askep gerontik

53
MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II “ ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DI PANTI WERDHA“ Dosen Pembimbing :Nasruddin, SKM. M. Kes Kelompok 08 : 1. Asmiul adzim 2. Fahmiatul Fununi 3. Sahnaz marselina 4. Sukry Sukirman 5. Yuni Anitasari FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN

Transcript of askep gerontik

Page 1: askep gerontik

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“ ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DI PANTI

WERDHA“

Dosen Pembimbing :Nasruddin, SKM. M. Kes

Kelompok 08 :

1. Asmiul adzim

2. Fahmiatul Fununi

3. Sahnaz marselina

4. Sukry Sukirman

5. Yuni Anitasari

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG, 2013

Page 2: askep gerontik

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah

Keperawatan Komunitas

“Asuhan Keperawatan Gerontik di Panti Werdha”

Di Fakultas Ilmu Kesehatan

Prodi S1 Keperawatan

Universitas Pesantren Tinngi Darul Ulum

Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun Oleh :

Kelompok 08 :

1. Asmiul adzim

2. Fahmiatul Fununi

3. Sahnaz marselina

4. Sukry Sukirman

5. Yuni Anitasari

disetujui dan disahkan pada Desember2013

MENYETUJUI / MENGESAHKAN

Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing

Nasruddin, SKM. M. Kes

Page 3: askep gerontik

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT.

Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

KEPERAWATAN KOMUNITAS tentang “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DI

PANTI WERDHA” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas

yang diberikan oleh BapakNasruddin, SKM. M. Kes selaku dosen pembimbing.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh

karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dan para

pembaca sehingga dapat membantu kearah perubahan yang lebih baik di kemudian hari.

Jombang, Desember 2013

Penyusun

Page 4: askep gerontik

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... 1

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ 2

KATA PENGANTAR........................................................................................ 3

DAFTAR ISI .................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 5

BAB II KONSEP DASAR .............................................................................

BAB III P E N U T UP .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

Page 5: askep gerontik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian

umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada

meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk

golongan lanjut usia. 

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling

pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16

juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari

jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat

dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. 

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993),

kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di

dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. 

Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-

rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999)

harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia.

Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun). 

Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993

mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan

berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei

sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia.

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita

golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi

lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang

lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang

tinggi pada segmen populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan

yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang

Page 6: askep gerontik

keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu

spesialisasi yang mulai berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic

nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang

yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang

bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun

(di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya

dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik,

yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit

(multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia

di Panti.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep kelompok khusus lansia

b. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada kelompok khusus lansia dipanti

werdha

c. Membuat asuhan keperawatan pada kelompok khusus lansia dip anti werdha

d. Mahasiswa mampu mengaplikasikan pada masalah yang terjadi pada kelompok

khusus dip anti werdha

Page 7: askep gerontik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan

menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan

bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti

Maryam, dkk, 2008: 32)

2.2. Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)Lanjut Usia meliputi:

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

a. Pralansia (prasenilis): Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial: Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial: Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.3. Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti

Maryam, dkk, 2008).Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan, dan menjadi panutan.

Page 8: askep gerontik

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,

bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,

mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan

pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh

tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen

(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/frustasi

(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri

sendiri).

Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para

lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia

mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara

tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang

dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.

2.4. Proses Penuaan

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.

Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di

dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara

perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses

Page 9: askep gerontik

menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa

disebut sebagai penyakit degeneratif.

2.5. Mitos dan Stereotip Seputar Lanjut Usia

Menurut Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai berikut:

1. Mitos kedamaian dan ketenangan

Adanya anggapan bahwa para lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja, dan

jerih payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan sudah

berhasil dilewati. Kenyataannya, sering ditemui lansia yang mengalami stress karena

kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.

2. Mitos konservatif dan kemunduran

Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan keadaan

yang berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak kreatif, menolak inovasi,

berorientasi ke masa silam, kembali ke masa kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala,

dan cerewet. Kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pemikiran

demikian.

3. Mitos berpenyakitan

Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang

disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya, tidak semua lansia

berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin

melakukan pemeriksaan berkala sehingga lansia tetap sehat dan bugar.

