Askep Efusi Pleura

30
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) EFUSI PLEURA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, ataupun akibat proses peradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura.Efusi pleura tentu mengganggu fungsi pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik.Pasien dengan efusi pleura yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka pemulihannya menjadi lebih sulit.Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50%

description

askep efusi pleura

Transcript of Askep Efusi Pleura

Page 1: Askep Efusi Pleura

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) EFUSI PLEURA

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1     Latar Belakang

Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal

diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal,

tumor mediastinum, ataupun akibat proses peradangan seperti tuberculosis dan

pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan

di rongga pleura yang disebut efusi pleura.Efusi pleura tentu mengganggu fungsi

pernapasan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik.Pasien dengan efusi pleura

yang telah diberikan tata laksana baik diharapkan dapat sembuh dan pulih kembali

fungsi pernapasannya, namun karena efusi pleura sebagian besar merupakan akibat

dari penyakit lainnya yang menghambat reabsorbsi cairan dari rongga pleura, maka

pemulihannya menjadi lebih sulit.Karena hal tersebut, masih banyak penderita dengan

efusi pleura yang telah di tatalaksana namun tidak menunjukkan hasil yang

memuaskan.

Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar

50-60% penderita keganasan pleura primer. Sementana 95% kasus mesotelioma

(keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita

kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.

Kejadian efusi pleura yang cukup tinggi apalagi pada penderita keganasan jika

tidak ditatalaksana dengan baik maka akan menurunkan kualitas hidup penderitanya

dan semakin memberatkan kondisi penderita. Paru-paru adalah bagian dari sistem

pernapasan yang sangat penting, gangguan pada organ ini seperti adanya efusi pleura

dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan bahkan dapat mempengaruhi kerja

sistem kardiovaskuler yang dapat berakhir pada kematian.

Perbaikan kondisi pasien dengan efusi pleura memerlukan penatalaksanaan

yang tepat oleh petugas kesehatan termasuk perawat sebagai pemberi asuhan

Page 2: Askep Efusi Pleura

keperawatan di rumah sakit.Untuk itu maka perawat perlu mempelajari tentang

konsep efusi pleura dan penatalaksanaannya serta asuhan keperawatan pada pasien

dengan efusi pleura. Maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana asuhan

keperawatan pada pasien dengan efusi pleura.

1.2     Rumusan Masalah

1.2.1        Bagaimanakah konsep penyakit efusi pleura?

1.2.2        Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura?

1.3     Tujuan

1.3.1  Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi

pleura

1.3.2  Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi konsep efusi pleura meliputi definisi, etiologi,

manifestasi klinis dan patofisiologi

2. Mengidentifikasi proses keperawatan pada efusi pleura meliputi

peng.kajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi

1.4     Manfaat

1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan

gangguan efusi pleura sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah respirasi.

1.4.2  Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi

bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

 

Page 3: Askep Efusi Pleura

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1 DEFINISI

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses

penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain.

Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau

dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak

diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang

pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas

yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C

Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam

rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

2.2 ETIOLOGI

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan

primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan

tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :

1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada

dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor

ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),

bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor

dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena

tuberculosis

.

Page 4: Askep Efusi Pleura

Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan:

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)

2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)

4. Berkurangnya absorbsi limfatik

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah:

1. Transudat

Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom,

obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan

atelektasis akut.

2. Eksudat

1. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)

2. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)

Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,

tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari

empat mekanisme dasar :

a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

c. Peningkatan tekanan negative intrapleural

d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Perbedaan cairan transudat dan eksudat (Somantri, 2008: 99)

Indikator Transudat Eksudat1. Warna

2. Bekuan3. Berat Jenis

1. Kuning pucat dan jernih

2. (-)3. <1018

1. Jernih, keruh, purulen, dan hemoragik

2. (-)/(+)3. >1018

Page 5: Askep Efusi Pleura

4. Leukosit5. Eritrosit6. Hitung jenis7. Protein Total8. LDH9. Glukosa10. Fibrinogen11. Amilase12. Bakteri

4. <1000 /Ul5. Sedikit6. MN (limfosit/mesotel)7. <50% serum8. <60% serum9. =plasma10. 0,3-411.   (-)12. (-)

