BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF file1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

37
Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012 1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prolabir (Program Langit Biru) adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir dilakukan secara bertahap, terencana dan terprogram, yang melibatkan banyak sektor, baik pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat luas. Prolabir mulai dicanangkan sejak tahun 1996 dengan dasar hukum Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 tahun 1996. Meskipun dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak termasuk dalam Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru, tetapi Propinsi DIY secara aktif telah mencanangkan program tersebut. Pada tahun 1997 Pemerintah Daerah Propinsi DIY melakukan evaluasi kondisi kualitas udara saat itu. Dari evaluasi tersebut disimpulkan bahwa kualitas udara ambien di Propinsi DIY lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan transportasi daripada kegiatan industri. Selama periode 1997 2000 dilakukan survey lalu lintas harian rerata secara periodik oleh Subdin Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Propinsi DIY; hasilnya menunjukkan indikasi peningkatan pencemar di udara ambien yang ditimbulkan dari emisi kendaraan bermotor.

Transcript of BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - · PDF file1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

1

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prolabir (Program Langit Biru) adalah suatu program pengendalian

pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak

bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir

dilakukan secara bertahap, terencana dan terprogram, yang melibatkan

banyak sektor, baik pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat luas.

Prolabir mulai dicanangkan sejak tahun 1996 dengan dasar hukum

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 tahun 1996.

Meskipun dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15

Tahun 1996 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak termasuk

dalam Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru, tetapi

Propinsi DIY secara aktif telah mencanangkan program tersebut.

Pada tahun 1997 Pemerintah Daerah Propinsi DIY melakukan

evaluasi kondisi kualitas udara saat itu. Dari evaluasi tersebut disimpulkan

bahwa kualitas udara ambien di Propinsi DIY lebih banyak dipengaruhi

oleh kegiatan transportasi daripada kegiatan industri.

Selama periode 1997 – 2000 dilakukan survey lalu lintas harian

rerata secara periodik oleh Subdin Bina Marga, Departemen Pekerjaan

Umum Propinsi DIY; hasilnya menunjukkan indikasi peningkatan

pencemar di udara ambien yang ditimbulkan dari emisi kendaraan

bermotor.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

2

Atas dasar pertimbangan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

keselamatan manusia, maka disusunlah strategi pengendalian

pencemaran udara melalui Prolabir.

Program Langit Biru Propinsi DIY meliputi beberapa kegiatan, salah

satunya adalah pemantauan mutu udara ambien. Sebagai salah satu

kabupaten di Propinsi DIY, Kabupaten Bantul melaksanankan pemantauan

mutu udara ambient di titik pantau tertentu yang diperkirakan sebagai titik

yang padat kendaraan bermotor.

1.2 Dasar Hukum

1. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1996

Tentang Program Langit Biru.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996

Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan

4. Peraturan Gubernur DIY Nomor 8 Tahun 2010 tentang program

langit biru tahun 2009-2013

5. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

6/Kep/2005 tentang Penetapan Titik Pantau Udara Ambien di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

6. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5

tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

3

1.3 Tujuan

1. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran

udara yang efektif dan efisien.

2. Terkendalinya pencemaran udara, yang ditunjukan dengan

menurunnya emisi gas buang dan partikulat dari sumber bergerak

dan tidak bergerak.

3. Tercapainya mutu udara ambien yang diperlukan untuk kesehatan

manusia dan makhluk hidup lainnya serta benda – benda cagar

budaya.

1.4 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilaksanakan dengan pengambilan

langsung di lapangan yang dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun.

Lokasi pengambilan sampel sebagai berikut :

1. Pertigaan Pasar Piyungan, Bantul

2. Perempatan Ketandan, Jl Wonosari, Bantul

3. Depan Brimob, Jl. Imogiri Timur, Bantul

4. Perempatan Jejeran, Jl Pleret, Bantul

5. Perempatan Klodran , Bantul

6. Perempatan Madukismo, Jl Ringroad Selatan Bantul

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

4

2 BAB. 2 UDARA AMBIEN DAN PNCEMARAN UDARA

2.1 Udara Ambien

Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 8 Tahun 2010 tentang

program Langit Biru tahun 2009-2013, definisi Udara Ambien adalah udara

bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam

wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan

mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur

lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup menyebabkan

komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara alami

melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak

dapat memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah

tercemar.

Dalam upaya menjaga mutu udara ambien agar dapat memberikan

daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal, maka

dilakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta

pemulihan mutu udara.

