ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

52
ASKEP PADA PASIEN HERNIA A. PENGERTIAN Hernia adalahmenonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat. (Long,B.C,1996:246) Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen seperti peritoneum, lemak, usus, dan kandung kemih, memasuki defek tersbut sehingga timbul kantong berisi materi abnormal. (Tambayong,J,2000;140) Hernia inguinalis adalah hernia yang melewati kanal inguinal dan mengikuti tuniklus spermatikus atau ligamentum feses uteri. (Henderson,1992;215) Macam hernia inguinal: a. Indirek : batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis. b. Direk : batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior. c. Femoral : batang usus melewati temporal ke bawah ke dalam usus kanalis gemoralis. d. Umbilical : batang usus melewati cincin umbilical.

Transcript of ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Page 1: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

ASKEP PADA PASIEN HERNIA

A. PENGERTIAN

Hernia adalahmenonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui

sebuah defek congenital atau yang didapat.

(Long,B.C,1996:246)

Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen seperti

peritoneum, lemak, usus, dan kandung kemih, memasuki defek tersbut sehingga timbul kantong

berisi materi abnormal.

(Tambayong,J,2000;140)

Hernia inguinalis adalah hernia yang melewati kanal inguinal dan mengikuti tuniklus

spermatikus atau ligamentum feses uteri.

(Henderson,1992;215)

 Macam hernia inguinal:

a. Indirek : batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma

masuk ke dalam kanalis inguinalis.

b. Direk : batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior.

c. Femoral : batang usus melewati temporal ke bawah ke dalam usus kanalis

gemoralis.

d. Umbilical : batang usus melewati cincin umbilical.

e. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang

lemah.

(Long,B.C,1996:246)

B. ETIOLOGI

Dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai

pada setiap usia dan lebih banyak pada pria daripada wanita.faktor penyebab lainya adalh

Page 2: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui kantung dan isi hernia

(Syamsuhidayat,1998:706)

C. ANATOMI PATOLOGI

Pada pembagian anatomi mayor, system genetalia pria, penis, skrotum, dan isinya seta prostate.

Pada hernia inguinalis dengan jaringan intestine masuk kae dalam tunika vaginalis berakibat

pembesaran skrotum. Hal ini mudah dibedakan dari penyakit testis lainnya dengan terdengarnya

suara intestine dalam skrotum dan mengecilnya masa hernia dengan cara meleburkan lingkungan

inguinal. Hal inimerupakan penyebab pembesaran skrotum yang sering terjadi pada anak-anak

karena hernia inguinalis merupakan 1% dari populasi pediatric.

Tempat-tempat utama yang menunjukkan kelemahan seperti itu yaitu inguinal dan saluran

femoral, umbilicus, dan jaringan parut yang lama.bekas operasi yang cenderung terletak pada isi

rongga perut untuk bisa terjebak didalamnya yang tersering adalah terjepitnya usus halus, usus

besar, omentum atau isi oert yang lain.                                                                               

(Robbins and Kumar,1995)

D. PATOFISIOLOGI

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau hernia yang didapat pada orang

sehat. Tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis

yang berjalan miring, adanya muskulus obigus internus abdominalis yang menutuo annulus

inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya afasia tranversa yang kuat yang menutupi

trigenum harsel bach yang umumnya tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat

menyebabkan hernia.

Factor yang dapat menyababkan hernia karena adanya tekanan intraabdomendan kelemahan otot-

otot panggul dan perut. Bila hal itu terjadi maka akan terjadi kelemahan otot inguinal sehingga

organ ( usus ) dapat masuk melalui cincin kanalis inguinalis sehingga dapat menyebakan

hernianinguinal.

Page 3: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Kanalis inguinal adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 kehamilan terjadi

desensus testis melalui kanal tersebut. Pada bayi baru lahir umumnya telah menutup sehingga isi

rongga tersebut tidak dapat melewati kanlis tersebut. Namun dalam beberapa hal sering tidak

tertutup. Bila prosesus terbuka terus(karena tidak megalami obliverasi )akan tinbul hernia

inguinalis lateralis congenital.                                                

( Syamsuhidayat,1997, Mansjoer,A,2000 )

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINISPada umumnya pasien merasa tidak enak, terdapat benjolan

didaerah inguinal yang dapat mencapai scrotum. Benjolan tersebut akan timbul pada

waktu mengejan, batuk, menangis, menganagkat beban berat / aktivitas berat lainnya.