4. Bervariasi, >1000/uL5. Biasanya banyak6. Terutama PMN7. >50% serum8. >60% serum9. = / < plasma10. 4-6 % atau lebih11. >50% serum12. (-) / (+)

 

2.3  PATOFIOLOGI

Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma

(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma

(transudat).Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan

permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau

keterlibatan neoplasma.Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah

jantung kongestif.Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami

efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif.Ketika jantung tidak dapat

memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan

tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler

sistemik.Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya

menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura.Peningkatan pembentukan cairan dari

pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi

menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura.

Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi.Hal tersebut

berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic

yang dilakukan oleh protein).

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan

tergantung atas kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan

normal, dinding dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk

rekoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan

cenderung untuk mengempis).

Page 6: Askep Efusi Pleura

2.4  MANIFESTASI KLINIS

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar.

Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,

sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan

menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas.

Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak

sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar

di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika

penumpukan cairan pleural yang signifikan.Bila terjadi efusi pleural kecil sampai

sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat.

Berikut tanda dan gejala:

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah

cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.

2.  Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat,

batuk, banyak riak.

3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi  penumpukan

cairan pleural yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena

cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam

pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,

dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian

atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan

mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler

melemah dengan ronki.

Page 7: Askep Efusi Pleura

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.Keberadaan cairan

dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis.

Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram, basil tahan asam

(untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi

(glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel

malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

2.5  PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta

dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung

kongestif, pneumonia, seosis)

Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna

keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea.Namun bila penyebab dasar

adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau

minggu.Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,

dan kadang pneumotoraks.Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase

water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan

paru.

Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam

ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih

lanjut.Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk

mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan

untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural.Selang dilepaskan

klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari

lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan

pembentukan adhesi antara pleural viseralis dan parietalis.

Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding

dada, bedah pleurektomi, dan terapi diuretic.Jika cairan pleura merupakan eksudat,

posedur diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan

penyebabnya.Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan.

Page 8: Askep Efusi Pleura

2.6  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Thorax

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan

seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian

medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara

dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru

sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam

pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis).Disini perlu pemeriksaan foto dada

dengan posisi lateral dekubitus.

2. CT – SCAN 

Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru

juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :

1. menentukan adanya tumor dan ukurannya

2. mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan

pembuluh darah besar

3. mendeteksi adanya efusi pleura

Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk

menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi

pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.

 

Page 9: Askep Efusi Pleura

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

Tanggal MRS         : Rabu, 20 Oktober 2014             Jam Masuk              : 13.00 WIB

Tanggal Pengkajian: 22 Oktober 2014                        No. RM                  : 11.09.68.45

Jam Pengkajian       : 12.00 WIB                                 Diagnosa Masuk     : small cell

                                                                                    carcinoma + efusi plera (D)

Ruang/  Kelas         : PALEM I/ 3 (Paru Laki)

A. IDENTITAS

Nama                        : Tn. B

Umur                        : 53 tahun/ 3 bulan/ 5 hari

Suku/ Bangsa           : Jawa/ WNI

Agama                      : Khatolik

Alamat                     : Candi Lontar blok 41-I/ 30, Surabaya, Jawa Timur

Pekerjaan                  : Ekspedisi di Perak

Keluhan Utama :  Sesak napas

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien masuk dengan sesak hilang timbul, di sertai nyeri dada terutama saat

beraktifitas dan terkadang juga pada malam hari sesak timbul kembali, ketika pasien

sesak, pasien mencoba tidur dengan posisi duduk.Sebelum sesak pasien mengeluh

batuk selama kurang lebih selama satu bulan.Batuk tanpa disertai dahak, dan

mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak bertambah hebat,

kurang lebih 1,5 jam yll

Page 10: Askep Efusi Pleura

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Agustus 2014 pasien operasi hernia (preoperasi melakukan rongent dan di

katakan  ada sesuatu di paru-paru). Post operasi disuruh untuk control lagi bulan

Oktober (pasien melakukan foto dada dan CT-scan). Sebelumnya tidak ada batuk

darah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga

yang mengalami sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat

keganasan, batuk lama, batuk berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.

E. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah perokok berat

dimana dapat mengkonsumsi satu bungkus dalam sehari dan hal itu sudah dilakukan

lebih dari 10 tahun.Dalam sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1 bungkus

bahkan lebih.Pekerjaan pasien sebagai ekspedisi di perak yang selalu keluar pada

malam hari.Saat pengkajian pasien mengaku tidak mengerti bahwa pola hidupnya

dapat mengakibatkan kanker paru, hal tersebut merupakan kurangnya sumber

informasi bagi pasien.

F. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Tanda Vital

Kesadaran compos mentis.

Tanda-tanda vital:

Suhu: 37˚C            Nadi: 96×/ menit.        RR:26x/menit              TD:140/90mmHg

2. Sistem Pernafasan

Nafas pasien tersengal-sengal cepat, pendek, terasa lebih sesak meningkat/

bertambah setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping

hidung dan tidak ada retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris,

terdapat suara nafas tambahan berupa ronki di bagian dekstra apeks.Adanya secret

dan batuk produktif tetapi batuk tidak efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe,

pasien tidak menggunakan alat bantu nafas, suara nafas vesikuler. Terdapat hasil

Page 11: Askep Efusi Pleura

torakosintesis  yang dilakukan pada pukul 11.30,dan ternyata masih terdapat

cairan di kavum pleura sebanyak 500 cc.

3. Sistem Kardiovaskuler

Pasien tidak mengalami nyeri dada, irama jantung regular.Pasien.CRT normal

kurang dari tiga detik, dan akral merah, hangat dan kering.

4. Sistem Persyarafan

Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak

mengalami gangguan penciuman.Istirahat pasien 8 jam/ hari.Dan pasien mengaku

tidak mengalami gangguan tidur.Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.

5. Sistem Perkemihan

Menurut pasien, alat genetalianya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami

keluhan kencing.Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.

6. Sistem Pencernaan

Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut, gigi

sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien tidak

mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/ menit

dengan suara peristaltic terdengar lemah, BAB  1x sehari terakhir pada tanggal 22-

10-2014 dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas, nafsu makan

menurun.

7. Sistem Muskoleskeletal

Pergerakan sendi pasien bebas, tidak mengalami fraktur. Tidak mengalami

kelainan tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit

terlihat mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat

dekubitus. Pasien mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak

bergerak, akan timbul sesak napas.

8. Sistem Endokrin

Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami

pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah

bening, Hiperglikemia (-), hipoglikemia (-).

Page 12: Askep Efusi Pleura

G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

Pasien tidak mengalami gangguan pada psikososial.Pasien dapat berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya dan dapat kooperatif dengan tenaga medis.

H. PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN

Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku terlihat

bersih dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk melihat

waktu kapan dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam istirahat, dan

makan. Semua nya terlihat bersih dan rapi, pakaian ganti sehari 2x, menggosok gigi

2x sehari, tidak lupa untuk membersihkan telinga serta lubang hidung setiap hari.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Thorax

Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2014 sebesar 500cc

Hasil torakosintesis 22-10-2014 pukul11.30 sebesar 500cc

Foto Thorak 20-10-2014: efusi pleura dekstra

2. CT – SCAN 

CT Scan 20-10-2014: Ca paru dextra

 

Page 13: Askep Efusi Pleura

J. ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah1 S : Pasien mengatakan

batuk sesekali

O : – sesekali batuk tetapi tidak efektif. – Terdapat ronkhi pada bagian apeks dextra.

–sekret (+) putih kekuningan, kental

–batuk produktif, tidak efektif

Ca paru

Massa di broncus

Respon silia berusaha menghilangkan massa dengan hipersekresi mukus

Secret/mucus tertahan di saluran napas

Ronkhi (+)

Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan napas tidak efektif.

