askep fasial paralese
-
Upload
karniwny2373 -
Category
Documents
-
view
382 -
download
0
Transcript of askep fasial paralese
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 1/18
askep fasial palsy
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Facial palsy atau kelumpuhan saraf fasial merupakan gejala kelumpuhan otot – otot wajah
yang tampak pada waktu penderita berbicara dan dalam keadaan emosi. (Soepardi,dkk.
2003)
Facial Palsy adalah suatu kelainan, kongenital maupun didapat, yang menyebabkan
paralisis seluruh ataupun sebagian pada pergerakan wajah. Aksi gerakan pada wajahdimulai dari otak dan berjalan melalui saraf facialis menuju otot-otot di wajah. Otot-otot ini
selanjutnya berkontraksi sebagai respon terhadap stimulus. Di dalam tengkorak kepala,
saraf facialis adalah suatu saraf tunggal. Setelah keluar dari tengkorak kepala, bercabang
menjadi banyak cabang yang menuju ke berbagai otot pada wajah. Otot-otot ini
mengendalikan ekspresi wajah. Aktivitas yang terkoordisnasi dari saraf dan otot-otot
menyebabkan pergerakan seperti tersenyum, mengedip, menyimak, dan cakupan penuh
dari pergerakan wajah normal. Penyakit ataupun cedera yang menyerang otak, nervus
facialis ataupun otot-otot pada wajah dapat menyebabkan facial palsy
Facial palsy disebut juga dengan paresis. Paresis menunjukkan suatu kelemahan dalam
pergerakan wajah. Palsy biasanya digunakan pada berkurangnya pergerakan sampai
hilang sama sekali. (Iwantono, 2008)
Facial palsy adalah paralisis wajah karena keterlibatan perifer saraf kranial yang
mengakibatkan kelemahan atau paralisis otot wajah (Brunner & Suddarth, 2002)
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 2/18
B. Anatomi dan Fisiologi Nervus Facialis
Nervus facialis s terdiri dari serabut motorik, motorik dan parasimpatis yang dalam
perjalananya ke tepi bergabung dengan nervus intermedius. Nervus intermedius tersusun
oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkanimpuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah. Nervus facialis merupakan saraf cranial yang
mempersarafi otot ekspresi wajah dan menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya
bekerja sama dengan nervus kranialis yang lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix
cranial nerve.
Nervus facialis mempunyai empat buah inti yaitu :
1. Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris
2. Nukleus Salivatorius Superior untuk saraf Viseromotoris
3. Nukleus Solitarius Untuk saraf Viserosensoris
4. Nukleus Sensoris Trigeminus untuk saraf Somatosensoris
Inti motorik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian
bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N.VI dan membentuk genu
internal nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut
ponto serebelar. Saraf Intermedius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.
Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf
vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya
didalam os petrosus (kanalis facialis). Nervus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan
tiba dikavum timpani. Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari
tulang tengkorak melalui foramen stilomsatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan
membelok ke belakang kavum timpani di situ ia tergabung dengan ganglion genikulatum.
Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut penghantar impuls pengecap, yang
dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang menuju ke batang otak adalahnervus intermedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan cabang-cabang kepada
ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus yang mengandung
nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu nervus facialis
memberikan cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima serabut-
serabut korda timpani. Melalui kanalikulus anterior ia keluar dari tulang tengkorak dan tiba
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 3/18
di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani menggabungkan diri pada nervus
lingualis yang merupakan cabang dari nevus mandibularis. Sebagai saraf motorik nervus
facialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan cabang yakni nervus auricularis
posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot stilomastoideus sebelum masuk ke
glandula Parotis. Di dalam glandula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal, servical, bukal, zygomatic dan marginal mandibularis.
Jaras parasimpatis (General Viceral Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior
setelah mengikuti jaras N VII berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympani
melalui:
1. Greater petrosal nerve berjalan ke ganglion pterygopalatina berganti neuron lalu
mempersarafi glandula lakrimal, nasal dan palatal.
2. Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula
sublingual dan glandula submandibular.
Jaras Special Afferent ( Taste): dari intinya nukleus solitarius berjalan melalui nervus
intermedius melalui:
1. Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum.
2. Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah.
Jaras General Somatik different: Nukleus spinalis traktus trigeminal menerima impuls
melalui nervus intermedius dari MAE dan kulit sekitar telinga. Korteks serebri akan
memberikan persarafan bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot dahi, tetapi
hanya mernberi persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga pada
lesi LMN akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan
pada lesi UMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontra lateral. Pada
kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik primer,
otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti
otot wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yanglumpuh tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut
yang sehat saja yang dapat terangkat.
Lesi LMN: bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum tympani di
foramen stilemastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Lesi di pons yang
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 4/18
terletak disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus
abducens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralysis facialis LMN tersebut
akan disertai kelumpuhan rektus lateris atau gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di
sekitar meatus akuatikus intemus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga
paralysis facialis LMN akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia( tidak bisa rnengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).
C. Etiologi
Ada berbagai macam keadaan yang dapat menyebabkan facial palsy. Facial palsy
kongenital adalah suatu kondisi yang timbul pada saat lahir. Moebius syndrome adalah
suatu kelainan kongenital. Dalam kebanyakan kasus penyebab pasti dari congenital palsy
adalah tidak jelas. Kurangnya saraf yang cukup atau perkembangan otot menyebabkan
beberapa kasus congenital palsy. Penyebab dari keadaan tersebut belum diketahui.Kelumpuhan yang lainnya dapat disebabkan oleh karena peregangan dari otot-otot atau
saraf selama proses kelahiran. Kebanyakan kongenital palsy melibatkan satu sisi wajah
dengan pengecualian pada Moebius, yang khasnya bilateral. Sejumlah besar kasus facial
palsy berkembang ketika kelemahan atau kelumpuhan total terjadi selanjutnya dalam
kehidupan meskipun suatu pergerakan wajah yang normal pada saat lahir.
Penyebab dari acquired palsy termasuk trauma pada nervus facialis dan otot-otot,
peradangan atau infeksi tertentu seperti Lyme disease, dan tumor di dan sekitar daerah
kepala dan leher.
Tabel 1: penyebab facial palsy
Lower Motor Neurone =Bell's Palsy Upper Motor Neurone
Idiopatik Cerebrovascular disease (CVE)
Infectif
Herpes virus (type 1)
Herpes zoster (Ramsay-Hunt syndrome)
Lyme disease
Otitis media atau cholesteatoma Tumor intrakranial, primer dan sekunder
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 5/18
Trauma cth. Fraktur basis kranii, haematoma setelah akupuntur Multiple sclerosis
Neurologis
Multiple sclerosis
Guillain Barré
Mononeuropathy – cth. karena diabetes mellitus, sarcoidosis, atau amyloidosis Syphilis
Neoplastik
Tumor fossa Posterior, Primer dan sekunder
Tumor kelnjar parotis HIV
Sjogren's syndrome Vasculitis
Hipertensi dan eclampsia
Vaksin influensa intranasal, meskipun sudah ditolak
Melkersson's syndrome (facial palsy rekuren, facial oedema kronis pada wajah dan bibir,
dan hipertrofi/fissura pada lidah
Dari beberapa penyebab tersebut, penyebab yang paling sering dari facial palsy adalah:
1. Bell‟s palsy
Bell's palsy disebabkan oleh pembengkakan n. facialis sesisi, akibatnya pasokan darah ke
saraf tersebut terhenti, menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar
impuls/rangsangnya terganggu dan perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak
dapat diteruskan.
2. Herpes zoster oticus (Ramsay Hunt Syndrome)
Virus tersebut dapat dormant (tidur) selama beberapa tahun, dan akan aktif jika yangbersangkutan terkena stres fisik ataupun psikik. Reaktivasi virus herpes zoster yang
menyerang saraf kranialis dapat menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes
zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan
kelumpuhan fasialis LMN.