Mula-mula benjolan ini bila dibaringkan/tidak akan hilang. Karena isi kantum hernia

masuk kembali ke dalam kavum abdomen, namun bila telah terejadi perlekatan antara

kantung hernia dengan isi hernia tidak dapat dimasukan kembali. Apabila pada daerah

benjolan menjadi keruh dan terjadi nyeri yang hebat, maka pasien akan gelisah. Pada

anak laki-laki yang besar dan pria ketika scrotum dimasuki jari telunjuk dan jari lain

Page 4: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

ditempatakan pada/melalui ambuy inguinalis, dimana klien diintruksikan untuk mengejan

maka akan teraba kantung hernia seperti striktur bagaikan galon. Pada anak-anak / bayi

biasanya ditandai dengan  :

-          bayi sering gelisah

-          menangis

-          perut kembung

Pada hernia indirek ditentukan masa ellips berjalan turun dan miring ke dalam kanal

ingnuinal. Mungkin juga dapat masuk ke scrotum.

Keadaan umum pasien biasanya baik, jika penonjolan tidak nampak, pasien dapat

disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia

akan tampak benjolan, bila tampak benjolan harus diperiksa apakah hernia dapat

masuk kembali. Pada hernia inguinalis direk, pada pasien terlihat adanya masa

bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.

B. FOKUS PENGKAJIAN

1.      Pengkajian data fisik berdasrkan pada pengkajian data abdomen ( apendik

F)dapat menunjukkan : benjolan pada lilpatan paha/area umbilical ( temuan

paling bermakna).

2.      Keluhan tentang aktifitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan

mungkin ada secara konstan atau hanya tampak pada aktifitas yang

meningkatkan tekanan intraabdomen, seperti: batuk, bersin, mengangkat atau

defekasi

3.      Keluhan tentang ketidaknyamanan, beberapa katidaknyamanan dialami

karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan terhadap 

Page 5: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

pembedahan segera. Selain itu manifestasi obbstruksi usus dapat dideteksi

( bising usus nada tinggi sampai tidak ada mual muntah ).

4.      Lihat perawatan pra operasi dan pasca preasi untuk pengkajian dan recana

perawatan tambahan untuk periode praoperasi.

(

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan

2.      Resti terhadap konstipasi berhubungan dengan penempatan ostomi pada colon

sigmoid

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia yang

lama

(Doenges, 2000: 489-493)

D. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

1.      Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan

Kriteria Hasil :

a.       Keluhan nyeri berkurang

b.      Pasien dapat beristirahat tidur.

Page 6: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

c.       Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan

Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi              : kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas

(skala 0-10)

Rasionalisasi          :membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan

ketidakefektifan dapat mengatakan adanya komplikasi

Intervensi              : berikan posisi yang nyaman

Rasionalisasi          :dengan posisi tersebut dapat mengurangai ketegangan

abdomen sehingga nyeri berkurang

Intervensi              : monitor TTV

Rasionalisasi          :respon automatic meliputi TD, N, RR, suhu yang

berhubungan dengan hilangnya nyeri

Intervensi              : instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

Rasionalisasi          :memfokuskan perhatian pasien dan membantu

menurunkan tegangan otot

Intervensi              :kolaborasi pemberian analgesic sesuai indikasi

Rasionalisasi          :menghilangkan reflek spasme/ kontraksi usus halus dan

membatu menejemen nyeri

2.      Resti terhadap konstipasi berhubungan dengan penempatan ostomi pada

colon sigmoid

Kriteria Hasil :

Page 7: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

a.       Mendapatkan kembali fungsi usus normal.

b.      Melaporkan tidak adanya konstipasi.

Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi              :kaji adanya bising usus

Rasionalisasi          :abnormalitas fungsi gastrointestinal bias diketahui dari

bising usus

Intervensi              :perhatikan warna, konsistensi danjumlah feses

Rasionalisasi          :merupakan indicator kembalinya fungsi gastrointestinal

mengidentifikasi ketepatan intervensi

Intervensi              :observasi adanya nyeri abdomen

Rasionalisasi          :mungkin berhubungan dengan akumulasi gas dan cairan/

terjadi komplikasi

Intervensi              :anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tidak

mengiritasi lambung dan tidak menimbulkan gas

Rasionalisasi          :menurunkan resiko iritasi mukosa dan mencegah

kembung

Intervensi              : kalaborasi pemberian suposutoria sesuai indikasi

Rasionalisasi          :untuk merangsang peristaltic dengan perlahan/ evakuasi

feses

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia yang lama

Page 8: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Kriteria Hasil :

a.       Berat badan stabil

b.      Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan

adekuat.

c.       Berpartisipasi dalam masukan diet.

