Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara fungsi keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi agama dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study (kasus- kontrol), menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD). Subjek kasus dalam penelitian ini adalah remaja yang menyalahgunakan Napza dan masih berkonsultasi ke Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu remaja yang tidak menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32 kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Analisis multivariat menunjukkan proporsi remaja yang 1

Transcript of Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

Page 1: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat. Permasalahan

penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan komplikasi baik dari sudut

medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya,

kriminalitas, kerusuhan massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi

banyak faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyalahgunaan

Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya hubungan antara fungsi

keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi

agama dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis

penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study (kasus-kontrol),

menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD). Subjek kasus dalam

penelitian ini adalah remaja yang menyalahgunakan Napza dan masih berkonsultasi ke

Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu remaja yang tidak

menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32 kontrol. Analisis data

dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Analisis multivariat

menunjukkan proporsi remaja yang menyalahgunakan Napza lebih besar pada remaja

yang mempunyai fungsi kebersamaan yang rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=6,04 dan

95% dan CI=1.77-20.5), remaja yang mempunyai fungsi fleksibilitas yang rendah dalam

keluarga (p<0.05. OR=5.31: 95% CI=1.48-18.9) dan fungsi komunikasi yang rendah

dalam keluarga (p<0.05 OR=3.97 dan 95% CI=1.11-14.1). Kesimpulan: Fungsi keluarga

berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja. Remaja yang

menyalahgunakan Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi

komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama tidak berhubungan

dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.

1

Page 2: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

B. Masalah

1. Apa pengertian dari NAPZA itu sendiri ?

2. Apa penyebab dari penyalahgunaan NAPZA ?

3. Bagaimana

C. Tujuan

Untuk mengetahui Bagaimana cara pendekatan keluarga dalam mengatasi remaja dengan

drug abuse.

2

Page 3: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian NAPZA

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Narkotika

juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.

Semua istilah ini mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko

kecanduan.

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan

mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika disalah gunakan akan

menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi social.

Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit.

Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini secara tetap, bukan

untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis yang seharusnya maka disebut

penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse).

Oleh sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan

narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika.

B. Kategori NAPZA

Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :

1. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

3

Page 4: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

2. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi penggunanya.

Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,

halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan

bagi pemakainya.

3. Alkohol

Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil

pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau

fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu

atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun memproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang

mengandung etanol.

4. Zat adiktif lain

Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang

penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.

Jenis – Jenis obat yang dimaksud dalam kategori NAPZA :

1. Narkotika

a. Golongan opiat : Heroin, morfin, madat.

b. Golongan koka : Kokain, crack.

1. Alkohol

Merupakan minuman yang mengandung etanol (Etil alcohol). Alkohol

digolongkan NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan saraf pusat,

mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati

dan perasaan. Alcohol bersifat menenangkan walau juga dapat merangsang. Efek

4

Page 5: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

alcohol tidak sama pada semua orang tergantung pada keadaan fisik, mental dan

lingkungan.

2. Psikotropika

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 meliputi ekstasi, shabu-shabu,

LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi, dan anti psikosis.

3. Zat Adiktif

Zat adiktif lain termasuk inhalasia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).

C. Klasifikasi NAPZA Menurut Efek pada Pemakai

1. Stimulan

Yaitu zat yang merangsang sistem saraf pusat.

2. Depresan

Menekan sistem saraf pusat.

3. Halusinogen

Mengeubah daya persepsi halusinasi.

D. Etiologi Penyalahgunaan Napza

Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan

Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab seseorang terjebak dalam

perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja

dengan kasus lainnya. Namun beberapa penelitian terdapat beberapa faktor yang

berperan pada penyalahgunaan Napza. Diantaranya :

1. Faktor Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi

Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko

5

Page 6: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat

penyalahgunaan Napza yaitu :

a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami

ketergantungan Napza.

b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari

pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu

(misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).

c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian

yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara

ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.

d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat

dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua,

dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa

depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan

menyatakan ketidak setujuannya.

e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya

mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam

banyak hal.

f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan

yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering berlebihan dalam

menanggapi sesuatu.

1. Faktor Kepribadian

Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam perilaku ini. Para

remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep diri yang negative dan harga

diri yang rendah.

Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh ketidakmampuan

mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cendrung

depresi juga turut mempengaruhi.

Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat

berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan

6

Page 7: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya menyalahkan lingkungan dan

lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal

ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam

memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi. Sangat

wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai

bagian pencarian identitas dirinya. Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak

mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan

sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya

menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan

harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.

2. Faktor kelompok teman sebaya (per group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu cara teman-

teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku

seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya

remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau

dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti

berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular, mencapai prestasi dalam

bidang olah raga, social dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari

kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya keberhasilan dari kelompok

teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan

Napza dapat muncul.

3. Faktor Kesempatan

Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan

sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkotika internasional,

menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa

melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-

sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil

tentunya dengan berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan Napza

Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang

7

Page 8: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

satu-satunya berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan Napza. Ada faktor yang

memberikan kesempatan dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan.

Karena itu penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk

keterlibatan aktif orang tua.

2. Ciri-Ciri Pengguna Napza

1. Fisik

a. Berat badan turun drastis.

b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.

c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.

d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.

e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk

dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit

ditempat bekas suntikan.

2. Emosi

a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap membangkang.

b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara

kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.

c. Nafsu makan tidak menentu.

d. Sangat sensitive dan mudah bosan.

3. Perilaku

a. Bicara cedal atau pelo.

b. Jalan sempoyongan.

c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.

d. Mengalami jantung berdebar-debar.

e. Menyalami nyeri kepala.

f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.

g. Mengeluarkan air mata berlebihan.

h. Mengeluarkan keringat berlebihan.

i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.

8

Page 9: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

j. Selalu kehabisan uang.

k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala

“putus zat”.

l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.

m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa

pamit dan pulang lewat tengah malam.

n. Sering mengalami mimpi buruk.

o. Sering menguap.

p. Cenderung menarik diri.

q. Mencuri uang.

r. Takut air.

3. Gejala Sakaw

1. Bola mata mengecil.

2. Hidung dan mata berair.

3. Bersin-bersin.

4. Menguap.

5. Banyak keringat.

6. Mual-mual.

7. Muntah.

8. Diare.

9. Nyeri tulang dan persendian.

4. Overdosis

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan

akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak

dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secar bersamaan antara

putaw, pil, heroin digunakan bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti

golongan barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon).

9

Page 10: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

Ciri-ciri overdosis :

1. Tidak ada respon.

2. Tidur mendengkur.

3. Bibir dan kuku membiru.

4. Tubuh dingin dan kulit lembab.

5. Kejang-kejang.

6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik.

7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.

8. Penurunan kesadaran.

5. Akibat Penyalahgunaan Napza

Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang berujung

pada menguatnya ketergantungan. Secara fisik : pengguna Napza akan mengubah

metabolism tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin

lama semakin besar dan gejala putus obat, keduanya menyebabkan seseorang

berusaha terus-menerus mengkonsumsi Napza.

Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental,

seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi

Napza. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi adalah dengan

mengkonsumsi lagi Napza.

Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian Napza. Proses

ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok social terdekat seperti

keluarga (lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang

tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak

ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-

orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga. Semua akibat ini berujung

pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.

6. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang dilakukan

terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab baik secara langsung atau

10

Page 11: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

tidak langsung. Dengan tujuan agar seseorang atau sekelompok masyarakat

mengubah keyakinan, sikap, dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba

atau berhenti memakai narkoba. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama

dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku seseorang

terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat dilakukan diantaranya :

1. Bangun keluarga harmonis.

2. Mendengarkan secara aktif.

3. Orang tua sebagai teladan

Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol atau memakai narkoba.

Buang semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol.

Perlihatkan kemampuan orang tua berkata tidak terhadap hal-hal yang

bertentangan dengan hati nurani. Hormati hak-hak anak dan orang lain. Hidup

secara tertib dan teratur.

4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba

Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirirnya.

Jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing

anak mencari kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk

mengajarkan anak mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat.

Hindari cara menakut-nakuti dalam member nasehat. Ajarkan anak menolak

tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal kegiatan anak, siapa kawan-kawannya

tetapi jangan bertindak seperti polisi di rumah.

5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif

Dukung kegiatan anak di sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain

music dan sebagainya. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang. Libatkan diri

dalam kegiatan anak. Anak menghargai saat orang tua melibatkan diri dalam

kegiatan mereka, tanpa terlalu banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil

anak.

