Askep Efusi Pleura
-
Upload
dani-chie-penyayank -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
Transcript of Askep Efusi Pleura
ASKEP EFUSI PLEURA
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Effusi pleura adalah pengumpulan cairan secara abnormal dalam rongga pleura dan merupakan suatu tanda penyakit tetapi tidak dengan sendirinya terjadi penyakit ( Jay H Stein MD, 2001 : 140 )
Effusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan Vena pulmonalis. Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening. ( Sylvia A Price, 1995 :704 )
Effusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Effusi pleura bukanlah suatu “disease entity“ tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. ( Soeparman , Sarwono Waspadji , 1994 : 786 )
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa effusi pleura adalah suatu dampak penyakit dari keadaan terjadinya
penumpukan /pengumpulan cairan , pus atau darah dalam rongga pleura yang dapat berupa transudat dan eksudat. Effusi pleura
merupakan suatu tanda atau gejala penyakit yang serius tetapi tidak dengan sendirinya terjadi penyakit, namun dapat mengancam jiwa
penderitanya.
2. Anatomi dan fisiologi
2.1 Anatomi paru – paru
Setiap paru – paru berbentuk kerucut dan memiliki :
a. Apeks, yang meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm di atas clavikula
b. Permukaan costa- vertebral, menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal , menempel pada perikardium dan jantung
d. Basis yang terletak pada diafragma.
Paru kanan terbagi menjadi menjadi dua fisura dan tiga lobus : superior, media, dan inferior. Paru kiri dibagi oleh sebuah fisura
menjadi dua lobus : superior dan inferior.
Bronkus pada setiap sisi bercabang menjadi cabang –cabang utama, satu untuk setiap lobus paru. Segmen paru pada daerah
tersebut disuplai oleh cabang utama bronkus ; setiap segmen adalah unit mandiri dengan suplai darah sendiri. Paru kanan memiliki
sepuluh segmen, paru kiri memiliki sembilan segmen .
Didalam segmennya, cabang bronkus utama memecah menjadi cabang– cabang yang lebih kecil dan tidak memiliki kartigo dalam
dindingnya. Setiap bronkiolus memecah menjadi lebih kecil. Duktus alveolaris adalah cabang yang paling kecil, setiap ujung terdapat
sekelompok alveolus. Alveolus adalah kantung berdinding tipis yang mengandung udara, melalui seluruh dinding inilah terjadi
pertukaran gas. Setiap paru mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang – lubang kecil didalam dinding alveolar memungkinkan
udara melewati satu alveolus yang lain. Lobulus primer atau unit paru adalah bronkiolus dengan kelompok – kelompok alveolusnya.
Pleura adalah membran tipis transparan yang melapisi paru dalam dua lapis : lapisan viseral, melekat erat pada permukaan paru, dan lapisan parietal yang melapisi permukaan pada dinding dada. Kedua lapisan ini bersambungan pada hilus paru. Cavum
pleura adalah rongga diantara kedua lapisan tersebut lapisan yang saling melekat itu lembab dan dapat saling bergerak satu sama lainya ( John Gibson ; 2003 :144 )
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut .
Gambar 1 : Kedudukan paru – paru didalam torax garis – garis berwarna hitam menunjukan batas lobus paru – paru, garis titik menunjukan kedudukan pleura ( Evelyn C pearce, 1997 :216 )
Gambar II : Potongan diagrammatikc melalui paru dan pleura ( John Gibson ,2003 :144 )
Gambar III : Bronkiolus dan alveolus ( John Gibson, 2003 :146 )
Pembuluh darah dalam paru– paru, arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari partikel kanan
jantung ke paru – paru ; cabang– cabangnya menyentuh saluran bronkial, bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus
; arteriola itu membelah – belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler –kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung
udara.
Kapiler itu hanya dapat memuat sedikit maka praktis dapat dikatakan sel – sel darah merah membuat garis tunggal. Alirannya
bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung
dengan difusi , yang merupakan fungsi pernafasan.
Kapiler paru – paru bersatu sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonalis meninggalkan setiap
paru –paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui aorta. Pembuluh darah
yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta torasika ke paru –paru guna memberi
makan dan mengantarkan oksigen kedalam jaringan paru –paru sendiri. Cabang akhir arteri –arteri ini membentuk plexus kapiler yang
tampak jelas dan terpisah, terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonalis ,tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu kedalam
vena pulmonalis. Sisa darah itu diantarkan dari setiap paru –paru oleh vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena cava
superior. Maka dengan demikian paru –paru mempunyai persediaan darah ganda.
Hilus ( tampuk ) paru –paru dibentuk oleh struktur sebagai berikut :
Arteri pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen kedalam paru –paru untuk diisi oksigen. Vena pulmonalis, yang
mengembalikan darah berisi oksigen dari paru –paru ke jantung . Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial ,
merupakan jalan utama udara.
Arteri bronkial , keluar dari aorta dan mengantarkan darah dari paru –paru ke vena cava superior , dan pembuluh limfe yang masuk–
keluar paru – paru, sangat banyak..
Persyaratan penting dalam aksi pergerakan pernafasan disuplai melalui nervus phrenicus dan nervus spiral toraxic. Nervus
phrenicus mempersyarafi diafragma sementara nervus spiral toraxic mempersyarafi otot – otot intercosta. Disamping syaraf – syaraf
tersebut syaraf simpatis dan para simpatis .
2.2 Fisiologi pernafasan
Pernafasan paru– paru ( pernafasan pulmoner ) merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru– paru.
Pernafasan melalui paru –paru atau pernafasan eksterna, oksigen masuk melalui trakea. Sampai ke alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.
Didalam paru – paru karbon dioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli dari kapiler darah dikeluarkan
melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam aveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru– paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbon dioksida keseluruh tubuh masuk ke
paru –paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa tercapai untuk semua bagian
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Di dalam aktifitas respirasi terdapat proses- proses yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Gerakan respirasi adalah inspirasi dan ekspirasi, pada inspirasi otot diafragma berkontraksi dan kubah diafragma turun ; pada
saat yang sama muskulus intercostalis eksterna berkontraksi dan menarik dinding dada agak keluar. Oleh kerja ini, ruang di dalam
dada membesar, tekanan dalam alveolus menurun, dan udara pada ekspirasi otot diafragma dan musculus intercostalis eksterna
berelaksasi. Diafragma naik ,dinding dada masuk ke dalam, dan ruang di dalam dada mengecil.
2. Difusi udara
Gas lewat dengan segera diantar alveolus dan darah dengan cara difusi. Pada difusi ini molekul gas lewat dari tempat dengan
tekanan parsial tinggi ke tempat dengan tekanan parsial rendah.
Oksigen dalam alveolus berada dalam tekanan parsial yang lebih tinggi dari pada dalam darah dan dengan demikian berpindah
dari alveolus ke dalam darah. Volume gas yang berpindah bergantung pada luas permukaan alveolus dan ketebalan dinding alveolus.
3. Transportasi gas
Oksigen diangkut dalam darah :
Dalam entrosit : oksigen bergabung dengan hemoglobin membentuk oksi hemoglobin (Oksi Hb ) yang berwarna merah terang
Dalam plasma : sebagian oksigen yang di bawa larut dalam plasma karbondioksida diangkat dalam darah sebagai bikarbonat
Natrium bikarbonat didalam plasma,
Kalium bikarbonat dalam eritrosit ; dalam larutan , bergabung dengan hemaglobin dan protein plasma
3. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor
mediastinum, sindroma Meig (tumor ovarium) dan sindroma vena cava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang ( tuberculosis, pneumonia, virus ), bronkiektasis, abses amoeba subfrenik yang
menembus ke rongga pleura, apabila tumor masuk ke cairan maka cairan berwarna merah karena trauma.
4. Patofisiologi
Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura fariepalis, kedua lapisan ini bersatu pada hilus paru.
Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yaitu:
- Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selaput sel mesotelial yang tipis ( tebalnya tidak lebih dari 30 mm ). Diantara
celah – celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel mesotolial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histosit.