Intervensi dan Rasionalisasi :

Intervensi              :observasi mual muntah

Rasionalisasi          :sejumlah besar dan aspirasi gaster dan mual muntah

diduga terjadi obstruksi usus

Intervensi              :monitor bunyi usus ada atau tidak / hiperaktif

Rasionalisasi          :meskipun bunyi usus sering tidak ada, inflamasi/ iritasi

usus dapat menyertai hiperaktifitas usus

Intervensi              :ukur lungkar abdomen dan BB secara teratur

Rasionalisasi          :kehilangan/ peningkatan menunjukan perubahan hidrasi,

tapi kehilangan lebih lanjut diduga ada defisit

Intervensi              :beri makanan kecil/ porsi kecil tapi sering

Rasionalisasi          :untuk meningkatkan masukan  oral secara periodik

Intervensi              :pemberian cairan  elektrolit sesuai indikasi

Rasionalisasi          :membantu memenuhi kekurangan cairan

Page 9: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

(Doenges, 2000: 489-493)

 

Diposkan oleh Fajar Alam di 19.06 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi: 

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui

jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik secara kongenital maupun

didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding

tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).(Mansjoer,2000:313).

Dalam Medicastore.com Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah

saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut

ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.

Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang dinding perut

dilipat paha, baik didapat atau kongenital.

Page 10: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

TINJAUAN TEORITIS HERNIA

A.Pengertian

Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ

internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan

kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).

Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui

lubang pada struktur disekitarnya.

Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat paha).

Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia

pada posisi semula dan menutup cincin hernia.

B.Etiologi

1. Hernia congenital:

      Processus vaginalis peritoneum persisten

      Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka

      Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat

menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka

Page 11: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

      Predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah kiri terlebih

dahulu.

      Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.

      Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan hidrocele

2. Hernia didapat:

  Ada factor predisposisi

  Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa

  Pada orang tua karena degenerasi/atropi

  Tekanan intra abdomen meningkat

  Pekerjaan mengangkat benda-benda berat

  Batuk kronik

  Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras

  Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis

  Sering melahirkan: hernia femoralis

C.Klasifikasi Hernia

a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :

- Hernia bawaan (Kongenital)

- Hernia dapatan (akuisita)

b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas :

Page 12: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

- Hernia diafragma

- Hernia inguinalis

- Hernia umbilical

- Hernia strotalis

- Hernia insisional.

1. Hernia congenital:

- Hernia umbilikalis

- Hernia diafragnatika

- Hernia inguinalis lateralis

2. Hernia didapat:

- hernia inguinalis medialis

- Hernia femoralis

Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang

normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246). Hernia adalah

suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia

adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara

normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah

hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).

 

D.Patofisiologi

Page 13: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan

pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau

bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada

daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan

dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu

ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan

kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,

kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat

dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan

mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang

terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka

berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

E.Penatalaksanaan medis

1) Terapi konservatif/non bedah meliputi :

- Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia

ventralis.

- Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak

menunjukkan gejala sistemik.

2) Terapi umum adalah terapi operatif.

3) Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif.

4) Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5

mennit di evaluasi kembali.

5) Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan marleks untuk

menguatkan dinding perut setempat.

6) Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring dalam

posisi trendelernberg 40 OC.

7) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk

membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

Page 14: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

8) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi

seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB, hindari

kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

9) Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.

F. Komplikasi

Hernia berulang,

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,

Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,

Fostes urin dan feses,

Residip,

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN HERNIA

A.Pengkajian

Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :

1). Sirkulasi

Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis

vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

2). Integritas ego

Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,

hubungan, gaya hidup.

Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

3). Makanan / cairan

Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi

(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa

pra operasi).

Page 15: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

4). Pernapasan

Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5). Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune

(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi

kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat

penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat

transfuse darah / reaksi transfuse.

Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6). Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,

antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau

tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol

(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga

potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul

Periode post-operatif (Doenges, 1999).

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat

tindakan operasi.

2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Intervensi dan implementasi

a)Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat

tindakan operasi.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Page 16: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang

-tanda-tanda vital normal

-pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI

pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri

Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur

Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri

Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta

mengurangi nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam

Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman

Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

Tujuan : tidak ada infeksi

Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

-luka bersih tidak lembab dan kotor.

-Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI

Page 17: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi

karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi

peningkatan tanda vital.

Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.

Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan

leukosit.

Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya

tanda-tanda infeksi.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman

Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.

-pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur

-kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI

1) Mandiri

Page 18: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari,

turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.

Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat

mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang

meningkatkan waktu tidur.

Hindari penggunaan ”Pengikatan” secara terus menerus

Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.

Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.

Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif

(sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.

Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini

adalah waktu untuk tidur.

Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.

Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang

kelebihan energi dan memfasilitas tidur.

Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk

Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.

Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama

malam hari.

Putarkan musik yang lembut atau ”suara yang jernih”

Page 19: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan

sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.

2)Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin

(Senequan) dan trasolon (Desyrel).

Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan

kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif

dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang

maksimal.

Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).

Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi

insomia atau sindrom sundowner.

Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).

Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini

mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

4.        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.

Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.

- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI

Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Page 20: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan

untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan

menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari

latihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.

2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

3. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.

4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC,

Jakarta, 1995.

5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.

Diposkan oleh taisir rijani di 22.55

Page 21: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Hernia adalah suatu kelemahan pada dinding otot perut di segmen usus atau struktur perut

menonjol. Hernia dapat juga penetreate melalui cacat lainnya di dinding perut, melalui

diafragma, atau melalui struktur lainnya dalam rongga perut. (Donna,2000)

Manifestasi klinik yang sering terjadi pada pasien dengan hernia yaitu obstruksi usus,

seperti muntah-muntah, sakit perut crampy, distensi, nyeri abdomen, panas, adanya tonjolan pada

area inguinal atau abdomen femoral, nausea, dan tachi cardi, disuria disertai hematuria dan sesak

nafas. Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus hernia diantaranya potensial injuri,

knowledge defisid, gengguan rasa nyaman, retaensi urine, dan potensial infeksi.

Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi komplikasi seperti

incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal edema, dehinse post operasi, dan

evisceration. Berdasarkan masalah tersebut diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada

pasien hernia bila tidak dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara

komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait dengan masalah

tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah dengan judul “Askep

Hernia”.

1.2    Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan

tujuan khusus sebagai berikut

Page 22: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

1.2.1        Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah memberikan gambaran mengenai penerapan

asuhan keperawatan pada pasien hernia.

1.2.2        Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan makalah ilmiah ini adalah agar dapat menggambarkan tentang:

1.      Konsep dasar hernia,

2.      Pengkajian pada pasien dengan hernia

3.      Perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hernia

4.      Rencana asuhan keperawatan dan implementasi pada pasien dengan hernia.

1.3  Manfaat

Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam pembelajaran maupun dalam penerapan

asuhan keperawatan di masyarakat

Page 23: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    PENGERTIAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).

Hernia adalah penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan melalui lubang yang

abnormal (Dorlan, 1994,hal 842)

Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut

lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).

Hernia scrotalis merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai scrotum.

( Sjamsuhidajat, 1997, hal 717 )

Post adalah awalan yang menyatakan setelah atau di belakang. (Dorlan, 1994,hal 1477)

Operasi merupakan pembedahan, setiap tindakan yang dikerjakan oleh ahli bedah,

khususnya tindakan yang memakai alat-alat. (Ramali dan Pamoentjak, 2000, hal 244)

Dextra merupakan istilah yang menyatakan sesuatu yang berada disebelah kanan

dari dua struktur yang serupa atau yang berada disebelah kanan tubuh. (Dorlan, 1994,hal

517)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post operasi hernia scrotalis dextra

adalah hernia inguinalis lateralis dimana penonjolan serat atau ruas organ atau jaringan yang

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan mencapai scrotum

bagian kanan dan telah dilakukan tindakan pembedahan oleh ahli bedah.

2.2    KLASIFIKASI

Menurut Sachdeva ( 1996, hal 232-234) menklasifikasikan hernia sebagai berikut ;

1.      Hernia Reponiblis

Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat dimasukkan oleh

penderita atau ahli bedah.