11

Page 12: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan

Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika

ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu

bersama anak secara adil dan tuliskan peraturan-peraturan itu secara singkat dan

jelas.

Yang penting untuk dihindari :

1. Menghakimi atau menuduh .

2. Merasa benar sendiri.

3. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.

4. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.

5. Mengkritik atau mencela

6. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata negative ; harus,

jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka seperti contoh :

a. Ayah mengerti bahwa hal ituu tidak…

b. Ibu sangat perhatian tentang….

Orang tua perlu melatih cara mendengar aktif. Ulangi pernyataan sebagai

tanda anda paham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak

(mimic, muka, gerakan tubuh) saat berbicara. Jika bertentangan perhatikan bahasa

tubuh yang menyatakan isi hati yang sebenarnya.

7. Penanggulangan Masalah NAPZA

Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan mulai dari pencegahan,

pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi).

1. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan :

a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA.

b. Deteksi dini perubahan perilaku.

c. Menolak tegas untuk mencoba (“say no to drugs”) atau katakan tidak pada

narkoba”.

12

Page 13: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

2. Pengobatan

Terapi pengobatan pada klien NAPZA misalnya detossifikasi.

Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala zat,

dengan dua cara yaitu :

a. Detoksifikasi tanpa subsitusi

Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan

zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk

menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja

sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.

b. Detoksifikasi dengan substitusi

Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis

opiate misalnya kodein, bufremorfin dan metadon. Substansi bagi

pengguna sedative-hipnotik dan alcohol dapat dari jenis anti ansietas

misalnya diazepam. Pemberian substitusi asalah dengan cara penurunan

dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian

substitusi dapat juga diberikan obat yang ditimbulkan akibat putus zat

trsebut.

3. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh

dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, social dan religi

agar pengguna NAPZA yang menderita sindrom ketergantungan dapat

mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya

pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, social dan

spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga

kesehatan sesuai dengan kebutuhan. (Depkes, 2001)

13

Page 14: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

E. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan

a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen )

Biologis :

Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk

( 1 ) Memberikan asuhan yang aman dalam “ withdrawl “ (proses penghentian)

bagi klien pengguna NAPZA.

( 2 ) Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.

( 3 ) Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai,

mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi farmakologis harus

diunjang oleh terapi yang lainnya.

Psikologis :

Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan mengidentifikasikan

aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.

Sosial :

- Konseling Keluarga

Keluarga sering frustasi menghadapi klien dan tidak mengerti sifat dan proses

adiksi sehingga seringkali melakukan hal yang tidak teraupetik terhadap klien.

Keluarga sering melindungi klien dari dampak adiksi, meminta anggota

keluarga lain untuk memaafkan klien. Menyalahkan diri sendiri, menghindari

konfrontasi yang semuanya menyebabkanklien meneruskan pemakaian zat

adiktif. Masalah yang dihadapi klienmenimbulkan dampak bagi keluarga

seperti rasa tidak aman, malu, rasa bersalah, masalah keuangan, takut dan

merasa diisolasi. Oleh karena itu perawat perlu mendorong keluarga untuk

mengikuti pendidikan kesehatan tentang proses penggunaan dan

ketergantungan, gejala putus zat, gejala relapse, tindakan keperawatan,

lingkungan teraupetik, dan semua hal yang terkait dengan pencegahan relapse

di rumah.

- Terapi Kelompok

Terdiri dari 7-10 orang yang difasilitasi oleh terapist, kegiatan yang dilakukan

adalah tiap anggota bebasa menyampaikan riwayat sampai terjadinya adiksi,

upaya yang dilakukan untuk berhenti memakai zat, kesulitan yang dihadapi

14

Page 15: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

dalam melakukan program perawatan, terapist dan anggota kelompok

memberikan umpan balik dengan jujur dan dapat menambah pengalaman

masing-masing.

- Self help group

Self help group adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari klien yang

berkeinginan bebas dari zat adiktif, dukungan antara anggota akan memberi

kekuatan dan motivasi untuk bebas dari zat adiktif.

b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )

Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang positif,

sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat. Hal ini dapat

dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan masalah pribadi dan

lingkungan. community teraupetik melakukan intervensi untuk mengatasinya.

Beberapa metode yang dilakukan :

- Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif.

- Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan klien

untuk membahas masalah individu, interaksi antar klien dan kelompok.

- “Talking to “ : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan dengan

cara yang ramah sampai yanng keras.

- Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun untuk

merubah perilaku negatif.

- Pertemuan kelompok

- Pertemuan Umum ( general meeting ).

15

Page 16: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

F. Prinsip Prestasi ( Yosep )

P Prayer ( religious

)

- Pemberian ceramah agama

- Menyediakan bacaan buku-buku agama yang memotivasi

hidup.

- Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy.

- Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut

konsep agama yang diyakini.

- Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipukul apabila

melanggar norma agama.

- Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang diridoi tuhan

sebagai suri tauladan.

- Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.

- Dsb.

R Reconciliation of

family

- Diskusi dengan keluarga

- Mengajarkan komunikasi assertif pada keluarga

- Melibatkan anggota keluarga dalam terapi.

- Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksanaan

adiksi.

- Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila

sugestinya datang.

- Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi

sugesti.

- Bantu suasana mendukung keakraban dirumah.

- Identifikasi penerimaan keluarga terhadap masalah.

- Bantu menerima masalah.

- Identifikasi harapan untuk sembuh total.

- Diskusikan arti kesembuhan

- Identifikasi pola asuh dalam keluarga

- Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata yang

menghargai dan mendukung klien untuk berhenti.

16

Page 17: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

- Bantu menyembunyikan klien dari penggunaan zat.

- Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna zat.

- Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak

berhubungan lagi dengan pengguna zat. DSb

E Environment

Condusif

- Menghindari orang yang adiksi.

- Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan dengan adiksi.

- Mencari lingkungan pergaulan baru.

- Mencari teman dekat dengan kemampuan prestasi yang

tinggi.

- Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih kondusif untuk

maju.

- Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi.

- Bantu mengidentifikasikan teman bukan pengguna zat.

- Beri dukungan akan harapan bergaul lebih banyak dengan

bukan pengguna zat. Dsb

S Say No! (don’’t

Try)

- Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum terkena )

- Belajar mengungkapkan kata-kata tidak

- Belajar berfikir positif dan bersikap optimis

- Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak dengan

sesama pengguna zat.

- Bantu klien mengakhiri hubungan dengan teman pengedar.

- Bantu klien menghindari penggunaan zat lain. Dsb

T Time

Management

- Membuat jadwal kegiatan harian

- Mencatat kegiatan harian

- Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap menjelang tidur.

- Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai dengan

kebutuhan pasien.

- Memberikan reinforcement prestasi yang dicapai pasien

- Mengikutsertakan klien dalam kegiatan pertemuan

kelompok setiap pagi : diberi tugas membacaberita yang

aktual, serta dibahas bersama klien lain.

17

Page 18: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

- Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada jam-jam

tertentu.

- Mengikutsertakan klien pada seminar dengan topik-topik

tertentu seperti AIDS, dampak zat adiktif, cara hidup sehat.

Dsb

A Activity of

Dynamic

- Membuat target prestasi ahrian.

- Meniru orang-orang sukses dalam menghabiskan waktu

setiap hari.

- Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan

- Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin

menggunakan zat dengan menciptakan sugesti yang lebih

positif

- Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang menyenangkan.

- Diskusikan manfaat aktivitas.

- Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal )

- Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah dengan

memulai segera.

- Motivasi untuk mengatsi bosan dengan selingan istirahat

saat beraktivitas. Dsb.

S Subject for Future - Membuat perencanaan tahunan

- Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang dikagumi klien

- Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses

- Latihan menggunakan kata-kata, “ingin hidup sehat “, masa

depan penting,”masih ada harapan”.Dsb

I Information of

impact drug

abuse

- Menunjukkan angka-angka statistik korban NAPZA.

- Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh NAPZA

terhadap timbulnya penyakit kronis.

- Menjelaskan hubungan antara

prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian dengan perilaku

masa lalu.

- Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang dicapai orang lain

18

Page 19: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

yang tidak mengggunakan NAPZA.Dsb

KASUS

Anak A berusia 16thn, SMA kelas 1 anak dari Tn. M dan ny. P merupakan anak yang riang,

ceria, sopan terhadap guru. awalnya anak berprestasi sering mendapatkan pengghargaan atas prestasinya.