4. Mitos senilitas

Adanya anggapan bahwa para lansia sudah pikun. Kenyataannya, banyak yang masih

tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk

menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.

5. Mitos tidak jatuh cinta

Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada

lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa

serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.

6. Mitos aseksualitas

Adanya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun, minat, dorongan,

gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para

lansia normal-normal saja dan tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya

Page 10: askep gerontik

lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada rencana untuk

menikah lagi.

7. Mitos ketidakproduktifan

Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi. Kenyataannya, banyak para

lansia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun

material.

Mitos-mitos di atas harus disadari perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,

karena banyak kondisi lansia yang sesuai dengan mitos tersebut dan sebagian lagi tidak

mengalaminya.

2.6. Teori Proses Penuaan

Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang dengan usia

berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak ada satu

factor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.

1. Teori-Teori Biologi

a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram

oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan

kemampuan fungsional sel).

b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah

(terpakai).

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi

dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung

dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan

mengganggu sel itu sendiri.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang

ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun

(menurut Goldteris dan Brocklehurst).

Page 11: askep gerontik

g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori Stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

i. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

j. Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan,

dan hilangnya fungsi.

k. Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-

sel tersebut mati.

2. Teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif

dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

3) Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari

usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini

merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang

dimiliknya.

Page 12: askep gerontik

c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh

Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepsakan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi

kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:

1) Kehilangan peran (Loss of Role)

2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation Ships)

3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and Values)

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan

R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan

adalah sebagai berikut:

1. Hereditas (Keturunan/Genetik)

2. Nutrisi (Asupan Makanan)

3. Status Kesehatan

4. Pengalaman Hidup

5. Lingkungan

6. Stress

2.8. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut

sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut

Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra

seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak

menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak

menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan

berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman

Page 13: askep gerontik

dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,

kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem Penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan

pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna

menurun.

d. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada

yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas

umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap

tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh

darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan

posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah

menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya

resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal

± 95 mmHg.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat

yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang

mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,

keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.

Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun

menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran

esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan

menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Page 14: askep gerontik

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,

frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir

mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual

intercrouse berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan

sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan

kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan

vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang

jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,

persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi

serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya

penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak

aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.

b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

Page 15: askep gerontik

c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman

atau relasi.

d. Sadar akan datangnya kematian.

e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.

f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

g. Penyakit kronis.

h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.

i. Gangguan syaraf panca indra.

j. Gizi

k. Kehilangan teman dan keluarga.

l. Berkurangnya kekuatan fisik.

2.9. Permasalahan pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia

antara lain (Setiabudi, 1999: 40-42):

1. Permasalahan Umum

a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b.Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut

kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.

e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental

maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.

c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

e.Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat

individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu

kesehatan fisik lansia.

Page 16: askep gerontik

2.10. Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia

Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:

a. Depresi Mental

b. Gangguan Pendengaran

c. Bronkitis Kronis

d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul

f. Anemia

g. Demensia

Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada

orang dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen),

sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan

karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh

akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga produksi hormone, enzim,

dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan

demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari

satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling

berkaitan dan memperberat.

2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas

Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati demam tinggi

dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius,

sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.

3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)

Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan

obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu

diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan

dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini

menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan

terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya bila diberikan dengan dosis

yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu dikurangi pada

lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia yang menyebabkan

timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya

Page 17: askep gerontik

poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat diuretik (obat untuk meningkatkan

pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan

darah, penenang, antidepresi, dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya

terjadi karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta

penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama.

4. Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa

(depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja

yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya.

Jika yang mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.

2.11. Pembinaan Kesehatan Lansia di Panti dan Terapi Modalitas

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dip anti agar mereka

dapat hidup layak.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia dip anti, baik oleh

petugas kesehatan maupun petugas panti.

2) Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang tinggal dip

anti dalam memelihara kesehatan diri sendiri.

3) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan

kesehatan lansia di panti.

