askep fasial paralese

18
 askep fasial palsy BAB I KONSEP MEDIS  A. Definisi Facial palsy atau kelumpuhan saraf fasial merupakan gejala kelumpuhan otot  otot wajah yang tampak pada waktu penderita berbicara dan dalam keadaan emosi. (Soepardi,dkk. 2003) Facial Palsy adalah suatu kelainan, kongenital maupun didapat, yang menyebabkan paralisis seluruh ataupun sebagian pada pergerakan wajah. Aksi gerakan pada wajah dimulai dari otak dan berjalan melalui saraf facialis menuju otot-otot di wajah. Otot-otot ini selanjutnya berkontraksi sebagai respon terhadap stimulus. Di dalam tengkorak kepala, saraf facialis adalah suatu saraf tunggal. Setelah keluar dari tengkorak kepala, bercabang menjadi banyak cabang yang menuju ke berbagai otot pada wajah. Otot-otot ini mengendalikan ekspresi wajah. Aktivitas yang terkoordisnasi dari saraf dan otot-otot menyebabkan pergerakan seperti tersenyum, mengedip, menyimak, dan cakupan penuh dari pergerakan wajah normal. Penyakit ataupun cedera yang menyerang otak, nervus facialis ataupun otot-otot pada wajah dapat menyebabkan facial palsy Facial palsy disebut juga dengan paresis. Paresis menunjukkan suatu kelemahan dalam pergerakan wajah. Palsy biasanya digunakan pada berkurangnya pergerakan sampai hilang sama sekali. (Iwantono, 2008) Facial palsy adalah paralisis wajah karena keterlibatan perifer saraf kranial yang mengakibatkan kelemahan atau paralisis otot wajah (Brunner & Suddarth, 2002)

Transcript of askep fasial paralese

Page 1: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 1/18

 

askep fasial palsy

BAB I

KONSEP MEDIS

 A. Definisi

Facial palsy atau kelumpuhan saraf fasial merupakan gejala kelumpuhan otot – otot wajah

yang tampak pada waktu penderita berbicara dan dalam keadaan emosi. (Soepardi,dkk.

2003)

Facial Palsy adalah suatu kelainan, kongenital maupun didapat, yang menyebabkan

paralisis seluruh ataupun sebagian pada pergerakan wajah. Aksi gerakan pada wajahdimulai dari otak dan berjalan melalui saraf facialis menuju otot-otot di wajah. Otot-otot ini

selanjutnya berkontraksi sebagai respon terhadap stimulus. Di dalam tengkorak kepala,

saraf facialis adalah suatu saraf tunggal. Setelah keluar dari tengkorak kepala, bercabang

menjadi banyak cabang yang menuju ke berbagai otot pada wajah. Otot-otot ini

mengendalikan ekspresi wajah. Aktivitas yang terkoordisnasi dari saraf dan otot-otot

menyebabkan pergerakan seperti tersenyum, mengedip, menyimak, dan cakupan penuh

dari pergerakan wajah normal. Penyakit ataupun cedera yang menyerang otak, nervus

facialis ataupun otot-otot pada wajah dapat menyebabkan facial palsy

Facial palsy disebut juga dengan paresis. Paresis menunjukkan suatu kelemahan dalam

pergerakan wajah. Palsy biasanya digunakan pada berkurangnya pergerakan sampai

hilang sama sekali. (Iwantono, 2008)

Facial palsy adalah paralisis wajah karena keterlibatan perifer saraf kranial yang

mengakibatkan kelemahan atau paralisis otot wajah (Brunner & Suddarth, 2002)

Page 2: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 2/18

 

B. Anatomi dan Fisiologi Nervus Facialis

Nervus facialis s terdiri dari serabut motorik, motorik dan parasimpatis yang dalam

perjalananya ke tepi bergabung dengan nervus intermedius. Nervus intermedius tersusun

oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkanimpuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah. Nervus facialis merupakan saraf cranial yang

mempersarafi otot ekspresi wajah dan menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya

bekerja sama dengan nervus kranialis yang lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix

cranial nerve.

Nervus facialis mempunyai empat buah inti yaitu :

1. Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris

2. Nukleus Salivatorius Superior untuk saraf Viseromotoris

3. Nukleus Solitarius Untuk saraf Viserosensoris

4. Nukleus Sensoris Trigeminus untuk saraf Somatosensoris

Inti motorik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian

bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N.VI dan membentuk genu

internal nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut

ponto serebelar. Saraf Intermedius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.

Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf 

vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya

didalam os petrosus (kanalis facialis). Nervus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan

tiba dikavum timpani. Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari

tulang tengkorak melalui foramen stilomsatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan

membelok ke belakang kavum timpani di situ ia tergabung dengan ganglion genikulatum.

Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut penghantar impuls pengecap, yang

dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang menuju ke batang otak adalahnervus intermedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan cabang-cabang kepada

ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus yang mengandung

nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu nervus facialis

memberikan cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima serabut-

serabut korda timpani. Melalui kanalikulus anterior ia keluar dari tulang tengkorak dan tiba

Page 3: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 3/18

 

di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani menggabungkan diri pada nervus

lingualis yang merupakan cabang dari nevus mandibularis. Sebagai saraf motorik nervus

facialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan cabang yakni nervus auricularis

posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot stilomastoideus sebelum masuk ke

glandula Parotis. Di dalam glandula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal, servical, bukal, zygomatic dan marginal mandibularis.

Jaras parasimpatis (General Viceral Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior 

setelah mengikuti jaras N VII berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympani

melalui:

1. Greater petrosal nerve berjalan ke ganglion pterygopalatina berganti neuron lalu

mempersarafi glandula lakrimal, nasal dan palatal.

2. Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula

sublingual dan glandula submandibular.

Jaras Special Afferent ( Taste): dari intinya nukleus solitarius berjalan melalui nervus

intermedius melalui:

1. Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum.

2. Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah.

Jaras General Somatik different: Nukleus spinalis traktus trigeminal menerima impuls

melalui nervus intermedius dari MAE dan kulit sekitar telinga. Korteks serebri akan

memberikan persarafan bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot dahi, tetapi

hanya mernberi persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga pada

lesi LMN akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan

pada lesi UMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontra lateral. Pada

kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik primer,

otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti

otot wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yanglumpuh tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut

yang sehat saja yang dapat terangkat.

Lesi LMN: bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum tympani di

foramen stilemastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Lesi di pons yang

Page 4: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 4/18

 

terletak disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus

abducens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralysis facialis LMN tersebut

akan disertai kelumpuhan rektus lateris atau gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di

sekitar meatus akuatikus intemus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga

paralysis facialis LMN akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia( tidak bisa rnengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).

C. Etiologi

 Ada berbagai macam keadaan yang dapat menyebabkan facial palsy. Facial palsy

kongenital adalah suatu kondisi yang timbul pada saat lahir. Moebius syndrome adalah

suatu kelainan kongenital. Dalam kebanyakan kasus penyebab pasti dari congenital palsy

adalah tidak jelas. Kurangnya saraf yang cukup atau perkembangan otot menyebabkan

beberapa kasus congenital palsy. Penyebab dari keadaan tersebut belum diketahui.Kelumpuhan yang lainnya dapat disebabkan oleh karena peregangan dari otot-otot atau

saraf selama proses kelahiran. Kebanyakan kongenital palsy melibatkan satu sisi wajah

dengan pengecualian pada Moebius, yang khasnya bilateral. Sejumlah besar kasus facial

palsy berkembang ketika kelemahan atau kelumpuhan total terjadi selanjutnya dalam

kehidupan meskipun suatu pergerakan wajah yang normal pada saat lahir.

Penyebab dari acquired palsy termasuk trauma pada nervus facialis dan otot-otot,

peradangan atau infeksi tertentu seperti Lyme disease, dan tumor di dan sekitar daerah

kepala dan leher.

