Aspek MSDM (Manajemen Functional)

58
“Peran Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia (Bagian 4)” Oleh: Mohammad Mustaqim, SE, MM, AAAIJ, ICLFP, QIP Mata Kuliah: Manajemen Fungsional Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

description

Manajemen SDM Hubungan Industrial

Transcript of Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Page 1: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

“Peran Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia (Bagian 4)”

Oleh: Mohammad Mustaqim, SE, MM, AAAIJ,

ICLFP, QIP

Mata Kuliah: Manajemen Fungsional

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Page 2: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Outline

04/09/232

Hubungan Industrial dan Norma yang berlakuPeraturan Perusahaan & Perjanjian Kerja

BersamaJenis Perjanjian KerjaSerikat Pekerja/Serikat BuruhMogok Kerja dan Lock OutLembaga Kerja Sama Bipartit & TripartitJam Kerja, Lembur, Istirahat dan CutiUpah, THR, Upah Minimum dan KHLPerselisihan Hubungan Industrial

Page 3: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Hubungan Industrial

(Menurut UU No. 13 tahun 2003)

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 4: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Tujuan Hubungan Industrialmenumbuhkembangkan hubungan yang aman dan

harmonis antara pengusaha dan pekerja, yaitu dengan:

1. Mendorong setiap pengusaha mengembangkan sikap memperlakukan pekerja sebagai manusia atas dasar kemitraan yang sejajar sesuai dengan kodrat, harkat, martabat dan harga diri pekerja;

2.Mendorong para pekerja mempunyai sikap rasa ikut memiliki serta memelihara kelangsungan usaha.

Sasaran Akhir : “Industrial Peace”

Page 5: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketenangan Kerja & Berusaha (Industrial Peace)

MMUI Aktuaria 5

Hak dan Kewajiban terjamin dan dilaksanakan

Perselisihan dapat diselesaikan secara internal (Bipartit)

Mogok atau Penutupan perusahaan tidak perlu dilakukan untuk memaksakan kehendak

Page 6: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Norma Dalam Hubungan Industrial

MMUI Aktuaria 6

Mikro KondisionalAturan yang bersifat lebih rinci dan tiap perusahaan

umumnya memiliki sendiri-sendiriMengatur hal-hal yang tidak diatur dalam aturan Makro

MinimalSering disebut PERSYARATAN KERJA

Makro MinimalAturan yang bersifat umum dan mengikat bagi seluruh

perusahaanAturan yang dibuat perusahaan minimal harus sesuai

dengan aturan tersebut, jika lebih baik diperkenankanSering disebut REGULASI KETENAGAKERJAAN

Page 7: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Realisasi Norma Dalam Hubungan Industrial

MMUI Aktuaria 7

1. Peraturan Mikro Kondisional• Bersifat Individual Perjanjian Kerja• Bersifat Kolektif PP atau KKB

2. Peraturan Makro Minimal• UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan• UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian PHI• UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja• UU No. 3 tahun 1992 tentang Jamsostek• PP & Kepmen sebagai turunannya• Dan lain-lain

Page 8: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Deskripsi Persyaratan KerjaPeraturan Perusahaan

Aturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan

Kesepakatan Kerja BersamaPerjanjian yang merupakan hasil perundingan antara

serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak

Perjanjian KerjaSuatu perjanjian yang dibuat antara pekerja secara

perorangan dengan pengusaha yang pada intinya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak

Page 9: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Peraturan Perusahaan

MMUI Aktuaria 9

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan.

Isi dari peraturan perusahaan adalah syarat kerja yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan dan rincian pelaksanaan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam hal peraturan perusahaan akan mengatur kembali materi dari peraturan perundangan maka ketentuan dalam peraturan perusahaan tersebut harus lebih baik dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Page 10: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Perjanjian Kerja Bersama

MMUI Aktuaria 10

Dalam satu perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang, dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.

Dalam hal beberapa perusahaan tergabung dalam satu grup dan masing-masing perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri, maka perjanjian kerja bersama dibuat dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja masing-masing perusahaan

Page 11: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Status Hubungan Kerja

MMUI Aktuaria 11

Substansi UtamaPerjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Perjanjian Kerja HARIAN atau LEPAS

TurunanPerjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)

Magang / Internship

Page 12: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

MMUI Aktuaria 12

adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu

Sebutan: Karyawan Kontrak, Temporer, Anorganik

Ketentuan Lain:Perjanjiannya harus tertulis latin dalam bahasa

IndonesiaTidak ada masa percobaan

Page 13: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Jenis Pekerjaan PKWT

MMUI Aktuaria 13

1. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

2. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

3. pekerjaan yang bersifat musiman; atau4. pekerjaan yang berhubungan dengan produk

baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

“Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap”

Page 14: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Jangka Waktu PKWT

MMUI Aktuaria 14

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui, tergantung jenis pekerjaan PKWT-nya

PKWT dapat diadakan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan.

Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun

Page 15: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Perpanjangan & Pembaharuan PKWT

MMUI Aktuaria 15

Perjanjian Kerja yang dapat diperpanjang adalah:PKWT terkait dengan produk baru (Jenis ke 4)PKWT atas pekerjaan sekali selesai / bersifat sementara (Jenis

ke 1)PKWT atas pekerjaan yang diperkirakan selesai maksimal 3

tahun (Jenis ke 2)Perjanjian Kerja yang dapat diperbaharui adalah:

PKWT atas pekerjaan sekali selesai / bersifat sementara (Jenis ke 1)

PKWT atas pekerjaan yang diperkirakan selesai maksimal 3 tahun (Jenis ke 2)

Perjanjian Kerja yang TIDAK dapat diperpanjang atau diperbaharui adalah:PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman (Jenis ke 3)

Page 16: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

PKWT berakhir sebelum waktunya

MMUI Aktuaria 16

Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja, kecuali disebabkan karena:

1. pekerja meninggal dunia;

2. berakhirnya/selesainya pekerjaan yang diperjanjikan (harus dinyatakan);

3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

4. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

Page 17: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

MMUI Aktuaria 17

adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

yang bersifat tetapSebutan:

Karyawan Tetap, Permanen, OrganikKetentuan Lain:

Perjanjiannya dapat lisan atau tertulis Diperkenankan adanya masa percobaanBerakhir normal pada usia pensiun (umumnya s/d

pekerja berusia 55 tahun)

Page 18: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

PERJANJIAN KERJA HARIAN/LEPAS

MMUI Aktuaria 18

Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian atau lepas.

Perjanjian kerja harian lepas dilakukan dengan ketentuan pekerja bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu)bulan.

Dalam hal pekerja bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT.

Page 19: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)

MMUI Aktuaria 19

Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis.

Perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan

Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud diatas sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 20: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Hubungan Kerja Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja (Outsourcing)

MMUI Aktuaria 20

Hubungan kerja dalam pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Kerja diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerja yang dipekerjakannya atas dasar PKWT atau PKWTT

Dalam hal ketentuan syarat pemborongan kerja dan syarat perusahaan lain tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja dengan perusahaan pemberi pekerjaan.

Page 21: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Internship / Magang

MMUI Aktuaria 21

Program kerjasama dengan institusi pendidikan

yang bersifat saling menguntungkan

Instansi berwenang, khususnya Depnakertrans,

biasanya tidak mempermasalahkan hal ini dan

dianggap sebagai hal di luar area hubungan

industrial

Solusi yang relatif aman bagi para pengusaha

Page 22: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Serikat Pekerja

MMUI Aktuaria 22

Serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan

untuk pekerja baik di perusahaan maupun diluar perusahaan,

yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan

bertanggungjawab guna memperjuangkan, membela serta

melindungi hak dan kepentingan pekerja serta meningkatkan

kesejahteraan pekerja berikut keluarganya

Organisasi Serikat Pekerja Terbesar di IndonesiaKonfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)

Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)

Page 23: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Pembentukan

MMUI Aktuaria 23

Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.

Serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja.

Serikat pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota federasi serikat pekerja.

Federasi serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) serikat pekerja.

Federasi serikat pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota konfederasi serikat pekerja.

Konfederasi serikat pekerja dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) federasi serikat pekerja.

“Setiap serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja harus memiliki AD/ART”

Page 24: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Larangan Bagi Semua Pihak

MMUI Aktuaria 24

Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja dengan cara :

1. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;

2. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja;3. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun ;4. melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja.

Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja sebagaimana ketentuan diatas dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 25: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Pembubaran Serikat Pekerja

MMUI Aktuaria 25

Serikat pekerja, federasi dan konfederasi serikat pekerja bubar dalam hal:

1. dinyatakan oleh anggotanya menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

2. perusahaan tutup atau menghentikan kegiatannya untuk selama-lamanya yang mengakibatkan putusnya hubungan kerja bagi seluruh pekerja di perusahaan setelah seluruh kewajiban pengusaha terhadap pekerja diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. dinyatakan dengan putusan Pengadilan, akibat: mempunyai asas yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD

1945; pengurus dan/atau anggota atas nama serikat pekerja terbukti

melakukan kejahatan terhadap keamanan negara dan dijatuhi pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Page 26: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Fungsi Serikat Pekerja

MMUI Aktuaria 26

1. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;

2. sebagai wakil pekerja dalam lembaga kerja sama dibidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;

3. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;

5. sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Page 27: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Mogok Kerja

MMUI Aktuaria 27

 Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.

Mogok kerja merupakan hak dasar pekerja dan serikat pekerja sebagai akibat gagalnya perundingan harus dilakukan secara sah, tertib dan damai.

Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan/atau membahayakan keselamatan orang lain.

Page 28: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Mogok Kerja Yang Tidak Sah

MMUI Aktuaria 28

Bukan akibat gagalnya perundingan; Tanpa pemberitahuan kepada pengusaha dan

instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan;

 Dengan pemberitahuan kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan mogok kerja;

isi pemberitahuan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 140 ayat (2) huruf  a, b, c dan d  Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Page 29: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Gagalnya Perundingan

MMUI Aktuaria 29

tidak tercapainya kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan  industrial yang dapat

disebabkan karena pengusaha tidak mau melakukan perundingan walaupun serikat pekerja atau pekerja telah meminta secara

tertulis kepada pengusaha 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari kerja atau

perundingan-perundingan yang dilakukan mengalami jalan buntu yang dinyatakan oleh

para pihak dalam risalah perundingan.

Page 30: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Pasal 140 UU No. 13/2003

MMUI Aktuaria 30

Ayat 1Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja

sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/serikat pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.

Ayat 2Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sekurang-kurangnya memuat:a) waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri

mogok kerja;b) tempat mogok kerja;c) alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan

mogok kerja; d) tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-

masing ketua dan sekretaris serikat pekerja sebagai penanggung jawab mogok kerja.

Page 31: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Larangan Mogok Pada Perusahaan Public Service

MMUI Aktuaria 31

Mogok kerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia, yang dilakukan oleh pekerja yang sedang bertugas dikualifikasikan sebagai mogok kerja yang tidak sah dan dikualifikasikan sebagai mangkir.

Dalam hal mogok kerja yang dilakukan secara tidak sah tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa manusia  yang berhubungan dengan pekerjaannya dikualifikasikan sebagai kesalahan berat.

Page 32: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Lock Out

32

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Penutupan perusahaan (lock out) adalah tindakan

pengusaha untuk menolak pekerja seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan.

Dilihat dari inisiatif pelakunya:

“Lock Out adalah kebalikan dari Mogok Kerja”

Page 33: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Penutupan Perusahaan (Lock-out)

MMUI Aktuaria 33

Penutupan perusahaan (lock out) merupakan hak dasar pengusaha untuk menolak pekerja sebagian atau seluruhnya untuk menjalankan pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan.

Pengusaha tidak dibenarkan melakukan penutupan perusahaan (lock out) sebagai tindakan balasan sehubungan adanya tuntutan normatif dari pekerja dan/atau serikat pekerja .

Penutupan perusahaan (lock out) dilarang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang melayani kepentingan umum dan/atau jenis kegiatan yang membahayakan keselamatan jiwa manusia, meliputi rumah sakit, pelayanan jaringan air bersih, pusat pengendali telekomunikasi, pusat penyedia tenaga listrik, pengolahan minyak dan gas bumi, serta kereta api.

Page 34: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Pemberitahuan Penutupan Perusahaan

34

Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja dan/atau serikat pekerja serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat

Pemberitahuan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum penutupan perusahaan (lock out) dilaksanakan.

Isi Pemberitahuan sekurang-kurangnya memuat:waktu (hari, tanggal dan jam) dimulai dan diakhiri penutupan

perusahaan (lock out);Alasan dan sebab-sebab melakukan penutupan perusahaan

(lock out).Tandatangan pengusaha dan/atau pimpinan perusahaan yang

bersangkutan.

Page 35: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Lembaga Kerja Sama Bipartit & Tripartit

MMUI Aktuaria 35

Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja yang sudah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja.

Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja dan pemerintah.

Page 36: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Lembaga Kerja Sama Bipartit

MMUI Aktuaria 36

Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/ buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit.

