Askep Leukemia

16
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu : 1) Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV) 2) Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya. 3) Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4) Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol 5) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot. 6) Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia. C. JENIS LEUKEMIA 1

description

definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, penanganan, konsep askep

Transcript of Askep Leukemia

Page 1: Askep Leukemia

ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah

dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah

proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,

menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa

dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus

gastrointesinal, ginjal dan kulit.

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi

yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

1) Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen

( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)

2) Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.

3) Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,

dan agen anti neoplastik.

4) Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

5) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.

6) Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s),

Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom

Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.

C. JENIS LEUKEMIA

1) Leukemia Mielogenus Akut (AML) mengenai sel stem hematopeotik yang

kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit,

eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi

meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik

yang paling sering terjadi.

Prognosis:

Hampir 60% penderita mengalami remisi dengan kemoterapi intensif, tetapi

hanya 15%-30% tetap bebas penyakit sampai 5 tahun. Transplantasi sumsum

tulang cukup baik pada beberapa penderita.

2) Leukemia Mielogenus Kronis (CML) juga dimasukkan dalam sistem

keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding

1

Page 2: Askep Leukemia

bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang

individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi

tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama

bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,

limpa membesar.

Prognosis:

Remisi dapat diinduksi dengan kemoterapi, tetapi median kelangsungan

hidup 3-4 tahun tidak berubah. Transplantasi sumsum tulang dapat

menyembuhkan. Setelah terjadinya krisis blas, semua bentuk pengobatan

menjadi benar-benar tidak efektif.

3) Luekemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai proliferasi ganas

limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding

perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi.

Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan

jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.

Prognosis:

Dengan kemoterapi,lebih dari 90% anak dengan LLA mengalami remisi

lengkap dan lebih dari 60% dapat hidup 5 tahun lagi. Sebagian besar sangat

mungkin disembuhkan. Orang dewasa atau anak-anak dengan LLA atau LLA

sel B posotif Ig permukaan mempunyai prognosis tidak sebaik itu.

4) Leukemia Limfositik Kronis (CLL) merupakan kelainan ringan mengenai

individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak

menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau

penanganan penyakit lain.

Prognosis:

Sangat bervariasi; tergantung terutama pada stadium klinis, sebagaimana

ditentukan dari jumlah daerahlimfoid yang membesar dan ada atau tidak adanya

trombositopenia dan anemia. Secara keseluruhan, median angka kelangsungan

hidup adalah 4-6 tahun.

2

Page 3: Askep Leukemia

D. PATHWAY

Penyebab pasti belum diketahui

E. TANDA DAN GEJALA

1) Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.

2) Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.

3) Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam,

penurunan haluaran urin.

4) Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah

terangsang, ansietas.

3

Prod. Sel darah putih

ggn. Sel darah putih

Merusak prod. Sel drh

Trombosiopenia

Ggn. Pembekuan drh

Ggn. Pertahanan tubuh

Sist. imun

Menyerang limfe

Pembesaran limfe

Anemia

Mual, muntah, anoreksia

Masukan cairan <

keletihan

Faktor predisposisi:Faktoe genetic, radiasi ionisasi,

terpapar zat2 kimiawi, obat imunosupresif, factor herediter,

kelainan kromosom.

Res. perdarahan

Resti. infeksi

Nyeri

Intoleransi aktivitas

Res. < vol. cairanPerub. Nutrisi <

keb. tubuh

Page 4: Askep Leukemia

5) Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan

BB dan disfagia

6) Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan,

parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

7) Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah

8) Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik,

penurunan bunyi nafas

9) Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol,

demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.

10) Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik

2) Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

3) Retikulosit : jumlah biasaya rendah

4) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

5) SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur

6) PTT : memanjang

7) LDH : mungkin meningkat

8) Asam urat serum : mungkin meningkat

9) Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan

mielomonositik

10) Copper serum : meningkat

11) Zink serum : menurun

12) Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat

keterlibatan

G. PENATALAKSANAAN

1) Pelaksanaan kemoterapi

2) Irradiasi kranial

3) Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi

- Fase induksi. Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase

ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-

asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit

berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel

muda kurang dari 5%

4

Page 5: Askep Leukemia

- Fase Profilaksis. Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi

methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk

mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan

hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf

pusat.