2. Sasaran

a. Sasaran Umum

1) Pengelola dan petugas penghuni panti

2) Keluarga lansia

3) Masyarakat luas

4) Instansi dan organisasi terkait

b. Sasaran Khusus

Lansia penghuni panti

3. Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

a. Upaya Promotif

Page 18: askep gerontik

Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat

kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun

masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau

pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini:

1) Masalah gizi dan diet

a) Cara mengukur keadaan gizi lansia.

b) Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.

c) Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.

d) Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.

e) Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.

f) Cara mengawasi keadaan gizi lansia.

2) Perawatan dasar kesehatan

Melakukan pengkajian komprehensif pada lansia

a) Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.

b) Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.

c) Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.

d) Perawatan dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di luar panti.

3) Keperawatan kasus darurat

a) Mengenal kasus darurat.

b) Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.

4) Mengenal kasus gangguan jiwa

a) Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.

b) Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.

5) Olah raga

a) Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.

b) Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.

c) Cara-cara melakukan olah raga yang benar.

6) Teknik-teknik berkomunikasi

a) Bimbingan rohani.

b) Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.

c) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.

d) Rekreasi.

e) Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.

Page 19: askep gerontik

f) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun

masyarakat luas melalui berbagai macam media.

b. Upaya Preventif

Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa

kegiatan berikut ini:

1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas kesehatan

yang datang ke panti secara periodic atau di puskesmas dengan menggunakan

KMS lansia.

2) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas

maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.

3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang

menggunakan buku catatan pribadi.

4) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi

masing-masing.

5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi

kesehatannya masing-masing.

6) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.

8) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan

sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan

pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal. 

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau

petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut

ini:

1) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti

yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas

kesehatan/puskesmas.

2) Pengobatan jalan di puskesmas.

3) Perawatan dietetik.

4) Perawatan kesehatan jiwa.

5) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.

6) Perawatan kesehatan mata.

Page 20: askep gerontik

7) Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.

8) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.

d. Upaya Rehabilitatif

Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan

ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan

kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang

telah dilatih dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).

Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan

tidak berguna (useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih

mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat

mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan,

maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat banyak bagi

kepentingan semua orang.

10 kebutuhan lansia (10 needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah

sebagai berikut:

1) Makanan cukup dan sehat (healthy food).

2) Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).

3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).

4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).

5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial

assistance).

6) Transportasi umum (facilities for public transportations).

7) Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).

8) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).

9) Rasa aman dan tentram (safety feeling).

10) Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan

bantuan dana dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).

4. Terapi Modalitas

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang

bagi lansia.

a. Tujuan

1) Mengisi waktu luang bagi lansia.

2) Meningkatkan kesehatan lansia.

Page 21: askep gerontik

3) Meningkatkan produktivitas lansia.

4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

b. Jenis Kegiatan

1) Psikodrama

Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai

dengan masalah lansia.

2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,

bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk

terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya

cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.

3) Terapi musik

Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup

dan dapat mengenang masa lalu.

4) Terapi berkebun

Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu

luang.

5) Terapi dengan binatang

Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya

dengan bermain bersama binatang.

6) Terapi okupasi

Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas

dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.

7) Terapi kognitif

Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat,

mengisi TTS, dan lain-lain.

8) Life review terapi

Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan

menceritakan pengalaman hidupnya.

9) Rekreasi

Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa

bosan, dan melihat pemandangan.

10) Terapi keagamaan

Page 22: askep gerontik

Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan

meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan

lain-lain.

2.12. Sifat Penyakit pada Lansia

Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan penyakit pada

orang dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Penyebab penyakit

Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari dalam tubuh (endogen),

sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan

karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh

akibat kerusakab sel-sel karena prosesmenua, sehingga produksi hormon, enzim, dan

zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan

demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari

satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling

berkaitan dan memperberat.

2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas

Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali didapati demam tinggi dan

batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya cukup serius,

sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.