2.2 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,

energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

5

manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan, seiring

dengan semakin meningkatnya kegiatan transportasi, industri,

perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar

terhadap pencemaran udara. Udara yang tercemar dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, terutama gangguan pada organ paru-paru,

pembuluh darah, dan iritasi mata dan kulit.

Pencemaran udara karena partikel debu dapat menyebabkan

penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis, emfiesma paru, asma

bronchial dan bahkan kanker paru. Pencemar udara yang berupa gas

dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai paru-paru dan diserap oleh

sistem peredaran darah.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara serta terjaganya

mutu udara, maka pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien

Nasional yang terlampir dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1999, sebagai berikut:

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

6

Tabel 2-1. Baku Mutu Udara Ambien

No Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis

Peralatan

1 SO2 (Sulfur Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

900 μg / Nm3 365 μg / Nm3 60 μg / Nm3

Pararosanilin Spektrofotometer

2 CO (Karbon Monoksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

30.000 μg / Nm3 10.000 μg / Nm3

NDIR NDIR Analyzer

3 NO2 (Nitrogen Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Tahun

400 μg / Nm3 150 μg / Nm3 100 μg / Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4 O3 (Oksida)

1 Jam 1 Tahun

235 μg / Nm3 50 μg / Nm3

Chemi-luminescent

Spektrofotometer

5 HC (Hidro Karbon)

3 Jam 160 μg / Nm3 Flamed Ionization

Gas Chromatografi

6 PM10 (Partikel < 10 mm)

24 Jam 150 μg / Nm3 Gravimetric Hi – Vol

PM 2,5 (*) (Partikel < 2,5 mm)

24 Jam 1 Tahun

65 μg / Nm3 15 μg / Nm3

Gravimetric Hi – Vol

7 TSP (Debu)

24 Jam 1 Tahun

230 μg / Nm3 90 μg / Nm3

Gravimetric Hi – Vol

8 Pb (Timah Hitam)

24 Jam 1 Tahun

2 μg / Nm3 1 μg / Nm3

Gravimetric Ekstraktif Pengabuan

Hi – Vol AAS

9 Dustfall (Debu Jatuh)

30 Hari 10 Ton/km2/Bln (Pemukiman) 10 Ton/km2/Bln (Industri)

Gravimetric

Cannister

10 Total Flourides (as F)

24 Jam 90 Hari

3 μg / Nm3 0,5 μg / Nm3

Specific Ion Electrode

Impigner atau Continous Analyzer

11 Flour Indeks 30 Hari 40 μg/100cm2 dari Kertas Limed Filter

Colorimetric Limed Filter Paper

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

7

No Parameter Waktu Pengukuran

Baku Mutu Metode Analisis

Peralatan

12 Khlorine & Khlorine Dioksida

24 Jam 150 μg / Nm3 Specific Ion Electrode

Impigner atau Continous Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100 cm3 dari Lead Peroksida

Colorimetric Lead Peroxide Candle

Catatan:

(*) PM 2,5 mulai berlaku tahun 2002

Nomor 11 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan

Industri Kimia Dasar (Contoh: Industri Petrokimia, Industri Pembuatan

Asam Sulfat)

2.2.1 Sulfur Dioksida (SO2)

Pencemaran udara oleh sulfur oksida (SOx) terutama disebabkan

oleh dua komponen gas oksida sulfur yang tidak berwarna, yaitu sulfur

dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). SO2 mempunyai karakteristik

bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan SO3

adalah gas yang tidak reaktif.

Pencemaran SOx menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan iritasi

mata, serta berbahaya terhadap kesehatan manula dan penderita penyakit

sistem pernafasan kardiovaskular kronis. Selain berpengaruh terhadap

kesehatan manusia, pencemaran SOx juga berbahaya bagi kesehatan

hewan dan dapat merusak tanaman.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

8

SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Setelah berada di

atmosfir, SO2 mengalami konversi menjadi SO3 yang kemudian menjadi

H2SO4. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan, SO2 di

udara diabsorpsi oleh droplet air alkalin dan membentuk sulfat di dalam

droplet.

Pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara

serta bahan-bahan lain yang mengandung sulfur akan menghasilkan

kedua bentuk sulfur oksida; SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar,

sementara SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total

SOx.

2.2.2 Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida (NO2) dan nitrogen monoksida (NO) adalah

kelompok oksida nitrogen (NOx) yang paling banyak diketahui sebagai

bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berbau dan tidak

berwarna, sedangkan NO2 berbau tajam dan berwarna coklat kemerahan.

Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. NO2

bersifat racun, terutama menyerang paru-paru, yaitu mengakibatkan

kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan

orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan

visibilitas.

Oksida nitrogen juga merupakan kontributor utama smog dan

deposisi asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa organik volatil

membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) di

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

9

dalam smog fotokimia, dan dengan air hujan menghasilkan asam nitrat

dan menyebabkan hujan asam. Deposisi asam basah (hujan asam) dan

kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke

permukaan bumi) dapat membahayakan tanaman, pertanian, ekosistem

perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan

sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta mengubah komposisi

kimia air. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan dan bahkan

memusnahkan kehidupan air.

2.2.3 Oksidan (O3)

Oksidan merupakan senyawa yang memiliki sifat mengoksidasi,

pengaruhnya terhadap kesehatan adalah mengganggu proses pernafasan

dan dapat menyebabkan iritasi mata.

Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan

manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat

ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dsb),

penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya

keanekaragaman hayati.

Oksidan di udara meliputi ozon (lebih dari 90%), nitrogen dioksida,

dan peroksiasetilnitrat (PAN). Karena sebagian besar oksidan adalah

ozon, maka monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

10

2.2.4 Partikulat

Partikulat adalah padatan ataupun likuid di udara dalam bentuk

asap, debu dan uap yang berdiameter sangat kecil (mulai dari <1 mikron

sampai dengan 500 mikron), yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu

yang lama. Disamping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di

udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan

penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru.

Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan

tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada

saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil yang dapat terhirup

(inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam

waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di

bawah 10 µm (PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian

yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi

140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak,

sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi

penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari

komposisinya

Partikel inhalable juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu

partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang

mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, misalnya partikel sulfat dan nitrat

yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx. Umumnya partikel sekunder

berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi mayor dari PM2,5 adalah

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

11

amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik

sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang

lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas

yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari

sumbernya. Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang

lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang

memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem

pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.

Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan

bereaksi langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak

yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam.

Partikel logam berat dan yang mengandung senyawa karbon dapat

mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain

yang berupa gas atau semi-gas karena menempel pada permukaannya.

Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah partikel Pb yang diemisikan

dari gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar

mengandung Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari

kendaraan bermotor dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari

10 dan 2,5 mikrometer.

Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang

menurunkan visibilitas.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

12

2.2.5 Timbal (Pb)

Sebagian besar pencemaran Pb di udara berasal dari senyawa Pb-

organik, seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil yang terdapat pada bensin.

Hampir semua Pb-tetraetil diubah menjadi Pb organik dalam proses

pembakaran bahan bakar bermotor dan dilepaskan ke udara. Selain dari

kendaraan bermotor, pencemaran Pb dapat berasal dari penambangan

dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan

industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, serta

incinerator.

Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik. Gangguan kesehatan

yang ditimbulkan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril

dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat

pembuatan haemoglobin. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem

syaraf dan masalah pencernaan; sedangkan berbagai bahan kimia yang

mengandung timbal dapat menyebabkan kanker.

2.2.6 Partikel 2.5 dan 10

Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi PM10 dan PM2.5.

Particulate yang berukuran 10 mikron atau kurang disebut sebagai PM10

dan kurang dari 2.5mikrom adalah PM2.5. PM dipelajari secara khusus

karena ukurannya yang kecil gampang terhisap saat bernafas dan

menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan. Chow, C Judith dari US

Environmental Protection Agency mengidentifikasi sumber-sumber

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

13

particulate antara lain debu dari jalan dan tanah; pembakaran biomassa,

gas buang kendaraan bermotor, pembakaran dan debu dari kegiatan

konstruksi.

Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang.

Proporsi mayor dari PM2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat,

natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk

di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan

sebagai pencemar udara lintas batas yang ditransportasikan oleh

pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya. Partikel sekunder

PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap

kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk

terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga

karena sifat kimiawinya.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

14

3 BAB 3. DATA HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA TAHUN 2012

1. Perempatan Madukismo ( Jl. Ringroad Selatan Bantul)

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

07 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 9.27

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 36.0º C

SO2 μg/Nm3 900 57.9

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 45%

Pb μg/Nm3 2 0.056

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 8.67

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 17.5 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 315

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 21.1 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 15.1 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 72.2 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Tabel 3.1 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Madukismo

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

baku mutu yaitu Total suspended partikel (TSP) dengan konsentrasi

terukur 315 μg/Nm3 dibading dengan baku mutu sebesar 230 μg/Nm

3.