Tetapi belakangan ini prestasinya menurun drastis, hal ini disebabkan oleh terpengaruh pergaulan bebas

diluar sekolahnya. Selain itu pertengkaran antara kedua orang tuanya menjadi anak tidak betah dirumah.

Sehingga anak tersebut menggunakan napza tanpa sepengetahuan orang tuanya, akhirnya anak itu

menjadi pecandu narkoba. Setelah anak A menggunakan napza jenis ganja, sikap anak A berubah,

menjadi sering bolos sekolah, pemarah, malas serta sering bertengkar sama teman-temannya disekolah.

setalah Tn. M mengetahui anaknya menjadi pecandu narkoba dari teman sebaya dan

mendapatkan narkoba jenis ganja dikamarnya. Maka Tn. M(42 thun) dan Ny. P(39) menyanyakan alasan

anaknya menggunakan napza jenis ganja. Anak itu menyatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak

senang karena orang tuanya sering bertengkar, tidak dapat perhatian dari kedua orang tuanya, terus

disekolahnya tidak memiliki banyak teman, sering di ejek teman-teman disekolahnya dan dibilang kutu

buku. Menyebabkan anak A sering menyendiri dan mencari pergaulan diluar sekolah. Hal ini fisik anak

Tn. A kurus, pucat, lemas, malas makan. Setelah dinasehati kedua orang tuanya, anak A

menyeesaliperbuatnnya, dan mengatakan ingin berubah.

19

Page 20: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA DRUG ABUSE

I. Data umum

1. Nama Kepala Keluarga Tn. M

2. Alamat : Jalan Parit H. Husin

3. Komposisi Kelarga

No NamaJenis

KelaminHubungan dengan KK

Umur Pendidikan

1. Tn. M L Kepala Kelarga 42 thn S1

2. Kk.I L Ayah Kandung Meninggal Sekolah rakyat

3. Nn.S P Ibu Kandng Meninggal Sekolah rakyat

4. Ny.P P Istri 39 thn S1

5. An.A L Anak Kandung 16 thn SMA

6. Kk. B L Ayah Mertua Meninggal Sekolah rakyat

7. Nn. R P Ibu Mertua 60 thn Sekolah rakyat

Genogram

20

Kk.I Nn.S

Tn.M

Kk.B Nn.R

Ny.P

An.A

Page 21: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

Ket. genogram :

: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

4. Tipe keluarga : Nuklear family ( bapak ibu dan 1 anak )

5. Suku bangsa : melayu

6. Agama : islam

7. Status social ekonomi keluarga : Tn.M mengatakan gaji blanan sebesar 7 juta dan

Ny.K 4 juta.

8. Aktivitas rekreasi keluarga : Tn.M mengatakan tidak memiliki banyak waktu luang

untuk mengajak Ny. P dan An.a jalan-jalan.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

- Tahap perkembangan remaja pada anak An.A yang berumur 16 thn

2. Tahap perkembangan kelarga yang belm terpenuhi

- Tn.M mengatakan sudah cukup dengan satu anak.

3. Riwayat keluarga inti Tn.M : hipertensi

- Ny.P : hipertensi

- An. A : kecanduan NAPZA jenis ganja

4. Riwayat keluarga sebelumnya :keluarga Tn.M tidak ada yang mengkonsumsi NAPZA.

21

Page 22: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

III.Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Denah rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Ny.P mengatakan kebanyakan tetangga hanya mengurusi masalah keluarga masing-

masing. Keluarga Tn.M cenderung tertutup dan jarang berinteraksi dikarenakan

kesibukan masing-masing anggota keluarga.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga ini tinggal diperumahan elit, Tn.M mengatakan kenbdaraan yang digunakan

untuk bekerja adalah mobil pribadi, jarak tempat kerja dengan rumah 10 km, jarak

layanan kesehatan 2 km, jarak layanan keamanan 2 km, keluarga tidak pernah

berpindah tempat tinggal.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

22

Page 23: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

Ny.P mengatakan tidak ada kebiasaan rutin untuk berkmpul dengan anggota keluarga

selanjutnya.

5. Sistem pendukung keluarga

Ny.P mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan keluarga adalah ke

dokter pribadi.

IV. Struktur kelarga

1. Pola komnikasi keluarga Tn.M dan Ny.P mengatakan setiap ada masalah selalu

terjadi pertengkaran terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.