Page 24: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

2.      Hernia Ireponiblis

Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak adanya

komplikasi.

3.      Hernia Obstruksi

Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami onstruksi dari luar

atau adanya gangguan suplai darah dari usus.

4.      Hernia Strangulasi

Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat terganggu yang

dapat mengakibatkan gangren.

Adapun tindakan yang digunakan untuk mengatasi hernia ada 2 macam yaitu;

1.      Tindakan konservatif

Yaitu tindakan dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk

mempertahankan isi hernia.

2.      Tindakan definitive

Tindakan definitive untuk mengatasi hernia berupa operasi yang dilakukan dibawah anestesi

umum atau spinal. Dengan melakukan insisi pada garis linear di atas kanalis inguinalis yaitu 1

inci diatas dan sejajar terhadap 2/3 medial ligamentum inguinalis. Adapun prinsip dasar operasi

hernia terdiri dari Herniotomi dan Herniorapi.

a.       Herniotomi

Merupakan operasi pemotongan untuk memperbaiki hernia.

b.      Herniorapi

Page 25: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Herniorapi yaitu dengan melakukan perbaikan pada dinding posterior tanpa menggunakan

bahan asesoris. Apabila dalam melakukan perbaikan dinding posterior menggunakan bahan

asesoris maka disebut dengan Hernioplasti.

2.3    ETIOLOGI

Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi

pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada

anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,

disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu

yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.

Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan di

dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia

inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal

706)

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

1.      Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis.

2.      Kerja otot yang terlalu kuat.

3.      Mengangkat beban yang berat.

4.      Batuk kronik.

5.      Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

6.      Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:

obesitas dan kehamilan.

Indikasi pelaksanaan operasi adalah pada semua jenis hernia, hal ini dikarenakan

penggunaan tindakan konservatif hanya terbatas pada hernia umbilikalis pada anak sebelum

usia dua tahun dan pada hernia ventralis. Tindakan operasi dilakukan pada hernia yang telah

mengalami stadium lanjut yaitu;

1.      Mengisi kantong scrotum

2.      Dapat menimbulkan nyeri epigastrik karena turunnya mesentrium.

3.      Kanalis inguinalis luas pada hernia tipe ireponibilis.

Pada hernia reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah karena ditakutkan

terjadinya komplikasi, sedangkan bila telah terjadi strangulasi tindakan bedah harus

dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus.

Page 26: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

(Sachdeva, 1996, hal 235 – 236 ; Mansjoer, 2000, hal 315)

2.4    PATOFISIOLOGI

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum

sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,

pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali

kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka

dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia

inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena

merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra

abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis

lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal

adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat

defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.

Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis

internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke

dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus

inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga

hernia scrotalis.

Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga

akan mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadran,

depresi pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi

juga mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas

terganggu, serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan

muntah, sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.

Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah

dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah

mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan,

penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk

bagi organisme patogen sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.

Page 27: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,

manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf

oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat gangguan

suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau hematoma.

(Mansjoer, 2000, hal 314 ; Sjamsuhidajat,1997, hal 704 ; Long,1996, hal 55 – 82).

2.5    MANIFESTASI KLINIK

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha, benjolan

tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis, mengejan,

mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi

komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan

asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan

berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri palpasi

dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong

apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak,

kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar.

Pemeriksaan melalui scrotum, jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari

tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada

keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka

itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah

hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314 ; Kusala, 2007,

http://www.kalbe.co.id/files)

Pada umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Beberapa

masalah yang sering terjadi pada fase post operasi antara lain; kesadaran menurun, sumbatan

saluran nafas, hipoventilasi, hipotensi , aritmi cardiak, shock, nyeri, distensi kandung

kencing, cemas, aspirasi isi lambung.

Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh

memerlukan waktu untuk penyembuhan luka. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai

teknik asepsis pada umumnya penyembuhannya lancar dan cepat.

Ada empat fase penyembuhan luka; fase I penyembuhan luka, lekosit mencerna

bakteri dan jaringan rusak. Fibrin tertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh

darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka. Luka kekuatannya rendah tapi

luka yang dijahit akan menahan jahitan dengan baik. Pasien akan terlihat dan merasa sakit

pada fase ini yang berlangsung selama 3 (tiga) hari.