Seterusnya dibawah ini ( dinamakan lapisan tengah ) terdapat jaringan kolagen dan serat –serat elastis. Pada lapisan terbawah
terdapat jaringan intertitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri
bronkialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
- Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel –sel mesotelial + jaringan ikat ( jaringan kolagen dan serat
pleura parietalis), disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri dari juga dari sel –sel mesotelial + jaringan ikat ( jaringan kolagen dan
serat- serat elastis ). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh
getah bening dan banyak reseptor syaraf –syaraf sensori yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan
ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jeringan pleura parietal ini
menempel dengan mudah tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara kedua pleura tersebut karena biasanya disana hanya terdapat
sedikit ( 10- 20 cc ) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur cairan yang sedikit ini merupakan
pelumas antara kedua pleura, sehingga mudah tergeser satu sama lain dalam keadaan patologis rongga antara pleura ini dapat terisi
dengan beberapa cairan /udara.
Diketahui bahwa cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura viseralis via sistem limfalik dan vaskular. Penggerakan cairan dari pleura parietal ke pleura viseralis dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura viseralis adalah terdapatnya banyak mikropili disekitar sel- sel mesotelial.( Soeparman, Sarwono Waspadji, 1994 : 785 )
5. Manajemen Medik Secara Umum
5.1 Sinar tembus dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral
tinggi daripada medial. Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva. Karena cairan terlokalisasi. Keadaan ini sering terjadi
pada daerah bagian bawah paru- paru yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Untuk jelasnya dapat dilihat dengan foto
dada lateral dekubitus, sehingga gambaran perubahan effusi tersebut menjadi nyata.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat
membantu sebagian penuntun waktu melakukan aspirasi cairan tersebut terutama pada effusi yang terlokalisasi.
5.2 Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura ( torakosintesis ) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian
bawah paru disela iga garis aksilaris posterior untuk mencegah terjadinya shock biasanya cairan dikeluarkan tidak melebihi 1000-
1500 cc setiap aspirasi untuk pleura dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Cairan pleura berwarna agak kekunig- kuningan. Bila agak kemerah- merahan ini dapat terjadi trauma, infark paru, keganasan, adanya
kebocoran anerisma aorta, bila kuning kehijauan dan agak purulen ini menunjukan adanya empiema, bila merah tengguli ini
menunjukkan adanya abses karena amoeba.
b. Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat. Transudat adalah keadaan normal cairan pleura yang sedikit
jumlahnya. Transudat terjadi apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu,
sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Eksudat merupakan cairan pleura
yang terbentuk melalui membran kapiler yang permeabel abnormal berisi protein berkonsentrasi tinggi dibanding protein transudat.
Kegagalan aliran protein getah bening akan menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura, sehingga menimbulkan
eksudat.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura sangat penting untuk diagnostik. Penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel – sel
patologis atau dominasi sel –sel tertentu.
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang– kadang dapat mengandung mikroorganisme, apabila cairanya purulen . Effusi yang
purulen dapat mengandung kuman – kuman.
5.3 Biopsi pleura
Pemeriksaan histologi satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan 50-75% diagnosis kasus– kasus pleuritis tuberkulosa atau tumor pleura.( Soeparman , Sarwono Waspadji, 1994 :786 )
5.4 Water Seal Drainase (WSD ) /Selang Dada
Merupakan tindakan invasif dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus atau cairan ) dari rongga thorax dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung selang dimasukan ke dalam rongga pleura penusukkan untuk selang dilakukan dibagian anterior dada diruang interkosta ke empat atau ke lima.( Depkes RI ,1994: 72 )
5.5 Pemeriksaan Sputum Spesimen diambil dari sputum yang di keluarkan melalui batuk atau suction yang dilakukan. Pemeriksaan ini berguna untuk
mengidentifikasi organisme patologis atau adanya sel- sel abnormal pada kondisi keganasan ataupun reaksi hipersensitifitas. Kultur
sputum dan analisa sensitifitas infeksi bakteri baik organisme gram positif maupun gram negatif dan hasilnya sangat berguna untuk
memberikan antibiotik yang tepat. Selain pemeriksaan mikroskopis sputum perlu diperiksa pula tentang karakter sputum seperti
jumlah, warna, konsistensi, bau dan lain- lain. Karakter tersebut juga memberikan gambaran secara kasar tentang status sistem
pernafasan klien.
6.Dampak Effusi Pleura Terhadap Perubahan Struktur / Pola fungsi Sistem Tubuh
1. Sistem /Pola Respirasi
Terakumulasinya cairan di rongga pleura menyebabkan penekanan terdapat paru– paru yang mengakibatkan daya pengembangan paru
terganggu sehingga mengakibatksan sesak napas.
2. Sistem Kardiovaskuler
Adanya peningkatan denyut nadi dan manifestasi dari sesak napas karena terjadi konfensasi tubuh terhadap kekurangan O2
3. Sistem Gastro Intestinal /Pola Nutrisi
Kegagalan nafas mengakibatkan aliran O2 ke otak berkurang diteruskan ke hipotalamus merangsang nervus vagus dan mengakibatkan
peningkatan asam lambung maka terjadi mual dan tidak ada nafsu makan.
4. Sistem/ Pola Aktivitas dan Istirahat
Sesak nafas pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan
B. TINJAUN TEORITIS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien effusi pleura meliputi :
1.Biodata
Terdiri dari identitas klien mencakup nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status marital, suku /bangsa, agama,
tanggal masuk RS, No. Medrec, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan alamat.
Penanggung jawab mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan hubungan dengan klien serta alamat
2.Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama biasanya sering terdapat berupa sesak nafas, nyeri dada.
- Riwayat kesehatan sekarang, mengungkapkan yang menyebabkan klien mencari pertolongan atau berobat sampai klien harus dirawat
dikembangkan dengan P. Q. R. S. T.
- Riwayat kesehatan dahulu, perlu dikaji apakah klien ada riwayat batuk lama dan sering pilek, demam hilang timbul, keringat dimalam
hari, penyakit TBC, sering merokok dan riwayat keganasan
- Riwayat kesehatan keluarga, adanya anggota keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien derita. Adakah penyakit keturunan dari
pihak Ayah atau Ibu yang ditirunkan yang berhubungan dengan penyakit klien
3 Pemeriksaan fisik
Melakukan pengkajian melalui pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi terhadap sistem tubuh sehingga
akan ditemukan hal- hal sebagai berikut :
a. Keadaan Umum
Pada klien dengan effusi pleura akan tampak sesak, lemah, kesadaran kompomentis, bicara berat, postur tubuh kurus, punggung agak
bengkok / ( melengkung )
b. Sistem pernafasan
Mengkaji mulai dari bentuk hidung ada atau tidaknya sekret pada lubang hidung adanya pergerakan cuping hidung saat bernafas
ditemukan vokal fremitus yang menurun ruang interkosta yang menonjol pada effusi yang berat. Pergerakan dada berkurang dan
terlambat pada bagian yang terkena, perkusi redup dan pekak, suara nafas berkurang diatas pleura effusi klien tanpa sesak respirasi
cepat.
c. Sistem Kardiovaskuler
Tachycardi reguler atau ireguler tekanan darah bisa normal atau tinggi.
d. Sistem Gastrointestinal
Biasanya didapatkan pernafasan perut umumnya nafsu makan menurun, mual, mungkin terjadi bila ada retensi lambung.
e. Sistem Integumen
Adanya cianosis pada bibir atau daerah perifer suhu meningkat, dan berkeringat.
f. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya tidak ada kelainan yang serius hanya ada kelemahan anggota tubuh bila stadiumnya telah lanjut
g. Sistem Pernafasan
Adanya hipoxia jaringan otak yang mengakibatkan pusing.
4. Pola Aktivitas Sehari- hari
Karena kelemahan anggota tubuh dan adanya sesak, aktivitas terganggu /tidak optimal terutam klien yang dipasang WSD.
