ASKEP Hyperbilirubin

34
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA DENGAN PHOTO TERAPI 1. Pengertian Menurut buku Ilmu Kesahatan Anak II FK Unair Surabaya, 1989 : 257 mengatakan bahwa Hyperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang biasanya diserta dengan ikterus. Kadar bilirubin normal adalah 0 – 1 mg/%. Sedangkan menurut Wong Dounal and Whaley Lucille, 1990 : 1236 mengatakan hyperbilirubiemia ( joundace) pada bayi baru lahir adalah timbunan dari serum bilirubin melebihi batas normal ( 5 – 7 mg/100 dl) Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus dibedakan pada bayi menjadi 3, yaitu : a. Ikterus Fisiologik Disebut Ikterus fisiologik bila : 1) Timbul pada hari kedua dan ketiga

description

Askep Hiperbilirubin

Transcript of ASKEP Hyperbilirubin

Page 1: ASKEP Hyperbilirubin

ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI DENGAN HYPERBILIRUBINEMIA

DENGAN PHOTO TERAPI

1. Pengertian

Menurut buku Ilmu Kesahatan Anak II FK Unair Surabaya, 1989 : 257 mengatakan

bahwa Hyperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang

biasanya diserta dengan ikterus. Kadar bilirubin normal adalah 0 – 1 mg/%.

Sedangkan menurut Wong Dounal and Whaley Lucille, 1990 : 1236 mengatakan

hyperbilirubiemia ( joundace) pada bayi baru lahir adalah timbunan dari serum bilirubin

melebihi batas normal ( 5 – 7 mg/100 dl)

Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya

bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.

Ikterus dibedakan pada bayi menjadi 3, yaitu :

a. Ikterus Fisiologik

Disebut Ikterus fisiologik bila :

1) Timbul pada hari kedua dan ketiga

2) kedua bilirubin indirek tidak melampaui 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan

12,5 mg % pada neonatus kurang bulan

3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % per hari

4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg %

5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama

6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologi

b. Ikterus Patologik

Disebut ikterus patologik bila :

1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

Page 2: ASKEP Hyperbilirubin

2) kedua bilirubin indirek melampaui 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan

12,5 mg % pada neonatus kurang bulan

3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg % per hari

4) Ikterus menetap sesudah 2 pertamamg %

5) Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg %

6) Ikterus yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi berat atau

keadaan patologik lain yang telah diketahuikeadaan patologi

c. kern-ikteus

adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunanbilirubin tak

terkonjugasi dalam sel-sel otak. Kerusakan ini terjadi pada korpus striatus, thalamus,

nucleus subtalamus, hypokampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar ventrikulus

ke IV.. Gejala Kern Ikterus pada permulaan kurang jelas, dapat berupa mata yang

berputar, letargi, kejang, tak mau makan, tonus otot meningkat, leher kaku dan

akhirnya epistotonus (purnawan Junaidi, dkk, 1982 : 548)

2. Etiologi

Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi sebagai berikut :

a. Produksi yang berlbihan yang melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya.

Terdapat pada hemolisis yang meningkat akibat inkompetibleitas golongan darah.

(Rh, ABO antagonis, atau defisiensi ensim G6PD)

b. Gangguan pada proses pengambilan dan kenjugasi hepar dapat disebabkan oleh

imaturasi hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, hypoksia, dan gangguan

fungsi hepar dan infeksi

c. Gangguan dalam transportasi. Untuk dapat diangkut ke hepar bilirubin diikat oleh

albumin terlebih dahulu. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banayak bilirubin

indirek bebas dalam darah yang mudah melekat pada otak

Page 3: ASKEP Hyperbilirubin

d. Gangguan dalam sekresi dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar,

akibat penyakit hepar bawaan, infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

(ngastiyah, 1997 : 199)

3. Patofisiologi

Produksi berlebihan

Gangguan konjugasi hepar

Gangguan transportasi

Gangguan ekskeresi

Hyperbilirubinmia

Bil Indirek bebas dalam

darah

Mudah melekat pada sel

otak

Kerusakan otak

(kernikterus)

Letargi

Ikterus pada kulit

Gatal

Resiko gangguan

integritas kulit

Bilirubin dalam darah

terikat albumin

Defisiensi albumin

Defisiensi immunology

Resiko infeksi

Page 4: ASKEP Hyperbilirubin

Kejang

Tak mau m,engisap

Tonus otot

Epistotonus

Resiko gangguan jalan

nafas

Resiko kurang nutrisi

Resiko aspirasi

4. Penatalaksanaan

a. mempercepat proses konjugasi misalnya dengan pemberian fenobarbital.