Kemudian parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 72,2 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

15

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

dan total suspended partikel (TSP) kemungkinan disebabkkan kondisi

lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Emisi gas maupun partikel dari cerobong asap industri besar maupun

industri kecil UKM (sektor industri)

3. Masih rendahnya kualitas infrakstruktur seperti jalan yang

mengakibatkan emisi debu

4. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman

2. Perempatan Klodran (Jl. Bantul, Bantul )

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

08 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 3.44

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 31.6º C

SO2 μg/Nm3 900 52.2

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 50.5%

Pb μg/Nm3 2 0.061

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 3.44

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 5.87 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 117.8

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 17.8 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 17.8 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 72.0 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

16

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

adalah parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 72,0 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

kemungkinan disebabkkan kondisi lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa indutri

kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari

udara berupa kebisingan

3. Perempatan Jejeran (Jl. Imogiri Timur, Bantul)

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

06 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 6.26

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 32.5º C

SO2 μg/Nm3 900 52.4

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 50.5%

Pb μg/Nm3 2 0.235

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 8.00

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 4.43 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 514.8

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 30.1 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 29.8 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 72.7 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

17

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

baku mutu yaitu Total suspended partikel (TSP) dengan konsentrasi

terukur 514,8 μg/Nm3 dibading dengan baku mutu sebesar 230 μg/Nm

3.

Kemudian parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 72,7 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

dan total suspended partikel (TSP) kemungkinan disebabkkan kondisi

lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Emisi gas maupun partikel dari cerobong asap industri besar maupun

industri kecil UKM (sektor industri)

3. Masih rendahnya kualitas infrakstruktur seperti jalan yang

mengakibatkan emisi debu

4. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

18

4. Depan Brimob (Jl. Imogiri Timur, Bantul)

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

06 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 8.81

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 37.3º C

SO2 μg/Nm3 900 57.6

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 41%

Pb μg/Nm3 2 0.123

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 19.0

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 9.76 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 174.8

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 18.6 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 24.1 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 72.4 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

adalah parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 72,4 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

kemungkinan disebabkkan kondisi lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa indutri

kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari

udara berupa kebisingan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

19

5. Perempatan Ketandan ( Jl. Wonosari, Bantul)

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

06 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 7.08

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 36.0º C

SO2 μg/Nm3 900 56.0

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 47%

Pb μg/Nm3 2 <0.046

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 18.0

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 15.70 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 191.0

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 15.4 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 22.6 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 77.5 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

adalah parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 77,5 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

kemungkinan disebabkkan kondisi lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa indutri

kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari

udara berupa kebisingan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

20

6. Pertigaan Pasar Piyungan (Jl. Wonosari, Bantul)

Tanggal Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Analisa

Metode Keterangan

06 Juni 2012

NO2 μg/Nm3 400 18.7

SNI 19-7119.2.2009

Suhu = 36.0º C

SO2 μg/Nm3 900 73.6

SNI 19-7119.7.2009

Kelembaban = 47%

Pb μg/Nm3 2 0.22

SNI 19-7119.3.2009

Cuaca = cerah

O3 μg/Nm3 235 8.67

SNI 19-7119.8.2009

Kec. Angin = 15.70 km/jam

Total Suspended Particulate (TSP)

μg/Nm3 230 146

SNI 19-7119.4.2009

PM 10 μg/Nm3 150 14.6 ASTM D 4096

PM 2,5 μg/Nm3 65 18.5 ASTM D 4096

Kebisingan dBA (Leq) 70 75.8 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter)

Dari hasil pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi

adalah parameter kebisingan juga diatas baku mutu yaitu 75,8 dBA

dibandingkan baku mutu 70,0 dBA.

Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan

kemungkinan disebabkkan kondisi lingkungan sebagai berikut :

1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor

transportasi)

2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa indutri

kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari

udara berupa kebisingan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

21

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 SULFUR DIOKSIDA (SO2)

Gambar 4-1. Hasil Pemantauan Konsentrasi Sulfur Dioksida pada Udara Ambien

Dari Grafik 4-1 Hasil Pemantauan Konsentrasi Sulfur Dioksida pada

Udara Ambien di atas terlihat bahwa konsentrasi SO2 pada udara ambien

yang tertinggi terukur pada titik pantau Pertigaaan pasar Piyungan yaitu

73,6 μg/Nm3. Sedangkan konsentrasi SO2 pada udara ambien terendah

terukur di titik pantau perempatan Klodran 52,2 yaitu 431 μg/m3.