3. Otitis media
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 6/18
Bakteri akut maupun kronik dari infeksi telinga tengah dapat menyerang kanal fasialis.
Seperti halnya virus, bakteri tersebut dapat menyebabkan respon inflamasi dan terjadi
kompresi pada saraf fasial.
4. Lyme diseaseBakteri dapat masuk ke dalam tubuh yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh
sehingga terjadi respon inflamasi dan menyebabkan kompresi pada saraf fasial
5. Neoplasma dan trauma
Tumor yang menyerang otak dan trauma pada tengkorak dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dari saraf fasial sehingga penghantaran impuls dari otak ke otot – otot wajah
tidak dapat disampaikan dan terjadi kelumpuhan dari otot wajah.
D. Tanda dan Gejala
Kelemahan pada otot-otot ekspresi wajah dan ptosis. Wajah seperti terjatuh dan tertarik ke
sisi lainnya saat tersenyum. Kelopak mata tidak dapat menutup sempurna dan dapat
menyebabkan keruasakan pada konjungtiva dan kornea.
Gambar 1: tanda dan gejala fasial palsy pada dewasa dan anak
a. Pada paralisis partial, wajah sebelah bawah umumnya lebih sering terkena.
b. Pada kasus yang parah, seringkali terdapat hilangnya kemampuan pengecapan pada
lidah bagian depan dan intoleransi terhadap suara nada tinggi atau volume suara tinggi.
Dapat menyebabkan dysarthria ringan dan kesulitan saat makan.
Sistem yang paling sering digunakan untuk menggambarkan derajat paralysis adalah skala
House-Brackmann, dimana:
a. Grade I otot bagian muka dapat berfungsi secara normal.
b. Grade II otot bagian muka menunjukkan sedikit kelemahan dan tidak berfungsi.
c. Grade III otot muka menampakkan kelemahan yang jelas dan terjadi sedikit pergerakan
wajah.
d. Grade IV penderita tidak dapat menaikkan kening, synkinesis yang tampak, dan
kelemahan bagian muka yang jelas.
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 7/18
e. Grade V otot muka hampir tidak berfungsi.
f. Grade VI otot muka tidak dapat berfungsi atau lumpuh.
Perbedaan letak lesi pada Upper Motor Neurone (UMN) atau pada Lower Motor Neurone
(LMN) penting untuk diketahui untuk membantu mengetahui kelainan penyebabnya.
a. Pada suatu lesi LMN pasien tidak dapat mengerutkan dahinya – jalur komunikasi akhir ke
otot-otot mengalami kerusakan. Lesinya bisa terjadi pada pons, atau di luar batang otak
(fossa posterior, canalis osseosa, telinga tengah ataupun diluar tulang tengkorak).
b. Pada lesi UMN, otot-otot wajah sebelah atas sebagian tidak terganggu karena jalur
alternatif di batang otak sehingga pasien dapat mengerutkan dahinya (kecuali lesinya
bilateral) sehingga kerutan-kerutan wajah yang terlihat pada lower motor neurone palsies
tidak terlalu mencolok. Tampaknya terdapat jalur yang berbeda antara pergerakan volunter dan emosional.
Selanjutnya gejala dan tanda klinik lainnya berhubungan dengan tempat/lokasi lesi.
a. Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan
sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang. Lipatan kulit dahi menghilang.
Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar
terus menerus.
b. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), ditambah dengan hilangnya ketajaman
pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena berkurang. Hilangnya
daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya nervus intermedius, sekaligus
menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana korda timpani bergabung dengan
nervus fasialis di kanalis fasialis.
c. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)
Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), ditambah dengan adanya hiperakusis.
d. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 8/18
Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c) disertai dengan nyeri di belakang dan di dalam
liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi pasca herpes di membran timpani dan konka.
