Askep Tb Paru

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi bersifat menahun yang disebabkan kuman microbacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Saat ini, menurut WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial ekonomi rendah seperti Indonesia. Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian terbesar ke –3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan kasus TBC di indonesia menduduki peringkat ke – 3 terbesar didunia sesudah Cina dan India. (Dye, 1999). Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik serta lalai dalam mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah penderita tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas TB) oleh 1

Transcript of Askep Tb Paru

Page 1: Askep Tb Paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit infeksi bersifat menahun yang disebabkan

kuman microbacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

Saat ini, menurut WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru dan mempunyai

kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan

keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan sosial

ekonomi rendah seperti Indonesia. Menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian

terbesar ke –3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan

kasus TBC di indonesia menduduki peringkat ke – 3 terbesar didunia sesudah Cina dan

India.(Dye, 1999).

Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena

penderita TBC tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik serta lalai dalam

mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi

kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah penderita

tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas

TB) oleh Menkes RI pada tanggal 24 Maret 1999, penanggulangan TBC diangkat menjadi

suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta tetapi juga

masyarakat pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam Gardunas TB adalah pelaksanaan

Strategi DOTS (Directly Observed Treatmant Shortcourse) dengan tujuan untuk

menjamin dan mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out

penderita TBC dengan cara melakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan

penderita tuberkulosis. Walaupun pelaksanaan strategi DOTS sudah dilaksanakan tetapi

sampai ini penderita tuberkulosis di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu perlu

dilakukan suatu modifikasi strategi untuk meningkatkan keteraturan berobat penderita

TBC. Peran perawat dalam hal ini juga sangat diharapkan, karena perawat mempunyai

peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, fasilitator, pendidik kesehatan, dan penyuluh

kesehatan.

1

Page 2: Askep Tb Paru

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari TB Paru ?

2. Apa saja penyebab dari penyakit TB Paru ?

3. Apa saja gejala yang timbul dari penyakit TB Paru ?

4. Bagaimana cara mengobati penyakit TB Paru ?

5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan Hemoptoe ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari TB Paru.

2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit TB Paru.

3. Untuk mengetahui gejala yang timbul dari penyakit TB Paru.

4. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit TB Paru.

5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit TB Paru dan

Hemoptoe.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengalaman untuk melakukan asuhan keperawatan

pada penyakit lain serta menjadi bekal bagi mahasiswa dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat nantinya.

1.4.2 Bagi Tenaga Medis

Sebagai masukan dan informasi guna menindaklanjuti hasil dari asuhan

keperawatan sehingga dapat dibuat perencanaan untuk meningkatkan upaya

pencegahan dan pengobatan pada penyakit TB Paru.

2

Page 3: Askep Tb Paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan

bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru

melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus

primer dari ghon. ( Hood Alsagaff, th 1995. hal 73 )

Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit infeksius, yang terutama menyerang

parenkim paru. ( Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Hal 584 )

Tuberkolosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru- paru yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis.

2.2 Ethiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis.

Lingkungan yang tidak bersih

Perokok

2.3 Manifestasi Klinik

Gejala dan tanda bermacam-macam atau tanpa keluhan samasekali

1. Demam

Subfebris, kadang mencapai 40 ̊C-41 ̊C. Serangan demam hilang-timbul seperti

demam influenza.

2. Batuk, kadang batuk darah ( hemoptoe )

Terjadi karena iritasi bronkus. Batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) setelah

terjadi peradangan menjadi batuk produktif (ada sputum) lebih lanjut menjadi batuk

darah karena ada pembuluh yang pecah.

3. Sesak nafas

Pada serangan awal belum dirasa sesak nafas, sesak nafas terjadi pada serangan lebih

lanjut dimana infiltrasi sudah setengah bagian paru.

3

Page 4: Askep Tb Paru

4. Nyeri dada

Hal ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila radang sudah sampai ke pleura.

5. Malaise

Sering ditemukan berupa anorexia, berat badan turun, sakit kepala, nyeri otot dan

keringat malam.