5. Aspek Psiko Sosial dan Spiritual
Dikaji tentang respon klien terhadap penyakitnya dan terhadap tindakan perawat yang dijalani apakah klien memperhatikan
kecemasannya hubungan interpersonal klien dengan keluarga petugas dan sesam pasien yang dirawat bagaiman keyakinan klien
terhadap penyakitnya dan kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang diyakinkan dan dianut oleh klien
6. Data penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- pemeriksaan cairan pleura : tes rivalta untuk memenuhi transudat atau eksudat
- pemeriksaan urine : effusi pleura salah satunya diakibatkan hypo albumenia seperti pada penyakit ginjal, mungkin pada pemeriksaan
hypoproteinuria.
Pemeriksaan Rontgen Pleura
Perlu pemeriksaan paru- paru dada dengan posisi lateral biasanya cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi
c. Pengobatan
- Therapy antibiotik, antimetik, dan vitamin
d Perawatan
- Perawatan : istirahat dengan posisi semi fowler, perawatan luka sayatan WSD, ganti balutan setiap hari dan tehnik nafas dalam, dan
diit TKTP.
e. Analisa Data
Suatu proses dalam pengkajian dengan mengelompokkan seluruh data yang menunjang kemudian diinterprestasikan sehingga jelas
masalah keperawatan.
f. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan bisa muncul pada penderita effusi pleura adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektifnya pola napas
Kemungkinan Penyebab :
Menurunnya daya pengembangan paru- paru akibat terakumulasinya cairan dirongga pleura ditandai dengan :
- Sesak napas
- Adanya traksi dada
- Perubahan dalam keadaan respirasi
2. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas
Kemungkinan penyebab :
Terjadi retension pneumothorax sekunder terhadap sumbatan pada selang dada, ditandai dengan :
- Pendarahan yang banyak dipunggung dada
- Terlihat banyaknya bekuan darah pada drainase selang dada
- Pernapasan dangkal dan cepat
- Perubahan tanda-tanda pital
- Warna kulit dan membran
3. Resiko tinggi infeksi
Kemungkinan penyebab : tindakan invasif
Ditandai dengan :
Terpasangnya selang dada, tanda-tanda yang menentukan diagnosa aktual.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri
Kemungkinan penyebab : pemasangan selang dada.
Ditandai dengan :
- Klien menyatakan tidak nyaman
- Postur tubuh kaku
- Klien meringis kesakitan
- Raut muka tegang
5.Gangguan rasa aman cemas
Kemunglinan penyebab : Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya dan masalah yang dihadapi
Ditandai dengan :
- Ungkapan rasa takut tentang rasa penyakitnya
- Menolak tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan padanya
6. Gangguan mobilitas ; keterbatasan gerak, rasa nyeri karena pemasangan WSD
Ditandai dengan :
- Ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan– kebutuhan eliminasi, nutrisi personal hygiene dan lain-lain
- Perasaan lemah dan tidak berdaya
7. Gangguan pemenuhan nutrisi
Kemungkinan penyebab penurunan intake makanan karena arenoxia, nyeri, mual, muntah..
Ditandai dengan :
- Porsi makan tidak pernah habis
- Terjadi penurunan berat badan
8. Gangguan kebutuhan istirahat tidur
Kemungkinan penyebab : peningkatan kerja alat-alat pernapasan karena sesak.
Ditandai dengan :
- Kebutuhan istirahat tidur kurang dari 6 – 8 jam
- Wajah tampak lesu dan mata cekung
2. Perencanaan
Merupakan tahap penentuan apayang akan dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah
keperawatan yang diperlukan
a. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan tidak adekuat daya pengembangan paru akibat terakumulasinya cairan rongga
pleura.
Tujuan : pola napas kembali normal
Kriteria :
- frekwensi napas 20 – 24 kali/menit
- Pergerakan dada seimbang
- Pernapasan cuping tidak ada
Tabel 2
No Intervensi Rasional
1. Pertahankan klien yang menyenangkan dengan kepala ditinggikan, miring ke sisi yang terkena
Bantu klien dengan menahan /menyangga tempat yang nyeri ketika batuk
Posisi ini meningkatkan inspirasi yang maksimal memperluas ekspansi paru ventilasi pada sisi yang tidak kena akan mengurangi penekanan cairan pada sisi yang kenaSokongan pada dada dan abdomen membuat batuk menjadi lebih efektif dan mampu
Ajarkan klien untuk latihan nafas dalam
mengurangi nyeri, membantu pengembangan paru dan memeperlancar pengeluaran dahakNafas dalam dapat merelaksasikan otot- otot pernafasan dan mengurangi kelelahan
b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pemasangan selang dada guna pengeluaran cairan pleura
Tujuan : menunjukan oksigenisasi yang adekuat.
Kriteria evaluasi :
- Bunyi nafas bersih dari kedua paru, AGD kembali normal
- Sesak tidak ada
- Frekuensi nafas 16- 24 kali /mnt
- Ekspansi dada simetris sesuai dengan pernafasan
Tabel 3
Intervensi Rasional
Monitor sistem drainage dada setiap kali mengkaji klien
Amati sambungan selang, amati jumlah dan warna cairan di botol
- Lihat frekuensi cairan dalam selang
Untuk memastikan masing-masing berfungsi dengan baik
drainage pada saat klien inhalasi dan ekshalasi
Pastikan sambungan selang terjamin aman dan diplester
Letakan klem kedua selang atau plester karet disamping tempat tidur, hindari pengkleman selang, kecuali :- Botol penampung selang pecah-Botol penampung selang diganti
Jaga kesterilan air dalam botol disamping tempat tidur pad setiap akan mengisi kembali botol WSD dan pada saat menyediakan botol WSD
Lihat jumlah dan warna cairan dalam botol penampung tiap 8 jam sekali
Pertahankan selang bebas dari lipatan, hindari membuka dan meremas selang secara rutin, gulungkan selang yang berlebih kesisi tempat tidur untuk menghindari adanya gulungan yang tergantung diantara klien dan baural drainage
Pertahankan saluran drainage dan perlengkapannya agar selalu
Plester pad sambungan mencegah terlepasnya sambungan dan untuk mencegah komplikasiKlem hemostatis pada selang untuk mencegah hilangnya tekanan negatif pleura apabila terjadi gangguan pada sistem tersebut, jika selang dada di klem ketika paru-paru tidak dapat berkembang dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya tension pneumoni thorax yang dapat ,mengakibatkan gagal nafas.Air bertindak sebagai penjegal yang memungkinkan untuk keluarnya udara dari rongga pleura dan mencegah udara masuk kembali kerongga pleuraSistem drainage dada merupakan unit tertutup dan hanya sekali pakai dan bila terjadi gangguan terhadap sistem WSD sehingga meningkatkan resiko timbulnya infeksiSelang yang terlipat dan diperas secara rutin dapat ,mengakibatkan terjadinya tension pneumoni atau menyebabkan jaringan paru mudah rusak karena pengisapan
berada lebih rendah dari klien
Konsulkan pada Dokter apabila cairan drainage berwarana dan bercampur dengan darah yang terkumpul dalam waktu singkat
dari selang. Akumulasi cairan dalam selang yang tergantung akan menghalangi
Cairan WSD dapat terhisap kembali kedalam dada pada waktu klien inspirasi apabila terletak sejajar atau lebih tinggi dari klienPerdarahan yang berlebihan merupakan tanda-tanda adanya haemotoraks, kehilangan darah yang berlebih menimbulkan syok hipovolemik
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasif
tujuan : menunjukan tidak adanya tanda- tanda infeksi
Kriteria evaluasi :
- suhu 37 oC
- kadar leukosit 3000- 10000 mm3
- luka sembuh
- selang diangkat
Tabel 4
Intervensi Rasional
Ikut kewaspadaan umum dan lakukan tehnik aseptic ( cuci tangan, penggunaan sarung tangan dan gunakan pelindung mata bila kontak dengan cairan tubuh atau daerah yang mungkin terjadi ) bila mengganti balutan. dapatkan specimen dari cairan drainase atau perubahan sistem drainase
Perkuat balutan didada jika akan lepas, bila balutan menjadi basah karena cairan drainase gantilah dengan balutan yang baru dengan tehnik steril, mintalah batuan dari perawat yang lain
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya, atur jadwal penyebaran yang telah ditentukan sehingga kadar obat dalam darah dipertahankan rujuk kereferensi farmakologi dan konsul pada ahli farmasi bila diperlukan untuk menghindari interaksi antara obat- obatan yang tidak diinginkan terutama bila diiberikan beberapa obat- obatan secara bersama.