Ramsay Hunt adalah paralisis fasialis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di
ganglion genikulatum. Lesi herpetik terlibat di membran timpani, kanalis auditorius eksterna
dan pina.
e. Lesi di daerah meatus akustikus interna
Gejala dan tanda klinik seperti (a), (b), (c), (d), ditambah dengan tuli sebagi akibat dari
terlibatnya nervus akustikus.
f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons
Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus
trigeminus, nervus akustikus, dan kadang-kadang juga nervus abdusens, nervusaksesorius, dan nervus hipoglosus.
Sindrom air mata buaya (crocodile tears syndrome) merupakan gejala sisa Bell‟s palsy,
beberapa bulan pasca awitan, dengan manifestasi klinik: air mata bercucuran dari mata
yang terkena pada saat penderita makan. Nervus fasilais menginervasi glandula lakrimalis
dan glandula salivatorius submandibularis. Diperkirakan terjadi regenerasi saraf salivatorius
tetapi dalam perkembangannya terjadi „salah jurusan‟ menuju ke glandula lakrimalis.
Gambar 2: letak lesi pada fasial palsy
CVA's biasanya melemahkan pergerakan volunter seringkali tidak menganggu pergerakan
involunter (contoh Tersenyum spontan). Yang jauh lebih jarang kehilangan selektif dari
pergerakan emosional yang dikenal dengan paralisa mimik dan biasanya dikarenakan oleh
lesi pada frontal atau thalamus.
E. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya kelumpuhan yang akut akan memberikan hasil pengobatan yang baik
dengan cara pengobatan konservatif dengan medikamentosa, seperti kortikosteroid,
vasodilantasia dan neurotonik serta fisioterapi atau dengan tindakan operasi yang dikenal
dengan dekompresi nervus fasialis.
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 9/18
Bila terdapat OMSK maka selain dekompresi juga dilakukan mastoidektomi dengan
demikian perlu dirujuk ke ahli THT.
F. WOC F
Infeksi ( herpes soster) otitis media trauma /tumor
Saraf cranial saraf facial penekanan /kematian sel
Nervus facial inflamasi impuls/ransangan otak terggu
Kelumpuhan facial kompresi saraf facial otot wajah tidak dpt digerakan
Gangguan body image nyeri gangguan bicara
kecemasan
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 10/18
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien berupa nama, umur berkaitan dengan berdasarkan penelitian bahwa
seseorang yang rentan terhadap penyakit fasial palsy adalah remaja usia 20 tahunan dan
lanjut usia setelah 60 tahun.
2. Keluhan utama
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 11/18
Keluhan utama yang biasanya dirasakan klien yaitu Mulut tampak moncong terlebih pada
saat meringis, kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos). Penderita tidak dapat
bersiul atau meniup, apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang
lumpuh.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan klien yang dirasakan akhir – akhir ini salah satunya yaitu Wajah seperti
terjatuh dan tertarik ke sisi lainnya saat tersenyum. Kelopak mata tidak dapat menutup
sempurna
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit atau kejadian dahulu yang pernah dialami klien misalnya kejadian trauma
tengkorak, riwayat terpapar virus Herpes zoster, otitis media. Hal tersebut dikaitkan dengan
etiologi dari fasial palsy
c. Riwayat penyakit keluarga
Karena penyebab fasial palsy salah satunya adalah idiopatik, maka perlu dikaji adanya
riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama.
4. Pola – pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas/ istirahat
Moebius syndrome yang merupakan subtype dari fasial palsy dapat juga melibatkan
kelainan pada ekstremitas sehingga mungkin aktivitas terganggu. Begitu juga pola istirahat
mungkin juga terganggu terkait cemas yang dirasakan klien.
b. Eliminasi
Eliminasi umumnya tidak terdapat kelainan.
c. Nutrisi
Kesulitan dalam mengendalikan otot pada mulut menyebabkan kesulitan saat makan
sehingga nutrisi dapat terganggu.
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 12/18
d. Neurosensori
Terjadi kelumpuhan pada otot wajah yang ditandai dengan ketidakmampuan klien untuk
mengendalikan ekspresi wajah seperti mulut, mata, alis.
e. Nyeri/kenyamanan
Sensasi nyeri dapat dirasakan pada wajah dan belakang telinga terkait kerusakan saraf
akibat infeksi virus maupun bakteri.
f. Interaksi social
Masalah bicara, penurunan kemampuan untuk berkomunikasi
5. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum biasanya baik dan untuk tanda – tanda vital biasanya dalam batas normal.
