

131

3. Efektif dalam memenuhi kebijakan dan sasaran manajemen keamanan

organisasi

b. Meninjau ulang hasil audit sebelumya dan tindakan yang diambil untuk memperbaiki

ketidaksesuaian

√ Audit internal HACCP

c. Memberikan informasi tentang hasil audit kepada manajemen √ Audit internal HACCP

d. Memverifikasi bahwa peralatan keamanan dan personel dikerahkan secara tepat √ Audit internal HACCP

Program audit, termasuk penjadwalan, harus berdasarkan hasil penilaian risiko dan ancaman

terhadap aktivitas organisasi termasuk hasil audit sebelumya

√ Penjadwalan setiap 3 bulan mengikuti

hasil audit sebelumnya

Prosedur audit harus mencakup ruang lingkup, frekuensi, metodologi serta kompetensi,

termasuk tanggung jawab dan persyaratan untuk meakukan audit serta melaporkan hasilnya

√ Audit internal HACCP

Bila memungkinkan, audit harus dilakukan oleh personel yang independen yang tidak

memiliki tanggung jawab langsung terhadap kegiatan yang diperiksa

4.6. Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Berkesinambungan

Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen keamanan organisasi, pada selang

waktu yang direncanakan, untuk menjamin kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas

Tidak dilakukan peninjauan oleh

manajemen puncak melalui rapat

Peninjauan ulang harus mencakup penilaian kesempatan perbaikan dan perlunya perubahan

pada sistem manajemen keamanan, termasuk kebijakan keamanan dan sasaran keamanan

beserta ancaman dan risiko

√ Tidak dilakukan peninjauan ulang

secara formal, namun hanya secara

informal.

Catatan peninjauan ulang manajemen harus disimpan √

Input untuk peninjauan ulang harus mencakup:

a. Hasil audit dan evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan hukum dan persyaratan

lainnya yang diikuti organisasi

b. Komunikasi dari pihak eksternal yang berkepenitingan, termasuk keluhan √

c. Kinerja organisasi menyangkut masalah keamanan √

d. Sejauh mana sasaran dan target telah tercapai √

e. Status tindakan korektif dan pencegahan √

f. Tindak lanjut dari peninjauan ulang manajemen sebelumnya √

g. Situasi yang berubah, termasuk perkembangan persyaratan hukum, dan lainnya yang

berkaitan dengan aspek keamanan

Page 148: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

132

h. Rekomendasi untuk peningkatan √

Output dari peninjauan ulang manajemen harus mencakup setiap keputusan dan tindakan

yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan kebijakan keamanan, sasaran, target, dan

unsur-unsur lain dari sistem manajemen keamanan, konsisten dengan komitmen pada

perbaikan atau peningkatan terus-menerus

Page 149: ASSESMEN IMPLEMENTASI TRACEABILITY PADA RANTAI … · 28000 dapat menjadi solusi untuk menjamin keamanan rantai distribusi tuna sejak ditangkap, diolah, hingga siap untuk ekspor.

133

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Juli 1991 dari ayah Gunawan

Alimin dan ibu Angelika. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Marsudirini Bekasi dan pada tahun yang

sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknologi Hasil

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Agama

Katolik TPB pada tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013, asisten

praktikum Avertebrata Air pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, asisten

praktikum Metode Statistika ada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum

Mikrobiologi Hasil Perairan pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum

Diversivikasi dan Pengembangan Produk Perairan pada tahun ajaran 2012/2013

dan 2013/2014, asisten praktikum Teknologi Pemanfaatan Hasil Samping dan

Limbah Industri Hasil Perairan pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif

sebagai Ketua Umum UKM Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki), staf

Divisi Sosial Kemasyarakatan dan Peduli Pangan Himasilkan IPB, dan berbagai

kepanitiaan di lingkungan Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah mengikuti

beberapa pelatihan, seperti Pelatihan Entrepreneurship dari Universitas Ciputrra

Entrepreneurship Center (UCEC) dan Bank Indonesia, Pelatihan Hazard Analysis

Critical Control Point (HACCP) oleh IPB, Kementrian Pertanian RI, dan

Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, Pelatihan ISO 22000 oleh IPB dan

Kementrian Perindustrian RI. Bulan Juli-Agustus 2012 penulis melaksanakan

Praktik Lapangan di PT Lautan Niaga Jaya, Muara Baru, Jakarta dengan judul

Kajian Implementasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada

Proses Pengolahan Tuna Saku di PT Lautan Niaga Jaya, Muara Baru, Jakarta.

Penulis juga aktif mengikuti berbagai lomba tingkat mahasiswa. Beberapa

prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialah Finalis Bank Indonesia

Entrepreneurship Program tahun 2012 dan Semifinalis Nutrifood Leadership

Award tahun 2013.