Fenobarbitaal dapat bekerja sebagai enzim induser sehingga konjugasi dapat

dipercepat

b. menambah substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi sseperti

pemberian albumin untuk mengikat bilirubin bebas

c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan terapi sinar yang dapat menurunkan

kadar bilirubin dengan cepat. Terapi sinar mengubah senyawa 4 Z, 15 Z – bilirubin

menjadi senyawa bentuk 4 Z, 15 E Bilirubin yang merupakan bentukisomer yang

mudah larut dalam plasma sehingga mudah disekresi oleh hati kedalam empedu. Dari

empedu dilepas ke usus untuk kemudian diskresi bersama faeses.

Photo terapi dilakukan pada keadaan :

1) Kenaikan bilirubin indirek yang sangat cepat ( 0,4 mg/kg/jam), atau

kadar bilirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi dalam keadaan hemolisis ditandai

dengan ikterus pada hari I

2) Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah tranfusi tukar

Photo terapi tidak dilakukan pada bayi dengan ganguan motilitas / peristaltic usus.

(obstruksi, enteristis)

d. Tranfusi tukar dengan indikasi :

Page 5: ASKEP Hyperbilirubin

1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek kurang dari 20

mg %

2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat ( 0,3 – 1 mg 5 / jam)

3) Anemia yang berat pada neonatus dengan tanda – tanda dekompensasi

jantung

4) Bayi dengan kadar Hb talipusat kurang dari 14 mg %, bilirubin lebih

dari 5 mg % dan test coombs direk yang positif

5. Pemgkajian Keperawatan

a. Anamnese orang tua/keluarga

Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami

neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO,

incompatibilitas lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit

hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter

kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan kaena

pengaruh pregnanediol.

b. Riwayat kelahiran

Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi

berlebihan merupakan predisposisi terjadinya infeksi

Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan

mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat

konjugasi bilirubn.

Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya

(hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.

Page 6: ASKEP Hyperbilirubin

Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas

organ tubuh (hepar).

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas

menurun

2) Kepala leher

Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa

pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan

Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih

( kuning)

Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia

3) Dada

Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda

peningkatan frekuensi nafas.

Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya

ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi

4) Perut

Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu

dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo

terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.

Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat

gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik

Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan

Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella

5) Urogenital

Urine kuning dan pekat.

Page 7: ASKEP Hyperbilirubin

Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur

merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu

6) Ekstremitas

Menunjukkan tonus otot yang lemah

7) Kulit

Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas

menurun.

Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.

8) Pemriksaan Neurologis

Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lainmenunjukkan adanya

tanda – tanda kern - ikterus

d. Pemerksaan Penunjang

1) Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %

2) Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi

3) Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan

4) Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll

5) Skreening ikterus melalui matode kremer.

6. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi , imaturyti hati

b. Gangguan integrritas kulit berhubungan dengan jaondase

c. Perubahan temperatur tubuh berhubunga dengan phototerapi

d. Perubahan volume cairan berhubungan dengan intake rendah dan efek

fototerapi

e. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan kemampuan menghisap

menurun

Page 8: ASKEP Hyperbilirubin

7. Rencana intervensi

a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati

Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi

Criteria hasil

1. tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan temperatur, dan

kerusakan kulit

2. Bayi terlindung dari sumber cahaya

Intervensi

1) Lindungi mata bayi dengan penutup mata khusus

R/ menhindari kontak langsung mata dengan sinar

2) Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)

R/ mencegah keterlambatan penanganan

3) Letakkan bayi telanjang dibawah lampu dengan perlindungan mata dan

kemaluan

R/ Pencahayaan maksimum dan merata serta organ vital terlindungi dari

kerusakan

4) monitor temperatur aksila

R/ pemaparan panas dengan sinar memungkinkan terjadinya ketidakstabilan

suhu badan

5) pastikan intake cairan adequate

R/ Pemaparan panas meningkatkan penguapan yang harus segera diganti

dengan intake cairan

6) jaga bersihan perianal

R/ Menekan resiko ieritasi kulit

Page 9: ASKEP Hyperbilirubin

b. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan intake tidak adequate sekunder

kemapuan menghisap turun

Tujuan : tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi

Kriteria hasil

1) Porsi minum habis

2) BB naik

3) Menghisap kuat

Intervensi

1) berikan nutrisis secara adequate

2) Berikan minum tepat waktu dan sesuai ukuran dan kebutuhan

R/ menganti cairan dan nutrisi yang hilang akibat terapi sinar

3) observasi kemampuan menghisap

R/ pemasukan nutrisi adequate bila kemampuan mengisap baik

4) Kpasang Sonde bila kemampuan mengisap turun

R/ mningkatkan intake melalui sonde karena gagal melalui mulut

5) Timbang BB setiap hari

R/ memantau perkembangan kebutuhan nutrisi

6) Kolaborasi ahli gizi

Referensi

1. Abdul Bari et all. 2001. Buku acuan Nasional Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro hardjo. Jakarta

2. Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

3. Ngastiyah. 1997. Ilmu Keperawatan pada anak sakit. EGC.

Jakarta.