Page 28: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Fase II berlangsung 3 – 14 hari setelah pembedahan. Lekosit mulai menghilang,

semua lapisan epitel mulai beregenerasi selengkapnya dalam 1 (satu) minggu. Jaringan baru

memiliki sangat banyak jaringan vaskuler, jaringan ikat berwarna kemerah-merahan karena

banyak pembuluh darah dan mudah terjadi perdarahan, pasien akan terlihat lebih baik.

Tumpukan kolagen serabut protein putih akan menunjang luka dengan baik dalam 6 – 7 hari.

Jadi jahitan diangkat pada waktu ini, tergantung pada tempat dan luasnya bedah.

Pada fase III kolagen terus bertumpuk. Hal ini akan menekan pembuluh darah baru

dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas.

Pada fase ini yang kira-kira berlangsung dari minggu ke dua sampai minggu ke enam post

operasi, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.

Fase terakhir, fase ke IV berlangsung beberapa bulan post operasi. Pasien akan

mengeluh gatal diseputar luka. Kolagen terus menimbun pada waktu ini, luka menciut dan

menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur.

(Long,1996, hal 70 – 86)

2.6    KOMPLIKASI

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain

obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat

menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis.

Sedangkan komplikasi operasi hernia dapat berupa cidera vena femoralis, nervus

ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk pada hernia

geser. Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka

dapat timbul nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.

Komplikasi dini setelah operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,

bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi lama merupakan atrofi testis

karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis, dan yang paling

penting, terjadinya residif (kekambuhan). Insiden dari residif begantung pada umur pasien,

letak hernia, teknik yang digunakan dalam pembedahan dan cara melakukannya.

(Sjamsuhidajat, 1997, hal 718-719)

2.7  PENCEGAHAN

Kelemahan otot bawaan tidak dapat dicegah, namun, latihan penguatan otot yang

mungkin dapat membantu. Menjaga berat badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan

teknik mengangkat yang tepat dapat mencegah herniasi. Awal pengakuan dan diagnosis

Page 29: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

herniasi sangat membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah herniasi terjadi, individu harus

mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang berkontribusi pada

cekikan.

Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika

tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam

kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak

ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah.

Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk

menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Obat-obatan biasanya

diberikan untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani pembedahan. Kadang setelah

menjalani pembedahan penderita dianjurkan untuk memakai korset untuk menyokong otot

yang lemah selama masa pemulihan.

2.8    PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.    Pemeriksaan Fisik

a.    Inspeksi daerah inguinal dan femoral

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian

daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di

daerah inguinal. Biasanya, impuls hernia lebih jelas dilihat dari pada diraba. Suruhlah pasien

memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukanlah inspeksi daerah

inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat

menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan

bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama

batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

b.        Palpasi hernia inguinal

Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan pemeriksa didalam

skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada kulit skrotum yang

cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku

menghadap keluar dan bantalan jari kedalam.

Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan

yang lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral masuk

Page 30: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke atas ke arah

cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin

eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal,

mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya

ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantalan jari pemeriksa.

Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat

direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan

hernia dilakukan dengan kulit skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-

lahan, tindakan ini tidak menimbulkan nyeri. Uraian tentang ciri-ciri hernia akan dibahas

berikutnya.

Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk

memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk

memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah

kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasa lebih nyaman.

Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal

indirek mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan

apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan

dignosis hernia inguinal indirek.

- Foto ronsen spinal

- Elektromiografi

- Venogram epidural

- Fungsi lumbal

- Tanda leseque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas)

- Scan CT

- MRI

- Mielogram

2.      Pemeriksaan darah

a.       Lekosit ; peningkatan jumlah lekosit mengindikasikan adanya infeksi.

b.      Hemoglobin ; Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah.

c.       Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi

Page 31: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

d.      Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis

intraoperasi/pascaoperasi.

2.      Urinalisis

BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.

3.      GDA

Mengevaluasi status pernafasan terakhir.

4.      EKG

Untuk mengetahui kondisi jantung.

Page 32: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

2.9    PATHWAYS KEPERAWATAN

0FOKUS KEPERAWATAN

    Pengkajian

    Status Respiratori

Kebebasan saluran nafas, kedalaman bernafas, kecepatan, sifatnya. Bunyi nafas : ada dan

sifatnya.