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Balutan yang kuat dan kedap udara pada pemasangan selang harus selalu diperhatikan untuk mencegah paru- paru kolaps dan mengurangi terjadinya empisema subkutan ( terdapatnya udara pada jaringan subkutan )
Antiotika sering digunakan mencegah infeksi, keefektifan terapi yang diberikan secara maksimal dapat dijalani baik bila kadar obat dalam darah konstan dan inteaksi yang merugikan dari penggunaan obat-obatan dapat dicegah. Beberapa obat bila diberikan secara bersamaan akan memungkinkan timbulnya reaksi yang menghambat atau efek samping lainnya
d. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat pemasangan selang WSD
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
- Otot wajah rileks
- Nyeri tidak ada
Tabel 5
Intervensi Rasional
Ubah posisi dan berbaring menjadi posisi terlentang menjadi posisi miring kesisi yang tidak sakit secara bergantian setiap 2 jam.
Hindari penempatan klien kesisi yang terkena. Bantu klien dalam melakukan
ambulasi sesuai dengan kebutuhanya
Berbaring pada sisi yang terkena menimbulkan rasa sampai sakit dan hal tersebut mempengaruhi pengembangan paru.
Untuk menjaga agar tidak terjadi cedera.
e. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien terhadap prosedur pengobatan
Tujuan : rasa aman cemas hilang
Kriteria evaluasi :
- Klien dapat mengidentitikasi tanda- tanda yang memerlukan pengobatan segera .
- Berpartisipasi dalam atau terhadap tindakan yang dilakukkan.
Tabel 6
Intervensi Rasional
Beberapa informasi tentang : - Sifat dan kondisi setelah
kondisinya steril- Tujuan pengobatan yang
diprogramkan- Pemeriksaan diagnosi, meliputi :
Tujuan Gambaran pemeriksaan secara
singkat Persiapan yang diperlukan
sebelum pemeriksaan
Mengetahui apa yang diharapkan dari tindakan medis dapat memperendah penyesuaian klien dan membantu menurunkan cemas yang berhubungan dengan tindakan medis tersebut
f. Gangguan mobilitas, pergerakan, ADL, berhubungan dengan keterbatasan gerakTujuan : pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
- eliminasi, nutrisi dan personal higiene terpenuhi
- terpeliharanya gerakan- gerakan motorik lain
Tabel 7
Intervensi Rasional
Monitor toleransi terhadap aktifitas dengan mengukur frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah melekukan aktifitas
Bantu klien dalam memenuhi ADL nya
Imbangi aktifitas dengan istirahat tidur yang cukup
Aktifitas fisik memerlukan penggunaan energi, introtorensi terhadap aktifitas dibuktikan keluhan- keluhan disertai dengan tertachikardi dan tophicneu ini membuktikan kebutuhan istirahat
Untuk memudahkan klien dalam pemenuhan sehari- hari
Istirahat tidur yang cukup akan merelaksasikan otot- otot yang kaku /tegang
g. Gangguan pemenuhan Nutrisi berhubungan dengan penurunan intakemakanan karena anoteria atau muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria evaluasi :
- pemasukan kalori sesuai dengan diet yang adekuat
- berat badan stabil
Tabel 8
Intervensi Rasional Berikan penjelasan tentang
pentingnya makanan bagi Meningkatkan kemampuan klien untuk mengerti dan memahami
penyembuhan klien
Timbang berat badan klien
Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang mengandung klien
Berikan makanan dengan porsi kecil sedikit- sedikit sering, dan hangat
pentingnya diet untuk menyembuhkan penyakit
Untuk kebutuhan kalori, pencapaian berat badan yang sesuai dan perencanaan nutrisi yang adekuat
Makanan makanan yang mengandung fos dapat menyebabkan distensi abdomen yang dapat menghambat pernafasan perut, pergerakan diafragmen dan dapat menyebabkan dyspneu
Membantu mengurangi kelelahan pada saat makan dan membantu pemasukan nutrisi
h. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhgubungan dengan peningkatan kerja otot- otot pernafasan akibat menurunnya daya
pengembangan paru
Tujuan : kebetuhan istirahat terpenuhi
Kriteria evaluasi :
- wajahnya tidak lesu, kebutuhan tidur tercukupi
Tabel 9
Intervensi Rasional Ciptakan lingkungan yang nyaman
bagi klien
Atur posisi nyaman misalnya semi fowller atau miring kesebelah dada yang kena
Membuat perasaan tenang akan mempercepat relaksasi oto- otot memudahkan rangsangan untuk tidur
Posisi semi fowller akan mengurangi penekanan cairan yang terakumulasi dalam rongga pleura dengan miring kesebelah yang kena memungkinkan pengembangan paru pada sisi yang tidak kena sehingga dapat mengurangi kerja otot pernafasan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap pengelolaan dan perwujudan dari rencana- rencana perawatan yang telah ditetapkan untuk
mengetahui masalah- masalah yang ditemukan
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan tindakan keperawatan dalam memecahkan masalah- masalah yang ditemukan
untuk memenuhi kebutuhan klien. Penilaian berdasarkan data secara objektif maupun subjektif. Dari hasil tersebut apakah tujuan
tercapai atau belum, apakah intervensi masih layak untuk dilanjutkan atau dihentikan.
BAB III
TUNJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A.IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Status marital : Kawin
Pebdidikan : S1 ( Sarjana Ekonomi )
Pekerjaan : Swasta (Karyawan Hotel)
Suku/ bangsa : Sunda/ Indonesia
Tanggal masuk : 31 Juli 2003
Tanggal pengkajian : 1 Agustus 2003
Daignosa medis : Effusi pleura
No. medrec : 03014668
: Jl. Ahmad Yani Gg. Filter No. 33 Rt 01 Rw 01 Subang
2. Identitas penanggung jawab klien
Nama : Tn. I
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Adik
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
klien mengeluh sesak nafas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, klien mengeluh batuk- batuk kering yang disertai sesak, dahak dan darah tidak ada.
Sesak nafas dirasakan semakin berat dan akhirnya klien oleh keluarga dibawa ke Rumah Sakit Paru- Paru Cisarua dan dirawat selama
3 minggu untuk menjalani pengobatan, karena tidak ada perbaikan kemudian dirujuk ke RSHS. Pada saat dikaji klien masih mengeluh
sesak nafas, sesak dirasakan bertambah berat jika klien beraktifitas dengan posisi semi fowller. Rasa sesak disertai pegal pada daerah
punggung, sesak dirasakan seperti tertindih benda berat. Apabila keadaan tersebut terjadi, klien hanya bisa duduk dan dipijat sekitar
punggung serta kadang diberi balsem untuk menghilangkan rasa pegalnya. Rasa sesak yang disertai pegal pada daerah punggung
menyebabkan terganggunya aktifitas dan selera makan klien berkurang, serta berat badan klien menurun sejak klien sakit. Sesak
timbul setiap saat.
3. Riwayat Kesehatan Dulu
Klien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Klien mempunyai kebiasaan merokok sebelum sakit, klien merokok dalam
sehari dapat menghabiskan 2 bungkus rokok. Klien tidak pernah sakit berat sampai dirawat di Rumah Sakit, hanya sakit ringan seperti
influenza dan sembuh dengan sendirinya tanpa diobati.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita klien sekarang. Dan tidak ada yang
menderita penyakit menular serta penyakit keturunan seperti TBC, DM, dan Asma.
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : Klien sakit sedang, terpasang infus RL 20 gtt/ mnt
terpasang O2 2 ltr/ mnt, klien bedrest, terpasang WSD
- Tanda- tanda vital : Tekanan darah : 100/80 mmHg R : 27x /mnt
Nadi : 92x /mnt S : 36,7 oC
BB : 54 Kg TB : 172 cm
1. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, frekuensi pernafasan 27x /mnt, terdapat sesak nafas dan punggung terasa pegal, terpasang O2 2 ltr /mnt, klien
bernafas melalui hidung, pola nafas dangkal dan cepat, tidak terdapat cuping hidung, bentuk dada tidak simetris, dada sebelah kiri
lebih besar, suara nafas rales, dada kanan terpasang WSD, cairan yang keluar dari WSD berwarna kuning kemerahan sebanyak 250 cc,
ada batuk tetapi tidak sering, tanpa disertai dahak dan darah. Suara perkusi paru kanan dullness.
2. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah : 100/80 mmHg,
Nadi : 92x /mnt, JVP tidak meningkat, tidak meningkat, tidak ada clubing finger, konjungtiva tak anemis, Ht : 108x /mnt.
3. Sistem Pencernaan
Mulut bersih, gigi bersih, tidak ada stomatitis, bibir kering, bising usus 8x /mnt, tidak ada pembesaran hati, abdomen lembut dan
datar, berat badan klien sebelum sakit 72 Kg, dan BB sesudah sakit 54 Kg.
4. Sistem Perkemihan
Tidak terpasang katether, ginjal tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada daerah pinggang, tidak ada nyeri saat BAK.
5. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk ekstremitas atas dan ekstremitas bawah simetris, tidak terdapat edema, pergerakan ekstremitas terbatas, terdapat infus RL
20 gtt/ mnt di tangan kanan.
- kekuatan otot : 4 4 dapat menahan sedikit tekanan dari perawat
4 4 dapat menahan sedikit tekanan dari perawat
- refleks : - refleks trisep = ++/++
- refleks bisep = ++/++
- refleks patella = ++/++
- refleks babinski = negatif
6. Sistem Integumen
Suhu tubuh 37 oC, rambut mudah dicabut, distribusi merat, kulit kepala bersih, kulit tubuh kotor, kuku panjang dan kulit disekitar luka
WSD kotor.
7. Sistem Persyarafan
- skala GCS : E = 4 dapat membuka mata spontan
M = 6 dapat mengerjakan perintah perawat
V = 5 klien sangat kooperatif
15
- syaraf cranial :
Nervus I ( olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau kopi dan minyak kayu putih
Nervus II ( optikius ) : klien dapat membaca buku saku dengan jarak ± 30 cm
Nervus III ( okulomuterius ) : refleks pupil dapat melebar dan mengecil pada saat diraangsang cahaya
Nervus IV ( trochlearis ) : tidak ada nistagmus
Nervus V ( trigeminus ) : klien dapat merasakan pilinan kapas pada kedua kelopak mata
Nervus VI ( abdusen ) : klien dapat melihat ke kanan dan ke kiri tanpa menengok
Nervus VII ( fascialis ) : klien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi dan klien dapat merasakan rasa asam jeruk dengan mata
tertutup
Nervus VIII ( acustikus ) : klien dapat mendengar dan menjawab bila dipanggil namanya
Nervus IX ( glosofaringeus ) : klien dapat menelan dan tidak ada nyeri telan
Nervus X ( vagus ) : refleks menelan baik
Nervus XI ( accesorius ) : klien dapat menahan sedikit tekanan dari perawat
Nervus XII ( hiploglosus ) : gerakan lidah bebas ( simetris )
Tabel 10
D. POLA AKTIFITAS SEHARI- HARI
No Jenis Kegiatan Di Rumah Di Rumah Sakit
1.
2.
Nutrisi
a. makanan :
- frekuensi
- porsi
- jenis
- keluhan
b. minum
- frekuensi
- keluhan
- jenis
Eliminasi
a. BAB
3x /hari
1 porsi
nasi, lauk pauk, sayur
tidak ada
± 1000 cc /hari
tidak ada
air putih
2x /hari
½ porsi
TKTP
Klien mengatakan nafsu
makannya berkurang
± 1500 cc /hari
tidak ada
air putih
3.
4.
- frekuensi
- konsistensi
- keluhan
- warna
b. BAK
- frekuensi/ jumlah
- warna
- keluhan
-
Istirahat /tidur
Waktu
Keluhan
Personal higiene
- mandi
1x /hari
lembek
tidak ada
kuning khas
3- 4x /hari, ± 1000 cc
kuning jernih
tidak ada
4-5 jam /hari
tidak ada
2x /hari diguyur
1x /hari
lembek
tidak ada
kuning khas
2- 3x /hari, ± 1000 cc
kuning jernih
tidak ada
5- 6 jam /hari
klien mengatakan sering
terjaga dari tidur karena
sesak
1x /hari dilap oleh keluarga
5.
- gosok gigi
- keramas
- potong kuku
Aktifitas klien
2x /hari
2x /minggu
jika panjang
klien dapat melakukan
aktifitas secara
mandiri
1x /hari
1x /minggu
belum pernah
klien dibantu oleh keluarga
dalam melakukan aktifitas
secara sederhana
E. DATA PSIKOLOGI
Klien tampak murung, klien selalu bertanya apakah penyakitnya bisa disembuhkan dan kapan slang WSDnya dicabut.
F. DATA SOSIAL
Klien adalah seorang suami sekaligus seorang ayah dan klien dapat berhubungan baik dengan anggota keluarganya terbukti anggota
keluarganya selalu bergantian menunggui klien di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan perawat ataupun tim medis lainnya terjalin
baik serta klien sangat kooperatif.
G. DATA SPIRITUAL
Klien beragama Islam, selama di Rumah Sakit klien selalu sholat dengan cara berbaring, serta klien selalu berdo’a demi
kesembuhannya.
H. DATA PENUNJANG
a. Hasil laboratorium tanggal 31 Juli 2003
1. Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hb 11,9 13- 18 gr /dl
Leukosit 10.500 3,8- 10,6 ribu /mm3
Trombosit 555.000 150- 440 ribu /mm3
Hematokrit 37 40- 52 %
2. Kimia klinik
Umum 26 15- 50 mg /dl
Kneatinin 0,62 0,6- 1,1 mg /dl
Glukosa sewaktu 84 < 150 mg /dl
b. Foto torax tanggal 31 Juli 2003
kesan : tampak perbaikan Hidropneumothorax kanan dengan collaps yang tampak berkurang tidak jelas masa paru
c. Hasil pemeriksaan cairan pleura belum ada
d. Therapy yang diberikan
- ceftriaxone 1 x 2 gram IV
- pronalges 1 x 1 ampul IM bila perlu
- infus RL 20 gtt /mnt
- diet tktp
- O2 2 ltr /mnt
Tabel 13
Perencanaan Keperawatan
Nama : Tn. Y Diagnosa Medis : Effusi Pleura
Umur : 37 tahun No. Medrec :
03014668
No Diagnosa keperawatan
perencanaan implementasi evaluasiTujuan intervensi rasional
1 2 3 4 5 6 71. Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan akumulasi cairan di rongga pleura akibat pengembangan paru tidak adekuat ditandai denganDS :
- klien mengeluh
sesak nafas
- klien mengatakan
pegal pada daerah
pinggang
DO :
- respirasi 27x / menit
- dada kanan bawah
terpasang WSD
Tupan :
Pola nafas efektif
Tupen :
Dalam waktu 1-2 minggu. pengembangan paru adekuat dengan kriteria :
- klien tidak
mengeluh sesak
- respirasi kembali
normal 20x /mnt
- perkusi dada
resonan
- jumlah cairan
yang keluar
1. atur posisi klien
semi fowller
2. kaji tanda tanda
vital setiap 8 jam
sekali
3. observasi
cairan WSD dan
Posisi semi fowler , cairan dirongga pleura mengikuti gaya grafitasi sehingga tidak menekan dada dan pengembangan paru adekuat. Mengkaji TTV dapat diketahui secara cepat adanya tanda- tanda peringatan. untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar dan kelancaran aliran cairan yang keluar dari rongga pleura.Nafas dalam dan
Tanggal 2 Agustus 2003 jam 08.00
1. mengatur posisi klien semi fowler
2. mengkaji tanda- tanda vital setiap 8 jam sekali
3. Mengobservasi cairan WSD dan aliran selang WSD 500 cc /24 jam
4. mengajarkan
S : Klien masih mengeluh sesak nafas
O :- respirasi 27x /mnt
- cairan yang
keluar dari
selang WSD
berwarna kuning
kemerahan
sebanyak 250 cc
:masalah belum
teratasi
P lanjutkan intervensi
2.