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus lebih ditekankan pada pemeriksaan berikut:
1) Kepala – leher
Pada mata terjadi ptosis, kelopak mata tidak dapat menutup sempurna sehingga terjadikerusakan pada konjungtiva dan kornea Uji air mata Schirmer (menentukan kadar
kekurangan air mata pada sisi yang terkena yang mempengaruhi nervus palatinus
magnus). Pada dahi, klien tidak dapat mengerutkan dahinya, pada lidah terjadi hilangnya
ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena
berkurang, pada mulut terjadi mulut yang moncong terlebih saat meringis
2) Ekstremitas
Moebius syndrome yang merupakan subtype dari fasial palsy dapat juga melibatkankelainan pada ekstremitas sehingga mungkin ekstremitas juga mengalami kelumpuhan.
6. Pemeriksaan diagnostik
Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya kelumpuhan
n.fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain dan kelumpuhan
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 13/18
n.fasialis perifer. Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak
lesi dan derajat kerusakan n. fasialis sebagai berikut:
a. Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberirangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan
jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan it fasialis ireversibel.
b. Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan
hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan.
c. Elektromiografi
Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.
d. Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan
pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asin
dan rasa pahit (pil kina).
Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan
stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik.
Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpaniatau proksimalnya.
e. Uji Schirmer
Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak
mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada
kertas filter;berkurang atau mengeringnya air mate menunjukkan lesi n.fasialis setinggi
genikulatum
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Perubahan body image yang berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 14/18
2. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kehilangan tonus/kontrol otot
fasial/oral
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
pengobatan4. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan saraf fasial
C. Perencanaan
Diagnosa keperawatan: perubahan body image yang berhubungan dengan kelumpuhan
otot wajah
Tujuan: body image kembali baik
Kriteria hasil:
1. Pasien mengungkapkan bahwa dirinya menerima kondisi yang ada pada dirinya
(kelumpuhan otot wajah)
2. Pasien tidak mengalami kecemasan
3. Pasien mampu melaksanakan peran dengan kondisi baik pada semua fungsi bio – psiko
– sosial.
Rencana tindakan:
Mandiri
1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuannya
R/ Penentuan faktor – faktor secara individu membantu dalam mengembangkan
perencanaan asuhan/pilihan intervensi
2. Identifikasi arti dari disfungsi/perubahan pada pasien
R/ Kadang – kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan fungsi secara efektif
dengan sedikit penanganan, di lain pihak ada juga orang yang mengalami kesulitan dalam
menerima dan mengatasi kekurangannya
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 15/18
3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan
perasaan marah
R/ Mendemonstrasikan penerimaan/membantu pasien untuk mengenal dan mulai
memahami perasaan ini4. Catat apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengingkari daerah
tersebut dan mengatakan hal tersebut “telah mati”
R/ Menunjukkan penolakan terhadap bagian tubuh/perasaan negatif terhadap citra tubuh
dan kemampuan, menandakan perlunya intervensi dan dukungan emosional
5. Akui pernyataan perasaan tentang pengingkaran terhadap tubuh, tetap pada kenyataan
yang ada tentang realita bahwa pasien masih dapat menggunakan bagian tubuhnya yang
tidak sakit dan belajar untuk mengontrol bagian tubuh yang sakit. Gunakan kata – kata(lemah, sakit, kanan – kiri) yang tidak mengasumsikan bahwa bagian tersebut sebagai
bagian dari seluruh tubuh
R/ Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian tubuh tersebut
merupakan suatu bagian yang utuh dari seseorang. Memberikan kesempatan pasien untuk
merasakan pengharapannya secara penuh dan mulai menerima keadaan yang dialami saat
sekarang ini
6. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik menganai penyembuhan fungsi tubuhataupun kemandirian pasien
R/ Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan adanya perkembangan
7. Bantu dan dorong pasien untuk melakukan latihan pergerakan otot wajah seperti mata
sesuai anjuran
R/ Membantu peningkatan harga diri dan kontrol atas salah satu bagian kehidupan
8. Dorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan
kegiatan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri
R/ Membangun kembali rasa kemandirian dan menerima kebanggaan diri dan mingkatkan
proses rehabilitasi
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 16/18
9. Berikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan minat/partisipasi pasien
dalam kegiatan rehabilitasi
R/ Mengisyaratkan kemungkina adaptasi untuk mengubah dan memahami tentang peran
diri sendiri dalam kehidupan selanjutnya10. Pantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi, pernyataan
ketidakmampuan untuk mengatasi sesuatu, letargi dan menarik diri
R/ Mungkin merupakan indikasi serangan depresi yang mungkin memerlukan evaluasi dan
intervensi lebih lanjut
Kolaborasi
11. Rujuk pada evaluasi neuropsikologis atau konseling sesuai kebutuhan
R/ Dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk
perasaan/merasa menjadi orang yang produktif. (Dongoes, E. Marilynn, 2003).
