ASKEP GERONTIK

download ASKEP GERONTIK

of 34

description

askep gerontik

Transcript of ASKEP GERONTIK

_=KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena melalui rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan Diabetes Mellitus yang dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan GerontikDalam penulisan makalah ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari segala pihak oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ethyca Sari Laua S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen.Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada staf dan karyawan di Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. Para staf perpustakaan yang secara tidak langsung telah membantu kami dalam penyediaan sarana yang kami butuhkan.Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini. Hal itu tentunya sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Surabaya , 09 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISIHalamanHalaman judul....................................................................................iKata pengantar...................................................................................iiDaftar isi............................................................................................iiiBab 1 Pendahuluan1.1 Latar belakang.............................................................................11.2 Rumusan masalah........................................................................21.3 Tujuan..........................................................................................2Bab 2 Landasan Teori2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .......................12.2 Etiologi Diabetes Mellitus ...........................22.3 Patofisiologi dan WOC Diabetes Mellitus .......42.4 Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus ..62.5 Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Mellitus ... .72.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus.......72.7 Komplikasi Diabetes Mellitus...............142.8 Asuhan keperawatan secara teori..................................................16Bab 3 Tinjauan Kasus3.1 Pengkajian Keperawatan .............223.2 Analisa Data..........................233.3 Diagnosa Keperawatan .......243.4 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................243.5 Implementasi ................................................................273.6.Evaluasi.....................................31Bab 4 Penutu4.1 Kesimpulan364.2 Saran...36Daftar pustaka

i

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangDiabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).Menurut rusari (2008), etiologi diabetes mellitus dibagi menjadi 2 bagian, antara lain diabetes tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik, imunologi, lingkungan), diabetes tipe 2 disebabkan oleh usia (resisten insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga.Berdasarkan data IDF pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan diabetes mellitus tertinggi. Populasi penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta penduduk dengan rentang usia 20-79 tahun. Proporsi jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 masih didominasi oleh kaum perempuan dengan total sebesar 4,9 juta penderita atau lebih besar daripada kaum laki-laki yakni sebesar 3,6 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2035 dengan asumsi tanpa adanya perbaikan, angka diabetes mellitus di Indonesia akan meningkat sebesar 165% pada masing-masing gender. Hal ini sangat memprihatinkan karena diabetes mellitus dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler yang akan menyebabkan kematian (WHO 2013)Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial ( sesudah makan).Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, terjadi suatu rangkaian reksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi glukosa oleh jaringan.Mengelola penyakit diabetes mellitus sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat. (naturindonesia.com). Adapula tindakan keperawatan yang harus dilakukan, seperti melakukan penyuluhan, merencanakan pola makan.1.2 Rumusan masalah1.2.1 Bagaimana karakteristik pada pasien dengan Diabetes Mellitus?1.2.2 Diagnosa keperawatan apa saja yang ditemukan pada pasien dengan Diabetes Mellitus?1.2.3 Intervensi apa saja yang dapat dilakukan pada pasien dengan Diabetes Mellitus?1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui karakteristik pada pasien dengan Diabetes Mellitus1.3.2 Mengetahui diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan Diabetes Mellitus1.3.3 Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan Diabetes Mellitus

BAB 2TINJAUAN TEORI

2.1 PengertianDiabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2.2 Etiologi Menurut rusari (2008), etiologi diabetes mellitus dibagi menjadi 2 bagian, antara lain:a. Diabetes tipe I1) Faktor-faktor GenetikPenderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisisuatu predisposisiatau kecenderungan genetic ke arahterjadinya diabetes tipe I.2) Faktor-faktor ImunologiPada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi tertarikterarah pada jaringan normaltubuh dengan cara bereksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.3) Faktor-faktor lingkunganPenyelidikan juga sedang dilaukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta.b. Diabetes tipe II1) Usia (resisten insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)2) Obesitas3) Riwayat keluarga

