Askep pada pasien hipertensi

24
BAB 1 TINJAUAN TEORI A. Konsep Medik 1. Definisi Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997) Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg. 2. Etilogi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi: a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.

Transcript of Askep pada pasien hipertensi

Page 1: Askep pada pasien hipertensi

BAB 1

TINJAUAN TEORI 

A. Konsep Medik

1. Definisi

              Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih

dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).

          Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan

tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).

           Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140

mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

2. Etilogi.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai

respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer

Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a.       Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.

b.      Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah

meningkat.

c.       Stress Lingkungan

d.      Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran

pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya  Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a.       Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,

lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari

eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b.      Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi

oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

3. Patofisiologi

Page 2: Askep pada pasien hipertensi

Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari

sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka

akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan

adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.

Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan

darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.

            4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90

mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata

berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah.

5. Komplikasi

Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan

retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya

pembuluh darah otak.

6. Penatalaksanaan Medis

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:

a.      Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1.      Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan

darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam

plasma.

2.      Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis

dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

b.      Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau

pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1.      Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2.      Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

Page 3: Askep pada pasien hipertensi

3.      Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4.      Tidak menimbulakn intoleransi.

5.      Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6.      Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan

diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi

rennin angitensin.

7.Test diagnostic.

a.       Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan

dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

b.      BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c.       Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

pengeluaran kadar ketokolamin.

d.      Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

e.       CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

f.       EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

g.      IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

h.      Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

         a. Identitas pasien

                 Dalam pengkajian identitas klien yang harus dikaji yaitu nama, umur jenis

kelamin, dan alamat

         b. Lingkungan 

                 tempat tinggal klien bersih dan rumahnya agak jauh dari jalan raya dan disekitar

rumahnya tidak terdapat   pabrik.

                 Dalam pengkajian teoritas pada klien dngn penyakit hipertensi adalah sbb:

               

a.    Aktivitas/ Istirahat.

Page 4: Askep pada pasien hipertensi

Gejala        : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

 Tanda       :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b.      Sirkulasi

Gejala        :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit

cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda        :Kenaikan TD, Nadi          denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,

tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin

(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c.        Integritas Ego.

 Gejala       :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,

keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.

 Tanda       :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak,

otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d.      Eliminasi

Gejala        : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada

masa yang lalu.)

e.       Makanan/cairan

Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol,

mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan

diuretic

Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f.       Neurosensori

Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat

bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan

(diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker,

penurunan keuatan genggaman tangan.

g.      Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.

h.      Pernafasan

Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk

dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Page 5: Askep pada pasien hipertensi

Tanda:  Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan

(krakties/mengi), sianosis.

i.        Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

j.        Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM.

Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau

hormone lain, penggunaan alcohol/obat.

Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi obat.

  

2. Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 .

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.

Kriteria Hasil : 

Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung ,

mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma

dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi

1.      Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).

2.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis,

radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,

mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).

3.      Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi

berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel

dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder

terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).

4.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat,

dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi /

penurunan curah jantung).

5.      Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan

ginjal atau vaskuler).

Page 6: Askep pada pasien hipertensi

6.      Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan,

batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan

simpatis, meningkatkan relaksasi).

7.      Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan

rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan

tekanan darah).

8.      Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan

tekanan darah).

Dignosa 2

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2.

Kriteria Hasil : 

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan

peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

            Intervensi

1.      Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi

20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada,

kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan

respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan

kerja / jantung).

2.      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan,

TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas

fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).

3.      Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia

selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas

bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung).

4.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi

/ rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan

penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).

5.      Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal

meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).

Diagnosa 3

Page 7: Askep pada pasien hipertensi

Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler cerebral.

Kriteria Hasil :

Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang

memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.

Intervensi

1.      Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan

relaksasi).

2.      Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres

dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang

menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik,

efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).

3.      Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala :

mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan

vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler

serebral).

4.      Bantu pasien dalam ambulasi  sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen

dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).

5.      Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.

(menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).

6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.

(Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).

Diagnosa 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat,

keyakinan budaya, pola hidup monoton.

Kriteria Hasil :

klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan

perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.

Intervensi

1.      Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan.

(Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas

aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh).

Page 8: Askep pada pasien hipertensi

2.      Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam

dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis

dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya,

stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume

cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).

3.      Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.  (motivasi untuk penurunan berat

badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak

maka program sama sekali tidak berhasil).

4.      Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.  (mengidentivikasi kekuatan /

kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu

untuk menyesuaikan / penyuluhan).

5.      Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan

berat badan 0,5 kg per minggu.  (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori

per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan

yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan

cara mengubah kebiasaan makan).

6.      Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan

dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. 

(memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat

makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat

mengontrol perubahan).

7.      Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan

kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging

berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).  (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh

dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).

8.      Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan

dengan memenuhi kebutuhan diet individual).

           

            Diagnosa 5     

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang

tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

Kriteria Hasil :

Page 9: Askep pada pasien hipertensi

Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran

kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan

mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.

