ASKEP TONSILEKTOMI.rtf

download ASKEP TONSILEKTOMI.rtf

If you can't read please download the document

description

LP

Transcript of ASKEP TONSILEKTOMI.rtf

KONSEP DASAR

9

KONSEP DASAR

A. PENGERTIANTonsilektomi adalah mengeluarkan seluruh tonsil dengan pembedahan. (Kamus Kedokteran, 2000).

B. ETIOLOGIPenyebab tonsilitis adalah virus dan bekteri sebagian besar disebabkan oleh virus yang merupakan juga faktor predisposisi dari infeksi bakterial.Golongan Virus :AdenovirusVirus echoVirus influenza

Golongan Bakteri :StreptococcusMycrococcusCorine bakterium diphterial

C. PATOFISIOLOGI Pada waktu anak lahir belum mempunyai folikal dan biasanya berukuran kecil, dengan demikian habisnya material antibodi , maka secara berangsur terjadi pembesaran tonsil.Pembesaran ini dapat melebihi normal, oleh karena infeksi saluran pernafasan berat. Pembesaran tonsil yang sampai menimbulkan gangguan serius biasanya terjadi pada anak berumur 3-5 tahun. Keadaan ini ditandai dengan gangguan bernafas atau gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, karena usia tersebut mudah menderita infeksi saluran nafas atas. Apabila satu atau dua tonsil meradang membesar sampai ketengah uvofaring maka sebaiknya dilakukan tindakan pengangkatan tonsil atau disebut Tonsilektomi.Derajat pembesaran tonsil :Derajat I (Normal)

Tonsil berada dibelakang pilar tonsil (struktur lunak dipotong oleh palatina lunak).Derajat II

Tonsil berada diantara pilar dan uvula.Derajat III

Tonsil menyentuh uvula.Derajat IV

Satu atau dua tonsil meluas ketengah uvofaring.(Kozier,ERB Blains, Wilkinson,1992)

PathwayFolikal

MaternalAntibody

Pembesaran Tonsil Tonsil Normal

Infeksi Saluran Nafas Berat

Gangguan Nafas/ Gangguan Menelan

Tonsilektomi

D. TANDA DAN GEJALATanda dan gejala dari tonsilitis terbagi atas tonsilitis akut dan kronis. Kepekaan tonsil terhadap infeksi akut dapat meningkat apabila keadaan organisme dari luar berlebihan.Tanda dan gejala tonsilitis akut :Penderita terlihat seperti sakit demam.Mengeluh sakit tenggorokan dan sakit menelan.Tonsil hyperemia.Kelenjar lymphe jugularis membesar dan nyeri bila diraba.

Setelah serangan tonsilitis akut jaringan tonsil biasanya dapat kembali normal tetapi ada juga yang tidak. Keadaan jaringan yang tidak normal ini merupakan terbentuknya abses-abses kecil dan folikal limphoid disekitar krypta dan dibatasi oleh jaringan ikat. Tonsil yang seperti ini dapat menimbulkan gejala infeksi berulang tiga sampai empat bulan sekali. Keadaan ini merupakan proses awal terjadinya tonsilitis kronis.Tanda dan gejala tonsilitis kronis :Tonsil hyperemia dan edema.Kripta melebar dan tonsil berbenjol-benjol.Suhu badan sub febris.Penderita merasa tidak enak badan.