2.3 Patofisiologi dan WOCMenurut Brunner dan Suddarth (2002), patofisiologi diabetes mellitus sebagai berikut:a. Diabetes Mellitus Tipe I :Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial ( sesudah makan) Jika konsentrasi glukosa darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar , akibatnya glukosa tersebut m,uncul dalam urin (glukosuria).Ketika glukosa dieskresikan kedalam urin, eskresi ini akan disertai pengeluaran cairan yang berlebihan (diuresis osmotic).Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih, (poliuria dan rasa haus polidipsia)Defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak dan menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventikasi, nafas berbau aseto, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.b. Diabetes Mellitus tipe II Pada tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, terjadi suatu rangkaian reksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetic tipe II, namun masih ada insulin dengan jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II.Diabetes tipe II sering terjadi pada penderita pada usia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang lambat (bertahun-tahun) dan progresif maka awitan DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejalanya bersifat ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).

2.4 Manifestassi KlinisGejala diabetes bermacam-macam. Di antaranya: Sering merasa haus. Sering kelelahan. Sering buang air kecil, terutama di malam hari. Berkurangnya massa otot (pada penderita diabetes tipe 1). Turunnya berat badan (pada penderita diabetes tipe 1).bervariasi dan ada beberapa yang sama antara gejala diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Di antaranya: Sering buang air kecil, terutama di malam hari. Sering merasa haus dan sering kelelahan. Berkurangnya massa otot. Turunnya berat badan.

2.5 Pemeriksaan DiagnostikMenurut Rusari (2008), pemeriksaan penunjang untuk diabetes mellitus, antara lain:a. Glukosa darah sewaktub. Kadar glukosa darah puasac. Tes toleransi glukosaKadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) Bukan DM Belum pasti DM DMBukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler < 100 126 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/Lb. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/Lc. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

2.6 PenatalaksanaanMengelola penyakit diabetes mellitus sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat. (naturindonesia.com)1. Penyuluhan (Edukasi)Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan. (Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)a. Tujuan Penyuluhan1) Meningkatkan pengetahuan2) Mengubah sikap3) Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan4) Meningkatkan kualitas hidup (Basuki, 2009, dalam Soegondo, hal 138)b. Sasaran PenyuluhanSasaran pengelolaan diabetes diberikan kepada setiap pasien diabetes. Di samping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. (Syahbudin(2002), dalam Suyono, hal 5)c. Metode PenyuluhanPenyuluhan diabetes bagi penyandang diabetes dan keluarganya dapat dilakukan dengan tatap muka dan didukung dengan penyediaan bahan-bahan edukasi. Tatap muka dapat dilaksanakan secara perseorangan atau secara berkelompok. Penyuluhan bagi masyarakat atau komunitas yang lebih luas dapat dilakukan melalui media massa, sedangkan untuk komunitas yang lebih kecil misalnya di lingkup rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek swasta, dapat dibuat brosur atau liflet yang disediakan untuk keluarga penyandang diabetes, masyarakat pengunjung fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya. (Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)d. Konsep dasar melakukan penyuluhanSelain harus menguasai materi diabetes, seorang edukator juga dituntut untuk menguasai ilmu komunikasi khususnya komunikasi interpersonal yamg banyak dipakai dalam melakukan penyuluhan. Dasar untuk melakukan penyuluhan kesehatan:1) KomunikasiKomunikasi merupkan inti dari pikiran serta hubungan antara manusia. Didalam komunikasi interpersonal dikenal berbagai alat komunikasi, yakni :a) Bahasab) Pengamatan dan persepsic) Tingkah laku non-verbald) Mendengar aktif2) MotivasiMotivasi berfungsi untuk mengarahkan, mendorong dan menggerakkan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut ditempuh melalui cara :a) Mengusahakan terciptanya suatu keadaan yang dapat menumbuhkan dorongan batin seseorang agar tergerak hatinya untuk bertingkah laku.b) Memberikan pengertian kepada individu atau kelompok agar mereka terdorong untuk melakukan sesuatu setelah ia mengerti.(Basuki(2009),dalam Soegondo, hal 140)e. Tahap EdukasiPenyuluhan merupakan suatu proses keperawatan yang memerlukan waktu tidak sebentar, waktu yang dibutuhkan cukup lama. Sehingga harus dilakukan secara bertahap dan memerlukan berberapa pertemuan, sebagai berikut:1) Pertemuan 1Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang:a) Pengertian DMb) Etiologi/ Penyebab DMc) Komplikasi DMd) Diet DMe) Pencegahan DMf) Penatalaksanaan DM2) Pertemuan 2Mengubah sikap, antara lain:a) Sikap terhadap dietb) Jenis pengobatanc) Olahraga 3) Pertemuan 3Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan. Untuk terwujudnya perilaku agar menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Sebagai contoh: Seorang penyandang DM yang telah mempunyai pengetahuan dan perilaku yang baik terhadap keteraturan olahraga, mungkin tidak dapat menjalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu.4) Pertemuan 4Meningkatkan kualitas hidup. Didalam pertemuan ini dapat di bahas berbagai aspek kehidupan penyandang DM yang berhubungan dengan DM, baik yang diungkapkan sendiri oleh penyandang DM atau dimulai dari edukator. (Basuki(2009),dalam Soegondo)2. Perencanaan Makan (diet)Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. (usu.ac.id)Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal :a. assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidupb. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan yang dicapaic.Memilih intervensi gizi yang memadaid. Mengevaluasi efektifnya perencanaan makan orang dengan diabetes.(Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 47)a. Tujuan diet1) Membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.2) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.3) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.4) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.5) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.6) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan malalui gizi yang optimal.(Almatsier, 2006)b. Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang DM1) Kebutuhan KaloriKebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan Berat Badan ideal. Komposisi energi:a) Karbohidrat: 45-65%b) Protein: 10-20%c) Lemak: 20-25%Makanan dibagi 3 porsi makanan utama: (pagi 20%), siang (30%), sore (25%) dan 2 kali makanan selingan (10-15%).Tabel Kebutuhan Kalori Penyandang DiabetesKalori/kg BB ideal