Konsentrasi SO2 pada udara ambien yang terukur pada tempat

pemantauan di wilayah Kabupaten Bantul masih memenuhi baku mutu

yang ditentukan dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun

1999, Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 900 μg/Nm3.

Dampak yang ditimbulkan oleh sulfur dioksida dapat dicegah dan

dikendalikan antara lain dengan menurunkan tingkat emisi sulfur dari

sumbernya, menghindarkan reseptor dari daerah yang tercemar dan

Sulfur Dioksida (SO2)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Mad

ukism

o

Klodr

an

Jejera

n

Brim

ob

Ket

anda

n

Piyun

gan

Lokasi

Ko

nsen

trasi

(ug

/Nm

3)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

22

menggunakan peralatan penyisih gas seperti absorpal, adsorpsi atau

konventer katalitik.

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

a. Sumber bergerak

- Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik

- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.

- Memasang filter pada knalpot

b. Sumber tidak bergerak

- Memasang scruber pada cerobong asap

- Merawat mesin industri agar tetap baik dan melakukan

pengujian secara berkala

- Menggunakan bahan baker minyak atau batu bara dengan

kadar sulfur rendah.

4.2 NITROGEN DIOKSIDA (NO2)

Gambar 4-2. Hasil Pemantauan Konsentrasi Nitrogen Dioksida pada Udara Ambien

Nitrogen Oksida (NO2)

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Mad

ukism

o

Klodr

an

Jejera

n

Brim

ob

Ket

anda

n

Piyun

gan

Lokasi

Ko

nsen

trasi (u

g/N

m3)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

23

Grafik 4-2 Hasil Pemantauan Konsentrasi Nitrogen Dioksida pada

Udara Ambien di atas menunjukkan bahwa konsentrasi nitrogen dioksida

pada udara ambien yang tertinggi terukur di titik pantau pertigaan

Piyungan Jl. Wonosari yaitu 18,7 μg/Nm3. Sedangkan konsentrasi

nitrogen dioksida pada udara ambien yang terendah terukur di titik pantau

Perempatan Klodran, Jl. Bantul, yaitu 3,44 μg/Nm3.

Konsentrasi nitrogen dioksida pada udara ambien yang terukur

pada daerah pemantauan di wilayah Kabupaten Bantul masih memenuhi

baku mutu yang ditentukan dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 41

Tahun 1999, Baku Mutu Udara Ambien Nasional yaitu 400 μg/Nm3.

Nitrogen dioksida mempunyai variasi spasial dan temporal yang

besar artinya konsentrasi nitrogen dioksida akan berubah – ubah dalam

penyebarannya dalam cakupan spasial suatu wilayah dan konsentrasinya

juga tidak akan tetap sepanjang waktu.

Dampak yang ditimbulkan oleh nitrogen dioksida dapat dicegah dan

dikendalikan antara lain dengan mengontrol emisi kendaraan bermotor,

mengontrol pusat kombusi stationer, menghindari reseptor dari daerah

yang tercemar, menggunakan peralatan pengontrol gas, adsorpsi, dan

konventer katalitik serta melakukan kontrol lingkungan.

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

24

4.3 TIMBAL (Pb)

Gambar 4-3. Hasil Pemantauan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Udara Ambien

Grafik 4-3 Hasil Pemantauan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Udara

Ambien di atas menunjukankan bahwa konsentrasi Pb tertinggi terukur di

titik pantau Perempatan Jejeran Jl. Imogiri Timur Bantul, yaitu 0,235

μg/Nm3. Sedangkan konsentrasi Pb terendah terukur di titik pantau

Perempatan Ketandan, Jalan Wonosari, Bantul, yaitu < 0.046 μg/Nm3 .

Konsentrasi Pb di semua titik pantau masih memenuhi Baku Mutu

Udara Ambien Nasional dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 41

Tahun 1999, yaitu 2 μg/m3.

Dampak yang ditimbulkan oleh timbal dapat diturunkan dengan

berbagai cara antara lain penyisihan emisi gas yang mengandung timbal,

subtitusi bahan yang mengandung timbal dengan bahan lain yang tidak

berbahaya, substitusi proses yang menghasilkan timbal dengan proses

lain yang tidak menghasilkan timbal, menurunkan aktivitas yang

Timah (Pb)

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

Madukismo Klodran Jejeran Brimob Ketandan PiyunganLokasi

Ko

ns

en

tra

si (u

g/N

m3

)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

25

menimbulkan timbal dan menghindari reseptor dari daerah yang

terkontaminasi timbal.