3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)

Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan

obat beranekaragam dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu diketahui

bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan dalam

mengolahobat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hail ini

menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan

terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya jika diberikan dengan dosis

yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu dikurangi pada

lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia yang menyebabkan

timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrigenik), misalnya

poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat diuretic (obat untuk meningkatkan

pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat penggunaan obat-obat penurunan tekanan

darah, penenang, antidepresi, dan lain-lain. Efek sampng obat pada lansia biasanya

Page 23: askep gerontik

terjadi karena diagnosis yang tidak tepat ketidakpatuhan meminum obat, serta

penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama

4 Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa

(depresi).Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja

yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru sering tersembunyi

gejalanya. Jika yang mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan

penyakitnya.

2.13. Manajemen stress

Stress tidak lain dari suatu ancaman nyata atau dirasakan yang tertuju pada kondisi

sik, emosi, dan sosial seseorang. Kesemuanya dapat menimbulkan stress. Telah banyak

teori yang diajukan tentang stress ini, namun yang mengaitkannya dengan lansia dan

penuaan hampir tidak ada (miller, 1995). Pengertian tentang stress perlu dikaitkan

dengan koping. Jadi ringkasnya, bahwa:

1. Stress adalah kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang membebani

kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan;

sedangkan

2. Koping adalah cara berfikir dan bereaksi yang ditujukan untuk mengatasi beban

atau transaksi yang menyakitkan itu (stressor). Pembaca dapat merujuk pada teori-

teori tentang stress antara lain sindrom adaptasi umum menurut selye (1956) serta

jumlah pakar terkemuka mengenai stress ini. Berikut ini disajikan factor-faktor

yang mempengaruhi koping pada lansia.

a. faktor-faktor yang mempengaruhi koping pada lansia

Pengaruh dari berbagai pengalaman hidup beserta koping.

o Berbagai orang mamaknai pengalaman hidupnya secara unik

o Fakor waktu cukup berpengaruh, khususnya bila berbagai

kejadianmenimpa dalam selang waktu yang singkat

o Bila suatu kejadian yang menimpa itu tidak diantisipasi sebelumnya

o Pengalaman pahit yang dialami sehari-hari memerlukan koping yang lebih

besar ketimbang

o koping untuk suatu tragedy

Page 24: askep gerontik

Sumber-sumber koping:

o Bagi dewasa adalah aset/harta milik lansia

o Dukungan sosial merupakan penangkal terhadap stress Gaya koping:

o Hal ini lebih dipengaruhi oleh lsegi usia/kematangan

o Gaya koping yang pasif, yaitu yang lebih berfokus pada emosi dikatakan

cukup efektif terhadap kejadian-kejadian yang tak mungkin lagi di ubah

o Gaya koping yang aktif, yaitu yang lebih berfokus pada masalah dikatakan

cukup efektifterhadap kejadian-kejadian yang masihdapat di ubah

o Menurut banyak kalangan bahwa segi keagamaan dan aktivitas tertentu

merupakan perilaku yang efektif

o Aktifitas yang bersifat menarik perhatian sangat membantu

Dalam penghujung usia, seseorang tentu saja telah mengalami kejadian-kejadian

dengan resiko stroke yang tinggi, misalnya: penyakit akut atau kronis, pension,

kematian kerabat, kesulitan keuangan atau perpindahan tempat domisili (lansia yang

akan dimasukkan ke panti), serta masih banyak lagi. Walaupun mereka penyebab stress

cukup beragam, namun dampak siologis pada umumnya berupa, yaitu dalam benyuk

rangsangan saraf simpatis yang menyebabkan dikeluarkannya hormone-hormon dengan

segenap akibat yang ditimbulkannya.

Stress yang berlangsung secara berkepanjangan bisa berakibat serius, termasuk

kemungkinan munculnya penyakit jantung, hipertensi, stroke, penyakit kanker,

penyakit maag, sanpai pada kemungkinan penyakit kulit serta berbagai komplikasi lain,

termasuk masalah sosial dan emosional, caranya seseorang lansia beradaptasi terhadap

stress sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian serta strategi penyesuaian (koping) yang

telah digunakan sepanjang hidupnya. Mencari teman serta menjaga persahabatan

merupakan bentuk strategi yang penting.Persahabatan dapat member dukungan bagi

lansia, terutama disaat stress meningkatkan rasa percaya diri untuk mengatasi kesulitan

yang dihadapi. Klien lansia harus diberanikan agar berespon terhadap stress dengan

cara yang sehat. Salain itu perlu menjaga keseimbangan nutrisi, istirahat yang cukup,

serta exercise. Juga dapat dipertimbangkan terapi relaksasi, sebagai contoh di Negara

maju tak jarang orang melakukan yoga, meditasi, layihan relaksasi sampai pada

melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang terkait dengan upaya mengatasi stress.