Status giziKerja santaiSedangBerat

Berat253035

Normal303540

Kurus354040-50

Perhitungan BB idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:BB idaman = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kgBagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus modifikasi menjadi :BB ideal = (TB dalam cm - 100) x 1 kgSedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu Ket : BB= berat badan (Kg)TB= tinggi badan (m2)adalah sebagai berikut : Berat normal : IMT = 18,5 22,9 kg/m2

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori:a) Jenis KelaminKebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.b) Umur(1) Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi dari pada orang dewasa, dalam tahunn pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.(2) Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih dari pada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.(3) Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas 70 tahun dikurangi 20%.c) Aktivitas Fisik atau PekerjaanJenis aktivitas fisik yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :(1) Keadaan istirahat: kebutuhan kalori basal ditambah 10%.(2) Ringan: pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain0lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.(3) Sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.(4) Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlet, kebutuhan ditambah 50% dari basal.(5) Sangat berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari basal.d) Kehamilan/LaktasiPada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.e) Adanya KomplikasiInfeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.f) Berat badanBila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya. (Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 54)2) Kebutuhan zat gizia) ProteinMenurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006, kebutuhan protein untuk penyandang diabetes 10-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.b) Total lemakAsupan lemak dianjurkan pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat. Kultur : kemungkinan infeksi pada luka.