2. S : Pasien mengeluh sesak napas saat bernapas.

O :

– RR =  26 x/ menit

– Denyut nadi = 96 x/menit

– Pasien bernapas tersengal-sengal cepat, pendek

–ICS melebar dekstra

–retraksi (-) otot bantu nafas (-)

Efusi Pleura

Akumulasi cairan  pada rongga pleura

Ekspansi paru menurun

RR meningkat

Pola napas tidak efektif

Pola napas tidak efektif.

Page 14: Askep Efusi Pleura

–fremitus raba ↓

–perkusi redup (D)

 

 3. S : Pasien mengeluh

nyeri dada sesak saat beraktifitas yang berat.

O : – Pasien tampak lemah.

–sesak nyeri ↑ saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri

 

Efusi Pleura

Ekspansi paru tidak

 maksimal

Suplai oksigen menurun

RR meningkat

Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menurun

Terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh

Timbul asam laktat

Nyeri

Intoleransi aktifitas

Intoleransi aktifitas

 

4. S : Pasien mengeluh nyeri pada bagian dada (D).

Efusi Pleura

Nyeri

Page 15: Askep Efusi Pleura

P    :   perpindahan posisi

Q   :   nyeri sedang

R    :   dada (D)

S    :    5

T  :  muncul saat aktivitas

O : Nadi 96x/menit,  ekspresi wajah menyeringai/ kesakitan saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri.

Cairan menekan dinding pleura

Rangsangan pada nosiseptor nyeri

Nyeri

 

K. RENCANA INTERVENSI

Hari / tanggal

Jam Diagnose keperawatan

(tujuan, criteria hasil)

Intervensi Rasional

22-10-2014

12.00 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret tertahan di jalan nafas

Tuj : 3 X 24 jam bersihan jalan nafas efektif

KH:

Secret bisa keluar (+)

Ronkhi (-)

RR: 16-20x/menit

1. Berikan posisi semi fowler (30° - 45°)

2. Ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif

3. Lakukan postural drainage

4. Kolaborasi pemberian ekspetoran pada pasien

1. Peninggian kepala tempat tidur                                          mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, dan untuk meningkatkan ekspansi paru.

2. Nafas dalam membantu memenuhi kecukupan O2 dan memobilisasi secret untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.

3. Memobilisasi secret untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan.

4. Obat yang membantu untuk mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

Page 16: Askep Efusi Pleura

5. Anjurkan pasien untuk banyak minum, terutama air hangat.

5. Untuk mengencerkan secret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.

22-10-2014

12.10 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi cairan di kavum plura.

Tuj : 3X 24 jam pola nafas pasien efektif

 

KH:

Sesak (-)

RR: 16-20x/menit

Retraksi otot bantu nafas (-)

Pernafasan cuping hidung (-)

Pengembangan dinding dada simetris

Cairan pungsi pleura (-)

Nadi: 60-100x/menit

1. Berikan posisi semi fowler (30° - 45°)

2. Kolaborasi oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

3. Ajarkan pola nafas efektif (teknik nafas dalam)

4. Berikan HE penyebab sesak

5. Observasi TTV terutama RR dan nadi serta status pernafasan(pernafasan cuping hidung, retraksi otot bantu nafas,kesimetrisan dinding dada)

6. KolaborasiLakukan torakosintesis ulang atau pemasangan WSD

1. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi, dan untuk meningkatkan ekspansi paru.

2. Meningkatkan suplai oksigen

3. Mengatur irama nafas sehingga meningkatkan suplai O2

4. Klien patuh terhadap terapi5. Memantau pola nafas pasien

6. Mengurangi cairan pada kavum pleura sehingga ekspansi paru bisa maksimal dan sesak berkurang.

 

22-10-2014

12.20 Intoleransi aktivitas berhubungan  dengan penurunan suplai 02 ke jaringan

1. Rancang  jadwal harian  pasien

2.  Anjurkan individu untuk istirahat 1 jam setelah makan

1. Meningkatkan tingkat toleransi  aktivitas Px.

2. Meningkatkan perfusi jaringan dan meningkatkan suplai oksigen

Page 17: Askep Efusi Pleura

sekunder karena gangguan  pola nafas tidak efektif.