2. Struktur kekuatan keluarga Tn.M mengatakan belm pernah terjadi masalah keuangan.

3. Struktur peran Tn.m : Kepala keluarga mencari nafkah,pelindung ,pendidikan,anggota

masyarakat

Ny.P wanita karir,pengasuh,pendidik, anggota masyarakat.

An.A : pelajar,anggota masyarakat

4. Nilai atau norma budaya : Tn.m mengatakan keluarga ini sudah tidak terlalu

mengikuti budaya.

V. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif : Tn.M mengatakan anggota keluarga mereka memiliki kesibukan

masing-masing.

2. Fungsi sosialisasi : Ny,P mengatakan hubungan keluarga dan tetangga lebih bersifat

individualism.

3. Fungsi keperawatan kesehatan Ny.P mengatakan untuk beberapa penyakit keluarga

memanfaatkan dokter pribadi ntuk pertolongan pertama dan jika tidak ada perubahan

penyakit tersebut membawa anggota keluarga ke rumah sakit.

VI. Stress dan koping keluarga

1. Kemampuan kelarga berespon terhadap masalah.

Tn.M mengatakan keluarga mampu merespon masalah pada kelarga untuk

menyelesaikan meskipun sering terjadi pertengkaran antara Tn.M dan Ny.P

2. Strategi koping

Tn.M mengatakan sering bertengkaran dengan Ny.P sering bertengkar untk

menyelesaikan masalah

23

Page 24: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

3. Strategi disfungsional

Tidak ada

VII. Harapan keluarga

Tn.M mengatakan harapan keluarga untuk kesehatan adalah keluarga

berharap agar An. A segera pulih dari ketergantungan NAPZZA jenis ganja dan

dapat beraktivitas seperti sediakala.

VIII. Analisa data

Data subjektif

- Tn.M dan Ny.P mengatakan dulunya An.A adalah pribadi yang ceria dan sopan serta

sering mendapatkan penghargaan.

- Tn.M dan Ny.P menyatakan belakangan ini An.A prestasinya menurun dan sering

menyendiri.

- Tn.M mengatakan sering bertengkar dengan Ny,P untuk menyelesaikan masalah

Data Objektif

- An.A mengatakan tidak senang karena orang tua nya sering bertengkar.

- An.A mengatakan kurang perhatian dari kedua orang tuanya.

- An. A mengatakan disekolahn ya tidak memiliki banyak teman

- An.A mengatakan sering diejek teman sekolahnya

- An.A mengatakan sering dikatakan kutu buku.

- An. A menggunakan NAPZA jenis ganja sejak 3 bulan yang lalu.

- Menarik diri pada An.A dari keluarga Tn.M

Perubahan fisik yang tampak pada An.A

- Kurus

- Pucat

- Lemas

- Malas makan

24

Page 25: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA

DRUG ABUSE

Diagnose

Keperawatan

Tujuan / SMART EvaluasiRencana Tindakan

Umum Khusus Kriteria Standar

1. Koping

individu

tidak

efektif

akibat

akibat

pengguna

an

NAPZA

pada

An.A dari

keluarga

Tn.M b/d

kurangnya

perhatian

dari

keluarga

An.A

Setelah

dilakukan

terapi

kesehatan

diharapkan

menaati dan

melaksanakan

terapi.

- Klien menaati terapi

untuk

menghilangkan

ketergantungan

NAPZA ganja.

- Klien

mengurangi/berhent

i menggunakan

NAPZA ganja

Secara

verbal

- Klien

mengatakan

sudah

mengikuti

terapi.

- Klien

mengatakan

akan

berusaha

merubah

pola

hidupnya

1. Bina hubungan

saling percaya,

kontrak dengan

klien.

2. Kaji pengetahuan

klien tentang

NAPZA.

3. Beri penjelasan

klien tentang :

- Dampak NAPZA

bagi kesehatan.

- Anjurkan klien

untuk kooperatif

dalam mengikuti

terapi.

2. Menarik

diri akibat

pengguna

an

NAPZA

Klien tidak

HDR

- Klien mau

berinteraksi dengan

orang lain

- Klien mampu

berkomunikasi

Secara

verbal

- Klien

mengatakan

mau

berkomunik

asi dengan

- Bina hubungan

saling

percaya,kontrak

dengan klien.