C. Kemungkinan Diagnosa KeperawatanDiagnosa :1. Gangguan integritas kulit2. Intoleransi aktivitas3. Resiko Injury4. Resiko gangguan nutrisi5. Kekurangan volume cairanNOC :Diagnosa 1(Gangguan Integritas Kulit )Definisi : kerusakan jaringan epidermis dan dermisData pendukung :- Kerusakan lapisan kulit- Gangguan permukaan kulit- Invasi struktur tubuhOutcomeKontrol resiko proses infeksiDefinisi : tindakan individu dalam mencegah, mengurangi dan menurunkan ancaman infeksi.Kriteria :1. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan terjadinya infeksi. (Dalam rentang nilai 1 5)2. Memonitor kebiasaan individu yang terkait faktor resiko infeksi3. Strategi pengawasan infeksi yang efektif dapat dilakukan4. Mengetahui akibat jika terjadi infeksi5. Resiko infeksi dalam situasi sehari hari teridentifikasiNIC :1. Identifikasi faktor ekternal dan internal yang membuat pasien termotivasi untuk menjaga kesehatan nya2. Ajarkan klien cara yang dapat digunakan untuk menghindari kebiasaan yang tidak sehat3. Monitor bagian kerusakan terhadap adanya edema4. Instruksikan klien pentingnya inspeksi daerah luka5. Batasi pengunjung6. Diskusikan pad pasien untuk rutinitas perawatan kaki7. Tempatkan klien diruang khusus jika perlu8. Perhatikan peningkatan aktivitas dan latihan9. Perhatikan istirahat klien10. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi11. Informasikan kepada keluarga tanda dan gejala infeksi12. Instruksikan klien untuk memakan antibiotik yg telah ditentukan13. Lakukan tindakan asepsis

Diagnosa 2 ( Intoleransi aktivitas )Definisi : ketidak mampuan beraktivitasData dat pendukung :- Tekanan darah yang tidak normal ketika beraktivitas- Immobility- Melaporkan adanya kelemahan- Melaporkan adanya kelelahanNOC :Outcome : perawatan diri : ADLKriteria:1. Kebersihan mulut2. Makan3. Pakaian4. Tempat tidur5. Posisi tubuh6. BerjalanNIC :1. Mempertimbangkan kebudayaan klien ketika melakukan perwatan2. Mempertimbangkan usia klien3. Monitor kemampuan klien untuk perawatn diri mandiri4. Monitor kebutuhan klien terhadap kebersihan diri, pakaian,dan makan5. Beri dukungan hingga klien mampu melakukan aktivitas sendiri6. Dorong pasien untuk menunjukkan aktivitas keseharian yg normal7. Kaji kebutuhan yang memerlukan bantuan8. Bina aktivitas keseharian klien sehari hari

Diagnosa 3 (Resiko Injury )Definisi : resiko injury sebagai kondisi linngkungan dengan individuData data pendukung- Biologi seperti mikrooeganisme- Kimiawi seperti obat obatan- Penurunan fungsi biokimiawi- Pshysikal seperti lingkungan- Penurunan fungsi integrasiOutcome : tingkat glukosa darahKriteria :1. Keton urin2. Glukosa urinNIC :1. Monitor glukosa darah2. Monitor keton urin sebagai indikasi3. Monitor status cairan4. Bantu pemasukan intake cairan5. Identifikasi kemungkinan penyebab hyperglikemia6. Instruksiakn pemeriksaaan keton urin, jika diperlukan7. Antisipasi situasi peningkatan kebutuhan insulin8. Kaji pasien terhadap tingkat kenaikan glukosa darah9. Membatasi aktivitas klien ketika glukosa darah >250 mg/dl, terutama ketika ditemukan keton urin

BAB 3TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATANKASUS DIABETES PADA IBU D Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan luka diabetikum pada kaki yang lama tidak sembuh, bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya. Klien mengatakan merasa lemas dan sering sekali minum, dan inginnya makan terus terus. Dari hasil pengujian sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90 mmhg HR: 90x/ menit , suhu : 37 C, RR: 18x/ menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas, kakki teraba dingin dan terlihat pucat, gula dara sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarga ( bapaknya meninggal karena komplikasi ) . sejak kecilibu D mengalami gizi lebih ( obesitas ) , BB sekarang : 42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB nya perna mencapai 84 kg.A. DATA FOKUSDS : 1. Klien mengatakanmerasa lemas2. Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus 3. Neuropati ekstremitas4. Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya.5. Kaki teraba dingin dan terlihat pucat6. Mengalami obesitas sejak kecilDO :1. TD : 160/90 mmHg2. Suhu : 37 C3. RR : 18x/ menit4. HR : 90x/ menit5. Gula dara sementara / sewaktu : 450/dl6. BB sekarang : 42 kg7. BB dahulu : 84 kg8. TB : 160 cm9. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus

3.2 ANALISA DATANOSYMTOMPETIOLOGIPROBLEM

DSDO

11. Klien mengatakan merasa lemas2. Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus

1. BB sekarang : 42 kg2. BB dahulu : 84 kg3. TD : 160/90 mmHg4. TB : 160 cm

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhFaktor Biologis

21. Neuropati ekstremitas2. Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya.

1. Gula darah sementara : 450/dl2. Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus 3. TD : 160/90 mmHg

Kerusakan integritas jaringan Faktor Mekanik

3.3 DIAGNOSA1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis (ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi) d/dDS : a. Klien mengatakan merasa lemasb. Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terusDO :a. BB sekarang : 42 kgb. BB dahulu : 84 kgc. TD : 160/90 mmHgd. TB : 160 cm

2. Kerusakan integritas jaringan b/d dengan faktor mekanik: ( terjadinya neuropati ekstremitas ) d/dDS : a. Neuropati ekstremitasb. Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya.DO :a. Gula darah sementara : 450/dlb. Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus c. TD : 160/90 mmHg

3.4 INTERVENSI / PERENCANAANTgl

No DxNOCNIC

21- 12-20121Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam klien menunjukan perbaikan status nutrisi dengan kriteria hasilNutrisonal Status1. BB stabil tidak terjadi mal nutrisi,2. tingkat energi adekuat, 3. pemasukan nutrisi adekuat4. pemasukan makanan yang baik bagi keadaan klien

Manajemen Nutrisi1. kaji pola makan klien2. Kaji adanya alergi makanan3. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.4. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya5. Ajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuh

Monitor Nutrisi1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.2. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.3. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak

21-12-20122Setelah dilakukan tindakan keperawatanpada pasienselama 6x24 jam penyembuhan luka meningkat dengan kriteria hasil :Wound healing1. Penyembuhan Luka mengecil dalam ukuran2. Dan adanya peningkatan granulasi jaringanWound care1. Monitor karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri4. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan5. Pertahankan tehnik dressing steril6. Hubungi atau kolaborasi dengan dokter dalam perawatan luka7. Ajarkan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan luka8. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka8. Berikan posisi terhindar dari tekanan

1. agar perawat dapat mengetahui karakteristik luka dan teknik penngobatan2. dapat mengetahui cairan dan sekret yang ada pada luka3. untuk menghindari infeksi pada luka4. untuk membalut luka aga mempercepat proses penyembuhan5. untuk mempercepat proses penyembuhan 6. agar pasien atau anggota keluaraga dapat melakukan teknik rawat luka mandiri7. agar perawat mengetahui perubahan yang terjadi pada luka8. agar luka tidak semakin parah

3.5 IMPLEMENTASITglJamNO.dxImplementasi Respon

21-des-201208.00

21-des-201208.00

1Managment nutrisimengkajikaji pola makan klienDS: Klien mengatakan sering kencing, sering minum, dan inginya makan terusKlien mengatakanmerasa lemasDO : BB sekarang : 42 kg-BB dahulu : 84 kg-TD : 160/90 mmHg-TB : 160 cm-Gula dara sementara / sewaktu : 450/dlKu : lemah

mengkaji adanya alergi makananDS: pasien mengatakan tidak ada alergi makananDO : BB sekarang : 42 kgBB dahulu : 84 kgTD : 160/90 mmHgTB : 160 cmKu : lemahGula dara sementara / sewaktu : 450/dl

21 des 2012 10.00

mengkolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien..melakukan diet diabetikum DS : pasien terlihat lebih berenergiPasien mengatan asupan makan dan nutrisi lebih terjaga dan terkendaliDO: Ku : baik

21 des 2012 10.4521 desmengnjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinyaDS: pasien mengatakan tidak lemasDO : BB sekarang : 42 kg Ku : baik