Tujuan : 3X24 jam meningkatkan toleransi aktivitas pasien

 

 

KH:

– Kelelahan berkurang

– Toleransi terhadap aktivitas meningkat

– Mampu beraktivitas secara mandiri

(misalnya berbaring dan duduk-duduk).

3. Tingkatkan aktivitas secara bertahap dengan periode istirahat diantara dua aktifitas misalnya duduk dulu sebelum berjalan setelah tidur

4. Kolaborasi : pemberian  oksigen setelah beraktivitas bila terjadi peningkatan status pernafasan

5. Observasi respon individu terhadap aktivitas (status pernafasan dan pucat)

6. Mencegah aktivitas Px yang berlebihan

7. Meningkatkan complain paru-paru dan mencegah kelelahan yang berlebihan.

3. Evaluasi kelemahan dan 4. tingkat  toleransi aktivitas Px.

 

22-10-2014

12:20 Nyeri pada dada yang berhubungan dengan penekanan dinding pleura oleh cairan efusi pleura

 

Tujuan : nyeri berkurang

1. Mengajarkan.Tehnik relaksasi: nafas dalam/ distraksi

2. Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring.

3. Kolaborasi pemberian obat analgesic.

4. Evaluasi karakteristik

 

Page 18: Askep Efusi Pleura

sampai dengan hilang 3 X 24 jam

 

KH :

–        Nyeri berkurang skala (0–1)

–        Ekspresi menyeringai (-)

–        Nadi : 60–100 x/menit

 

nyeri (PQRST)5. Mengalihkan

perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang sedang dirasakan.

6. Untuk meminimalkan mobilisasi pasien, diharapkan agar nyeri dapat berkurang.

7. menghindari puncak periode nyeri, alat dalam penyembuhan otot, dan memperbaiki fungsi pernafasan dan kenyamanan / koping emosi

8. untuk mengetahui perubahan karakteristik nyeri setelah dilakukan penatalaksanaan.

 

L. EVALUASI

1. Pasien toleran terhadap aktifitasnya sehari-hari.

2. Pasien menunjukkan pola napas normal

3. Pasien dapat mengeluarkan secret sehingga bersihan jalan nafas efektif.

4. Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang  atau dapat dikontrol.

5. Pasien menjadi tahu tentang kondisinya dan pengaturan obatnya.

 

 

Page 19: Askep Efusi Pleura

 

BAB 4

PENUTUP

 

4.1  KESIMPULAN

Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang

antara pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat

berupa transudate (Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan

neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura

yang disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik.Penyebab

efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia

bakterialis, dan emboli paru.Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah

tuberculosis.

Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri

dada, atau nyeri bahu.Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan

efusi kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak

pada perfusi, atau friction rub pleura.

 

4.2  SARAN

Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada

penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru

agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.

 

 

Page 20: Askep Efusi Pleura

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga

University Press

2. Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC

3. Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC

4. Hudak,Carolyn M. 1997. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta:

EGC

5. J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius.

FKUI

6. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit Ed4.

Jakarta: EGC

7. Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

8. Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah( Ed8. Vol.1).

Jakarta: EGC

9. Syamsuhidayat, Wim de Jong. 1997.  Buku Ajar Ilmu Bedah (Ed. Revisi). Jakarta:

EGC

10. Tucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan,

diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta: EGC

11. Siregar, Elisa. 2010. Efusi Pleura. http://elisasiregar.wordpress.com/efusi-pleura. Di

akses 10 oktober 2010 pukul 20.15 WIB

12. Ns, Sumedi SKp. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Efusi Pleura.

http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-klien-dengan-

efusi.html. Di akses 11 oktober 2010 pukul 18.44 WIB

13. Abdul Azis, M. 2010. Efusi Pleura. http://nieziz09.co.cc/efusi-pleura. Di akses 10

oktober 2010 pukul 19.23 WIB