Page 10: ASKEP Hyperbilirubin

4. Purnawan Junaidi et al. 1982. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke

2 . Media Aesculapius. Jakarta

5. Wongand Walley. 1990. Clinical Manual of pediatric Nursing.

Third ediion. Mosby Compani. Philapidelpia

Page 11: ASKEP Hyperbilirubin

Laporan Kasus

Nama : Muncul Wiyana

N I M : 010030174 B

Ruangan : Neonatologi No. Reg. :

Pengkajian : Tanggal 15 -07 - 2002 Jam : 11.00 WIB

-------------------------------------------------------------------------------------------------

I. IDENTITAS

Nama : By Temu Tgl. MRS : 12 – 7 - 2002

Umur : 12 hari Diagnosa : NA + Ikterus Neonatorum

Jenis kelamin : Laki

BB MRS : 2700 mg PB : 48 cm

Identitas orang tua

Nama Ayah : Supriandono

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu : Ny temu

Umur : 27 Tahun

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Alamat : Pasar Bunga Kayun 35 – 36 Surabaya

Page 12: ASKEP Hyperbilirubin

II. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama : Ikterus dan post sepsi

2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

a. Pre Natal : dan tidak pernah minum obat/jamu selain

yang diberikan dokter. Selama hamil tidak pernah ada keluhan yang berarti dari

kehamilannya

b. Natal : Lahir pada tanggal 12 Juli 2002 di IRD dengan

SC. Letak lintang. Ketuban pecah dini 1 jam 27 menit sebelum bayi lahir dengan

warna jernuh. Apgar Score 357, BBL = 2700 PB 48 cm, LK = 34 cm, LD = 31 cm.

Lahir dengan aspiksia berat dn ikterus

c. Post natal : bayi dikirm ke neonatology karena ikterus dan

asfiksia berat.

3. Riwaat keperawatan saat ini

Saat ini dalam perawatan diruang neonatology , sedang dalam terapi sinar. Reflek

mengisap membaik, O2 terus terpasang 1 l/mnt,.Menangis kuat. Bayi masih kelihatan

lemah. Kuning diseluruh tubuh masih kleihatan. Bayi dipasang infus D 10 % 250 cc/

24 jam. Sementara dipuasakan

III. Pemeriksaan fisik

K/u lemah, reflek menggenggam lemah, reflek mengisap kuat, reflek menangis kuat,

reflek moro ( +) Tonus otot cukup. Tanda vital : Nadi : 140 x/mnt, RR = 44 x/mnt, suhu

= 36 ,7 C

Kepala

Page 13: ASKEP Hyperbilirubin

Rambut hitam, tipis, chepal hematom (- ) Caput sedanium (-), muka bentuk oval,

simetris . Ikterus ( + )

Mata

Kemerahan (-) Iktrus (+) selama foto terapi mata ditutup dengan kaca mata hitam

Hidung

Skret ( - ) , gerakan cuping hidung ( - ), terpasang O2 pernasal

Mulut

Bibir merah, lidah bersih, cianosis ( -) . Mengisap ( minum) kuat . Menangis kuat.

Moniliasis ( - )

Telinga : Tak dijumpai kelainan

Leher: Tak ditemukan kelainan

Dada : Bentuk simetris, Rhonci / wheezing ( - / - ). Retraksi (- ) , ikterus ( + ) kulit

dada banyak mengelupas.

Abdomen

Talip usat belum kering, triplede diberikan ( + ) Kembung ( -)peristaltic ( +) gerakan

seirama nafas, hepar tak teraba, ikterus ( + )

Genetalia

Tak ditemukan kelainan. Skrotum sudah turun, selam terapi sinar selalu di tutup dengan

popok BAK kekuningan 5-6 x/hari

Rectum

Tak ditemukan kelainan.