4

Page 5: Askep Tb Paru

2.4 WOC

Ludah batuk penderita TB

Mycrobacterium tubercolusis kering terbawa angin

Terhirup masuk saluran napas

Menyerang lewat paru

Infeksi paru

Muncul jaringan parut paru

Kerusakan paru

B1 B2

produksi sekret proses pertukaran produksi leukosit jantung O2 laju endap darah hipoksia suplai O2 ke jantung jaringan proses pembekuan darah

sesak napas resiko pendarahan

hemoptoe

volume darah

Hb ikatan Hb-O2

5

ketidakefektifan bersihan jalan napas

resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas

nyeri dada

Page 6: Askep Tb Paru

Kerusakan paru

B3 B4 B5 B6

hipofise infeksi menyebar racun masuk TB tulang ke ginjal lambunggangguan termo deformitas regulasi suhu gagal ginjal akut asam lambung tubuh mobilitas ekskresi urin nausea demam volume cairan nafsu makanoutput cairan tubuh nutrisidehidrasi berat badan

6

defisit volume cairan

ketidakseimba-ngan cairan dan elektrolit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

peningkatan resiko cidera

Page 7: Askep Tb Paru

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Sputum

Untuk mencari bakteri tahan asam (BTA) dengan pencarian Zeihl Nielsen atau

Tan Tiam Hole untuk memastikan diagnose TB paru, juga untuk identifikasi

sumber penularan, karena sputum yang ditemukan BTA merupakan sumber

penularan. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun kurang sensitif karena 30-70%

penderita TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan BTA. Dilakukan

pemeriksaan 3 kali berturut-turut selama 3 hari/1 minggu. Sputum pemeriksaan

sebaiknya dilakukan pada pagi hari.

b. Darah

LED (jumlah darah) biasanya meningkat pada proses aktif. Pada LED normal

tidak dapat mengesampingkan proses yang aktif, leukosit bisa normal atau

meningkat. Hb pada penyakit yang kronis dan berat disertai anemia normastik

defisiensi zat besi.

c. Uji Tuberkulin

Biasanya secara Mantoux menyuntikkan IC (intrakutan) (0,1 ml) larutan Old

Tuberculin dalam pengenceran 1:1000 atau 0,1 ml purifecd delvalif (SIW PPD).

Pembacaan dikerjakan 48-72 jam kemudian dengan cara mengukur indurasi yang

timbul. Pengujuran dikerjakan dalam millimeter. Dikatakan positif bila dalam

millimeter menunjukkan melebihi 10 mm dan indurasi 6 mm, bila kurang

dikatakan hasilnya negatif.

2. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan foto thorax postro interior (PA) merupakan pemeriksaan radiologi

standar.

2.6 Penatalaksanaan

1. Obat Anti Tuberkulin (OAT)

Kemampuan bacteriocidal

Kemampuan membunuh sejumlah kuman aktif dengan cepat.

Kemampuan mencegah timbulnya kuman resisten terhadap obat.

2. Panduan obat OAT

Panduan pengobatan standar jangka pendek minimal selama 6 bulan:7

Page 8: Askep Tb Paru

2 bulan H.R.Z/4 bulan H.R

Keterangan : H: Isoniasid (INH), R: Rifampisin, Z: Pirazinamid, E: Ethambutol, S:

Streptomicyn, T: Thioazetazon.

Panduan standar jangka pendek

Dep. Kes. RI paket A

Berisi kategori : 2 HRZE / 4 H3R3

Selama 2 bulan awal diberikan paduan HRZE tiap hari, selama 4 bulan berikutnya

diberikan paduan H dan R 3 kali seminggu

3. Variasi lain paduan obat jangka pendek :

2 HRZ / 4 , artinya :

2 bulan H, R dan Z tiap hari

4 bulan : INH seminggu 3 kali

: Rifampicin seminggu 3 kali

Pada daerah resisten tinggi

Variasi x 2 EHRZ / 4HR

x 2 SHRZ / 4HR

4. Paduan jangka lebih lama

2 SHRZ / 6 HT

2 SHRZ /

2 SHR / 7 HR

2 EHR / 7 HR

9 HR

Bila terjadi relaps sesudah pengobatan jangka pendek, diberikan lagi panduan tersebut

selama jangka waktu 9 bulan dengan pengawasan ketat. Bila terjadi kegagalan

pengobatan, paduan obat diganti, bila perlu dengan test kepekaan.

2.7 Komplikasi

1. Hemoptoe

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial

3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.

4. Pneumotoraks spontan8

Page 9: Askep Tb Paru

5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan

sebagainya.

6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

2.8 Asuhan Keperawatan Teori

2.8.1 Pengkajian

a. Pengumpulan data

1). Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,

tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.

2). Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit

yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,

keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat

mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

3). Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita

yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA

efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

4). Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang

menderita penyakit tersebut sehingga diteruskan penularannya.

5). Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan

sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan

pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain.

b. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –

desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal

dirumah yang sumpek.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu

makan menurun.9

Page 10: Askep Tb Paru

a. Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam

miksi maupun defekasi.

b. Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan

menganggu aktivitas.

c. Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB

paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan

istirahat.

d. Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena

penyakit menular.

e. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) tidak ada gangguan.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi

dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

g. Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan

berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

h. Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan

mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan

penolakan terhadap pengobatan.

i. Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan

terganggunya aktifitas ibadah klien.

c. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan sistem – sistem tubuh

a). Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :

Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, 10

Page 11: Askep Tb Paru

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas

melemah.

Palpasi : Fremitus suara meningkat.

Perkusi : Suara ketok redup.

Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan yang nyaring

b).Sistem kordiovaskuler

Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi paru-paru yang mengeras.

c). Sistem neurologis

Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456

d).Sistem gastrointestinal

Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.

e). Sistem integumen

Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun

f). Sistem pengindraan

Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

g).Sistem muskuloskeletal

Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan

keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.

h).Sistem genetalia

Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi

sekret yang meningkat.

2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan sesak napas.

3. Nyeri dada berhubungan dengan hipoksia jantung.

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan output

cairan.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

6. Peningkatan resiko cidera berhubungan dengan penurunan

mobilitas.11

Page 12: Askep Tb Paru

2.8.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang meningkat

T : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan jalan nafas efektif

KH : sekret dapat keluar tanpa bantuan, sesak hilang, batuk berkurang

- Observasi fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, trauma dan penggunaan otot aksesori)

- Catat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, catat tentang warna, jumlah dan sekret yang mengandung darah

- Berikan posisi semi fowler

- Anjurkan memasukkan cairan sedikitnya ±2500 ml/hari, kecuali ada kontra indikasi

- Kolaborasi sesuai kebutuhan pasien

- Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, menunjukkan akumulasi secret

- Pengeluaran sakit jika sekret kental/tebal, sputum berdarah kental/cerah karena kerusakan (kovulasi) paru atau luka bronchial

- Membantu memaksimalkan ekspansi paru dan penurunan upaya pernafasan

- Membantu mencairkan sekret sehingga memudahkan untuk dikeluarkan

- Mukolitik : mengukur kekentalan

- Brokodilator : peleberan bronkus/fasodilatasi

- Kortikosteroid : mengatasi respon inflamasi yang

12

Page 13: Askep Tb Paru

- Berikan terapi inhalansi atau minuman hangat.

dapat mengancam hidup pasien

- Membantu melembabkan secret agar mudah dikeluarkan

2 Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sesak napas

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam sesak napas dapat berkurang atau hilang.KH : pasien tidak mengeluh sesak napas lagi.

- Observasi dispnea, takipnea, menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan.

- Tingkatkan tirah baring dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.

- Kolaborasi dengan menberikan oksigen tambahan yg sesuai.

- TB paru menyebabkan efek luas pada paru, dari dispnea ringan sampai berat

- Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

- Alat dalam memperbaiki hipoksemia.

3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

T : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu untuk merubah pola hidup untuk meningkatkan status gizinya.KH : BB tidak mengalami penurunan, porsi makan habis.

- Catat status nutrisi pasien, berat badan, mual/muntah, kemampuan menelan

- Pastikan pola diet pasien yang disukai dan yang tidak disukai

- Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

- Untuk mengetahui perkembangan status gizi pasien

- Dapat membantu memenuhi keinginan pasien dalam pemenuhan nutrisi

- Memaksimalkan masukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh

13

Page 14: Askep Tb Paru

DAFTAR PUSTAKA

Danang Setiyono. TB Paru. http://masdanang.co.cc/?p=34. 3 Februari 2010. 13:05 WIB

Doengus, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

Endonesian Nurse. Asuhan Keperawatan Klien Tubercolusis (TBC).

http://ndonesiannursing.com/2008/05/19/asuhan-keperawatan-klien-tubercolusis-tbc/.

3 Februari 2010. 13:20 WIB.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius

Riey Wijaya. TB Paru. http://rieywatvha.blogspot.com/2009/03/tb-paru.html. 3 Februari

2010.14.00 WIB

Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol I. Jakarta:EGC

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:FKUI

14