Page 25: askep gerontik

Strategi koping yang dapat di ikhtiarkan terhadap aneka tantangan yang dihadapi

lansia.

Penyesuaian psikososial Strategi koping

o Stereoptip lansia

o Pension

o Pengurangan pendapatan

o Kemunduran kesehatan

o Keterbatasan fungsional (aktivitas sehari-hari)

o Kemunduran kognitif

o Kematian anggota keliarga

o Perpindahan hunian

o Tantangan kejiwaan lainnya

o Peril dipertimbangkan identitas diri yang kuat percaya diri)

o Kembangkan keterampilan baru, gunakan waktu luang, berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang bermakana

o Manfaatkan fasilitas discount yang tersedia

o Gaya hidup sehat(gizi, olahraga, dan istirahat secukupnya

o Penyesuaian diri terhadap longkungan dan jika perlu menggunakan alat bantu

o Memanfaatkan peluang pendidikan seperti grup diskusi, perpustakaan, dan hal-hal

lain yang kreatif

o Boleh larut dalam kesedihan secukupnya, bila perlu memanfaatkan konseling, bina

keakraban yang baru

o Di Negara maju, bagi para lansia tersedia berbagai pilihan hunian

o Pertahankan selera humor, gunakan teknik penghilanh stress, dan berpartisipasi

dalam aktivitas kelompok.

Sumber: Miller 1995

Page 26: askep gerontik

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK

GERONTI DI PANTI WERDHA

Nama  Kelompok                    : Kelompok III

Tingkat                                    : III                             

Lahan Praktik                          : Panti Werdha, Brangkal, Mojokerto

Tanggal Pengkajian                 : 10 Desember 2013

Pimpinan Panti                        : Drs. Sirro Judin, M.M.

Dikelola Oleh                          : Departemen Sosial RI

A.    PENGKAJIAN

1. Karakteristik Penghuni

a.       Berdasarkan umur

Karakteristik umur Perempuan Laki-laki Jumlah Prosentase

< 60

60 – 70

71 – 90

> 90

-

3

2

-

-

2

1

-

-

5

3

-

0 %

62,5 %

37,5 %

-

Jumlah 9 - 9 100 %

b.      Berdasarkan pendidikan

 Tingkat  Pendidikan Jumlah Prosentase

Tidak sekolah

Tidak tamat SD

Tamat SD/sederajat

Tamat SMP/sederajat

Tamat SMA

4

3

-

-

1

50 %

37,5 %

-

-

12,5 %

Jumlah 8 100

c.       Berdasarkan agama

Page 27: askep gerontik

Agama Jumlah Prosentase

Muslim

Non Muslim

8

-

100

-

Jumlah 8

2. Data khusus

a.  Biologis

1)     Keadaan kesehatan

5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosentase

Nyeri persendian

Gangguan fungsi pendengaran

Penglihatan kabur

Tidak senang berinteraksi

Lain - lain

6

3

4

1

1

40 %

20 %

26,6 %

5,65 %

5,65 %

Jumlah 15 100 %

     Dari hasil pengkajian didapatkan beberapa lansia yaitu sekitar 6 orang

mengeluh pegal dan nyeri pada daerah pinggang, tangan dan kaki. Biasanya mereka

merasa pegal dan nyeri pada saat  istirahat (tidur), sebagian lansia mengatakan pegal

dan nyeri tersebut saat atau setelah melakukan aktivitas.