4.4 PARTIKEL

Gambar 4-4. Hasil Pemantauan Konsentrasi Partikel pada Udara Ambien

Grafik 4-4 Hasil Pemantauan Konsentrasi Partikel pada Udara

Ambien di atas menunjukkan bahwa konsentrasi partikel tertinggi terukur

di titik pantau Perempatan Jejeran Jl. Imogiri Timur yaitu 514,8 μg/Nm3.

Konsentrasi partikel pada udara ambien yang terendah terukur di titik

pantau Perempatan Klodran, yaitu 117,8 μg/Nm3.

Ada dua titik pantau yang memiliki konsentrasi partikel lebih tinggi

dari kadar yang diperbolehkan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional

dalam lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, yaitu 230

μg/Nm3. Titik pantau yang melebihi ambang batas tersebut adalah

perempatan Jejeran Jl. Imogiri Timur Piyungan dan Perempatan

Madukismo, Jl. Ring road Selatan Bantul

Penyebab tingginya konsentrasi partikulat di ketiga titik tersebut

disebabkan karena padatnya kendaraan bermotor. Kepadatan kendaraan

TSP

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

Madukismo Klodran Jejeran Brimob Ketandan Piyungan

Lokasi

Ko

ns

en

tra

si (u

g/N

m3

)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

26

bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.

Selain itu juga adanya proses industri seperti proses produksi,

penggilingan dan penyemprotan, dapat menambah parikulat dari

pembakaran bahan bakarnya ataupun menyebabkan abu berterbangan di

udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

Pencemaran partikel dapat dikendalikan dari sumber emisinya

dengan cara antara lain: penurunan emisi pada sumbernya, penghindaran

reseptor dari daerah yang tercemar dan dengan menggunakan alat

pengontrol partikel seperti Baghouse, Filters, Cyclones, Impactors,

Scrubbers dan Electrostatic Precipitators.

4.5 OKSIDAN (O3)

Gambar 4-5. Hasil Pemantauan Konsentrasi Oksidan pada Udara Ambien

Grafik 4-5 Hasil Pemantauan Konsentrasi Ozon (O3) pada Udara

Ambien diatas menunjukkan bahwa konsentrasi ozon pada udara ambien

yang tertinggi terukur di titik Depan Brimob, Jl. Imogiri Timur yaitu 19,0

Oksidan (O3)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

Madukismo Klodran Jejeran Brimob Ketandan Piyungan

Lokasi

Ko

nsen

trasi (u

g/N

m3)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

27

μg/Nm3. Konsentrasi partikel pada udara ambien yang terendah terukur

titik pantau perempatan klodran Jl. Bantul, Bantul yaitu 4,33 μg/Nm3.

Konsentrasi ozon yang terukur masih memenuhi baku mutu yang

ditentukan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam lampiran

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, yaitu 235 μg/Nm3.

Dampak yang ditimbulkan oleh ozon dapat dikurangi berbagai cara

antara lain mengontrol emisi kendaraan bermotor, mengontrol emisi

sumber stasioner, menghindari reseptor dari daerah tercemar dan kontrol

lingkungan.

4.6 Kebisingan

Gambar 4-6. Hasil Pemantauan Konsentrasi Oksidan pada Udara Ambien

Grafik 4-6 Hasil Pemantauan Kebisingan pada Udara Ambien di

atas menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di keenam titik pantau tidak

jauh berbeda satu sama lain, yaitu berkisar antara 72 – 77,5 dB, dan

semuanya melebihi ambang batas baku mutu tingkat kebisingan Kep Men

Kebisingan

68

70

72

74

76

78

Mad

ukism

o

Klodr

an

Jejera

n

Brim

ob

Ket

anda

n

Piyun

gan

Lokasi

Ko

ns

en

tra

si

(dB

)

Series1

Series2

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

28

LH Nomor 48 Tahun 1996, yang ditetapkan sebesar 70 dB untuk kawasan

perdagangan dan jasa.

Karena semua titik pantau merupakan perempatan besar yang

padat lalu lintas, maka penyumbang utama kebisingan untuk setiap titik

pantau diperkirakan berasal dari aktiitas transportasi.