E. PROSEDUR DIAGNOSTIKUntuk menegakkan diagnostik tonsilitis dapat digunakan dengan adanya gejala yang muncul seperti : demam, sulit menelan, tonsil tampak membesar dan hyperemia.Diagnosa banding :Infeksi mononuchosis

Untuk membedakannya dengan tonsilitis akut diperlukan pemeriksaan hitung jenis leucocyt.Angina vincent

Menyebabkan ulsurasi yang luas di rongga mulut atau hanya terbatas disekitar tonsil. Penyakit ini dibedakan dari tonsilitis akut dengan pemeriksaan usap tenggorokan.Agranusitosis

Penyakit ini menimbulkan ulsurasi yang dirongga mulut dan faring. Selain ulsurasi terjadi pengelupasan mukosa mulut, lidah dan tonsil, penderita dapat membantu menegakkan diagnosa.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM1. Golongan darah.2. Kadar Hb.3. Hitung Leukosit dan Hitung Jenis.4. Penentuan kadar klorida keringat atau imunoglobulin serum untuk mengevaluasi diagnosis banding medis yang mencakup fibrosis kistik atau imunodefisiensi.

G.INDIKASI Sebelum tonsilektomi dilakukan ditemukannya indikasi seperti :Tonsilitis akut residivan

Yaitu tonsilitis akut yang berulang-ulang 4-5 kali tiap tahun.Tonsilitis kronis dengan eksasurbasi

Yaitu tonsilitis akut dengan keluhan ringan tapi terus menerus.3. Abses Peritonsil/ Tonsilitis akut dengan komplikasiJika sudah pernah terjadi abses peritonsil maka kemungkinan untuk kambuh berulang-ulangnya dikemudian hari besar sekali. Pada abses peritonsil jaringan sekitar tonsil turut meradang sehingga perasaan sakit melebihi dari tonsilitis akut biasa.4. Streptokok tonsilitis yang berulangInfeksi kuman streptokok yang berulang dan tidak teratasi oleh berbagai antibiotik akan mengakibatkan terjadinya kerusakan yang besar pada jaringan tonsil. Akibatnya tonsil tidak lagi berfungsi sebagai alat penangkis kuman dan merupakan fokal infeksi yang tidak dapat dikontrol.Tonsil palatina sebagai fokat infeksi demam rematik.Tonsil palatina menjadi serangan kuman atau diptheria cariur, misal tonsilitis proso diphteria.

7. Tonsil Hipertropi sehingga timbul obstruksi mekanikAdanya pembesaran tonsil yang sedemikian maka makan, minum bahkan bernafas terutama dimalam hari sudah terganggu. Jika tonsil hipertropi tidak segera diangkat maka komplikasi seperti faringitis, bronkitis sering terjadi dan sukat diatasi.8. Otitis media purulen yang berulang.9. Tonsil yang menunjukkan tanda malignaIndikasi ini sangat definitif dan tonsilektomi harus dilakukan karena kalau tumor ganas masih bersifat insitu, tonsilektomi akan memberi hasil yang memuaskan tetapi bilamana tumos sudah menjalar ke daerah sekitar tonsil, maka tonsilektomi akan sia-sia, bahkan pembesaran tonsil unilateral yang luar biasa harus dicurigai kemungkinan terjadinya maligna.

H. KONTRAINDIKASI1. Alergi yang mendasari. Tonsilektomi dapat memperburuk alergi pada beberapa pasien.2. Pilek berulang dan masalah kesehatan menahun jarang karena tonsil.3. Pasien dibawah umur 3 atau 4 tahun.4. Tonsil besar tanpa gejala. Harus diingat bahwa tonsil cenderung membesar sampai sekitar umur 10-12 tahun, dan kemudian berinvolusio mantap.5. Adenitis cervicalis tuberkulosis tidak lagi dianggap sebagai indikasi.6. Demam reumatik dan nefritis bukan indikasi, kecuali bila terapi antibiotika intensif gagal menghilangkan streptokokus hemolitikus.7. Desakan orang tua untuk tonsilektomi bukan merupakan suatu indikasi !I. KOMPLIKASI1. Perdarahan pasca tonsilektomy.2. Menyebabkan hypertropi.3. Atelektase.4. Bronkhitis.5. Pneumonia.6. Abses paru.