Ekstremitas

Reflek menggenggam lemah, reflek moro ( +) Tonus otot cukup.Pergerakan lemah,

iktrus ( + ). Akral hangat

Pemeriksaan neurologis

Kejang ( - ), epistotonus ( - )

Integumen

Page 14: ASKEP Hyperbilirubin

Turgor cukup, kelelmbaban cukup, lesi ( - ) ikterus ( + ) kremer 3

IV. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium tgl 15 Juli 2002

Bilirubin total = 22 mg mg%

Hb = 18.4 mg %

Leukosit = 74000

SE = 65

Gol Darah = O

CRP = 0,6 ( negatif)

Tgl 16 Juli 2002

Bilirubin total = 18

Tgl 17 juli 2002

Bilirubin total = 14

V. Terapi yang diperoleh

Infus D 10 % 250 cc/24 jam

Sementara dipuasakan

O2 terpasang 1 ltr/mnt

Head up kepala

Fdoto terpi 24 jam

Termoregulasi

Meronem 3 x 30 mg iv

Page 15: ASKEP Hyperbilirubin

Tanda Tangan Mahasiswa

Muncul Wiyana

NIM.: 01003 0174 B

Page 16: ASKEP Hyperbilirubin

ANALISA DATA

N

O

DATA KEMUNGKINAN

PENYEBAB

MASALAH

1. S : -

O : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg%

mulai jam 00 WIB dilakukan foto

terapi. Posisi terlentang. Suhu badan

36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650 gr.

Foto terapi

Pemajanan

langsungpanas/sinar

Resiko Panas tubuh

meningkat

Melebihi batas normal

Resiko tinggi

perubahan suhu

badan

2 S : -

O : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg%

mulai jam 00.00 WIB dilakukan foto

terapi. Posisi terlentang. Kedua mata

ditutup dengan kaca mata hitam serta

kemaluan di kenakan popok. Suhu

badan 36.5 0 C. turgor cukup. BB 2650

gr. Posisi tidakpernah dirubah selama

foto terapi

Foto terapi

Pemajanan

langsungpanas/sinar

Cedera mata/genetlia

Resiko injury

3 S ; - Ikterus Resiko

Page 17: ASKEP Hyperbilirubin

O : : Ikterus ( + ) Bil total 22 mg%

Suhu badan 36.5 0 C. turgor cukup. BB

2650 gr. Kulit dada tampak banyak

mengelupas

Phototerapi

(bil. Kult )

Gatal kulit

kering

Integritas berubah/rusak

kerusakan

intgeritas kulit

4 S : -

O : Sementara dipuasakan. Infus d10%

250 cc/24 jam. Turgor cukup. Tx

Photo terapi I sedang berjalan

dimulai jam 00.00 . Suhu badan

36.7 C. Nadi 120 x/mnt

Foto terapi

Pemajanan

langsungpanas/sinar

Peningkatan Penguapan

Kehilangan volume cairan

berlebihan

Intake tidak seimbang (puasa)

Devisit volume cairan

Resiko devisit

volume cairan

tubuh

Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati

Page 18: ASKEP Hyperbilirubin

b. Resiko devisit volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

penguapan sekunder foto terapi

c. Resiko perubahan suhu badan (Peningkatan suhu badan) berhubungan

dengan pemajanan sinar yang lama seknder foto terapi

d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan denga peningkatan

bilirubin dikulit dan efek foto terapi

Rencana Keperawatan

Resiko terjadi injuri berhubungan dengan efek phototerapi, imaturyti hati

Tujuan ; Tidak mengalami komplikasi dari phototerapi

Criteria hasil

1. tidak memperlihatkan iritasi mata, dehidrasi, ketidakstabilan

temperatur, dan kerusakan kulit

2. Organ vital bayi terlindung dari sumber cahaya

Intervensi

1) Pertahankan proteksi mata dan genetalia dengan fiksasi yang

memadai

R/ kontak langsung mata dangenetalia dengan sinar ultra violet dalam jangka panjang

berakibat fatal

2) Chek mata bayi setiap shift (drainase dan iritasi)

R/ mencegah keterlambatan penanganan

3) Pastikan lampu dalam kondisi siap pakai

Page 19: ASKEP Hyperbilirubin

R/ Keruakan lampu (pecah, strum meneybar ke box) dapat menimbulkan cedera baru

pda bayi

4) Observasi tadna vital klien, tanda dehidrasi, tanda hypertermi

R/ peningkatan penguapan akibat pemaparan panas terus menerus dapat berakibat

dehidrasi dan hypertermi

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemajanan sinar (panas) yang

lama sekunder foto terapi

Tujuan : selama tindakan foto terapi tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria hasil