4.7 PM 2.5

Gambar 4-7. Hasil Pemantauan Konsentrasi PM 2.5 pada Udara Ambien

Grafik 4-7 Hasil Pemantauan Partikel PM 2.5 pada Udara

Ambien di atas menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di keenam titik

pantau tidak jauh berbeda satu sama lain, yaitu berkisar antara 15,1 –

29,8 μg/Nm3, dan semuanya dibawah ambang batas baku mutu tingkat

Partikel PM 2.5 Kep Men LH Nomor 48 Tahun 1996, yang ditetapkan

sebesar 65 μg/Nm3.

Partikulat udara halus PM 2.5 (partikel dengan aerodynamik

diameter < 2.5 μm) merupakan parameter utama pencemaran udara,

PM 2.5

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Madukismo Klodran Jejeran Brimob Ketandan Piyungan

Lokasi

Ko

ns

ntr

as

i (u

g/N

m3

)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

29

memiliki dampak signifikan pada kesehatan karena dapat berpenetrasi

dan menembus bagian terdalam dari paru-paru dan sistem jantung

Sumber pencemar anthropogenic misalnya gas buang kendaraan

bermotor, asap pabrik, kebakaran hutan dll. Sementara yang alami adalah

debu dan gas sulfur dari gunung berapi, partikulat debu tanah yang

terbawa angin dll

4.8 PM 10

Gambar 4-8. Hasil Pemantauan Konsentrasi PM 2.5 pada Udara Ambien

Grafik 4-8 Hasil Pemantauan Partikel PM 10 pada Udara Ambien di

atas menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di keenam titik pantau tidak

jauh berbeda satu sama lain, yaitu berkisar antara 14,6 – 30,1 μg/Nm3,

dan semuanya dibawah ambang batas baku mutu tingkat partikel PM 10

Kep Men LH Nomor 48 Tahun 1996, yang ditetapkan sebesar 150 μg/Nm3.

Seperti partikulat PM 2.5, Partikulat udara halus PM 10 (partikel

dengan aerodynamik diameter < 10 μm) merupakan parameter utama

pencemaran udara, memiliki dampak signifikan pada kesehatan karena

PM 10

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Madukismo Klodran Jejeran Brimob Ketandan Piyungan

Lokasi

Ko

nsen

trasi

(ug

/Nm

3)

Series1

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

30

dapat berpenetrasi dan menembus bagian terdalam dari tenggorokan dan

sistem jantung.

Sumber pencemar anthropogenic misalnya gas buang kendaraan

bermotor, asap pabrik, kebakaran hutan dll. Sementara yang alami adalah

debu dan gas sulfur dari gunung berapi, partikulat debu tanah yang

terbawa angin dll.

3.9 Tren parameter Kebisingan tahun 2010-2012

Dari hasil pembahasan dan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan

dari parameter-parameter yang diuji yaitu NO2, SO2, O3,Pb , PM 2.5, PM

10, TSP dan kebisingan, terdapat 2 parameter yang melebihi baku mutu

sesuai Kep Men LH Nomor 48 Tahun 1996 yaitu :

1. Kebisingan

2. Total partikel terlarut (TSP).

Berikut tren konsentrasi kebisingan dari 6 lokasi pemantauan dari

Tahu 2010 sampai 2012 ;

Gambar 4.9 Tren paramater kebisingan Tahun 2010-2012

Tren Parameter Kebisingan tahun 2010-2012

69.00

70.00

71.00

72.00

73.00

74.00

75.00

76.00

77.00

78.00

2010 2011 2012

Tahun

dB

Madukismo

Klodran

Jejeran

Brimob

Ketandan

Piyungan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

31

Dari grafik 4.9 terlihat parameter kebisingan dari 6 lokasi, dari grafik

tersebut terlihat untuk lokasi pemantauan Perempatan Madukismo Jl.

Ringroad Bantu dan lokasi titik pantau pertigaaan pasar Piyungan terjadi

tren peningkatan kebisingan dari tahun 2010-2012, sedang untuk 4 lokasi

pemantauan yang lain terjadi tren penurunan.