21 des 2012 11.15mengajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuhDS: pasien sudah bisa memilih makananya sesui denga pola nutrisi seimbangTidak adanya gejala mal nutrisiDO: gula darah sementa menurun 320/dl

22 des 2012 08.00Monitor Nutrisimemonitor BB setiap hari jika memungkinkan.DS: BB stabil. Tidak adnya gejala malnutrisiPasien terlihat tidak lemah lagiDO : gula darah pasien menurun 320/dl

22 des 2012 08.30memonitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.DS: pasien terlihat berespon baik dan lebih menjaga pola makan DS: -

22 des 2012 09.00memonitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.

DS: pasien mengatakan tidak adanya gangguan pada prosesmastikasiDS: -

21- des 2012 09.00

21 des 2012 09.15

21 des 2012 09. 2221 des 2012 09.3521 des 2012 09.3522 des 2012 09.00

22 des 2012 10.30

22 des 2012 11.00

22 des 2012 11.302

Wound carememonitoro karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcersDS : Neuropati ekstremitasLuka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnyaDO :Gula darah sementara : 450/dlDiagnisis Medis : Diabetes Mellitus TD : 160/90 mmHg

mencatat karakteristik cairan secret yang keluarDS : Neuropati ekstremitasLuka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnyaDO :Gula darah sementara : 450/dlDiagnisis Medis : Diabetes Mellitus TD : 160/90 mmHg

membersihkan dengan cairan anti bakteri DS : pasien kelihatan kesakitan pada saat luka di bersihkan DO : diagnnosa medis DM

melakukan Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhanDS : pasien kelihatan agak tidak kesakitan lagiDO : diagnnosa medis DM

mempertahankan tehnik dressing sterilDS : Pasien mengtsksn mulsi merasakan perubahan Do : -

mengbungi atau melakuakan kolaborasi dengan dokter dalam perawatan lukaDS : pasien mengatakan ada perbedaan dengan lukanya, Pasien mengatakan luka mulai mengalami perubahanDO : -

mengajarkan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan lukaDS : pasien mengatakan sudah bisa melakukan perawatan luka mandiri Keluarga pasien mengtakan sudah bisa melakukan perawatan luka mandiri kepada pasienDO : -

membandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada lukaDS : Ada perbedaan dari luka Luka mulai berglanulasi Pasien mengatakan lukanya agak tidak sakit lagi dan ukuran luka aga mengecilDO : -

memberikan posisi terhindar dari tekanan

DS : pasien mengtakan sudah ada perubahan pada lukaDO : Ku : baik

3.6 EvaluasiJam TanggalNodxEvaluasit.t.d

1

2

S: pasien tidak terlihat lemah lagi berat badan pasien stabil dan tidak terjadi mal nutrisi pasien mengatakan asupan nutrisi dan pola makan terjagaO : - BB : 42 kg gula darah turun dari450 menjadi 320/dlA : BB stabil dan tidak terjadinya mal nutrisi pada klien-asupan makanan dan nutrisi pada pasien baik-Masalah teratasi sebagianP : pertahankan intervensi S : pasien mengatakan adanya perubahan pada luka setelah dilakukan perawatan O : ku : baikTD : 160/90 mmHgA : luka pada kaki sudah dilakukan perwatan dan masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi

Tindakan KeperawatanTanggalNo.dxNoTindakan keperawatan dan responTanda tangan

01 Juli 20081

2

31

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

Memberikan informasi tentang nyeri seperti cara mengatasi nyeriR:/ pasien dapat menjelaskan kembali cara mengtasi nyeri.Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi dan distraksi)R:/Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi.Mengobservasi skala nyeriR:/ Pasien mengatakan skala nyeri masih 3Mengobservasi TTVR:/ TD= 120/90 mmHg, nadi= 92x/menit, suhu= 37,2oCMemberikan obat analgesikR:/ pasien mau minum obat yang diberikan