Intervensi

1.      Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana

pengobatan.  (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi

hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-

hari).

2.      Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka

rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,  ketidak mampuan untuk mengatasi /

menyelesaikan masalah.  (Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan

indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).

3.      Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk

mengatasinya.  (pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah

respon seseorang terhadap stressor).

4.      Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum

dalam rencana pengobatan.  (keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang

berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan  kerjasama dalam

regiment teraupetik.

5.      Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan

seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?.   (Fokus perhtian

klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan.

Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang

perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).

6.      Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang

perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga.  (Perubahan

yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan

tidak berdaya).

           

            Diagnosa 6

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn

Kriteria hasil      

1.      Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan  regiment pengobatan.

Page 10: Askep pada pasien hipertensi

2.      Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu

diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.

Intervensi

3.      Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat

diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,

merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. 

(Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan

penyakit kardiovaskuler serta ginjal).

4.      Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.  (kesalahan konsep

dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati

mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan

prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka

perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).

5.      Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pencegahan, pengobatan, dan  akibat lanjut.  (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang

proses penyakit hipertensi dan mempermudahj dalam menentukan intervensi).

6.      Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan

gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.  (Meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).

3.  Evaluasi

Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala

berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat

menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi

penyakitnya.

 

BAB II

TINJAUAN KASUS

Page 11: Askep pada pasien hipertensi

A,. Pengkajian 

                               Ruangan          : Perawatan I & III

                        Kamar              : Perawatan III 

                                                           Anamnese diperoleh dari    : Klien & keluarga klien

                                                                TGL/Jam anamnese : 02/11/2010-03/11/2010(jam

15:00)

 Dx                  : HT

A.    Pengkajian

1.      Identitas Pasien

            Nama                           : Ny. L

            Umur                           : 78 thn

            Jenis Kelamin              : Perempuan

            Agama                         : Islam

            Suku                            : Bugis

            Pendidikan Terakhir    : -

            Pekerjaan                     : URT

            Status Perkawinan      : Kawin

            Alamat                                    : Benteng, Jl. Tangkoli

2.      Keluhan Utama

Pusing

3.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut dari pasien, dia mengalami pusing ±3 hari yang lalu dan perasaannya lemah dan 

jika pasien jalan dia rasanya ingin jatuh. Dan pada saat diperiksa tekanan darahnya 180/100

mmhg.

4.      Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Page 12: Askep pada pasien hipertensi

Menurut dari pasien, dia pernah mengalami penyakit hipertensi 2 tahun yang lalu dan tidak

rutin control. Dan menurutnya dia sering mengkomsumsi makanan yang banyak mengandung

garam karena dia belum mengetahui pantangan apa yang tidak boleh dikomsumsi oleh orang

yang mengalami peyakit tersebut.

5.      Keadaan Umum

Tanda-tanda vital :

a.       Kesadaran                         : Composmentis dengan GCS 15

b.      TD                         : 180/100 mmhg

c.       Suhu                      : 37 oC

d.      Nadi                      : 100 x/i

e.       Pernafasan             : 26x/i

6.      Pengkajian Pola Kesehatan

a)      Pola nutrisi

1.      Kebiasaan Sehari-hari

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan asin, dan sayur dan kadang-

kadang ada buah-buahan. Pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makannya baik dan tidak

ada gangguang menelan.

2.      Keadaan Saat Ini

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan selera makan membaik.

b)      Pola Cairan

1.      Keadaan Sehari-hari

Pasien mengatakan jenis minuman yang dikomsumsi setiap hari adalah kopi dan air putih,

serta pasien mengkomsumsi air putih 6-8 gelas/hari.

2.      Keadaan Saat Ini

Pasien mengatakan jenis minuman yang dikomsumsi saat ini masih sama pada saat dia belum

sakit yaitu kopi dan air putih.

c)      Pola Eliminasi

·         Eliminasi BAB

1.      Keadaan Sehari-hari

Page 13: Askep pada pasien hipertensi

Pasien mengatakan BAB 2 kali/hari dan berwarna kuning kecoklatan serta semi padat, serta

Pasien BAB dengan mandiri.

2.      Keadaan Saat Ini

Sejak pasien sakit, dia BAB dengan bantuan orang lain dikarenakan kepalanya terasa pusing

jika pasien  berdiri dan berjalan. Dan pasien mengatakan fecesnya berwarna kuning

kecoklatan dan frekuensi BABnya tidak menentu.

·         Eliminasi BAK

1.      Keadaan Sehari-hari

Pasien mengatakan BAK lancer ±4 x/harri dan berwarna kuning jernih, serta berbau amoniak.

2.      Keadaan Saat Ini

Pasien mengatakan BAK frekuensinya tidak teratur dan berwarna kuning jernih, serta baunya

amoniak.

d)     Personal Hygiene

1.      Keadaan Sehari-hari

            Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari, cuci rambut 3 kali dalam seminggu dan

gunting kuku 2 kali dalam seminggu.