    Status Sirkulatori

Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit, pengisian kapiler.

    Status Neurologis

Tingkat kesadaran, penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala shock dan harus segera

dilaporkan kepada ahli bedah dan disertai gejala lain yang jelas.

    Balutan

Keadaan balutan, terdapat drain, terdapat selang yang harus disambung dengan system

drainase.

    Kenyamanan

Terdapat nyeri, mual, muntah, sikap tidur yang nyaman dan memperlancar ventilasi.

    Keamanan

Terdapat pengaman pada tempat tidur, alergi atau sensitive terhadap obat, makanan,

plester, larutan. Munculnya proses infeksi ; demam.

(Long, 1996, hal 60)

2)    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi

    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi trakeobronkial

sekunder terhadap efek anestesi; batuk tidak efektif sekunder terhadap depresi SSP atau

nyeri dan splinting otot.

    Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, prosedur bedah.

    Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah pembentukan

hematoma.

    Intervensi

NO DX KEP KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan

Kriteria Hasil :

        Jalan napas pasien bersih, ditandai

1)Pertahankan jalan nafas

pasien dengan

Page 33: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

dengan peningkatan

sekresi trakeobronkial

sekunder terhadap efek

anestesi; batuk tidak

efektif sekunder terhadap

depresi SSP atau nyeri dan

splinting otot.

dengan bunyi napas normal pada

auskultasi.

b.        RR : 12 – 20 X / menit dengan

kedalaman dan pola normal.

meletakkan pasien pada

posisi yang sesuai.

2)Observasi frekwensi,

kedalaman pernafasan

dan pemakaian otot bantu

pernafasan.

3)Observasi pengembalian

fungsi otot, terutama

otot-otot pernafasan .

4)Lakukan penghisapan

lendir jika diperlukan

Page 34: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

5)Kolaborasi pemberian

tambahan oksigen sesuai

kebutuhan.

Page 35: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

2.

Gangguan rasa nyaman

(nyeri) sehubungan

dengan kompresi syaraf,

prosedur bedah. Kriteria hasil:

1)   Melaporkan nyeri hilang dan

terkontrol.

2)   mengungkapkan metode yang

memberi penghilangan.

3)    mendemonstrasikan penggunaan

intervensi terapeutik.

4)    Instruksikan pada pasien untuk

melakukan teknik relaksasi atau

visualisasi

5)    Kolaborasi dalam pemberian

therapy

1)Kaji adanya keluhan

nyeri, catat lokasi

lamanya serangan, faktor

pencetus atau yang

memperberat

2) Pertahankan tirah baring

selama fase akut letakkan

pasien pada posisi semi

fowler dengan tulang

spinal, pinggang dan lutut

dalam keadaan fleksi atau

posisi terlentang dengan

atau tanpa meninggikan

kepala 10-30 derajat.

3) Batasi aktivitas selama

fase akut sesuai dengan

kebutuhan

4)Instruksikan pada pasien

untuk melakukan teknik

relaksasi atau visualisasi

Page 36: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

Kriteria hasil:

5)Kolaborasi dalam

pemberian therapy

1)Lakukan penilaian

terhadap fungsi

neurologist secara

periodik

2)Pertahankan pasien

dalam posisi terlentang

sempurna selama

beberapa jam

3) Pantau tanda-tanda vital,

catat kehangatan,

pengisian kapiler

4)Kolaborasi dalam

pemberian cairan atau

darah sesuai indikasi

Page 37: ASKEP PADA PASIEN HERNIA.docx

3.

Perubahan perfusi jaringan

berhubungan dengan

penurunan aliran darah

pembentukan hematoma.

Melaporkan atau

mendemonstrasikan situasi normal.

(Doengoes, 2000; Swearingen,2001)

Lemone and Burke,M.K. 2000 .Medical Surgical Nursing:Critical Thinking in Client

Care. Second Edition.New Jersey: Prentie-Hall,Inc.

Ignatavicius, Donna, et.All.2000.Medical Surgical Nursing.Philadelphia: W.B Saunders

Company.

Lewis,Heitkemper,Dirksen.2000.Medical Surgical Nursing: Assessment and

Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby.

Oswari E.1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia. .

http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/12/hernia/

http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1000546