Tidak ada tanda dehidrasi

Turgor baik

Kelembaban kulit baik

Mata tidak cwong

Mukosa tidak kering

Rencana intervensi

1. Observasi tanda dehidrasi setiap jam selama fototerapi

2. Observasi tanda vital

3. berikan minum PASI 8 x 40 cc/ 24 jam 9 k/p ekstra

4. Observasi intake cairan dar infus. Pertahankan kelancaranannya

5. Observasi output urine

Page 20: ASKEP Hyperbilirubin

Resiko Perubahan suhu tubuh ( Peningkatan suhu badan) berhubungan dengan

pemajanan panas yang lama sekunder foto terapi

Tujuan ; Perubahan suhu dalam batas normal

Criteria hasil

Suhu badan dalam batas 36.5 0 C – 37.5 0 C

Intervensi

1) Kontrol / obsevasi suhu badan setiap jam selama foto terapi berlangsung

R/ Perubahan suhu dapat terjadi dengan cepat akibat pemaparan sinar yang juga sebagi

sumber panas.

2) Ubah posisi bayi setiap 2 jam

R/ Pemajanan yang merata dan bergantian mengurangi resiko tidak efektifnya pusat

suhu badan

3) Hentikan/istirahatkan foto terapi bilashu diatas 38 C.

R/ Semakin lama pemajanan semakin tinggi kemungkinan perubahan suhu banan

4) Kompres basah bila suhu meningkat

R/ Pemberian kompres mengurangi / sebagai media konduksi pembuangan panas

5) Kolaborasi dokter bila panas tidak / sulit turun/ terlalu tinngi untuk

mendapatkanantipiretik

Page 21: ASKEP Hyperbilirubin

IMPLEMENTASI

Page 22: ASKEP Hyperbilirubin

Dx Tgl Jam Kegiatan

1,2

1,2,3

16/7/02 08.00

10.00

12.00

- Mengkaji gejala kardinal ( suhu 36 20 C, Nadi 124 x/mnt)

- Menyiapkan pemeriksaan bilirubin total ( H v/d B)

- Memberikan susu perspeen 40 cc habis

- Memberikan posisi terlentang

- Mengobservasi tanda dehidrasi

- Mempertahankan foto terapi

- Memperhatikan kelancaran cairan infus ( mengobservasi

tetes infus)

- Mengobservasi tanda vital ( suhu 370 C, Nadi 128 x/mnt)

1.,2 17/7/02 13.30

15.00

- Mengkaji gejala kardinal ( suhu 37 20 C, Nadi 120 x/mnt)

- Memberikan susu perspeen

- Mengatur posisi klien tengkurap

- Memperhatikan dan menjaga kelancaran cairan infus

- Memandikan bayi

- Memberikan injeksi meronem

18/7/02 15.00 Memandikan bayi dan mengganti baju

Page 23: ASKEP Hyperbilirubin

Observasi gejala kardinal

Membrikan susu per sepeen

Melepas infus

Sementara foto terapi stop/istirahat

Catatan perkembangan ( Evaluasi )

Tgl 17/7/02

S : -

O : Suhu : 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt

A : Tidak terjadi peningkatan suhu badan diatas normal

Page 24: ASKEP Hyperbilirubin

P : planing dipertahankan

Tgl 17/7/02

S : -

O : suhu 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi mata dan perubahan /tanda injury tak

ada

A : Tidak terjadi injury selama foto terapi

P : planing dipertahankan

Tgl 17/7/02

S : -

Tak ditemukan tanda dehidrasi

Mukosa basah

Turgor cukup baik

Kelembaban cukup

BAK lancar 5 – 6 x/24 jam, tidak pekat, warna masih kuning

A : Tidak terjadi dehidrasi selama foto terapi

P : planing dipertahankan

Page 25: ASKEP Hyperbilirubin

Tgl 18/7/02

S : -

O : Suhu : 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt

A : Tidak terjadi peningkatan suhu badan diatas normal

P : planing dipertahankan

Tgl 18/7/02

S : -

O : suhu 36. 8 0C Nadi 124 x/mnt, tanda iritasi mata dan perubahan /tanda injury tak

ada

A : Tidak terjadi injury selama foto terapi

P : planing dipertahankan

Tgl 18/7/02

S : -

Tak ditemukan tanda dehidrasi

Mukosa basah

Page 26: ASKEP Hyperbilirubin

Turgor cukup baik

Kelembaban cukup

BAK lancar 5 – 6 x/24 jam, tidak pekat, warna masih kuning

A : Tidak terjadi dehidrasi selama foto terapi

P : planing dipertahankan