- Konsolidasi. Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk

mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang

beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan

pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang

terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka

pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Anamnesa

a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya

b. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor

herediter (misal kembar monozigot).

c. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit

kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

d. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi

pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan

atau hiotam tanpa pus

e. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan

membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-

tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.

f. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi, gagal ginjal,

inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

5

Page 6: Askep Leukemia

1) Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus

limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia

pengobatan antileukemik

Tujuan : nyeri teratasi

Kriteria hasil :

Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol

Menunjukkan perilaku penanganan nyeri. Tampak rileks dan mampu

istirahat

Intervensi :

a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan

skala 0-10)

R/ membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi, dapat

mengindikasikan terjadinya komplikasi.

b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot,

gelisah.

R/ membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.

c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.

R/ meningkatkan istirahat,meningkatkan kemampuan koping.

d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan

bantal.

R/ dapat menurunkan ketidaknyamanan sendi.

e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.

R/ memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan

psikologis).

R/ meminimalkan kebutuhan/meningkatkan efek obat.

g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri

R/ penanganan sukses terhadap nyeri memerlukan keterlibatan pasien.

h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.

R/ penggunaan persepsi sendiri lebih efektif.

i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan

relaksasi/nafas dalam, sentuhan.

R/ memudahkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.

j. Bantu aktivitas terapeutik.

R/ membantu manajemen nyeri dengan perhatian langsung.

k. Kolaborasi :

6

Page 7: Askep Leukemia

Analgesik (asetaminofen) : mengatasi nyeri ringan

Narkotik (morfin) : mengatasi nyeri berat

Agen antiansietas (diazepam) : meningkatkan kerja analgesik/narkotik.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual,muntah, anoreksia

Tujuan: menunjukkan peningkatan berat badan dengan nilai laboratorium

normal.

Kriteria hasil: tidak mengalami tanda mal nutrisi, menunjukkan perilaku

perubahan pola hidup untuk meningkatkan / mempertahankan berat badan

yang sesuai.

Intervensi:

a. kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

R/ mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien.

R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

c. Timbang berat badan tiap hari.

R/ mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi

nutrisi.

d. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.

R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

pemasukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik.

R/ maningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral., menurunkan

pertumbuhan bakreti, meminimalkan kemungkinan infeksi.

f. Kolaborasi pada ahli gizi.

R/ membantu dalam membuat rencana diet.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan

laju metabolik

Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas

Kriteria hasil :

Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan

Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi,

pernafasan dan TD dalam batas normal

7

Page 8: Askep Leukemia

Intervensi

a. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas.

R/ efek leukemia, anemia, dan kemoterapi mungkin kumulatif.

b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.

R/ menghemat energi untuk aktivitas dan regenerasi seluler

c. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk

daripada berdiri, pengunaan kursi untuk mandi.

R/ memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri.

d. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut sebelum

makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi.

R/ meningkatkan pemasukan dengan menurunkan mual.

e. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan

R/ memaksimalkan sediaan oksigenuntuk kebutuhan seluler.

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan :

mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik.

Tujuan : volume cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

Volume cairan adekuat

Mukosa lembab

Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mntd.

Nadi terabae. Haluaran urin 30 ml/jamf. Kapileri refill < 2 detik

Intervensi :

a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan keseimbangna

cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat jenis dan pH urin.

R/ penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM dan

pencetusnya pada tubulus ginjal dan/atau terjadinya batu ginjal

(sehubungan dengan peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan

retensi urin atau gagal ginjal.

b. Timbang berat badan tiap hari

R/ mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.

c. Awasi TD dan frekuensi jantung

R/ perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemia

(perdarahan/dehidrasi).

8

Page 9: Askep Leukemia

d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa.

R/ indikator langsung status cairan/hidrasi.

e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari.

R meningkatkan aliran urine, mencegar pencetus asam urat,

meningkatkan pembersihan obat antineoplastik.

f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis; perhatikan

perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses dan urin;

perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.

R/ supresi sumsum tulang dan produksi trombosit menempatkan pasien

pada resiko perdarahan spontan tak terkontrol.

g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan.