D. Implementasi
1. Mengkaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuannya
2. Mengidentifikasi arti dari disfungsi/perubahan pada pasien
3. Menganjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan
dan perasaan marah
4. Mencatat apakah pasien menunjuk daerah yang sakit ataukah pasien mengingkari
daerah tersebut dan mengatakan hal tersebut “telah mati”
5. Mengakui pernyataan perasaan tentang pengingkaran terhadap tubuh, tetap pada
kenyataan yang ada tentang realita bahwa pasien masih dapat menggunakan bagian
tubuhnya yang tidak sakit dan belajar untuk mengontrol bagian tubuh yang sakit.Menggunakan kata – kata (lemah, sakit, kanan – kiri) yang tidak mengasumsikan bahwa
bagian tersebut sebagai bagian dari seluruh tubuh
6. Menekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik menganai penyembuhan fungsi
tubuh ataupun kemandirian pasien
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 17/18
7. Membantu dan dorong pasien untuk melakukan latihan pergerakan otot wajah seperti
mata sesuai anjuran
8. Mendorong orang terdekat agar memberi kesempatan pada pasien untuk melakukan
kegiatan sebanyak mungkin untuk dirinya sendiri9. Memberikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan minat/partisipasi
pasien dalam kegiatan rehabilitasi
10. Memantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi, pernyataan
ketidakmampuan untuk mengatasi sesuatu, letargi dan menarik diri
11. Kolaborasi rujuk pada evaluasi neuropsikologis atau konseling sesuai kebutuhan
E. Evaluasi
S: Pernyataan klien tentang kondisinya saat ini setelah intervensi, misalnya klien
mengatakan perasaannya saat ini lebih bisa menerima kondisi penyakitnya saat ini
O: Tanda – tanda obyektif yang menunjukkan kondisi klien, misalnya klien nampak rileks
dan menerima penyakitnya, skala cemas berkurang
A: Apakah intervensi sudah berhasil dilakukan atau hanya sebagian dan masih ada
intervensi lanjutan
P: Rencana intervensi dihentikan karena tujuan telah tercapai atau masih harus dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, E. Marilynn. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
5/14/2018 askep fasial paralese - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-fasial-paralese 18/18
Soepardi, dkk. 2003. Penatalaksaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Djamil, Yulius. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Lumbantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI
Iwantono. 2008. Fasial palsy. http://www.hsilkma.blogspot.com, Diperoleh tanggal 17 Mei
2010
Hasyim. 2008. Asuhan Keperawatan Fasial Palsy.http://binhasyim.wordpress.com
Diperoleh tanggal 20 Mei 2010
Irga. 2008. Bell‟s palsy. http://www.irwanashari.blogspot.com, Diperoleh tanggal 20 Mei
2010
Gofar. 2009. Bell‟s palsy. http://adulgopar.files.wordpress.com, Diperoleh tanggal 22 Mei
2010
Lampiran