Sumber – sumber pencemar yang berpotensi meningkatkan

parameter kebisingan antara lain :

a. Sumber bergerak

- Suara knalpot Kendaraan bermotor roda 2 maupun 4.

b. Sumber tidak bergerak

- Aktifitas industri kecil maupun besar

- Aktifitas masyarakat sehari-hari (Pasar, rumah tangga)

Untuk mengurangi potensi kebisingan dapat dilakukan hal-hal sebagai

berikut :

Penerapan aturan yang ketat dan konsisten terhadap emisi suara

dari sumber kendaraan bermotor roda 2 maupun 4

Lokalisasi terhadap sumber pencemar yang tidak bergerak yaitu

industri maupun pemukiman

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

32

3.8 Tren Parameter total suspended (TSP) partikel Tahun 2010-2012

Grafik 4-10. Tren Parameter TSP Tahun 2010-2012

Dari grafik 4-10 terlihat parameter TSP dari 6 lokasi, tren TSP dari

tahun 2010-2012 terlihat bahwa pemantauan tahun 2011 meningkat

konsentrasinya dibandingkan dengan tahun tahun 2010, kemudian secara

umum pemantauan tahun 2012 menurun dibanding tahun 2011.

sumber pencemar yang berpotensi meningkatkan parameter TSP

antara lain :

a. Sumber bergerak

- Suara knalpot Kendaraan bermotor roda 2 maupun 4 terutama

yang sistem pembuangannya tidak terawat

b. Sumber tidak bergerak

- Aktifitas industri kecil maupun besar

- Aktifitas masyarakat sehari-hari (Pasar, rumah tangga)

- Fasilitas jalan yang kurang bagus yang meyebabkan emisi debu

Tren Parameter TSP tahun 2010-2012

0.0

100.0

200.0

300.0

400.0

500.0

600.0

700.0

800.0

900.0

1000.0

2010 2011 2012

Tahun

Ko

ns

en

tra

si Madukismo

Klodran

Jejeran

Brimob

Ketandan

Piyungan

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

33

Untuk mengurangi potensi meningkatnaya parameter TSP dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Penerapan aturan yang ketat dan konsisten terhadap emisi suara

dari sumber kendaraan bermotor roda 2 maupun 4, terutama sistem

pembuangannya yang harus lolos uji emisi

Lokalisasi terhadap sumber pencemar yang tidak bergerak yaitu

industri maupun pemukiman

Perbaikan infrastuktur jalan untuk mengurangi emisi partikel debu

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

34

BAB 5. KESIMPULAN

Pemantauan kualitas udara ambien dari kegiatan program langit biru

(Prolabir) tahun anggaran 2012 dapat diambil kesimpulan bahwa dari 6

lokasi pemantauan dengan parameter yang diuji yaitu NO2, SO2, O3,Pb

,PM 2.5, PM 10, TSP dan kebisingan, terdapat 2 parameter yang melebihi

baku mutu Kep Men LH Nomor 48 Tahun 1996 yaitu :

1. Kebisingan

2. Total partikel terlarut (TSP)

Sumber–sumber pencemar yang berpotensi meningkatkan

parameter kebisingan antara lain :

a. Sumber bergerak

- Suara knalpot Kendaraan bermotor roda 2 maupun 4.

b. Sumber tidak bergerak

- Aktifitas industri kecil maupun besar

- Aktifitas masyarakat sehari-hari (Pasar, rumah tangga)

Untuk mengurangi potensi peningkatan parameter kebisingan

dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Penerapan aturan yang ketat dan konsisten terhadap emisi

suara dari sumber kendaraan bermotor roda 2 maupun 4

2. Lokalisasi terhadap sumber pencemar yang tidak bergerak yaitu

industri maupun pemukiman

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

35

sumber pencemar yang berpotensi meningkatkan parameter TSP

antara lain :

a. Sumber bergerak

- Suara knalpot Kendaraan bermotor roda 2 maupun 4

terutama yang sistem pembuangannya tidak terawat

b. Sumber tidak bergerak

- Aktifitas industri kecil maupun besar yang mempunyai

cerobong asap.

- Aktifitas masyarakat sehari-hari (Pasar, rumah tangga)

- Fasilitas infrastruktur jalan yang kurang bagus yang

meyebabkan emisi debu

Untuk mengurangi potensi meningkatnya parameter TSP dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Penerapan aturan yang ketat dan konsisten terhadap emisi

suara dari sumber kendaraan bermotor roda 2 maupun 4,

terutama sistem pembuangannya yang harus lolos uji emisi

2. Lokalisasi terhadap sumber pencemar yang tidak bergerak

yaitu industri maupun pemukiman

3. Perbaikan infrastuktur jalan untuk mengurangi emisi partikel

debu

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

36

Lampiran1 . DOKUMENTASI KEGIATAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA

Gambar 1. Pengambilan Sampel Pemantauan Kualitas Udara Ambient di perempatan Klodran

Jl. Bantul

Laporan Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2012

37

Gambar 1. Pengambilan Sampel Pemantauan Kualitas Udara Ambient di perempatan

Madukismo Jl. Ringroad Selatan