dengan satu botol
- cairan yang keluar
dari WSD berwarna
kuning kemerahan
sebanyak 250 cc
- perkusi dada kanan
terdengar dullness
- terpasang O2 2
ltr /mnt
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan dengan
adanya luka selang
WSD ditandai dengan
:
berkurang
Tupan :Rasa nyaman
terpenuhi
aliran selang
WSD
4. ajarkan klien
untuk latihan
nafas dalam dan
batuk efektif
5. berikan HE
tentang teknik
nafas dan batuk
efektif kepada
klien
1. Kaji rasa nyeri klien
2. latih klien
untuk nafas dalam
dan mengalihkan
batuk efektif dapat
merelaksasikan otot
pernafasan dan
mengeluarkan
dahak.
klien dapat
mengetahui cara
untuk mengurangi
sesak nafasnya
Mengkaji rasa nyeri
klien dapat
diketahui
sejauhmana
penyebarab rasa
nyerinya dan
bagaimana
pengaruh terhadap
untuk latihan nafas dalam batuk efektif
5. memberikan HE tentang teknik nafas dan batuk efektif kepada klien
Tanggal 2 Agustus 2003 jam 09.30
1. mengkaji rasa nyeri klien
2. melatih klien untuk nafas dalam dan mengalihkan rasa nyeri
3. merawat luka dan selang WSD dengan tehnik aseptik dan antiseptik
4. Menganjurkan klien jika akan merubah posisi keselang WSD
S : Klien masih mengatakan nyeri pada dada bawah
O: - klien meringis
saat bergerak
- selang WSD
masih terpasang
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
3.
DS :
- klien mengatakan
nyeri pada derah dada
bawah dan luka
disekitar selang WSD
DO :
- terpasang selang
WSD
- adanya luka
sayatan akibat
pemasangan WSD
yang telah kering
- cairan yang keluar
dari WSD sebanyak
250 cc berwarna
kuning kemerahan
- klien meringis saat
bergerak
Gangguan pemanuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan ditandai
Tupen :
Dalam waktu 3- 4
hari nyeri berkurang
dengan kriteria :
- cairan yang
keluar dari WSD
berkurang
- kondisi luka dan
selang WSD bersih
- klien tidak
meringis saat
bergerak
rasa nyeri
3. rawat luka dan
selang WSD
dengan tehnik
aseptik dan
aptiseptik
4. anjurkan klien
jika akan merubah
posisi dengan
pelan dan
pertahankan
posisi selang
WSD
1. Anjurkan klien
untuk makan
dengan porsi
sedikit tetapi
sering
2. anjurkan klien
tubuh
Akan melemaskan
otot dan tekanan
emosiona,l
meningkatkan
kontrol diri
menghindari
terjadinya infeksi
dari luka dan selang
WSD dengan
mengganti balutan
Sehingga tidak
merubah selang dan
mengurangi
timbulnya trauma
Dapat membantu
memenuhi
Tgl. 2 Agustus 2003 jam 09. 30
1. menganjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering
2. menganjurkan klien untuk makan makanan yang disediakan RS dengan diet TKTP
3. menimbang berat badan klien
Tgl 2 Agustrus 2003 jam 11.00
menciptakan lingkungan yang terang disekitar klien dan mengatur posisi tidur klien senyaman mungkin
Intervensi
S:klien mengatakan nafsu makan masih kurang
O:- porsi makan ½ porsi
- klien masih tampak lemah
- bising usus 6x /mnt
- diet TKTP
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
4.
dengan :DS :
- klien mengatakan
nafsu makannya
berkurang
- porsi makan ½
porsi
- klien tampak lemah
- Diet TKTP
- Bising usus 8x /mnt
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan sering terjaga dari tidur akibat sesak ditandai denganDS :
- klien mengatakan
sering terjaga dari
Tupan : Kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi
Tupen :
Dalam waktu 2- 3
hari selera makan
bertambah dengan
kriteria :
- porsi makan
habis 1 porsi
- klien tidak lemah
- diet TKTP
untuk makan
makanan yang
disediakan RS
3. timbnag berat
badan klien 2 hari
sekali
1. ciptakan
lingkungan yang
terang disekitar
klien dan atur
posisi tidur
senyaman
mungkin
kebutuhan nutrisi
Karena pihak RS
telah menetukan
diet bagi setiap
klien
Untuk mengetahui
perkembangan berat
badan klien sesuai
perencanaan nutrisi
yang adekuat
Suasana yang
terang disekitar
merapikan dan mengganti alat tenun yang kotor
3. menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam jika sesak
tgl. 2 agustus 2003 jam 10.00
1. membantu keluarga klien untuk memendikan klien
2. mengikut sertakan keluarga dalam melakukan tindakan untuk kebutuhan klien
3. menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas secara
S : Klien mengatakan masih sering terjaga dari tidur
O: - klien masih tampak lemas
- muka klien masih tampak pucat
- respirasi 27x /mnt
- tidur klien ± 4- 6 jam
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S: - Klien mengatakan badannya terasa
5.
tidur karena sesak
DO :- klien tampak lemas
- muka klien tampak
pucat
- tidur klien di RS ±
5- 6 jam
- respirasi 27x /mnt
Intoleransi aktifitas sehari- hari ( ADL ) berhubungan dengan otot- otot pernafasan ditandai dengan :DS :
- klien mengeluh
sesak nafas bila
beraktifitas
- klien mengatakan
sudah 2 hari tidak
Tupan :Istirahat tidur
terpenuhi
Tupen :
Dalam waktu 2- 3
hari klien dapat
tidur dengan tenang
dengan kriteria :
- tidak sering
terjaga dari tidur
- klien tidak lemas
- klien tidak pucat
- respirasi 25x /mnt
- klien tidak sesak
2. rapikan dan
ganti alat tenun
yang kotor
3. anjurkan klien
untuk menarik
nafas dalam jika
sesak
1.bantu keluarga
klien untuk
memendikan dan
menggunting
kuku klien
2.ikut sertakan
klien dan posisi
tidur klien yang
nyaman, membantu
klien untuk dapat
tidur
Lingkungan yang
nyaman, tidur klien
akan lebih nyaman
Untuk mengurangi
rasa sesak disaat
klien sedang tidur
sederhana4. mendekatkan
alat- alat yang dibutuhkan klien
segar- klien mengatakan
masih sesak untuk beraktifitas
O : - Respirasi 27x /mnt
kuku masih panjang dan kotor
ADL masih dibantu oleh keluarga
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
mandi hanya dilap
dibagian muka
DO :- ADL klien dibantu
oleh keluarga
- Klien tampak
kelelahan
- Respirasi 27x /mnt
- Kulit klien tampak
kotor dan kuku klien
panjang dan kotor
Tupan :
Aktivitas sehari-
hari terpenuhi
Tupen :
Daklam waktu 2- 3
hari kelemahan
otot- otot
pernafasan
berkurang dengan
kriteria :
- klien tidak sesak
- ADL tiodak lagi
dibantu oleh
keluarga
- Klien tampak
segar
- Respirasi 25x
/mnt
kleuarga dalam
melakukan
tindakan untuk
kebutuhan klien
3. anjurkan klien
untuk melakukan
aktifitas secara
sederhana
4. dekatkan alat-
alat yang
dibutuhkan klien
Membantu keluarga
klien dalam
pemenuhan
personal higiene
agar klien tampak
bersih
Mengikutsertakan
keluarga dalam
melakukan tindakan
untuk memenuhi
kebutuhan klien
agar mengetahui
tindakan untuk
memenuhi
kebutuhan klien
agar mengetahui
tindakan untuk
perawatan dirumah
Untuk melatih otot-
otot klien agar tidak
kaku tetapi tidak
membahayakan
klien
Agak klien dapat
melakukan secara
mendiri tanpa harus
berjalan jauh
B. PEMBAHASANDalam pembahasan ini penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus, pada saat melekukan asuhan keperawatan pada
klien Tn Y dengan gangguan sistem pernapasan akibat effusi pleura di ruang 10A Perjan RSHS Bandung pada tanggal 01 Agustus
2003 sampai dengan 05 Agustus 2003 dengan pendekatan proses keperawatan melelui tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
1. Tahap pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis mengelompokan data yang didapat dari klien sendiri meliputi : identitas klien, riwayat
kesehatan klien sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan pola aktivitas
sehari-hari. Sedangkan data yang didapat dari catatan medis meliputi : data penunjang dan program pengobatan. Dalam mencari dan
memperoleh data yang dibutuhkan, penulis tidak mendapat kesulitan ataupun hambatan karena kerjasama antara klien dan keluarga
cukup kooperatif.