2.      Keadaan Saat ini

Pasien mengatakan mandi, dan cuci rambut serta gunting kuku masih sama pada saat sebelum

sakit,

e)      Pola Istirahat dan Tidur

1.      Keadaan Sehari-hari

Pasien mengatakan tidur pada malam hari ± 8 jam mulai pukul 21.00-05.30 dan siang hari ±

1-2 jam mulai pukul 14.16.00, ketika tidur pasien tidak gelisah.

2.      Keadaan Saat Ini

Pasien mengatakan tidur pada malam hari dan siang hari tidak teratur, dan pasien mengatakan

gelisah pada saat tidur.

f)       Pola Aktifitas dan Latihan

1.      Keadaan Sehari-sehari

Pasien mengatakan, dia melakukan kegiatannya sehari-hari dengan mandiri. Dan pada saat

berdiri, dan berjalan pasien tidak pusing.

Page 14: Askep pada pasien hipertensi

2.      Keadaan Saat ini

Pasien mengatakan tidak biasa melakukan aktivitasnya tanpa bantuan orang lain atau dengan

alat karena kepalanya terasa pusing. Serta rentang geraknya terbatas saat ini.

7.      Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum   

a.       Tanda-tanda distress   :  pasien tampak cemas

b.      Ekspresi wajah            : meringis

Bicara                          : bicara lambat tapi jelas

c.       TB                               : 145cm

d.      BB                               : 39 kg

2.      Tanda-tanda Vital

a.       TD                               : 180/100 mmhg

b.      Suhu                            : 37 oC

c.       Nadi                            : 100 x/i

d.      Pernafasan                   : 26x/i 

3.      Sistem Pernafasan

a.       Hidung           :   hidung Nampak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat  secret,                                 

dan tidak  terdapat bantuan pernafasan, serta tidak terdapat nyeri                   tekan pada

daerah hidung.

b.      Leher              :  tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid dan tumor

c.       Dada              :  bentuk dada simetris kiri dan kanan, serta suara napas vasikuler

tidak terdengar suara napas tambahan.

4.      Sistem Cardiovaskular

a.       Conjungtiva    :  tidak tampak anemia

b.      Jantung            :  suara jantung terdengar lub dan dub serta tidak ada pembesaran

jantung

5.      Sistem Pencernaan

a.       Mulut        :  bibir pasien tampak pucat dan tidak ada peradangan, serta tidak

terjadi pembengkakan pada tonsil, dan pasien tampak memakai                                        gigi

palsu.

b.      Abdomen  :  abdomen nampak simetris, tidak terdapat nyeri tekan, serta suara

abdomen terdengar peka.

c.       Anus          :  tidak terdapat adanya hemoroid.

Page 15: Askep pada pasien hipertensi

6.      Sistem Indra

a.       Mata          :  kelopak mata normal yaitu mampu menutup dan membuka mata,                 

serta lapang pandang normal.

b.      Hidung      :  penciuman tajam (normal), serta tak ada secret yang

menghalangi penciuman.

c.       Telinga      : keadaan daun telinga simetris, dan fungsi pendengaran baik.

7.      Sistem Saraf

a.        Fungsi Cerebral

Pasien dapat berorientasi terhadap orang dengan baik, daya ingat pasien sudah agak

terganggu, dapat mengenal benda yang ditunjukkan, pasien mampu berbicara dengan baik

dan menggunakan bahasa daerahnya dengan benar.

b.        Fungsi Cranial

Pasien dapat membedakan bau, merasakan adanya sentuhan, dan dapat membedakan rasa

aman dan manis.

8.      Sistem Muskuloskeletal

a.       Kepala                   : tidak ada benjolan kepala.

b.      Vertebra                : ada kelainan yaitu tulang belakang lordosis

c.       Pelvix                    : gaya berjalan kurang baik

d.      Lutut                     : tidak terdapat pembengkakan

e.       Kaki dan tangan    : tidak terdapat pembengkakan, kemampuan berjalan sudah

agak berkurang.

9.      Sistem Integumen

a.       Rambut                 : warna rambut pasien hitam campur putih, dan tidak

rontok.

b.      Kulit                      : warna kulit putih dan turgor kulit baik

c.       Kuku                     : pendek dan bersih.

10.  Sistem Endokrin

a.       Kelenjar thyroid    : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid.

b.      Suhu tubuh            : normal

11.  Sistem Perkemihan

Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri pada saat BAK, serta BAK lancer.

B.     Klasifikasi Data

DS : -  Pasien mengatakan kepalanya  terasa pusing pada saat bangun, dan hilang   secara

spontan setelah beberapa waktu berdiri

Page 16: Askep pada pasien hipertensi

-          Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan mandiri

DO :  - Pasien tampak memegangi kepalanya

-          Wajah pasien tampak pucat dan meringis

-          Skala aktivitas 2 yaitu dengan bantuan orang lain)

-          Pasien tampak lemah

-          Tanda-tanda vital :

TD                   : 180/100 mmhg

Suhu                : 35 oC

Nadi                : 100 x/i

Pernafasan       : 26x/i