2)      Pola makan dan minum

Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan berkumpul di ruang TV,

tetapi ada sebagian lansia yang makan di kamar masing-masing. Sekitar 5- 6 orang

lansia yang makan dikamar mereka masing-masing dengan alasan lebih nyaman

makan dikamar. Menu makanan pagi hari nasi, sayur, tempe. Makan siang terdiri

dari nasi, sayur, tempe dan telur. Menu makan sore sama dengan dengan menu

makan siang. Para lansia kadang-kadang membeli makanan sendiri di luar seperti

Page 28: askep gerontik

roti, dan lain-lain setiap sore atau pagi, kadang-kadang para lansia mendapat

makanan tambahan (snack) seperti bubur kacang, roti, gorengan, buah-buahan.

Sebagian lansia minum sebanyak 4 – 6 mug kecil dalam sehari (1 mug kecil =

200 ml). Sekitar  2 – 3 lansia yang memakai mug besar dan dalam sehari mereka

minum 1 – 2 mug (1 mug besar = 600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat

mukosa bibir dan kulit lansia lembab.

3)      Pola tidur

Para lansia masuk kamar tidur sekitar pukul 21.00 WIB setelah menonton

acara TV. Namun ada sebagian lasia ada yang langsung masuk kamar setelah

melaksanakan sholat Isya sekitar pukul 20.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan

sebelum tidur diantaranya menonton TV dan mengaji. Sebagian besar lansia bangun

jam 04.00 WIB pagi untuk bersiap-siap melaksanakan sholat shubuh berjama’ah.

Tetapi ada  1 – 2  orang yang tidak melaksanakan sholat berjamaah karena kondisi

lansia yang tidak memungkinkan. Jika dijumlahkan, jumlah jam tidur lansia adalah 7

– 8 jam dalam sehari.

4)      Kebersihan diri

Penampilan sebagian besar penghuni panti Werdha tampak bersih dan rapih.

Setiap lansia mandi dan gosok gigi 2 – 3 kali dalam satu hari dilakukan terutama jika

mereka akan melaksanakan sholat. Tercium bau mulut saat berkomunikasi dengan

beberapa lansia terdapat kotoran pada rangkaian gigi dan warna gigi yang

menguning. Lansia keramas 2 -3 kali setiap minggu dengan menggunakan shampo,

baju klien ganti 2 hari sekali.

b.      Psikologis dan sosial

1)      Kebiasaan buruk kelompok

Satu lansia mempunyai kebiasaan merokok di panti dan biasa menghabiskan

dua sampai tiga batang setiap hari terutama setelah selesai makan.

2)      Keadaan emosi

Ada satu lansia yang bila di ajak bicara jawabannya tidak sesuai tema yang

sedang dibicarakan, sehingga sering kali jadi bahan tertawaan sesama lansia.

3)      Pengambilan keputusan

Di panti Werdha tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil

keputusan. Masing – masing berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya.

Page 29: askep gerontik

Bila ada anggota wisma yang sakit, maka lansia yang lain hanya melaporkan

kepada petugas wisma.

4)      Rekreasi

Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota panti Werdha antara lain

menonton TV, mendengarkan Radio atau bercakap – cakap di ruang tengah.

Pengurus panti mengadakan program rekreasi dalam setahun sekali dan diikuti

oleh seluruh lansia dip anti Werdha< Brangkal, Mojokerto

5)      Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh petugas

puskesmas yang datang ke panti setiap hari kamis pagi. Jika obatnya habis

para lansia tidak mencari obat warung karena keadaan ekonomi para lansia

yang kurang, kecuali ada lansia yang sakit parah biasanya para lansia lapor ke

petugas wisma.

6)      Ketergantungan obat

Sebagian lansia yang sering menggunakan obat warung atau jamu saat

mempunyai keluhan kesehatan. Mereka merasa keluhannya berkurang tetapi

tidak mengetahui akibat kebiasaan ini pada kesehatannya. Pengaturan minum

obat selanjutnya diserahkan kepada pengurus wisma.

7)      Kecacatan

Di Panti Werdha tidak ada lansia yang mengalami kecacatan.

8)      Keadaan ekonomi

Semua lansia di Panti Werdha tidak ada yang mempunyai tunjangan

pensiun, mereka hanya mendapatkan uang santunan dari panti sebesar Rp

2.500.- / minggu. Uang itu kebanyakan di simpan atau digunakan untuk

membeli kebutuhan sehari – hari.