Tabel 1: penyebab facial palsy

Lower Motor Neurone =Bell's Palsy Upper Motor Neurone

Idiopatik Cerebrovascular disease (CVE)

Infectif 

Herpes virus (type 1)

Herpes zoster (Ramsay-Hunt syndrome)

Lyme disease

Otitis media atau cholesteatoma Tumor intrakranial, primer dan sekunder 

Page 5: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 5/18

 

Trauma cth. Fraktur basis kranii, haematoma setelah akupuntur Multiple sclerosis

Neurologis

Multiple sclerosis

Guillain Barré

Mononeuropathy – cth. karena diabetes mellitus, sarcoidosis, atau amyloidosis Syphilis

Neoplastik

Tumor fossa Posterior, Primer dan sekunder 

Tumor kelnjar parotis HIV

Sjogren's syndrome Vasculitis

Hipertensi dan eclampsia

Vaksin influensa intranasal, meskipun sudah ditolak

Melkersson's syndrome (facial palsy rekuren, facial oedema kronis pada wajah dan bibir,

dan hipertrofi/fissura pada lidah

Dari beberapa penyebab tersebut, penyebab yang paling sering dari facial palsy adalah:

1. Bell‟s palsy 

Bell's palsy disebabkan oleh pembengkakan n. facialis sesisi, akibatnya pasokan darah ke

saraf tersebut terhenti, menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar 

impuls/rangsangnya terganggu dan perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak

dapat diteruskan.

2. Herpes zoster oticus (Ramsay Hunt Syndrome)

Virus tersebut dapat dormant (tidur) selama beberapa tahun, dan akan aktif jika yangbersangkutan terkena stres fisik ataupun psikik. Reaktivasi virus herpes zoster yang

menyerang saraf kranialis dapat menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes

zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan

kelumpuhan fasialis LMN.

3. Otitis media

Page 6: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 6/18

 

Bakteri akut maupun kronik dari infeksi telinga tengah dapat menyerang kanal fasialis.

Seperti halnya virus, bakteri tersebut dapat menyebabkan respon inflamasi dan terjadi

kompresi pada saraf fasial.

4. Lyme diseaseBakteri dapat masuk ke dalam tubuh yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh

sehingga terjadi respon inflamasi dan menyebabkan kompresi pada saraf fasial

5. Neoplasma dan trauma

Tumor yang menyerang otak dan trauma pada tengkorak dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan dari saraf fasial sehingga penghantaran impuls dari otak ke otot – otot wajah

tidak dapat disampaikan dan terjadi kelumpuhan dari otot wajah.

D. Tanda dan Gejala

Kelemahan pada otot-otot ekspresi wajah dan ptosis. Wajah seperti terjatuh dan tertarik ke

sisi lainnya saat tersenyum. Kelopak mata tidak dapat menutup sempurna dan dapat

menyebabkan keruasakan pada konjungtiva dan kornea.

Gambar 1: tanda dan gejala fasial palsy pada dewasa dan anak

a. Pada paralisis partial, wajah sebelah bawah umumnya lebih sering terkena.

b. Pada kasus yang parah, seringkali terdapat hilangnya kemampuan pengecapan pada

lidah bagian depan dan intoleransi terhadap suara nada tinggi atau volume suara tinggi.

Dapat menyebabkan dysarthria ringan dan kesulitan saat makan.

Sistem yang paling sering digunakan untuk menggambarkan derajat paralysis adalah skala

House-Brackmann, dimana:

a. Grade I otot bagian muka dapat berfungsi secara normal.

b. Grade II otot bagian muka menunjukkan sedikit kelemahan dan tidak berfungsi.

c. Grade III otot muka menampakkan kelemahan yang jelas dan terjadi sedikit pergerakan

wajah.

d. Grade IV penderita tidak dapat menaikkan kening, synkinesis yang tampak, dan

kelemahan bagian muka yang jelas.

Page 7: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 7/18

 

e. Grade V otot muka hampir tidak berfungsi.

f. Grade VI otot muka tidak dapat berfungsi atau lumpuh.

Perbedaan letak lesi pada Upper Motor Neurone (UMN) atau pada Lower Motor Neurone

(LMN) penting untuk diketahui untuk membantu mengetahui kelainan penyebabnya.

a. Pada suatu lesi LMN pasien tidak dapat mengerutkan dahinya – jalur komunikasi akhir ke

otot-otot mengalami kerusakan. Lesinya bisa terjadi pada pons, atau di luar batang otak

(fossa posterior, canalis osseosa, telinga tengah ataupun diluar tulang tengkorak).

b. Pada lesi UMN, otot-otot wajah sebelah atas sebagian tidak terganggu karena jalur 

alternatif di batang otak sehingga pasien dapat mengerutkan dahinya (kecuali lesinya

bilateral) sehingga kerutan-kerutan wajah yang terlihat pada lower motor neurone palsies

tidak terlalu mencolok. Tampaknya terdapat jalur yang berbeda antara pergerakan volunter dan emosional.

Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan tempat/lokasi lesi.

a. Lesi di luar foramen stilomastoideus

Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan

sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. Lipatan kulit dahi menghilang.

 Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar 

terus menerus.

b. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)

Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), ditambah dengan hilangnya ketajaman

pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya

daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus

menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan

nervus fasialis di kanalis fasialis.

c. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)

Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), ditambah dengan adanya hiperakusis.

d. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)

Page 8: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 8/18

 

Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam

liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan konka.

Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di

ganglion genikulatum. Lesi herpetik terlibat di membran timpani, kanalis auditorius eksterna

dan pina.

e. Lesi di daerah meatus akustikus interna

Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c), (d), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari

terlibatnya nervus akustikus.

f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons

Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus

trigeminus, nervus akustikus, dan kadang-kadang juga nervus abdusens, nervusaksesorius, dan nervus hipoglosus.

Sindrom air mata buaya (crocodile tears syndrome) merupakan gejala sisa Bell‟s palsy,

beberapa bulan pasca awitan, dengan manifestasi klinik: air mata bercucuran dari mata

yang terkena pada saat penderita makan. Nervus fasilais menginervasi glandula lakrimalis

dan glandula salivatorius submandibularis. Diperkirakan terjadi regenerasi saraf salivatorius

tetapi dalam perkembangannya terjadi „salah jurusan‟ menuju ke glandula lakrimalis.  

Gambar 2: letak lesi pada fasial palsy

CVA's biasanya melemahkan pergerakan volunter seringkali tidak menganggu pergerakan

involunter (contoh Tersenyum spontan). Yang jauh lebih jarang kehilangan selektif dari

pergerakan emosional yang dikenal dengan paralisa mimik dan biasanya dikarenakan oleh

lesi pada frontal atau thalamus.

E. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya kelumpuhan yang akut akan memberikan hasil pengobatan yang baik

dengan cara pengobatan konservatif dengan medikamentosa, seperti kortikosteroid,

vasodilantasia dan neurotonik serta fisioterapi atau dengan tindakan operasi yang dikenal

dengan dekompresi nervus fasialis.

Page 9: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 9/18

 

Bila terdapat OMSK maka selain dekompresi juga dilakukan mastoidektomi dengan

demikian perlu dirujuk ke ahli THT.

F. WOC F

Infeksi ( herpes soster) otitis media trauma /tumor 

Saraf cranial saraf facial penekanan /kematian sel

Nervus facial inflamasi impuls/ransangan otak terggu

Kelumpuhan facial kompresi saraf facial otot wajah tidak dpt digerakan

Gangguan body image nyeri gangguan bicara

kecemasan

Page 10: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 10/18

 

 

BAB II

 ASUHAN KEPERAWATAN

 A. Pengkajian

1. Identitas klien

Data diri klien berupa nama, umur berkaitan dengan berdasarkan penelitian bahwa

seseorang yang rentan terhadap penyakit fasial palsy adalah remaja usia 20 tahunan dan

lanjut usia setelah 60 tahun.

2. Keluhan utama

Page 11: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 11/18

 

Keluhan utama yang biasanya dirasakan klien yaitu Mulut tampak moncong terlebih pada

saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos). Penderita tidak dapat

bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang

lumpuh.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan klien yang dirasakan akhir  – akhir ini salah satunya yaitu Wajah seperti

terjatuh dan tertarik ke sisi lainnya saat tersenyum. Kelopak mata tidak dapat menutup

sempurna

b. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat penyakit atau kejadian dahulu yang pernah dialami klien misalnya kejadian trauma

tengkorak, riwayat terpapar virus Herpes zoster, otitis media. Hal tersebut dikaitkan dengan

etiologi dari fasial palsy

c. Riwayat penyakit keluarga

Karena penyebab fasial palsy salah satunya adalah idiopatik, maka perlu dikaji adanya

riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama.