Pada kasus, tanda dan gejala yang ditemukan tidak jauh beda dengan tinjauan teori.
2. Tahap Pembuatan Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul penulis mengelompokan, menganalisa untuk mendapatkan masalah-masalah yang ada. Tahap selanjutnya
yaitu perumusan diagnosa yang didasarkan atas 3 hal yaitu masalah, etiologi dan tanda / gejala.
Diagnosa yang ada pada teori berjumlah delapan diagnosa yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif kemungkinan penyebab turunnya daya pengembangan paru-paru akibat terakumulasinya cairan di rongga
pleura.
2. Gangguan pertukaran gas kemungkinan penyebab terjadinya retension pneumotoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.
3. Resiko tinggi infeksi atau penyebaran kemungkinan penyebab tindakan invasif atau ketidak adekuatan pertahanan utama .
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri kemungkinan penyebab inflamasi parenkim paru atau pemasangan selang dada.
5. Gangguian rasa aman : cemas kemungkinan penyebab kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya dan masalah yang dihadapi.
6. Gangguan mobilisasi ( intoleransi aktivitas ), pemenuhan ADL kemungkinan penyebab keterbatasan gerak, rasa nyeri karena
pemasangan WSD.
7. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan kemungkinan penyebab penurunan intake makanan, karena anoreksia, nyeri,
mual, muntah.
8. Gangguan pemenuhan istirahat tidur kemungkinan penyebab peningkatan kerja alat-alat pernafasan karena sesak
Sedangkan yang ditemukan pada kasus Tn.Y hanya lima diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan dirongga pleura.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pemasangan selang dada.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan selera makan kurang akibat nyeri.
4. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhububgan dengan sering terjaga dari tidur akibat sesak.
5. Intoleransi aktivitas sehari-hari ( ADL ) berhubungan dengan peningkatan otot-otot pernafasan akibat sesak.
Sesuai dengan teori pada kasus ini ada tiga diagnosa yang tidak muncul yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas karena tidak terjadi retension pneumotoraks sekunder terhadap sumbatan pada selang dada.
2. Resiko tinggi infeksi atau penyebaran karena keadaan luka kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
3. Gangguan rasa aman : cemas karena klien mengetahui tentang penyakitnya dan klien sudah lama dirawat serta klien tampak tenang.
3. Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan setelah merumuskan diagnosa keperawatan, pada tahap perencanaan ini penulis memprioritaskan
masalah keperawatan terlebih dahulu dan pada tahap ini, penulis merumuskan tujuan dan kriteria hasil dalam tiap diagnosa
keperawatannya.
Rencana keperawatan ini dibuat untuk mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan tercapai oleh klien dalam implementasi. Dengan adanya implementasi tersebut asuhan keperawatan yang dilakukan lebih terfokus dan memudahkan penulis dalam melaksanakan rencana untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang muncul pada klien, meskipun dalam pelaksanaannya tidak semua rencana dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dikarenakan keterbatasan, kesempatan dan kemampuan.
4. Tahap Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan atas rencana tindakan yang telah dibuat mengacu pada tinjauan teoritis, selama tahap implementasi keperawatan ini penulis tidak menemukan hambatan-hambatan.
5. Tahap Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai kemajuan / kemunduran kondisi kesehatan klien setelah dilakukabn asuhan keperawatan.
Dalam tahap ini penulis merespon klien dalam menerina asuhan keperawatan. Dari lima masalah yang dialami klien Tn.Y hanya dapat teratasi empat masalah oleh karena kerjasama klien dan keluarga dengan penulis cukup baik, dan pada akhir evaluasi tanggal 5 agustus 2003 klien masih di rawat.
Dalam mengevaluasi hasil pelaksanaan, penulis dapat melihat hasil-hasil tindakan sesuai dengan kriteria evaluasi yang dibuat
secara teoritis sehingga memudahkan penulis untuk menilai tindakan keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. Y dengan gangguan sistem pernafasan akibat
effusi pleura di Ruang 10 A Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung selama lima hari dari tanggal 01 Agustus sampai
tanggal 05 Agustus 2003. Dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari
setiap tahapan dari proses keperawatan, yaitu :
1. Pada tahap pengkajian dapat disimpulan bahwa penulis tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh data keadaan kesehatan pada
klien. Karena klien kooperatif serta dapat berkomunikasi terbuka dengan penulis, kelurga dan klien sendiri. Didapat data yang fokus
dari klien effusi pleura yaitu keluhan sesak nafas, nyeri dada seperti di bebani benda berat.
2. Diagnosa yang muncul yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan di rongga pleura
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya luka selang WSD
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan selera makan kurang.
d. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan sering terjaga dari tidur akibat sesak
e. Intoleransi aktivitas sehari-hari ( ADL ) berhubungan dengan peningkatan otot-otot pernafasan.
3. Pada tahap perencanaan, penulis tidak mengalami kesulitan sehingga dalam menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
Tn .Y berjalan lancar, karena klien dapat bekerjasama dengan penulis.
4. Pada tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan implementasi sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Pada tahap evaluasi dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditetakan pada tujuan dan mengacu pada tindakan yang
diberikan. Dengan keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan selama lima hari
penulis hanya dapat mengatasi empat masalah yang dialami klien. Untuk selanjutnya penulis menyerahkan kepada perawat ruangan
untuk melanjutkan implementasinya.
B. Rekomendasi.
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian diharapkan kerjasama yang baik antara perawat / mahasiswa, untuk melengkapi lembar pengkajian yang
ada di status agar mendapat data yang sama.
2. Perencanaan
Dalam rencana tindakan yang akan dilakukan kepada klien diharapkan perawat atau mahasiswa terlebih dahulu memberi penjelasan
tentang prosedurnya agar klien dapat mengetahui.
3. Pelaksanan.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan, diharapkan agar perawat atau mahasiswa didasarkan pada perencanaan yang telah
ditentukan dan tetap menjaga untuk tidak terjadi komplikasi nosokomial terhadap klien lain.
4. Evaluasi.
Didalam tahap evaluasi diharapkan perawat atau mahasiswa memberikan gambaran keadaan klien setiap hari yang ditulis pada catatan
perkembangan klien sesuai dengan tindakan yang telah diberikan.
Tabel 14
CATATAN PERKEMBANGAN
No.Tanggal dan Waktu
DP Catatan PerkembanganNama dan tanda tangan
1. 3 Agustus
2003 jam
08.00
1. S : Klien mengatakan sesak nafas
O : - Respirasi 27x / mnt
Dada kanan masih terpasang
WSD
Cairan yang keluar dari selang
WSD berawarna kuning kemerahan
sebanyak 500 cc
Perkusi dada kanan dullness
A : Masalah belum teratasi
P : - Atur posisi klien semi fowller
Kaji TTV setiap hari
Berikan O2 sesuai program 2 lt /
mnt setiap hari
Ajarkan klien untuk nafas efektif
dan batuk efektif
Observasi cairan WSD dan aliran
gelang WSD
Mengatur posisi klien semi
fowller
Kaji tanda- tand vital setiap hari
sekali :
TD : 100 /30 mmHg
N : 107x /mnt
R : 27x /mnt
S : 36,7 OC
Mengajarkan klien untuk nafas
efektif dan batuk efektif
Mengobservasi cairan WSD dan
aliran selang WSD
Memberikan O2 sesuai program 2
lt /mnt
3 agustus
2003 jam 9.30
wib
2
Klien masih mengeluh sesak nafas
O2 masih terpasang 2 lt /mnt
R : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan nyeri berkurang
pada daerah luka
O : - Luka kering
- Selang WSD terpasang
Cairan yang keluar dari selang
WSD sebanyak 500 cc
Klien sedikit meringis saat
bergerak
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Kaji rasa nyeri klien
Latih klien untuk nafas dalam dan
mengalihkan rasa nyeri
Rawat luka dan selang WSD
dengan teknik aseptik dan antiseptik
Anjurkan klien jika akan merubah
posisi dengan pelan dan pertahankan
selang WSD
I : - Mengkaji rasa nyeri klien
3 Agustus
2003 jam
09.30
3
Melatih klien untuk nafas dalam
dan mengalihkan rasa nyeri
Merawat luka dan selang WSD
dengan teknik aseptik dan antiseptik
Menganjurkan klien jika akan
merubah posisi dengan pelan dan
pertahankan selang WSD
E : Klien mengatakan masih sedikit nyeri
R : Lanjutkan intervensi
: Klien mengatakan selera makannya
bertambah
O : - Porsi makan habis 1 porsi dari
RS dan I porsi dari luar
Klien masih sedikit lemah
Terpasang infus RL 20 gtt /mnt
Klien diet TKTP
Berat badan klien 50 Kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Anjurkan klien untuk makan dengan