J. TREATMENTMetode Tonsilektomi yaitu :Guillotine Tonsilektomi/Sluder.

Biasanya dilakukan pada jaringan tonsil yang diduga hubungannya dengan jaringan sekitarnya masih longgar, misal pada anak. Dengan metode ini operasi lebih cepat dan jaringan tonsil dapat diangkat seluruhnya dengan menimbulkan manipulasi yang tidak begitu banyak. Perdarahan yang terjadi lebih sedikit dibanding dengan metode Diseksi.Diseksi Tonsilektomi

Pada Diseksi jaringan tonsil dipisahkan dari daerah sekitarnya satu per satu. Tonsilektomi secara Diseksi ini umumnya dilakukan pada penderita dengan dugaan jaringan tonsil sudah mengadakan perlengketan dengan jaringan sekitarnya sehingga kalau dilaksanakan metode Guillotine, maka jaringan tonsil tidak akan dapat diangkat sebersih mungkin.

Pengobatan yang diberikan setelah tonsilektomy.Diberikan cairan IV selama 24 jam untuk menghindari dehidrasi.Diberikan 1,5 mg Kodein Fosfat/Kg BB setiap 3 jam untuk mengatasi nyeri.

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIANIdentitas Pasien (pre op)Keluhan Utama (pre op)Keluhan yang menyertai (pre op)Riwayat keluhan utama (pre op)Riwayat penyakit terdahulu (pre op)Keadaan umum (pre, intra, post op)Pemeriksaan fisik (system tubuh yang terganggu) (pre, intra, post op)Pemeriksaan diagnostic (pre, intra, post op)

B. DIAGNOSA KEPERAWATANAnsietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan. (Pre Op)Resiko aspirasi berhubungan dengan pembedahan, pemasangan slang endotrakeal tube. (Intra Op)Resiko Cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien. (Post Op)

C. RENCANA INTERVENSIAnsietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan.

NOC :Kontrol kecemasanKoping Setelah dilakukan asuhan selama klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:

Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemasMengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemasVital sign dalam batas normal, Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasienJelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedurTemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takutBerikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Libatkan keluarga untuk mendampingi klienInstruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasiDengarkan dengan penuh perhatianIdentifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasanDorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsiKelola pemberian obat anti cemas:........

Risiko Aspirasi berhubungan dengan pembedahan, pemasangan slang endotrakeal tube.

Faktor risiko :Pembedahan LeherPemasangan slang endotrakeal tube

NOC :Respiratory Status : VentilationAspiration controlSwallowing Status

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama. pasien tidak mengalami aspirasi dengan kriteria:Klien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normalPasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampumelakukan oral hygieneJalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal

NIC :Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelanMonitor status paruPelihara jalan nafasLakukan suction jika diperlukanCek nasogastrik sebelum makanHindari makan kalau residu masih banyakPotong makanan kecil kecilHaluskan obat sebelumpemberianNaikkan kepala 30-45 derajat setelah makan

Risiko Cidera berhubungan dengan proses pemindahan pasien.

NOC :Risk KontrolImmune statusSafety BehaviorSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama. Klien tidak mengalami injury dengan kriterian hasil:Klien terbebas dari cederaKlien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cederaKlien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku personalMampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injuryMenggunakan fasilitas kesehatan yang adaMampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC :Environment Management (Manajemen lingkungan)Sediakan lingkungan yang aman untuk pasienIdentifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasienMenghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)Memasang side rail tempat tidurMenyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersihMenempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.Membatasi pengunjungMemberikan penerangan yang cukupMenganjurkan keluarga untuk menemani pasien.Mengontrol lingkungan dari kebisinganMemindahkan barang-barang yang dapat membahayakanBerikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Rizal Basjrah. Dr. (1986). Faringologi. Penerbit Alumni : Bandung

Catzel, Pincus. (1992). Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta.

Cody,D.dan Thane R. (1993). Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. EGC : Jakarta

Behrman, Richard E. (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta

Lynda Juall Carpenito. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi VIII. EGC : Jakarta