4. Pola – pola fungsi kesehatan

a. Aktivitas/ istirahat

Moebius syndrome yang merupakan subtype dari fasial palsy dapat juga melibatkan

kelainan pada ekstremitas sehingga mungkin aktivitas terganggu. Begitu juga pola istirahat

mungkin juga terganggu terkait cemas yang dirasakan klien.

b. Eliminasi

Eliminasi umumnya tidak terdapat kelainan.

c. Nutrisi

Kesulitan dalam mengendalikan otot pada mulut menyebabkan kesulitan saat makan

sehingga nutrisi dapat terganggu.

Page 12: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 12/18

 

d. Neurosensori

Terjadi kelumpuhan pada otot wajah yang ditandai dengan ketidakmampuan klien untuk

mengendalikan ekspresi wajah seperti mulut, mata, alis.

e. Nyeri/kenyamanan

Sensasi nyeri dapat dirasakan pada wajah dan belakang telinga terkait kerusakan saraf 

akibat infeksi virus maupun bakteri.

f. Interaksi social

Masalah bicara, penurunan kemampuan untuk berkomunikasi

5. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum biasanya baik dan untuk tanda – tanda vital biasanya dalam batas normal.

b. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus lebih ditekankan pada pemeriksaan berikut:

1) Kepala – leher 

Pada mata terjadi ptosis, kelopak mata tidak dapat menutup sempurna sehingga terjadikerusakan pada konjungtiva dan kornea Uji air mata Schirmer (menentukan kadar 

kekurangan air mata pada sisi yang terkena yang mempengaruhi nervus palatinus

magnus). Pada dahi, klien tidak dapat mengerutkan dahinya, pada lidah terjadi hilangnya

ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena

berkurang, pada mulut terjadi mulut yang moncong terlebih saat meringis

2) Ekstremitas

Moebius syndrome yang merupakan subtype dari fasial palsy dapat juga melibatkankelainan pada ekstremitas sehingga mungkin ekstremitas juga mengalami kelumpuhan.

6. Pemeriksaan diagnostik

Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya kelumpuhan

n.fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain dan kelumpuhan

Page 13: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 13/18

 

n.fasialis perifer. Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak

lesi dan derajat kerusakan n. fasialis sebagai berikut:

a. Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)

Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberirangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan

 jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan it fasialis ireversibel.

b. Uji konduksi saraf (nerve conduction test)

Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan

hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan.

c. Elektromiografi

Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.

d. Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan

pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asin

dan rasa pahit (pil kina).

Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan

stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik.

Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpaniatau proksimalnya.

e. Uji Schirmer 

Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak

mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada

kertas filter;berkurang atau mengeringnya air mate menunjukkan lesi n.fasialis setinggi

genikulatum

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

1. Perubahan body image yang berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah

Page 14: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 14/18

 

2. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kehilangan tonus/kontrol otot

fasial/oral

3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur 

pengobatan4. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan saraf fasial

C. Perencanaan

Diagnosa keperawatan: perubahan body image yang berhubungan dengan kelumpuhan

otot wajah

Tujuan: body image kembali baik

Kriteria hasil:

1. Pasien mengungkapkan bahwa dirinya menerima kondisi yang ada pada dirinya

(kelumpuhan otot wajah)

2. Pasien tidak mengalami kecemasan

3. Pasien mampu melaksanakan peran dengan kondisi baik pada semua fungsi bio  – psiko

 – sosial.

Rencana tindakan:

Mandiri

1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuannya

R/ Penentuan faktor  – faktor secara individu membantu dalam mengembangkan

perencanaan asuhan/pilihan intervensi

2. Identifikasi arti dari disfungsi/perubahan pada pasien

R/ Kadang – kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif 

dengan sedikit penanganan, di lain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam

menerima dan mengatasi kekurangannya

Page 15: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 15/18

 

3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan

perasaan marah

R/ Mendemonstrasikan penerimaan/membantu pasien untuk mengenal dan mulai

memahami perasaan ini4. Catat apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengingkari daerah

tersebut dan mengatakan hal tersebut “telah mati” 