porsi sedikit tapi sering
Anjurkan klien untuk makan
3 Agustus
2003
jam 07. 40 wib
4
makanan yang disediakan RS
Menimbang berat badan klien
setiap 2 hari sekali, berat badan klien
51 Kg.
E : Klien mengatakan berat badannya naik
R : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan masih sering terjaga
dari tidur
O : - Klien masih tampak lemas
Muka klien masih tampak pucat
Respirasi 27x /mnt
Tidur klien ± 5- 6 jam /hari
A : Masalah belum teratasi
P :- Cipatakan lingkungan yang tenang
disekitar klien
Atur posisi tidur klien dengan
semi fowller
Berikan terapy O2 2 ltr /mnt
- Menciptakan lingkungan yang tenang
disekitar klien
Mengatur posisi tidur klien
3 Agustus
2003
jam 08. 30 wib
5
senyaman mungkin dengan posisi
semi fowller
Memberikan terapy O2 sesuai
kebutuhan klien 2 ltr /mnt
E : Klien mengatakan kadang masih
terjaga dari tidurnya
R : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengatakan cepat lelah bila
beraktifitas dan mengeluh sesak
O : - O2 terpasang 2 ltr /mnt
Infus RL terpasang 20 gtt /mnt
Respirasi 27x /mnt
Nafas klien cepast dan dangkal
Aktifitas kliern dibantu keluarga
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Bantu kliennuntuk melakukan aktifitas
dalam pemenuhan kebutuhan
personal higiene
Libatkan keluarga untuk
membantu aktifitas klien
Membantu klien uintuk melakukan
aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan
personal higiene
- Melibatkan keluarga untuk membantu
aktifitas klien
E :- Klien mengatakan cepat lelah berkurang
bila beraktifitas
O2 terpasang 2 ltr /mnt
Infus RL terpasang 20 gtt /mnt
R : Lanjutkan intervensi
S : Klien mengeluh sesak nafas
O : - Respirasi 25x /mnt
- Dada kanan terpasang WSD
- Cairan yang keluar melalui selang
WSD sebanyak 350 cc berwarna
kuning kemerahan
O2 terpasang 2 ltr /mnt
Perkusi dada kanan dullness
A : Masalah belum teratasi
P : - Atur posisi klien semi fowller dengan
lebih condong kekenanan
- Kaji tanda- tanda vital setiap hari
2. 4 Agustus
2003
jam 07. 30
Wib
1
Berikan O2 sesuai program
/kebutuhan klien 2 ltr /mnt
Observasi cairan WSD dan aliran
selang WSD
I : - Mengatur posisi klien semi fowller
dengan lebih condong kekenanan
Mengkaji tanda- tanda vital setiap
hari
TD : 110 /80 mmHg
R : 25x /mnt
N : 104x /mnt
S : 37 0C
Memberikan terapy O2 sesuai
kebutuhan klien 2 ltr /mnt
Mengobservasi cairan WSD dan
aliran selang WSD
E : Klien mengatakan sesak berkurang
R : Lanjutkan intervensi
S : klien mengatakan pada daerah luka
tidak nyeri lagi
O : - Luka kering
4 Agustus
2003 jam
2
- Selang WSD masih terpasang
- Cairan yang keluar dari selang WSD
sebanyak 350 cc
Klien tidak meringis pada saat
bergerak
A : Masalah teratasi
P : - Rawat luka dan selang WSD
dengan teknik aseptik dan antiseptik
- Anjurkan klien jika akan merubah
posisi dengan pelan dan pertahankan
selang
- Merawat luka dan selang WSD
dengan teknik aseptik dan antiseptik
Menganjurkan klien jika akan merubah
posisi dengan pelan dan pertahankan
selang.
S : kjlien mengatakan selera makan
semakin bertambah
O : - porsi makan klien habis 1 porsi
klien tidak tampak lemah
4 Agustus
2003
3
klien diet TKTP
terpasang infus RL 20 gtt /mnt
berat badan klien 51 Kg
A : masalah teratasi
P : - anjurkan klien untuk makan
makanan yang disediakan RS
timbang berat badan klien tiap 2
hari sekali
I : - anjurkan klien untuk makan
makanan yang disediakan RS
menimbang berat badan klien tiap
2 hari sekali
E : klien mengatakan selama di RS
porsi makan bertambah
R : pertahankan
S : Klien mengatakan dapat tidur
dengan nyenyak
O : - Klien tidak lemas
Muka klien tampak segar
Respirasi 25x /mnt
Tidur klien ± 5- 6 jam /hari
4 Agustus
2003
4
A : Masalah teratsi
P : - Ciptakan lingkungan yang tenang
disekitar klien dengan cara :
membatasi jkumlah pembesuk
Atur posisi tidur senyaman
mungkin ( semi fowler )
- Berikan terapy O2 sesuai kebutuhan
klien 2 ltr /mnt
I : - Menciptakan lingkungan yang tenang
disekitar klien dengan cara ;
mengatasi jumlah pembesuk
- Mengatur posisi tiduir klien senyaman
mungkin ( semi fowller )
- Memberikan terpy O2 sesuai
kebutuhan klien 2 ltr /mnt
E :Klien mengatakan tidurnya nyenyak
dan tenang
R : Pertahankan
S : Klien mengatakan masih sedikit lelah
bila beraktifitas dan sedikit sesak
4 Agustus
2003
5
O : - O2 terpasang 2 ltr /mnt
Infus RL terpasang 20 gtt /mnt
Respirasi 25 x /mnt
Nafas klien cepat dan dangkal
Klien dapat beraktivitas sebagian (
yang ringan dan terjangkau )
A : Masalah teratasi sebagian
Latih klien untuk beraktifitas lebih
optimal
Ikutsertakan keluarga dalam
membantu klien beraktivitas
I :- Melatih klien untuk lebih optimal
mengikutsertakakn keluarga
dalam mambantu klien beraktifitas
E : Masalah teratasi
R : Pertahankan
S : Klien mengataklan sesak nafas
berkurang
O : - Respirasi 25 x /mnt
dada kanan terpasang WSD
Cairan yang keluar dari selang
jam 08.00 WSD 300 cc berwarna kuning
kemerahan
O2 terpasang 2 ltr /mnt
Perkusi dada kanan dullness
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Atur posisis klien semi fowller dan
duduk
Kaji tanda- tanda vital setiap hari
Berikan O2 sesuai kebutuhan klien
2 Ltr /mnt
Observasi dan catat cairan WSD
Anjurkan klien untuk nafas efektif
kemudian batuk efektif
- Mengatur posisi klien semi fowller dan
duduk
Mengkaji tanda tanda vital setiap
hari
TD : 100 /80 mmHg
R : 24 x /mnt
N : 100x /mnt
S : 36 ,5 o C
Memberikan terpy O2 sesuai
3. 5 Agustus
2003
jam 07.30 wib
1 kebutuhan klien 2 ltr /mnt
Mengobservasi dan mencatat
cairan WSD
Menganjurkan klien untuk nafas
dan batuk efektif bila sesak
E :Klien mengatakan sesak berkurang
R : Lanjutkan intervensi