Asma Bronchial

29
Makalah : Keperawatan Medikal Bedah Dosen : Ns. Supardi, S.Kep. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN (ASMA BRONCHIAL) OLEH: KELOMPOK I A. JAMILA L. MARHAMAH BULKIS RASYID NELLY KOMBONGAN EKASIA LAMBERTUS IRA ANDRIYANI HELMA YUSNA E.B. RAMLAH G. JUMIATI ST. HAMSINAH YULIANA TETY SAMPEBUYANG. HAMDAYANI

description

ASKEP

Transcript of Asma Bronchial

Makalah : Keperawatan Medikal BedahDosen : Ns. Supardi, S.Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENDENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

(ASMA BRONCHIAL)

OLEH:

KELOMPOK I

• A. JAMILA L. • MARHAMAH• BULKIS RASYID • NELLY KOMBONGAN• EKASIA LAMBERTUS • IRA ANDRIYANI• HELMA YUSNA E.B. • RAMLAH G.• JUMIATI • ST. HAMSINAH• YULIANA • TETY SAMPEBUYANG. • HAMDAYANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN “FAMIKA”SUNGGUMINASA – GOWA

2004

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Penyakit saluran nafas dengan karakteristik berupa meningkatnya reaktivitas

trachea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi

penyempitan saluran nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan.

Peningkatan reaktivitas tersebut dihubungkan dengan proses inflamasi.

2. Etiologi

Penyakit asma selalu dihubungkan dengan bronkospasme yang reversibel

sebagai faktor pencetusnya adalah:

Asma alergis disebabkan oleh alergan yang diketahui misalnya:

- Serbuk - Debu

- Binatang

- Makanan

- Bulu-bulu binatang

Asma idiopati atau non-alergi, tidak berkaitan dengan alergan spesifik.

Misalnya:

- Infeksi pernafasan dan iritasi

- Latihan

- Emosional

- Perubahan lingkungan dan suhu

2

3. Patofisiologi

Faktor Instrinsik Faktor ekstrinsik

Infeksi kuman Alergen + faktor genetik

Infeksi saluran pernafasan

Pengaktifan respon imun(sel mast)

Pengaktifan mediator kimiawiHistamin, serotinin, kinin

Bronchospasme edema mukosa sekresi inflamasi

Penyempitan jalan nafas

Pola nafas tidak efektif

Serangan paroksimal

Dispnea, wheezingBatuk, sputum

Anoreksia Inefektif bersihan ancamanjalan nafas kehidupan

Defisit volume cair KecemasanGangguan nutrisi, kurangdari kebutuhan

susah tidur

Penempatan pola istirahattidur

3

4. Manifestasi Klinik

Gejala-gejala umum:

1. Batuk

2. Dispnea

3. Mengi

Serangan asma

1. Seringkali terjadi pada malam hari

2. Mulai serangan mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada

3. Kemudian pernafasan lambat, lobarius, mengi

4. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi

5. Obstruksi jalan nafas membuat sensasi dispnea

6. Batuk sulit dan kering pada awalnya; diikuti dengan batuk yang lebih kuat

dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.

7. Total serangan dapat berlangsung selama 30 menit sampai beberapa jam

dan dapat menghilang secara spontan.

Tanda-tanda lanjut:

1. Sianosis sekunder akibat hipoksia berat

2. Gejala-gejala retensi karbon monoksida (misalnya: berkeringat, takikardia,

dan desakan nadi melebar)

Reaksi yang berhubungan:

1. Eksem

2. Urtikaria

4

3. Edema angioneurotik

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Sputum

- Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum umumnya bersifat

mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang-kadang terdapat

mukus plug.

b. Pemeriksaan darah

- Analisis gas darah umumnya normal, akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.

- Kadang terdapat peningkatan SGOT dan LDH

- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di atas 15.000/mm3.

- Terjadi peningkatan IGE pada waktu serangan.