- Menjadi pendengar

25

Page 26: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

pada

An.A dari

keluarga

Tn.M b/d

harga diri

rendah.

dengan baik pada

orang lain

orang lain

- Klien

mengatakan

ingin

kembali

kesekolah

dan

bertemu

dengan

teman-

teman

sekolah.

yang baik buat

klien.

26

Page 27: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

CATATAN ASUHAN KEPERAWTAN KELUARGA

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TANGGAL

DAN WAKTUIMPLEMENTASI/DAR EVALUASI/SOAP

1. Koping individu

tidak efektif

akibat

penggunaan

NAPZA pada

An.A dari

keluarga Tn.M

b/d kurangnya

perhatian dari

keluarga An.A

23 januari 2008

Pukul : 09.00

D :

- Ds : Tn.M

mengatakan sering

bertengkar dengan

Ny,P untuk

menyelesaikan

masalah

- Do : An.A

mengatakan tidak

senang karena orang

tua nya sering

bertengkar.

- An.A mengatakan

kurang perhatian dari

kedua orang tuanya.

A :

- Memberikan

motivasi kepada

keluarga untuk

memberikan support

kepada An.A

- Berikan support

kepada An.A untuk

meningktkan koping

S :

- An.A mengatakan

ingin sembuh dari

ketergantungan

NAPZA ganja.

- Keluarga mengatakan

akan mensupport An.A

untuk sembuh Dario

ketergantungan

NAPZA ganja

O :

- An. A dapat

menentukan dampak

positif dan negative

penggnaan NAPZA.

A :

Masalah teratasi sebagian

P :

- Dilanjutkan oleh

keluarga.

27

Page 28: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

An.A

R :

- Keluarga

mensupport kepada

An.A untuk sembuh

dari ketergantungan

NAPZA ganja.

- Perawat memberikan

spporrt pada An. A

dengan menjadi

teman yang

kooperatif terhadap

An.A dalam

meningkatkkan

koping.

2. Menarik diri

akibat

penggunaan

NAPZA pada

An.A dari

keluarga Tn.M

b/d harga diri

rendah

14 mei 2009

Pukul 07.30

D :

Ds :

- Tn.M dan Ny.P

menyatakan

belakangan ini An.A

prestasinya menurun

dan sering

menyendiri.

Do :

- An.A mengatakan

sering diejek teman

sekolahnya

- An.A mengatakan

sering dikatakan

kutu buku.

S ;

- An.A mengatakan mau

berinteraksi dengan

orang lain.

- Keluarga mengatakan

akan lebih perhatian

dan member dukungan

kepada An.A ntuk

sembuh dari

ketergantngan NAPZA

ganja.

O :

- An. A bias

menjelaskan

pentingnya

28

Page 29: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

- An. A menggunakan

NAPZA jenis ganja

sejak 3 bulan yang

lalu.

- Menarik diri pada

An.A dari keluarga

Tn.M

A :

- Beri dukungan pada

An.A untuk

berinteraksi dengan

orang lain

- Motivasi keluarga

untuk memberikan

dukungan kepada

An.A

R :

- Anak mau

berinteraksi dengan

perawat

- Anak merasa

diperhatikan orang

tua dan mendapatkan

dukungan dari orang

tua

berinteraksi dengan

orang lain.

- Keluarga dapat

menjelaskan

pentingnya perhatian

dan dukungan kepada

anak a untuk

mempercepat prooses

penyembuhan.

A :

- Masalah

teratasi

sebagian

P:

Dilanjutkan oleh keluarga.

29

Page 30: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana faktor –

faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan NAPZA dikalangan

remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta pengetahuan ; faktor

lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi ;serta faktor lingkungan di luar

keluarga yaitu variabel pergaulan teman sebaya dan penggunaan waktu luang.

B. Saran

1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan NAPZA

kepada remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar dengan melibatkan

departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian.

2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam

mencegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA.

3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak terutama pada

kegiatan diluarnya.

30

Page 31: Askep Tugas Keluarga Dengan Remaja Drug Abuse

DAFTAR PUSTKA

E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran.

http://dinkes-sulsel.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011

http://www.dinsos.pemda-diy.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011

http://mentalnursingunpad.multiply.com, diakses pada tanggal 5 Maret 2011

http://perawat online.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2011

Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia.

Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan

Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.

Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.

Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan Sosial. Bandung : Accan.

31