Lembaga kerja sama bipartit berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan di perusahaan.

Susunan keanggotaan lembaga kerja sama bipartit terdiri dari unsur pengusaha dan unsur pekerja yang ditunjuk oleh pekerja secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Page 37: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Lembaga Kerja Sama Tripartit

MMUI Aktuaria 37

Lembaga kerja sama tripartit memberikan pertimbangan, saran dan pendapat kepada pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan.

Keanggotaan Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari unsur pemerintah, organisasi pengusaha dan serikat pekerja.

Lembaga Kerja sama Tripartit terdiri dari: Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupaten/ Kota; Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Keanggotaan LKS Tripartit diangkat untuk 1 (satu) kali masa

jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya selama 3 (tiga) tahun.

LKS Tripartit mengadakan sidang secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Kabupaten 1 kali dalam 1 bulan

Page 38: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Tentang Jam Kerja

MMUI Aktuaria 38

Pilihan 17 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat

puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

Pilihan 28 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat

puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

Page 39: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Lembur

MMUI Aktuaria 39

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi: 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau

8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau

waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.

“Kerja lembur pada prinsipnya harus didasarkan pada kebersediaan kedua belah pihak, tanpa ada paksaan

dari salah satu pihak”

Page 40: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Batasan Kerja Lembur

MMUI Aktuaria 40

Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak:

3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu,

Batasan tersebut tidak termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi, misalnya:

jika hari Jumat adalah hari Libur Resmi dan seorang pekerja bekerja selama 5 jam efektif, maka hal tersebut tidak menyalahi ketentuan meskipun total jam lembur-nya dalam minggu itu menjadi 17 jam.

Page 41: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Pekerja Yang Tidak Berhak Upah Lembur

MMUI Aktuaria 41

pekerja yang yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana dan

pengendali jalannya perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu

kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku tidak berhak atas upah kerja lembur.

Page 42: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Upah Lembur

MMUI Aktuaria 42

Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan. Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 kali upah

sebulan. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap

maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus persen) dari upah.

Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % (tujuh puluh lima persen) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % (tujuh puluh lima persen) dari keseluruhan upah.

Page 43: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Istirahat Kerja

MMUI Aktuaria 43

istirahat antara jam kerjasekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)

jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam

kerja;

istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

“Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja untuk

melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya”

Page 44: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Hak Khusus Pekerja Wanita

MMUI Aktuaria 44

Pekerja perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja

Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid

Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

Page 45: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Batasan Cuti Khusus

MMUI Aktuaria 45

pekerja menikah 3 (tiga) hari;menikahkan anaknya 2 (dua) hari;mengkhitankan anaknya 2 (dua) hari;membaptiskan anaknya 2 (dua) hari; isteri melahirkan/keguguran 2 (dua) hari; suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau

menantu meninggal dunia2 (dua) hari;

anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 1(satu) hari.

Page 46: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Upaho Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari Pengusaha kepada

buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya (PP No. 8 thn 1981)

o Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (UU No. 13 thn 2003 & Kep Menakertrans No 49 thn 2004)

“Upah tidak dibayar apabila pekerja tidak melakukan pekerjaan / No Work No Pay”

MMUI Aktuaria 46

Page 47: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

No Work No Pay Tidak berlaku dalam hal:

Karyawan mengambil hak istirahat mingguan

Karyawan mengambil hak istirahat khusus

Karyawan mengambil cuti tahunan Karyawan mengambil cuti besar Karyawan menjalankan tugas negara Karyawan mengalami sakit / tidak

mampu bekerja

MMUI Aktuaria 47

Page 48: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Upah

Pasal 94 UU No. 13 thn 2003 Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan

tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Pasal 96 UU No. 13 thn 2003 Tuntutan pembayaran upah pekerja dan segala

pembayaran yang timbul dari hubungan kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbulnya hak.

MMUI Aktuaria 48

Page 49: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Bentuk Upah Pada dasarnya upah diberikan dalam bentuk uang. Sebagian dari upah dapat diberikan dalam bentuk lain kecuali

minuman keras, obat-obatan atau bahan obat-obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25 % (dua puluh lima persen) dari nilai upah yang seharusnya diterima.

Pembayaran upah harus dilakukan dengan alat pembayaran yang sah dari Negara Republik Indonesia.

Bila upah ditetapkan dalam mata uang asing, maka pembayaran akan dilakukan berdasarkan kurs resmi pada hari dan tempat pembayaran.