R/ jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan meningkatkan

resiko perdarahan meskipun trauma minor.

h. Batasi perawatan oral mencuci mulut bila diindikasikan, hidari pencuci

mulut dengan alkohol.

R/ bila perdarahan terjadi meskipun dengan sikat halus dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Alkohol mempunyai efek

mengeringkan dan mungkin nyeri karena mengiritasi jaringan.

i. Berikan diet halus.

R/ dapat membantu menurunkan iritasi gusi.

j. Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi

R/ mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb/Ht, pembekuan)

R/ intervensi dini untuk menghindari perdarahan spontan.

Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.

R/ menormalkan jumlah SDM, memperbaiki anemia, mencegah

perdarahan.

Berikan obat sesuai indikasi:

Ondansetron: menghilangkan mual/muntah

Allipurinol: menurunkan kesempatan nefropati sebagai akibat produksi

asam urat.

Kalium asetat: alkalinasi urin yang mencegah pembentukan batu ginjal.

5) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

9

Page 10: Askep Leukemia

Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan

Kriteria hasil :

TD 90/60mmHg

Nadi 100 x/mnt

Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah

Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)

Hb 14-18%

Intervensi

a. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi

perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan

b. Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari

gusi.

c. Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat tusukan

IV terhadap perdarahan

d. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.

e. Gunakan jarum ukuran kecil

f. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres

dingin dan tekan perlahan.

g. Beri bantalan tempat tidur untuk cegah trauma

h. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur

listrik.

6) Resiko infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan

tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit

immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.

Tujuan : pasien bebas dari infeksi

Kriteria hasil :

Normotermia

Hasil kultur negatif

Peningkatan penyembuhan

Intervensi :

a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R/ Melindungi dari sumber potensial patogen/infeksi.

b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.

R/ mencegah kontaminasi silang/ menurunkan resiko infeksi

c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan

10

Page 11: Askep Leukemia

pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan

takikardia, hipotensi, perubahan mental samar.

R/ hipertermia lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi, dan demam (tidak

berhubungan dengan obat atau produk darah) terjadi pada kebanyakan

pasien leukemia.

d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres.

R/ membantu menurukan demam, yang menambah ketidakseimbangan

cairan, ketidaknyamanan, dan komplikasi SSP.

e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.

R/ mencegah stasis sekret pernapasan, menurunkan resiko atelektasis/

pneumonia.

f. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi

terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau

sputum kental, urine bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa

terbakar.

R/ intervensi dini penting untuk mencegah sepsis/ septisemia pada

individu imunosupresi.

g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka.

Besihkan kulit dengan larutan antibakterial.

R/ mengindikasikan infeksi lokal.

h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi

halus.

R/ Rongga mulut adalah media yang baik untuk pertumbuhan organisme.

i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan

betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.

R/ meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko abses perianal,

meningkatkan sirkulasi dan penyembuhan.

j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.

R/ menghambat energi untuk penyembuhan, regenerasi seluler.

k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.

R/ meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi.

l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan Awasi pemeriksaan

laboratorium misal : injeksi) bila mungkin.

R/ kulit robek dapat memberikan jakan masuk patogenik, potensial

organisme letal.

m. Kolaborasi : hitung darah lerngkap, apakah SDP turun.

R/ penurunan SDP normal/martur dapat diakibatkan oleh proses penyakit.

Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.

11

Page 12: Askep Leukemia

R/ aspirin dapat menyebabkan perdarahan pada gaster dan menurunkan

jumlah trombosit lamjut.

Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.

R/ dapat diberikan secara profilaktik atau mengobati infeksi khusus.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Askep Leukemia

a. Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And

Documenting Patient Care. Ed. 3. Jakarta : EGC

b. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology. 1994. Clinical Concepts Of Disease

Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC

c. Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing.. Ed. I. Jakarta :

Salemba Medika

d. Robbins, Cotran, Kumar. 1999. Dasar patologi Penyakit Ed. 5. Jakarta: EGC

e. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Ed. 8. Jakarta : EGC.

f. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards. 1998. Nursing Process,

diagnosis, And Outcome. Ed. 5. Jakarta : EGC

13