- Terjadi peningkatan eosinofil

c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru, yakni radiolusen yang

bertambah dan pelebaran rongga intercostals, serta diafragma yang

menurun.

d. Uji Tusuk Kulit (Prick Test)

Pemeriksaan pada kulit dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan

berbagai alergan yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

5

6. Penyulit:

1. Pneumotoraks

2. Gagal nafas

3. PPOK

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan non farmakologik

- Oksigen bila diperlukan

- Hindari faktor pencetus

- Fisioterapi bila perlu

- Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

b. Terapi obat

1. Agonis beta

2. Metil santin

3. Anti kolinergik

4. Kortikosteroid

5. Inhibitor sel mast

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Data Umum

Mencakup identitas klien dan penanggung

6

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas

b. Riwayat penyakit: biasanya klien sudah mengalami sesak nafas sejak

kecil bila terpajan/kontak dengan zat alergan disertai dengan keluhan

batuk produktif yang susah keluar, mengi. Klien bernafas dengan

menggunakan bantuan/sokongan pada lutut, meja, dll.

3. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Biasanya klien punya riwayat alergi seperti debu, cuaca dingin, dll. Klien

pernah menderita penyakit ISPA

4. Riwayat Keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita asma.

5. Riwayat Psikososial

a. Kondisi rumah

- Tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi

- Terpapar dengan asap rokok

- Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah terlalu banyak.

b. Binatang peliharaan: kucing

6. Kebutuhan Dasar

- Pola makan: kurang nafsu makan, porsi tidak dihabiskan

- Pola tidur: tidak dapat tidur bila timbul sesak

- Aktivitas sehari-hari: tidak dapat beraktivitas bila sesak.

7

7. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

- Kelemahan

- Tampak sesak

- Pernafasan cuping hidung/penggunaan otot tambahan

- Tampak gelisah, berkeringat dingin

- Batuk produktif

- Bibir kering

b. Auskultasi

Bunyi nafas mengi dan ronchi sepanjang area paru pada ekspirasi,

penurunan/tidak ada bunyi nafas saat inspirasi.

c. Palpasi

- Kulit teraba dingin

- Takikardi

8. Pemeriksaan Diagnostik

- Sediaan apus darah tepi dan pemeriksaan sputum: cosinofil (+)

- Uji prick test (+)

- Sinar-X dada: normal

- Uji fungsi paru

- Tes tantangan metakolin atau histamin (+)

- Analisa gas darah: PaCO2 40 mmHg

PaO2 < 70 mmHg

8

Pengelompokan Data

a. DS:

- Klien mengeluh sesak nafas

- Merasa cemas terhadap penyakitnya

- Batuk produktif

- Dada tertekan

- Ketidakmampuan untuk bernafas

- Tidak dapat tidur

- Tidak dapat melakukan aktivitas

b. DO

- Kelemahan

- Takikardi

- Tampak sesak

- Pernafasan gelisah dan keringat dingin

- Penggunaan otot bantu pernafasan: meninggikan bahu dan retraksi fosa

supraklavikula.

- Batuk

- Bunyi nafas mengi dan ronchi pada ekspirasi dan selama inspirasi

terjadi penurunan bunyi nafas.

Hasil Pemeriksaan:

Sediaan apus darah tepi, cosinofil meningkat

Tes tantangan metakolin atau histamin (+)

9

Analisa gas darah arteri

PaCO2 40 mmHg

PaO2 < 70 mmHg

II. Diagnosa Keperawatan

Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah1. DS:

- Klien

mengeluh sesak nafas

- Ketid

akmampuan untuk bernafas

- Dada

tertekan

DO:

- Kele

mahan

- Tamp

ak sesak

- Perna

fasan cuping hidung

- Pengg

unaan otot bantu pernafasan

- Gelis

ah dan keringat dingin

- Takik

ardi

Penyempitan jalan

nafas

Pola nafas tidak

efektif

2. DS: Peningkatan Bersihan jalan

10

- Meng

eluh batuk produktif

- Meng

eluh sesak

DO:

- Gelis

ah

- Batuk

- Takik

ardi

produksi mukus nafas tidak efektif

11

3. DS:

- Tidak

dapat tidur

- Meng

eluh batuk dan sesak

DO:

- Gelis

ah

- Sesak

Peningkatan

frekuensi nafas

Gangguan pola

tidur

Prioritas Masalah

1. Pola nafas tidak efektif

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

III. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas

ditandai dengan:

- Klien mengeluh sesak nafas

- Ketidakmampuan untuk bernafas

- Dada tertekan

- Kelemahan

- Tampak sesak

- Pernafasan cuping hidung

- Penggunaan otot bantu pernafasan

- Gelisah dan keringat dingin

12

- Takikardi

13

Tujuan: pola nafas dapat efektif dengan kriteria:

- Klien tidak sesak

- Klien tampak tenang

Intervensi:

1) Auskultasi bunyi nafas

Rasional: derajat spasme bronchus dengan obstruksi jalan nafas

dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya

tidak adanya bunyi nafas oleh mengi’.

2) Kaji frekuensi nafas

Rasional:

3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman

Rasional: peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi

pernafasan dengan menggunakan gravitasi, tapi pasien dengan distress

berat akan mencari posisi yang mudah untuk bernafas, misal: sokongan

tangan atau kaki di meja, bantal, lutut, dapat membantu menurunkan

kelemahan otot dan sebagai alat dispansi dada.

4) Pertahankan polusi udara minimum misal: debu, asap dan bulu bantal

yang berhubungan dengan kondisi individu

Rasional: Merupakan faktor pencetus alergi pernafasan, dan dapat

memperberat sesak.

14

5) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

Rasional: memberi pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

Kolaborasi:

6) Beri O2 sesuai indikasi

Rasional: dapat memperbaiki/mencegah terjadinya hipoksia.

7) Beri obat sesuai indikasi:

Bronchodilator

Rasional: merilekskan otot pernafasan dan menurunkan kongesti

lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Gol. Zantin

Rasional: menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos

dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan

kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan

kontraktilitas diafragma.

Kromolin

Rasional: menurunkan inflamasi lokal dan edema dengan

menghambat efek histamin dan mediator lain.

Steroid oral/IV

Rasional: mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran

histamin, menurunkan berat dan frekuensi spasme, inflamasi

pernafasan dan dispnea.

15

2. Inefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi

mukus, sekresi kental ditandai dengan:

- Mengeluh batuk produktif

- Tampak sesak, dan batuk

- Gelisah

- Takikardi

Tujuan: bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria:

- Klien mengungkapkan sesak tidak ada

- Batuk hilang

- Klien tampak tenang

Intervensi:

1) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk

a. Nafas dalam dan perlahan sebelum duduk setegak mungkin.

b. Gunakan nafas diafragmatik.

c. Tahan nafas selama 3 – 5 detik dan kemudian dengan perlahan

hembuskan sebanyak mungkin melalui mulut (sangkar iga bawah

dan abdomen harus turun).

d. Ambil nafas ke-2, tahan, dan batuk dari dada (bukan dari belakang

mulut atau tenggorok) dengan menggunakan nafas pendek, batuk

kuat.

e. Demonstrasikan pernafasan pursed-lip.

16

Rasional:

Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, dapat

menimbulkan frustasi.

a. Duduk tegak akan menggeser organ abdominal menjauhi paru,

memungkinkan ekspansi lebih besar.

b. Pernafasan diafragma menurun, frekuensi pernafasan dan

meningkatkan ventilasi alveolar.

c. d. Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan

pengeluaran sekret.

e. Pernafasan pursed-lip memanjangkan ekshalasi untuk menurunkan

udara yang terperangkap

2) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi

a. Pertahankan hidrasi adekuat; meningkatkan masukan cairan 2 – 4

liter/hari. Bila tidak dikontraindikasikan oleh penurunan cardiac

output atau penyakit ginjal.

b. Pertahankan kelembaban adekuat udara inspirasi

c. Hindari lingkungan yang mengandung stimulan.

Rasional:

Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan

sumbatan mucus yang dapat menimbulkan atelektasis.

17

3) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan

Rasional: pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan

tindakan.

4) Dorong dan berikan perawatan mulut

Rasional: higiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan

mencegah bau mulut.

5) Kolaborasi: pemberian obat sesuai indikasi:

Ekspektoran

Rasional: mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan.

Analgesik, antitutif

3. Rasional : batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk menghemat

energi dan memungkinkan pasien istirahat.

18