9)      Kegiatan organisasi sosial

Sebagian besar lansia mengikuti pengajian dan senam lansia yang

diadakan di panti. Pengajian setiap hari Senin dan Rabu serta senam setiap

hari Selasa dan Jum’at.

10)  Hubungan antara anggota kelompok

Sebagian besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan

pribadi masing – masing dan cenderung membiarkan dan tidak perduli satu

Page 30: askep gerontik

sama lain. Lansia – lansia sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi

kelompok.

11)  Hubungan di luar kelompok

Sebagian besar lansia menyatakan jarang berkunjung dan berhubungan

dengan lansia yang tinggal di wisma yang lain, hubungan dengan lansia di

wisma lain dilakukan melalui kegiatan pengajian dan olah raga.

12)  Hubungan dengan anggota keluarga

Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa

mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi sebagian

lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh keluarga karena sanak keluarganya

sudah tidak ada.

c.       Spiritual

1)  Ketaatan beribadah.

Semua lansia di Panti Werdha beragama Islam dan saat menjalankan

ibadah ( shalat lima waktu ) dan selalu mengikuti pengajian yang diadakan

oleh panti. Semua lansia percaya akan tibanya kematian dan lansia pasrah bila

kematian menjemput mereka.

2)      Keyakinan tentang kesehatan

Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi

pada manusia. Beberapa lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika

hal itu terjadi mereka biasanya menggunakan minyak kayu putih atau balsem

pada daerah yang terasa sakit. Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit.

d.      Kultural

1)      Adat yang mempengaruhi kesehatan

Lansia di panti Werdha semuanya berasal dari pulau jawa dan tidak ada adat

istiadat garuhi kesehatan.

2)      Tabu – tabu

Tidak ada pantrangan budaya yang dianut oleh lansia di panti Werdha

e.       Keadaan lingkungan dalam

1)      Penerangan

Page 31: askep gerontik

Semua kamar umumnya mendapatkan penerangan yang cukup baik masing –

masing kamar diberi lampu lima watt. Penerangan di ruang tengah dan di

pintu menuju kamar mandi menggunakan neon 40 watt pada malam hari

sebagian lampu dimatikan.

2)      Kebersihan dan kerapihan

Secara umum kondisi kamar – kamar cukup bersih dan rapi, juga ruang tamu,

kamar mandi dan wc. Setiap hari wisma dibersihkan oleh para lansia dan

kamar – kamar lansia di bersihkan oleh para lansia yang menempati kamar

tersebut. Namun lantai di panti agak licin, terutama di depan kamar mandi. Di

kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.

3)      Sirkulasi udara

Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma terdapat cukup

jendela termasuk disetiap kamar lansia yang selalu dibuka setiap pagi selain

itu dikamar – kamar lansia terdapat cukup ventilasi.

f.   Keadaan lingkungan dan halaman

1)      Pemanfaatan halaman

Halaman wisma dimanfaatkan untuk penghijauan, para lansia merawatnya

dengan menyiramnya dan menyiangi rumput.

2)      Pembuangan air limbah

Semua limbah dari kamar mandi dan WC dialirkan melalui saluran tertutup

dan di teruskan ke sungai Citarum.

3)      Pembuangan sampah

Kebanyakan sampah di wisma adalah sampah organik, sampah tersebut

ditampung menggunakan tempat sampah dan setiap pagi diangkut ke

penampungan sampah.

4)      Sumber pencemaran

Letak panti yang berdekatan dengan jalan raya utama merupakan penyebab

pencemaran udara dan sumber kebisingan.

B.        Analisa Data

Data Diagnosa Keperawatan

Data Subjektif

  Beberapa lansia mengeluh pegal dan nyeri pada Gangguan rasa nyaman : nyeri

Page 32: askep gerontik

pinggang, tangan dan kaki.

  Mereka mengatakan belum tahu cara yang tepat untuk

mengatasi pegal dan nyeri.

  Mereka mengatakan pegal dan nyeri yang dirasakan

muncul pada saat istirahat (tidur) sebagian lansia

mengatakan pegal dan nyeri tersebut saat atau setelah

melakukan aktivitas.

  Jika timbul nyeri mereka menggunakan minyak kayu

putih atau balsem pada daerah yang pegal atau nyeri.

Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit atau pegal

yang dialami.

Data Objektif

  6 orang dari 8 orang lansia di Wisma Melati RPSTW

Budhi Daya menderita rematik atau 40%.

sendi di wisma Melati RPSTW

Budhi Daya b.d kurangnya

motivasi : proses

degenerasi/penurunan fungsi

muskuluskeletal

dimanifestasikan dengan 36%

lansia mengeluh nyeri dan pegal

pada daerah pinggang dan

ekstremitas

Data Subjektif

  Sekitar 3 orang lansia mengeluh penglihatannya kabur

atau sekitar 20%, 2 orang menggunakan kaca mata.

Data Objektif

  Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.

  Lantai di wisma agak licin.

Resiko cedera pada lansia di

wisma Melati RPSTW Budhi

Daya Telukjambe Karawang b.d

kurang pengetahuan tentang

gangguan penglihatan

(penglihatan kabur) dan cara

perawatannya dengan

dimanifestasikan 21,4% lansia

mengalami penglihatan kabur.

Data Subjektif

  4 orang lansia di wisma anggrek RPSTW Budhi Daya

mengeluh penglihatannya berkurang, sekitar  26,6 %.

Perubahan sensori perseptual

Visual pada lansia di wisama

Melati RPSTW Budhi Daya

Page 33: askep gerontik

Data Objektif

  Pada pemeriksaan fisik didapatkan data adanya

lingkaran putih pada lensa mata.

Telukjambe Karawang b.d

kekeruhan pada lensa mata

dimanifestasikan 26,6% lansia

mengalami masalah katarak

C.  DAFTAR MASALAH

Dari keluhan – keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri sendi

2.      Risiko cedera

3.      Perubahan sensori perseptual ( visual )

Page 34: askep gerontik

BAB IV

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No. 13 Tahun 1998).

Sejalan dengan program keluarga berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan

oleh pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah

sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas

60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut

dapat merupakan sumber daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta

kasrifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu

kehidupan keluarga dan masyarakat.

Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik, mental,

sosial dan spiritual. Perubahan ini akan mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk

kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu

kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi

terhadap gangguan kesehatan. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif

perlu dilakukan untuk mempertahankan dan maninggikan derajat kesehatan lansia

sehinngga tetap mejadi produktif sesuai kemampuan.

Hasil pengamatan kami selama praktek keperawatan gerontik di RPSTW Budhi

Daya Karawang, masalah keperawatan yang sering timbul pada penghuni wisma (lansia)

adalah gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses degenerasi (rheumatik)

dan resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan (katarak). Dan

untuk mengobati masalah tersebut di usahakan tidak dengan pengobatan medis tapi

dengan pengobatan tradisional karena masalah tersebut hubungannya dengan proses

penuaan (kecuali parah).

B.   Rekomendasi

Page 35: askep gerontik

Dalam penanganan masalah pada lansia di panti umumnya sudah baik, namun demi

tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para penghuni kelompok ingin menyampaikan

beberapa masukan, antara lain :

1. Agar pihak panti memfasilitasi para lansia untuk menanam bahan-bahan pengobatan

alternatif.

2. Memperhatikan keselamatan para lansia, terutama di dalam wisma. Membuan

pegangan lansia untuk berjalan, terutama menuju dan dalam kamar mandi.

3. Tidak membiarkan para lansia keluar sendiri, karena posisi panti dekat dengan jalan

raya.

4. Tidak mencampurkan penghuni lansia laki-laki dan perempuan dalam satu wisma

5. Demikian masukan yang dapat kelompok berikan yang sekiranya dapat dijadikan

pertimbangan bagi panti untuk terus meningkatkan kesehatan, keselamatan dan

kesejahteraan para lansia penghuni panti.

DAFTAR PUSTAKA

Strockslager, Jaime L. dan Liz Schaeffer. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi ke-2.

Jakarta:EGC

Maryam, R Siti.et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:salemba

medika

Nugroho, wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC

Pudjiastuti, Sri Ssurini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC

Page 36: askep gerontik

Tamher, S. dan noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan . Jakarta: salemba medika