MMUI Aktuaria 49

Page 50: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Tunjangan Hari Raya

Pengusaha wajib memberikan THR kepada pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih dan diberikan satu kali dalam satu tahun.

Besarnya THR ditetapkan sebagai berikut:Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara

terus menerus atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah.Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara

terus menerus tetapi kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional.

Upah satu bulan adalah upah pokok ditambah tunjangan-tunjangan tetap.

PP / KKB dapat menentukan lain selama lebih baik

MMUI Aktuaria 50

Page 51: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Ketentuan Pembayaran THR Pembayaran THR disesuaikan dengan Hari Raya

Keagamaan masing-masing pekerja kecuali kesepakatan pengusaha dan pekerja menentukan lain.

Pembayaran THR wajib dibayarkan oleh Pengusaha selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Keagamaan.

Dengan persetujuan pekerja, THR sebagian dapat diberikan dalam bentuk lain kecuali minuman keras, obat-obatan atau bahan obat-obatan, dengan ketentuan nilainya tidak boleh melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari nilai THR yang seharusnya diterima.

Bentuk lain tersebut diberikan bersamaan dengan pembayaran THR.

MMUI Aktuaria 51

Page 52: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Upah Minimum

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Upah minimum dapat terdiri atas: upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota; upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau

kabupaten/kota; Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.

Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

MMUI Aktuaria 52

Page 53: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Komponen KHL(Permenakertrans NOMOR :

PER-17/MEN/VIII/2005)

MMUI Aktuaria 53

Page 54: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

Definisi Perselisihan Hubungan Industrial

MMUI Aktuaria 54

Menurut UU No. 2 Tahun 2004, Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat

yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan

pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja

dalam satu perusahaan.

Page 55: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

PERUNDINGAN BIPARTIT

MMUI Aktuaria 55

Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja atau serikat pekerja dengan

pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial

(Menghasilkan Risalah).

Isi Risalah:nama lengkap dan alamat para pihak;tanggal dan tempat perundingan;pokok masalah atau alasan perselisihan;pendapat para pihak;kesimpulan atau hasil perundingan;tanggal serta tandatangan para pihak yang melakukan

perundingan.

Page 56: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

PERSELISIHAN

SELESAI

PERJANJIANBERSAMA

DIDAFTAR

TIDAK SELESAI

DISETUJUIANJURAN

DITOLAK

SELESAI

PERJANJIANBERSAMA

TIDAK SELESAI

INSTANSI KETENAGA KERJAAN

PENCATATAN

MENAWARKAN PILIHAN

PENYELESAIAN

TIDAK SELESAI

ANJURANDISETUJUI

DITOLAK

DIDAFTAR

TIDAK SELESAI

PUTUSANEKSEKUSI

DITOLAK PERMOHONAN PEMBATALAN

PERTAMA:

- PHK

- HAK

TERAKHIR:

- KEPENTINGAN

- ANTAR SP

B

I

P

A

R

T

I

T

MEDIASI

KONSILIASI

ARBITRASE

M

A

H

K

A

M

A

H

A

G

U

N

G

PENGADILAN

NEGERI

KEPEN-TINGAN

PHK

H A K

ANTAR SP

DITOLAK

DISETUJUI

KASASIPUTUSAN SELA

SELESAI

AKTE PERDAMAIAN

SELESAI

PERJANJIANBERSAMA

Page 57: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

PERANTARA PERSELISIHAN Hubungan Industrial

MMUI Aktuaria 57

Mediator Konsiliator Arbiter

Beriman dan bertakwa Beriman dan bertakwa Beriman dan bertakwa

WNI WNI WNI

Pendidikan S1Pendidikan S1Pendidikan S1

Berbadan sehatBerbadan sehatBerbadan sehat

Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan

Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan

Menguasai per-UU-an ketenagakerjaan

Syarat lain yg ditetapkan menteri

Syarat lain yg ditetapkan menteri

Umur 45 tahun Umur 45 tahun

Berpengalaman 5 tahun

Berpengalaman 5 tahun

Cakap melakukan tindakan hukum

Hakim Ad-Hoc

Beriman dan bertakwa

WNI

Pendidikan S1

Berbadan sehat

(Sarjana hukum utk MA)

Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

Umur 30 tahun

Berpengalaman 5 tahun

Setia kepada Pancasila dan UUD45

Page 58: Aspek MSDM (Manajemen Functional)

MMUI Aktuaria 58

Terima kasih & Sampai Jumpa Lagi!