R/ Menunjukkan penolakan terhadap bagian tubuh/perasaan negatif terhadap citra tubuh

dan kemampuan, menandakan perlunya intervensi dan dukungan emosional

5. Akui pernyataan perasaan tentang pengingkaran terhadap tubuh, tetap pada kenyataan

yang ada tentang realita bahwa pasien masih dapat menggunakan bagian tubuhnya yang

tidak sakit dan belajar untuk mengontrol bagian tubuh yang sakit. Gunakan kata  – kata(lemah, sakit, kanan – kiri) yang tidak mengasumsikan bahwa bagian tersebut sebagai

bagian dari seluruh tubuh

R/ Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian tubuh tersebut

merupakan suatu bagian yang utuh dari seseorang. Memberikan kesempatan pasien untuk

merasakan pengharapannya secara penuh dan mulai menerima keadaan yang dialami saat

sekarang ini

6. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik menganai penyembuhan fungsi tubuhataupun kemandirian pasien

R/ Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan

ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan adanya perkembangan

7. Bantu dan dorong pasien untuk melakukan latihan pergerakan otot wajah seperti mata

sesuai anjuran

R/ Membantu peningkatan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan

8. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan

kegiatan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri

R/ Membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggaan diri dan mingkatkan

proses rehabilitasi

Page 16: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 16/18

 

9. Berikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan minat/partisipasi pasien

dalam kegiatan rehabilitasi

R/ Mengisyaratkan kemungkina adaptasi untuk mengubah dan memahami tentang peran

diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya10. Pantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi, pernyataan

ketidakmampuan untuk mengatasi sesuatu, letargi dan menarik diri

R/ Mungkin merupakan indikasi serangan depresi yang mungkin memerlukan evaluasi dan

intervensi lebih lanjut

Kolaborasi

11. Rujuk pada evaluasi neuropsikologis atau konseling sesuai kebutuhan

R/ Dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk

perasaan/merasa menjadi orang yang produktif. (Dongoes, E. Marilynn, 2003).

D. Implementasi

1. Mengkaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat

ketidakmampuannya

2. Mengidentifikasi arti dari disfungsi/perubahan pada pasien

3. Menganjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan

dan perasaan marah

4. Mencatat apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengingkari

daerah tersebut dan mengatakan hal tersebut “telah mati” 

5. Mengakui pernyataan perasaan tentang pengingkaran terhadap tubuh, tetap pada

kenyataan yang ada tentang realita bahwa pasien masih dapat menggunakan bagian

tubuhnya yang tidak sakit dan belajar untuk mengontrol bagian tubuh yang sakit.Menggunakan kata – kata (lemah, sakit, kanan – kiri) yang tidak mengasumsikan bahwa

bagian tersebut sebagai bagian dari seluruh tubuh

6. Menekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik menganai penyembuhan fungsi

tubuh ataupun kemandirian pasien

Page 17: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 17/18

 

7. Membantu dan dorong pasien untuk melakukan latihan pergerakan otot wajah seperti

mata sesuai anjuran

8. Mendorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan

kegiatan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri9. Memberikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan minat/partisipasi

pasien dalam kegiatan rehabilitasi

10. Memantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi, pernyataan

ketidakmampuan untuk mengatasi sesuatu, letargi dan menarik diri

11. Kolaborasi rujuk pada evaluasi neuropsikologis atau konseling sesuai kebutuhan

E. Evaluasi

S: Pernyataan klien tentang kondisinya saat ini setelah intervensi, misalnya klien

mengatakan perasaannya saat ini lebih bisa menerima kondisi penyakitnya saat ini

O: Tanda – tanda obyektif yang menunjukkan kondisi klien, misalnya klien nampak rileks

dan menerima penyakitnya, skala cemas berkurang

 A: Apakah intervensi sudah berhasil dilakukan atau hanya sebagian dan masih ada

intervensi lanjutan

P: Rencana intervensi dihentikan karena tujuan telah tercapai atau masih harus dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E. Marilynn. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Page 18: askep fasial paralese

5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 18/18

 

Soepardi, dkk. 2003. Penatalaksaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Djamil, Yulius. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Lumbantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI

Iwantono. 2008. Fasial palsy. http://www.hsilkma.blogspot.com, Diperoleh tanggal 17 Mei

2010

Hasyim. 2008. Asuhan Keperawatan Fasial Palsy.http://binhasyim.wordpress.com

Diperoleh tanggal 20 Mei 2010

Irga. 2008. Bell‟s palsy. http://www.irwanashari.blogspot.com, Diperoleh tanggal 20 Mei

2010

Gofar. 2009. Bell‟s palsy. http://adulgopar.files.wordpress.com, Diperoleh tanggal 22 Mei

2010

Lampiran