Menjelaskan kepada pasien cara mengatasi gangguan moblitas fisik.R:/ Pasien dpat menjelaskan kembali cara mengatasi gangguan mobilitas fisik.Mendorong pasien utnuk meminta bantuan kepada perawat/keluarga dalam melakukan aktifitas.R:/ Pasien meminta bantuan kepada perawat/keluarga dalam melakukan aktifitas.Mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan ke dekat pasien.R:/ Pasien mudah untuk mengambil barang-barang ynag dibutuhkanMemberikan mobilisasi secara bertahap.R:/Pasien miring kanan kiriMengobservasi keterbatasan aktifitas, perhatikan adanya keterbatasan dan derajat kemampuan dalam melakukan aktfitias.R:/ Kemampuan aktifitas meningkat pasien mampu miring kanan kiri.

Menjelaskan kepada pasien agar menjaga luka jahitannya agar tetap kering, diskusikan tanda-tanda infeksi.R:/ Pasien dapat menjelaskan kembali pentingnya menjaga luka jahitannya dan tanda-tanda infeksi.Menganjurkan kepada pasien agar segera melapor jika terjadi tanda-tanda infeksi.R:/ Pasien mengatakan akan segera melapor jika terjadi tanda-tanda infeksi.Mengobservasi luka jahitan terhadap tanda-tanda infeksi.R:/ Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.Melakukan teknik aseptik dalam perawatan luka.R:/ tidak terjadi infeksi di luka

TanggalJamEvaluasiTanda tangan

10 juli 200814.00

14.10

14.20S=- klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasiO=- TTV: TD= 120/80 mmHg, nadi= 88x/menit, suhu= 37,1oC.- skala nyeri 3 (nyeri sedang)- terdapat luka jahitan post-op tertutup kasa steril dan hypafix, tidak ada perembesan darah.A= masalah keperawatan nyeri belum teratasiP= Lanjutkan intervensi no 2,3,4,5

S= -O=- terpasang kateter urine - terpasang drainase pada luka operasi- terpasang infus NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kanan- klien tampak terbaring di atas tempat tidur- aktifitas sehari-hari dibantu oleh perawat dan keluargaA= Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasiP= Lanjutkan intervensi no 2,3,4,5

S= -O=- tidak ditemukan tanda-tanda infeksi- terdapat luka jahitan post-op tertutup kasa steril dan hypafix, tidak ada perembesan darah.- terpasang kateter urine 9vol- terpasang drainase pada luka operasi- terpasang infus NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kanan- Tanda-tanda vital, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/menit, suhu: 37,1 oC .

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanGejala diabetes adalah sering merasa haus, sering kelelahan, sering buang air kecil terutama di malam hari, berkurangnya massa otot (pada penderita diabetes tipe 1), turunnya berat badan (pada penderita diabetes tipe 1), berkurangnya massa otot.Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus adalah gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitas, resiko injury, resiko gangguan nutrisi, dan kekurangan volume cairan.Intervensi pada diagnosa gangguan integritas kulit adalah monitor bagian kerusakan terhadap adanya edema, instruksikan klien pentingnya inspeksi daerah luka, batasi pengunjung, diskusikan pad pasien untuk rutinitas perawatan kaki. Intervensi pada diagnosa intoleransi aktivitas adalah mempertimbangkan kebudayaan klien ketika melakukan perwatan, mempertimbangkan usia klien, monitor kemampuan klien untuk perawatn diri mandiri, monitor kebutuhan klien terhadap kebersihan diri, pakaian,dan makan.4.2 Saran4.2.1. Dapat dijadikan proses pembelajaran4.2.2. Mengobservasi tindakan apabila tidak terjadi perubahan pada tindakan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Stocklager, Jamie L. 2007. Buku Saku Keperawatan Gerontik Edisi 2. Alih bahasa: Nikhe Budhi Subekti, S.Kep. Jakarta: EGC.http://syamsulputra.blogspot.co.id/2011/08/askep-dm-dengan-nic-n-noc.html (Dinduh pada tanggal 12 September pukul 17.30 WIB)Carpenito,Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.EGC : JakartaGeorge L, Adams.1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta

37